Anda di halaman 1dari 10

Percobaan IV

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN DAN PENETAPAN KADAR SARI


YANG LARUT DALAM AIR DAN DALAM ETANOL

I. Tujuan
- Mahasiswa dapat mengetahui nilai penetapan susut pengeringan.
- Mahasiswa dapat mengetahui nilai penetapan kadar sari yang larut dalam air
dan larut dalam etanol.

II. Dasar Teori


Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan
melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat
diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek
farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian
bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus
memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisa meliputi susut
pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut
air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas (Wasilah, 1978).
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat.
Proses pengeringan merupakan tahapan penting dalam upaya penyediaan
bahan baku yang memenuhi syarat. Susut pengeringan yang di praktikumkan
menggunakan metode buatan dimana digunakan lemari pengering atau oven
sebagai pengatur suhu yang diinginkan. Proses dengan menggunakan oven ini
lebih menguntungkan dari pengeringan biasa karena tidak terpengaruh oleh
iklim ataupun cuaca (Wasilah, 1978).
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan
ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan
kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan
senyawa yang terkandung dalam simplisia (Ditjen POM, 2000).
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum
digunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada
penelitian ini yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode
perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut
organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan,
akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan. Metode maserasi ini
sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang
tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang
cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004). Salah satu kekurangan dari
metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut
organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan
harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap
(Manjang, 2004).
a. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL
kloroform, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sebanyak
20 mL filtrat disaring dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen,
hasil penguapan dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar
dalam persen sari larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
b. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL
etanol 95%, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Filtrat disaring lalu diambil sebanyak 20 mL filtrat dan diuapkan sampai
kering dalam cawan porselen, hasil penguapan dipanaskan pada suhu
105°C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol 95% dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Tujuan penetapan kadar sari adalah untuk menentukan jumlah senyawa
aktif dalam suatu tanaman obat yang dapat terekstraksi dengan pelarut
tertentu, dan pelarut yang digunakan etanol 95% yang bertujuan untuk
mendapatkan sari dari simplisia dengan perendaman dalam cairan penyari.
Kemudian dikocok 6 jam pertama saat dimaserasi yang bertujuan untuk
memperoleh konsentrasi senyawa yang ada di dalam simplisia dengan di luar
berbeda sehingga proses difusi bisa terjadi atau membantu pengekstraksian
supaya senyawa aktif lebih cepat larut. Saat dimaserasi dipakai labu
bersumbat agar cairan penyarinya yaitu etanol 95% tidak menguap. Maserasi
di sini adalah ekstrak sampai mencapai kesetimbangan konsentrasi yaitu
konsentrasi ekstrak pada cairan penyari sama dengan konsentrasi ekstrak pada
simplisia (Ditjen POM, 2000).

III. Metodologi Percobaan


III.1 Alat
- Timbangan Analitik
- Erlenmeyer
- Beaker glass
- Alumunium voil
- Oven
III.2 Bahan
- Air
- Etanol 95%
- Kloroform
III.3 Cara Kerja
a. Penetapan Susut Pengeringan
- Beaker glass kosong ditimbang.
- Masukkan 2 gram simplisia ke dalam beaker glass kosong
kemudian timbang.
- Masukkan ke dalam pemanas pada suhu 105oC selama 30
menit.
- Beaker glass setelah diuapkan ditimbang.
b. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air
- Beaker glass kosong ditimbang.
- Ditimbang simplisia sebanyak 1,5 gram.
- Dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform
dalam labu Erlenmeyer sambil sekali-kali dikocok selama 6
jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam.
- Disaring filtratnya, kemudian uapkan filtrat hingga kering
dalam beaker glass yang telah ditimbang.
- Sisanya dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap.
- Timbang beaker glass setelah diuapkan.
III.4 Skema Kerja
a. Penetapan Susut Pengeringan
Beaker glass kosong ditimbang

Masukkan 2 gram simplisia

Timbang beaker glass berisi simplisia

Masukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 30 menit

Timbang beaker glass setelah diuapkan

b. Penetapan Kadar Sari Dalam Air

Beaker glass kosong ditimbang

Timbang simplisia 1,5 gram

Dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL air-kloroform


dalam labu Erlenmeyer

sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama


Dibiarkan selama 18 jam

Disaring filtratnya

Uapkan filtrat hingga kering dalam beaker glass yang telah


ditimbang

Sisanya dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap

Timbang beaker glass setelah diuapkan


IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil
No. Pengujian Nilai
Susut Pengeringan Ketumbar
1 34%
(Coriandrum sativum)
Kadar Sari Larut Air Simplisia
2 1387,33%
Ketumbar (Coriandrum sativum)
Kadar Sari Larut Etanol Simplisia
3 28%
Ketumbar (Coriandrum sativum)

