Anda di halaman 1dari 21

FARMASI INDUSTRI

Evaluasi Sediaan Granul


1. Waktu / Kecepatan Alir : untuk mengetahui kecepatan alir granul.
Rumus :
Bobot Granul (gr )
Waktu Alir=
Waktu Alir (detik )
Alat : Corong Alir
Prosedur : Timbang sejumlah granul, catat
bobotnya. Alirkan ke dalam corong, catat waktu
yang diperlukan untuk seluruh granul mengalir
seluruhnya.
Syarat :
Nilai Waktu Alir Gambaran Alir

Seorang apoteker yang bekerja di QC sebuah perusahaan farmasi sedang melakukan evaluasi sediaan granul
untuk pembuatan tablet Glimepiride 4 mg. Salah satu evaluasi yang dilakukan adalah uji waktu alir dimana
bobot granul yang diujikan adalah 250 gram dan waktu yang diperlukan untuk mengalir seluruhnya adalah
11,2 detik. Maka berapakah kecepatan alir granul tersebut?

2. Uji Kompresibilitas : untuk mengetahui kerapatan granul yang berpengaruh pada kompresibilitas, porositas
tablet, kelarutan dan sifat lainnya.
Rumus :
Vo−V 1
% Kompresibilitas= x 100 %
Vo
Vo
Indeks Kompresibilitas=
V1
Keterangan : Vo = Volume Awal
V1 = Volume Akhir
Alat : Jouling Tester
Prosedur : Masukkan granul ke dalam gelas ukur
sebanyak 100ml, catat volume awal, hidupkan alat
dengan jumlah ketukan sebanyak 250 kali, ukur
volume akhir.
Syarat :
% Flow Hausner
Kompresibilitas Character Ratio

Seorang apoteker sedang melakukan uji kompresibilitas granul untuk mengetahui metode cetak tablet yang
akan digunakan. Volume awal granul adalah 100mL dan setelah pengetukan didapatkan volume akhir
granul adalah 94mL. Termasuk kriteria aliran apakah granul tersebut?
Rumus : Syarat Kadar Air : 2 %
Wo−W 1 Prosedur : Timbang 5 gram granul, panaskan di oven
% Kadar Lembab= x 100 %
Wo suhu 105oC selama 2 jam, timbang bobot akhir granul.
Keterangan : Uji kadar lembab / air pada granul dapat juga
Wo : Bobot Awal dilakukan dengan menggunakan alat Moisture
W1 : Boboto Setelah Pengeringan Analyzer.

Seorang apoteker yang bekerja di QC sebuah perusahaan farmasi sedang melakukan evaluasi sediaan granul
untuk mengetahui kadar air yang terkandung di dalam granul sebelum dicetak menjadi tablet. Sebelum
dikeringkan, bobot granul yang didapatkan adalah 9,94 gram, dan setelah dikeringkan didapatkan bobot
granul 9,78 gram. Berapakah kadar air dalam granul tersebut?
Evaluasi Sediaan Tablet
1. Uji Keseragaman Sediaan
Dosis dan Perbandingan Zat Aktif
Bentuk Sediaan Tipe Sub Tipe
≥ 25mg dan ≥ 25% < 25mg atau < 25%
Tidak Bersalut Bobot Kandungan
Tablet Selaput Bobot Kandungan
Salut
Lainnya Kandungan Kandungan
Keras Bobot Kandungan
Suspensi, Emulsi,
Kapsul Kandungan Kandungan
Lunak atau Gel
Larutan Bobot Bobot
Komponen Tunggal Bobot Bobot
Sediaan Padat Larutan Beku
dalam Wadah Dosis Kering dalam Bobot Bobot
Multi Komponen
Tunggal Wadah Akhir
Lainnya Kandungan Kandungan
Larutan dalam
Wadah Satuan
Bobot Bobot
Dosis dan dalam
Kapsul Lunak
Lainnya Kandungan Kandungan

Hal – hal yang perlu diperhatikan dari tabel di bawah :


1. Nilai n
Apabila n = 10, maka nilai k = 2,4
n = 30, maka nilai k = 2,0

2. Nilai T
T ≤ 101,5%
Apabila X̄ di antara 98,5 – 101,5 maka nilai M = X̄ dan nilai NP =
X̄ di antara < 98,5 maka nilai M = 98,5 dan nilai NP =
X̄ di antara > 101,5 maka nilai M = 101,5 dan nilai NP =
T > 101,5%
Apabila X̄ di antara 98,5 – T maka nilai M = X̄ dan nilai NP =
X̄ di antara < 98,5 maka nilai M = 98,5 dan nilai NP =
X̄ di antara > T maka nilai M = T dan nilai NP =

Syarat 1 : nilai NP tidak lebih dari 15,0


Syarat 2 : tidak ada satu pun yang kurang dari [1 – (0,01 x L2)] x M
tidak ada satu pun yang lebih dari [1 + (0,01 x L2)] x M
dengan catatan nilai L2 = 25,0

Bagian pengawasan mutu sedang melakukan uji keseragaman sediaan terhadap kapsul asam mefenamat
250mg. pada pengujian tahap pertama digunakan sampel sebanyak 10 kapsul. Diperoleh hasil persentase rata –
rata kandungan bahan aktif dari jumlah yang tertera pada etiket sediaan = 100,05 %. Simpangan baku = 1,23
dan nilai T = 100,10 %. Berapakah nilai keberterimaan (NP) dari pengujian tersebut?

Seorang apoteker di industry farmasi melakukan uji keseragaman sediaan tablet Methylprednisolon 4mg.
Diperoleh nilai rata – rata kadar sebesar 103,113 % dimana nilai T = 101,5 dan nilai k untuk 10 tablet yang
diuji adalah 2,4. Simpangan dari hasil pengujian sebeser 0,721. Berpakah nilai penerimaannya?
Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kandungan
2. Uji Keseragaman Ukuran : untuk memastikan bahwa ukuran tiap tablet seragam karena dapat
mempengaruhi kandungan sediaan tablet.
Syarat :
Prosedur : Ambil 20 tablet dari masing – masing formula, ukur tebal tablet dan diameter masing – masing
tablet.

Apabila diketahui tebal tablet adalah 0,5 cm, maka berapakah rentang diameter tablet yang diperkenankan?

3. Uji Kekerasan Tablet : untuk menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat proses
produksi, pengemasan, dan pengangkatan.
Prinsip : memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet
adalah sebesar 4 kg/cm3.

4. Uji Kerapuhan Tabet (Friabilitas) : untuk menguji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan.
Wo−Wf Alat : Friability Tester
% Friabilitas= x 100 %
Wf Prosedur : Ambil sebanyak 20 atau 40 tablet, hitung
Keterangan : bobot seluruh tablet. Masukkan pada alat friability
Wo : Bobot tablet awal tester dengan kecepatan 25 rpm dan atur sebanyak 100
Wf : Bobot setelah putaran putaran. Bersihkan seluruh permukaan setiap tablet,
Syarat Kehilangan Bobot : ≤ 1% timbang bobot akhir seluruh tablet.

Seorang apoteker sedang melakukan uji kerapuhan tablet Amlodipine 5mg dengan memasukkan 20 tablet
ke dalam Friability Tester. Didapatkan bobot 20 tablet sebelum dilakukan putaran sebesar 4.840 mg. Setelah
dilakukan putaran, 20 tablet tersebut memiliki bobot sebesar 4.798 mg. Apakah 20 tablet tersebut
memenuhi syarat uji kerapuhan?

5. Uji Waktu Hancur : agar didapatkan tablet dengan waktu hancur yang sesuai dengan Farmakope Indonesia.
Syarat : Prosedur : Ambil 6 tablet dan masukkan ke dalam
Tablet Konvensional disintegration tester. Apabila 1 atau 2 tablet tidak
Tablet Salut Gula hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
Tablet Salut Selaput tambahan. Tidak kurang dari 16 tablet yang larut
Alat : Disintegration Tester sempurna.

Apabila seorang apoteker mendapatkan data uji waktu hancur untuk tablet konvensional sebagai berikut :
Tablet Waktu Hancur Apakah data 6 tablet di atas memenuhi syarat uji waktu hancur?

A 14 menit 40 detik
B 14 menit 56 detik
C 15 menit 24 detik
D 15 menit 13 detik
E 14 menit 50 detik
F 14 menit 47 detik
Uji Disolusi
Tahap Sampel Uji Kriteria Penerimaan
S1

S2

S3

Wadah Uji Disolusi


Tipe 1 – Keranjang untuk sediaan :
Tipe 2 – Dayung untuk sediaan :
Tipe 3 – Silinder Kaca Bolak Balik untuk sediaan :
Tipe 4 – Sel yang Dapat Dialiri untuk sediaan :
Tipe 5 – Dayung di Atas Cakram
Tipe 6 – Silinder
Tipe 7 – Penyangga Bolak Balik

Seorang apoteker sedang melakukan uji disolusi tablet Bisoprolol 5mg. Di Farmakope Indonesia edisi IV
dinyatakan bahwa nilai zat terlarut pada sediaan Bisoprolol 5mg tablet adalah 85%. Maka berapakah jumlah
tablet yang diperlukan untuk uji disolusi tahap S1?

Apabila didapatkan salah satu tablet memberikan nilai Q sebesar 87%, apa yang harus apoteker lakukan dan
berapa banyak tablet yang ditambahkan untuk diuji?

Didapatkan nilai Q dari 12 tablet seperti pada tabel. Apakah pengujian tahap S2 memenuhi syarat?
Nilai Q
90 % 90 % 84 % 80 %
Apabila total nilai Q sebesar 1019 %, apakah pengujian tahap S2
91 % 87 % 75 % 83 % memenuhi syarat?

91 % 92 % 85 % 80 %
Total 1028 % Apabila tidak memenuhi syarat, apa yang harus apoteker lakukan? Berapa
jumlah tablet yang ditambahkan untuk diuji?
Permasalahan Selama Proses Pencetakan Tablet
1. Capping :

Laminating :

Dapat diperbaiki dengan penambahan pengikat kering, regranulasi, atau menambahkan lubrikan.

2. Binding :

Dapat diperbaiki dengan penambahan lubrikan, mengurangi ukuran granul, atau mengempa pada suhu dan
kelembaban yang rendah.

3. Sticking :

Chipping :

Picking :

Dapat diperbaiki dengan mengurangi ukuran granul atau penambahan antiadheren.

4. Cracking :

Crumbling :

Dapat diperbaiki dengan perkecil ukuran granul, meningkatkan tekanan saat pencetakan, dan
penambahan / penggantian pengikat yang tepat.

5. Mottling :

Dapat diatasi dengan menggunakan pewarna yang sesuai dengan eksipien dan pelarut atau dengan
melakukan pencampuran yang tepat sampai homogen.
Bahan Tambahan / Eksipien yang Umum Digunakan
1. Bahan Pengisi / Filler / Diluent
Dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot), memperbaiki kompresibilitas, dan sifat alir dari
bahan aktif. Dikategorikan menjadi 3, yaitu : material organik (karbohidrat dan modifikasi karbohidrat),
material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya), serta co-processed diluent.
Material Organik :

Material Anorganik :

Co-processed Diluent :

2. Pengikat / Binder
Dibutuhkan untuk menambah doaya kohesi dalam formulasi. Dikategorikan menjadi 3, yaitu : pengikat dari
alam, polimer sintetik / semisintetik, dan gula.
Pengikat dari Alam :

Polimer Sintetik / Semisintetik :

Gula :

3. Penghancur / Disintegran
Dibutuhkan untuk membantu hancurnya tablet menjadi granul agar selanjutnya menjadi partikel – partikel
penyusun sehingga meningkatkan keceptan disolusi tablet.
Contoh :

Superdisintegran :

4. Bahan Pelicin sebagai eksipien memiliki 3 fungsi, yaitu :


 Lubrikan :

 Glidant :

 Antiadheren :

5. Pewarna dan Pigmen


Tidak mempengaruhi aktivitas terapeutik, ditambahkan dengan tujuan menutup warna obat yang kurang
baik untuk meningkatkan nilai estetika.
Contoh : Red 3/40 ; Yellow 5/6 ; Green 3

6. Pemanis
Contoh : Manitol, Laktosa, Sukrosa, Dextrosa, Sakarin, Siklamat, Aspartam
Uji Sediaan Liquid
1. Uji Volume Terpindahkan
Persiapan : Pilih tidak kurang dari 30 wadah. Untuk larutan oral, suspensi oral, dan bentuk sediaan oral
lainnya.
Prosedur : Kocok isi dari 10 wadah satu persatu. Tuang perlahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur
yang ukurannya tidak lebih dari 2 setengah kali volume yang diukur. Lakukan secara hati-hati agar tidak
muncul gelembung.
Rumus :
vol . yang terbaca di gelasukur
% Volume Terpindahkan= x 100 %
vol . yang tertera di etiket
Syarat :
Wadah Dosis Ganda

Syarat 1 :
Tahap 1
botol
Syarat 2 :

Syarat 1 :
Tahap 2
botol
Syarat 2 :

Wadah Dosis Tunggal

Syarat 1 :
Tahap 1
botol
Syarat 2 :

Syarat 1 :
Tahap 2
botol
Syarat 2 :

Seorang apoteker di industri farmasi sedang melakukan uji volume terpindahkan untuk sediaan suspensi
Paracetamol 100mL. Didapatkan data sebagai berikut :
Vol. yang terbaca di Gelas Ukur (mL) Dari data di samping, apakah ke – 10 botol telah memenuhi
syarat Uji Volume Terpindahkan?
101 102 99 98 102
101 102 99 97 101 Seorang apoteker di industri farmasi sedang melakukan uji
volume terpindahkan untuk sediaan suspensi Pyrantel
Pamoat 5 mL. Didapatkan data sebagai berikut :
Vol. yang terbaca di Gelas Ukur (mL) Dari data di samping, apakah ke – 10 botol telah memenuhi
syarat Uji Volume Terpindahkan?
4,8 5,1 5,25 4,75 5,15
4,9 5,2 4,95 5,05 4,75
2. Bobot Jenis
Alat : Piknometer
Prosedur : Timbang pikinometer kosong (Wo). Isi dengan larutan yang diuji, tutup, dan timbang (W1).

Bobot Jenis
g
( )
=
W 1−Wo ( gram )
ml volume pikno ( ml )

Bobot Jenis
g
( )
=
( bobot pikno+ zat ) −bobot piknokosong
ml ( bobot pikno +air )−bobot pikno kosong
Seorang apoteker sedang menghitung nilai Bobot Jenis suspensi Ibuprofen yang akan diproduksi sebanyak
10.000 botol. Diketahui data sebagai berikut :
Bobot piknometer kosong : 25,4 gram
Bobot piknometer + suspensi Ibuprofen : 49,6 gram
Bobot piknometer + air : 48,1 gram
Berapakah Bobot Jenis untuk sediaan suspensi Ibuprofen tersebut?

3. Uji Kejernihan
Ambil larutan dan tuang ke dalam beaker glass. Berikan alas kertas kontras (hitam/putih) dan disinari dari
samping.

4. Viskositas
Alat : Viskometer Ostwald
ŋ air ρ air x t air
=
ŋ sediaan ρ sediaan x t sediaan
Keterangan :

5. Volume Sedimentasi
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung silinder berskala, hitung volume awal (Vo). Diamkan beberapat
waktu, hitung volume akhir setelah terbentuk endapan (Vu).
Vu
F=
Vo
Keterangan :

Syarat :
Evaluasi Sediaan Semisolid
1. Uji Homogenitas : menggunakan kaca objek
2. Uji pH : menggunakan pH meter
3. Viskositas : menggunakan Viskometer Brookfield
Pasang spindle (pemilihan nomor spindle didasarkan pada kekentalan) pada alat viskometer. Turunkan
sampai spindle tercelup ke dalam sediaan. Pasang stopwatch, nyalakan alat. Lihat angka yang muncul.
No. spindle besar – luas penampang spindle kecil : untuk sediaan kental
No. spindle kecil – luas penampang spindle besar : untuk sediaan encer
4. Uji Kebocoran
Pengujian dilakukan pada 10 tubes sediaan. Posisikan tube secara horizontal di atas lembaran kertas
penyerap dalam oven suhu 60 ± 3oC selama 8 jam.
Syarat :

5. Uji Daya Sebar


Timbang 0,5 gram sampel di atas kaca arloji, letakkan di atas kertas berskala, kaca lainnya letakkan di
atasnya dan biarkan 1 menit. Ukur diameter sebar salep. Tambahkan beban mulai dari 5-200 gram tiap 1
menit. Ukur diameter konstan dan hitung rata-rata diameter sebarnya.
Syarat : diameter sebar yang terbentuk adalah 5-7 cm.
6. Isi Minimum
Pengujian dilakukan sebanyak 10 wadah. Hilangkan semua etiket yang mempengaruhi bobot. Bersihkan dan
keringan bagian luar wadah. Timbang satu persatu (Wo). Keluarkan isi dari masing-masing wadah secara
sempurna. Timbang satu persatu wadah kosong (W1). Selisih dari Wo dan W1 adalah bobot bersih dari
sediaan.
Syarat :
Bobot Sampel ≤ 60 gram

Syarat 1 :
Tahap 1
tube
Syarat 2 :

Syarat 1 :
Tahap 2
tube
Syarat 2 :

Bobot Sampel 60 – 150 gram

Syarat 1 :
Tahap 1
tube
Syarat 2 :

Syarat 1 :
Tahap 2
tube
Syarat 2 :
Seorang apoteker sedang melakukan evaluasi sediaan Ketoprofen Gel dengan bobot 50 gram tiap tubenya.
Setelah dilakukan penimbangan masing – masing tube didapatkan data sebagai berikut :
Bobot Ketoprofen Gel tiap Tube (gram) Dari data di samping, apakah 10 tube Ketoprofen Gel memenuhi
persyaratan?
48 47,8 52,2 52,9 52,2
49 53,4 44,9 49,8 53,8

Seorang apoteker sedang melakukan evaluasi sediaan Glucosamin – Kondroitin Gel dengan bobot 120 gram
tiap tubenya. Setelah dilakukan penimbangan masing – masing tube didapatkan data sebagai berikut :
Bobot Gel tiap Tube (gram) Dari data di samping, apakah 10 tube Glucosamin – Kondroitin
Gel memenuhi persyaratan?
114,6 122,3 123,6 125,4 118,9
119,4 123,3 113,8 125,1 122,9

7. Penetapan Partikel Logam


Keluarkan isi 10 tube, letakkan di atas cawan petri, panaskan suhu 80 oC. Dinginkan sampai membeku.
Angkat tutup, balikkan capet dan simpan di bawah mikroskop. Amati jumlah partikel dengan ukuran > 50
μm.
Syarat :

Syarat 1 :
Tahap 1
tube
Syarat 2 :

Syarat 1 :
Tahap 2
tube
Syarat 2 :

Seorang apoteker sedang melakukan evaluasi sediaan Salep Gentamycin, yaitu penetapan partikel logam.
Didapatkan data sebagai berikut :
Jumlah partikel dengan ukuran > 50 μm Dari data di samping, apakah 10 tube Salep Gentamycin
tersebut memenuhi persyaratan?
4 3 5 6 5
6 5 5 8 5
Evaluasi Sediaan Steril
1. Bahan Partikulat : berupa zat asing yang bergerak dan asalnya tidak tentu, kecuali gelembung gas, yang
tidak dapat dikuantisasi dengan analisis kimia karena jumlah materinya kecil dan komposisi yang
heterogen.
Syarat :
Uji Hitung Partikel secara Pengaburan Cahaya
≥ 10 μm ≥ 25 μm
Injeksi Volume Kecil
Injeksi Volume Besar

Uji Hitung Partikel secara Mikroskopik


≥ 10 μm ≥ 25 μm
Injeksi Volume Kecil
Injeksi Volume Besar

2. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah


Jika volume injeksi > 10 ml, sampel yang diambil :
Jika volume injeksi 3 – 10 ml, sampel yang diambil :
Jika volume injeksi < 3 ml, sampel yang diambil :
Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik no. 21. Volume yang diukur harus memenuhi sekurang-
kurangnya 40% dari volume kapasitas pipet.
Syarat :
Volume Tertera Kelebihan Volume Dianjurkan
pada Etiket Cairan Encer Cairan Kental
0,5 ml 0,10 ml 0,12 ml
1,0 ml 0,10 ml 0,15 ml
2,0 ml 0,15 ml 0,25 ml
5,0 ml 0,30 ml 0,50 ml
10,0 ml 0,50 ml 0,70 ml
20,0 ml 0,60 ml 0,90 ml
30,0 ml 0,80 ml 1,20 ml
50,0 ml atau lebih 2% 3%

3. Uji Kebocoran
Cairan bening tidak berwarna (a) :

Cairan berwarna (b) :


Produksi Steril
Kondisi operasional dan non-operasional hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih. Keadaan non-
operasional menunjuk pada kondisi dimana fasilitas telah terpasang dan beroperasi, lengkap dengan peralatan
produksi tetapi tidak ada personel. Sedangkan kondisi operasional menunjuk pada kondisi dimana fasilitas
dalam keadaan berjalan sesuai dengan modus pengoperasian yang ditetapkan dengan sejumlah tertentu
personel yang sedang bekerja.

Kelas A merupakan zona untuk kegiatan beresiko tinggi, mulai dari zona pengisian, wadah tutup karet, ampul,
dan vial terbuka, dan penyambungan secara aseptis. Umumnya dipasang unit aliran udara laminar ( laminar air
flow) dengan mengalirkan udara dengan kecepatan berkisar 0,36 – 0,54 m/detik.
Kelas B merupakan zona untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang zona kelas A.
Kelas C dan D merupakan zona/area bersih untuk melakukan proses pembuatan yang mengandung resiko
lebih rendah.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril.

Klasifikasi Ruang Bersih :

Batasan Cemaran Mikroba :

Produk yang Di – Sterilisasi Akhir


 Penyiapan Komponen Produk :
Bila ada resiko, maka dilakukan :
 Pengisian Produk :
Bila ada resiko, maka dilakukan :
 Pembuatan dan Pengisian Salep, Krim, Suspensi, dan Emulsi :

Produk Secara Aseptis


 Pencucian Komponen :
Penanganan Bahan Awal dan Komponen Steril :
 Pembuatan Larutan yang akan di – Filtrasi :
Penyiapan Bahan dan Produk yang tidak di – Filtrasi :
 Penanganan dan Pengisian Produk Salep, Krim, Suspensi, dan Emulsi :
Metode Sterilisasi
1. Panas Basah :
2. Panas Kering :
3. Radiasi Sinar γ :
4. Gas Etilen Oksida :
5. Filtrasi (Removal Bakteri) :

Kemasan Sediaan Steril


Tipe Gelas
Bahan gelas farmasi digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Tipe I

2. Tipe II

3. Tipe III

4. Tipe IV

Wadah Plastik
Terdapat 2 jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan sediaan parenteral, yaitu :
1. Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga tidak dapat
dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas atau logam.
2. Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika didinginkan.
Polimer termoplastik inilah yang banyak digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.
Wadah Plastik yang digunakan untuk Sediaan Parenteral Volume Besar (LVP) :
1. Polyolefins :
• Polypropylene
• Polyethylene
2. Polyvinil Chloride
3. Polycarbonate
Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral :
Sterile Plastic Device Plastic Material

Container for Blood Products Polyvinyl Chloride

Polycarbonate, Polyethylene,
Disposable Syringe
Polypropylene

Irrigating Solution Container Polyethylene, Polypropylene, Polyolefins

IV Infusion Fluid Container Polyvinyl Chloride, Polyolefins, Polyester

Catheter Polypropylene
Perhitungan Tonisitas
Industri farmasi membuat sediaan tetes mata mengandung Thiamin HCl 0,5% dengan volume sediaan 30mL.
Hitunglah jumlah NaCl yang diperlukan agar sediaan tersebut isotonis.
Diketahui :
Ekivalensi Thiamin terhadap NaCl adalah 0,26
ΔTf Thiamin adalah 0,139oC
Validasi dan Kualifikasi
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan,
sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa
mencapai hasil yang diharapkan.
Terdiri dari 3 jenis validasi, yaitu :
o Validasi Proses
o Validasi Metode Analisis
o Validasi Pembersihan

Validasi Proses, terdiri dari :


1. Validasi Prospektif
Bets hasil validasi prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan untuk dijual
berdasarkan hasil serangkaian uji pengawasan mutu yang intensif, pengkajian kondisi pembuatan, hasil uji
stabilitas, dan persetujuan dari pemastian mutu.
2. Validasi Konkuren
Validasi konkuren perlu dilakukan apabila terdapat :
− Perubahan parameter proses, seperti perubahan suhu, kelembaban, dan lainnya.
− Perubahan pabrik pembuat eksipien dengan spesifikasi yang sama.
− Perubahan mesin dengan spesifikasi yang sama.
− Transfer pembuatan produk ke pabrik lain, dengan syarat :
∙ Tidak ada perubahan formula, sumber bahan baku zat aktif dan zat tambahan, proses produksi,
spesifikasi obat, dan spesifikasi bahan pengemas.
∙ Proses telah divalidasi di pabrik asal.
3. Validasi Retrospektif
Merupakan validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan yang didasarkan pada pembuatan,
pengujian, dan pengawasan bets yang dikumpulkan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. (10 – 30 bets)
4. Validasi Proses Tradisional
5. Verifikasi Proses Kontinu
6. Pendekatan Hibrida
7. Verifikasi Proses On-going Siklus Hidup Produk

Validasi Metode Analisis merupakan tindakan pembuktian bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai
dengan tujuan penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.
 
Validasi Pembersihan merupakan tindakan pembuktian bahwa prosedur yang telah ditetapkan untuk
membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer mampu membersihkan sisa bahan
aktif obat dan zat pembersih yang digunakan untuk proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran
mikroba pada tingkat yang dapat diterima.
 
Validasi Ulang diperlukan pada kondisi :
 Melibatkan bahan aktif obat baru / pemasok baru.
 Melibatkan formulasi baru (bahan aktif obat sama namun terdapat penggantian bahan lain yang
menyebabkan bahan aktif obat sulit dibersihkan)
 Perubahan prosedur analisis
 Prosedur pembersihan dilakukan pembaruan
 Memenuhi jangka waktu yang ditetapkan untuk melakukan validasi ulang.
Kualifikasi merupakan proses pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang menunjukkan kelayakan
suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang sesuai dengan spesifikasi yang telah di tetapkan.

Tahapan kualifikasi terdiri dari 4 tahap, yaitu :


Design Qualification (DQ) – Installation Qualification (IQ) – Operational Qualification (OQ) – Performance
Qualification (PQ)
 1. Kualifikasi Desain (KD) / Design Qualification (DQ) merupakan suatu pembuktian bahwa kualifikasi
peralatan, fasilitas, sarana penunjang, dan sistem yang digunakan telah sesuai dengan CPOB, dapat
dibuktikan dan didokumentasikan.
2. Kualifikasi Instalasi / Installation Qualification (IQ) merupakan suatu pembuktian dari :
• Kebenaran instalasi komponen, instrumen, peralatan, pemipaan, dan peralatan penunjang lainnya.
• Pengumpulan dan pemeriksaan dokumen instruksi kerja dan instruksi pengoperasian serta instruksi
perawatan.
• Kalibrasi instrumen
• Verifikasi bahan konstruksi
3. Kualifikasi Operaional (KO) / Operational Qualification (OQ) umumnya dilakukan setelah KI dan dilakukan
terhadap :
• Pengujian yang dikembangkan berdasarkan pemahaman proses, sistem, dan peralatan untuk
memastikan sistem beroperasi sesuai desain.
• Pengujian untuk mengkonfirmasi batas operasi atas dan batas operasi bawah, dan atau kondisi terburuk.
4. Kualifikasi Kinerja (KK) / Performance Qualification (PQ) umumnya dilakukan terhadap :
• Pengujian dengan menggunakan bahan yang dipakai untuk produksi, bahan pengganti yang sesuai
spesifikasi, atau produk simulasi yang terbukti mempunyai sifat yang setara pada kondisi operasional
normal.

Uji Stabilitas
Panduan Uji Stabilitas
1. ICH (International Conference of Harmonization)
2. CPOB
Berdasarkan data ICH, Indonesia termasuk ke dalam Zona IV (Benua Asia), dimana secara umum Uji Stabilitas
dilakukan pada :
 Uji Jangka Panjang (Real Time) : Suhu 30oC ± 2oC – RH 65% ± 5% selama 12 bulan
 Uji Dipercepat : Suhu 40oC ± 2oC – RH 75% ± 5% selama 6 bulan

Kondisi Penyimpanan API (Active Pharmaceutical Ingredient) dan FPP (Finished Pharmaceutical Product) :
1. Suhu Ruang (25o – 30o C)
Study Storage Condition Minimum Time Period

Long – term

Intermediate
Accelerated
2. Refrigerator (2o – 8o C)
Study Storage Condition Minimum Time Period
Long – term
Accelerated
3. Freezer (– 0o C)
Study Storage Condition Minimum Time Period
Long – term
Perubahan bermakna pada Uji Dipercepat :
• Kehilangan 5% potensi dari kadar awal.
• Bila hasil urai melebihi nilai batas spesifikasi
• Produk melewati batas pH-nya.
• Disolusi melewati batas spesifikasi untuk 12 tablet
• Gagal memenuhi spesifikasi penampilan dan sifat-sifat fisika, seperti warna, pemisahan fase,
resuspensibilitas, caking, dsb.

Berdasarkan rekomendasi CPOB, tujuan dari Uji Stabilitas adalah untuk memberikan bukti bagaimana mutu
bahan baku atau produk berubah sepanjang waktu karena adanya berbagai faktor linkungan, seperti suhu,
kelembaban, dan cahaya.
Dengan adanya Uji Stabilitas, dapat ditetapkannya :
1. Cara Penyimpanan Produk
2. Periode Uji Ulang
3. Masa Edar Bahan Baku Aktif atau Produk (Kadaluarsa)

Berikut perbedaan Pengujian Jangka Panjang dan Pengujian Dipercepat :


Pengujian Jangka Panjang / Real Time Pengujian Dipercepat
Pengujian dilakukan pada kondisi suhu dan Pengujian dilakukan pada kondisi suhu dan
kelembaban normal kelembaban ekstrim
Pengujian dilakukan sampai usia guna diperoleh, dan
dilakukan dalam beberapa interval : Pengujian dilakukan selama 3 sampai 6 bulan, dan
• dilakukan dengan interval sedikitnya 4 kali
• pengujian.

Suhu 30oC ± 2oC – RH 65% ± 5% Suhu 40oC ± 2oC – RH 75% ± 5%

Anda mungkin juga menyukai