a. Penetapan Susut Pengeringan


Diketahui : Bobot beaker glass kosong : 99,46 gram
Bobot beaker glass setelah diuapkan : 100,78 gram
Bobot awal simplisia : 2 gram
Ditanya : Susut pengeringan simplisia?
Jawab :

bobot awal simplisia−¿(bobot beaker glass setelah diuapkan−¿ bobo


% susut pangeringan=
bobot awal simplisia
2 g−(1 00 , 78 g−99,46 g)
¿ ×100 %
2 gram
2 g−1,32 g
¿ ×100 %
2 gram
¿ 34 %

b. Penetapan Kadar Sari


 Larut Dalam Air
Diketahui : Bobot beaker glass kosong : 97,49 gram
Bobot beaker glass setelah diuapkan : 118,30 gram
Bobot awal simplisia : 1,5 gram
Ditanya : Kadar sari simplisia?
Jawab :
bobot beaker glass setelah diuapkan
−bobot beaker glass kosong
% kadar sari= ×100 %
bobot awal simplisia
118,30 gram−97,49 gram
¿ ×100 %
1,5 gram
¿ 1387,33 %
 Larut Dalam Etanol
Diketahui : Bobot beaker glass kosong : 99,80 gram
Bobot beaker glass setelah diuapkan : 100,22 gram
Bobot awal simplisia : 1,5 gram
Ditanya : Kadar sari simplisia?
Jawab :
bobot beaker glass setelah diuapkan
−bobot beaker glass kosong
% kadar sari= ×100 %
bobot awal simplisia
100,22 gram−99,80 gram
¿ ×100 %
1,5 gram
¿ 28 %
IV.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu melakukan penetapan susut pengeringan
dan penetapan kadar sari yang larut dalam air dan dalam etanol dengan
tujuan mahasiswa dapat mengetahui nilai penetapan susut pengeringan
dan dapat mengetahui nilai penetapan kadar sari yang larut dalam air dan
larut dalam etanol. Tanaman yang digunakan adalah Ketumbar
(Coriandrum sativum).
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu
zat. Proses pengeringan merupakan tahapan penting dalam upaya
penyediaan bahan baku yang memenuhi syarat. Susut pengeringan yang
di praktikumkan menggunakan metode buatan dimana digunakan lemari
pengering atau oven sebagai pengatur suhu yang diinginkan. Proses
dengan menggunakan oven ini lebih menguntungkan dari pengeringan
biasa karena tidak terpengaruh oleh iklim ataupun cuaca. Pada
praktikum, nilai susut pengeringan yang dihasilkan adalah 34%.
Kadar sari larut air dan etanol merupakan pengujian untuk
penetapan jumlah kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air
(kadar sari larut air) dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam
etanol (kadar sari larut etanol) (Ditjen POM, 2000). Metode penentuan
kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia. Penentuan kadar sari
juga dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat
pelarut yang cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prinsip
dari ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terarut dengan perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur (Ibrahim,2009).
Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu
dimaserasi selama ± 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar
sari larut etanol, simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam
dengan etanol (95 %). Hal ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada
simplisia dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut. Ketika
penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform terlebih
dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat
antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi
hanya air saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi
proses hidrolisis yang akan merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu
dan kualitas dari ekstrak tersebut. Sementara pada penentuan kadar sari
larut etanol tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah memiliki
sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan kloroform.
Dari hasil praktikum, didapatkan kadar sari larut dalam air dari
ketumbar sebanyak 1387,33% dan kadar sari larut dalam etanol 28%.
Kadar sari yang larut dalam etanol pada literature (MMI) tidak kurang
dari 10%. Dari data yang didapat dari percobaan kadar sari larut dari
etanol telah memenuhi persyaratan karena hasil yang didapatkan yaitu
28%.

V. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
a. Nilai susut pengeringan yang dihasilkan adalah 34%.
b. Nilai kadar sari yang larut dalam air adalah 1387,33% dan kadar sari larut
dalam etanol 28%.
c. Kadar sari yang larut dalam etanol pada literature (MMI) tidak kurang dari
10%. Dari data yang didapat dari percobaan kadar sari larut dari etanol
telah memenuhi persyaratan karena hasil yang didapatkan yaitu 28%.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Ditjen POM Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia I. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.

Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam,


Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan
Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB.

Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian


dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan
Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya
Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
Wasilah, Sudja. 1978. Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung:
PT Karya Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai