Anda di halaman 1dari 11

UJI SIFAT FISIK, KADAR DAN DISOLUSI TERBANDING

TABLET KARBAMAZEPIN GENERIK BERLOGO,


GENERIK BERMEREK DAN INOVATOR
Citra Reswara Gantiaji, Dr. T.N. Saifullah S., M.Si., Apt., dan Rochmy Istikharah, M.Sc., Apt
INTISARI Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Indonesia
e-mail: citrareswara@gmail.com

INTISARI
Karbamazepin merupakan obat antiepilepsi yang tersedia dalam berbagai nama dagang
maupun generik. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas in vitro dengan cara
membandingkan sifat fisik, kadar dan profil disolusi tablet karbamazepin generik berlogo, generik
bermerek dan inovator sebagai pembanding. Penelitian ini menggunakan 3 macam tablet
karbamazepin yang terdiri dari produk inovator (C) sebagai pembanding, produk generik bermerek
(B) dan 1 jenis produk generik berlogo (A). Tablet kemudian diuji sifat fisiknya terhadap parameter
bobot, ukuran, kekerasan, dan didintegrasi. Uji disintegrasi dilakukan menggunakan medium
Aquadest pada suhu 37°C. Penetapan kadar dilakukan dengan spektofotomer UV pada panjang
gelombang 285,4 nm. Uji disolusi menggunakan alat tipe 2 (dayung), kecepatan rotasi 50 rpm
dalam HCl 0,1 N pada suhu 37±0,5°C.Bobot ketiga produk memiliki nilai RSD yang berkisar antara
0,77-1,2% dan telah memenuhi persyaratan. Diameter dan ketebalan tablet telah sesuai dengan
Farmakope yaitu diameter tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Waktu
hancur tablet berkisar antara 0,61-5,63 menit dan telah memenuhi persyaratan. Kadar rata-rata
ketiga produk berkisar antara 93,2-94,23% dan telah memenuhi persyaratan. Kadar terdisolusi
ketiga produk tablet karbamazepin memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang dari 75% dapat
terdisolusi selama 60 menit. Uji faktor kemiripan (f2) dan faktor perbedaan (f1) menunjukkan bahwa
profil disolusi produk A (generik berlogo) dan produk B (generik bermerek) tidak mirip dengan
produk inovatornya.
Kata kunci: Karbamazepin, Tablet, Kualitas in vitro, Disolusi.

PENDAHULUAN (BPOM) mensyaratkan uji disolusi terbanding


Studi biofarmasetika memberikan berdasarkan perbandingan profil disolusi antara
informasi bahwa metode fabrikasi dan formulasi obat inovator dan obat “copy” (generik berlogo
dengan nyata mempengaruhi bioavailibilitas atau generik bermerek) yang dilaporkan dalam
obat. Perbedaan metode fabrikasi dan formulasi bentuk profil disolusi antara obat uji (copy) dan
dapat menyebabkan perbedaan kualitas tablet pembanding (inovator)(1).
yang dihasilkan. Banyak pabrik farmasi yang Produk karbamazepin yang beredar di
memproduksi obat dengan zat aktif yang sama Indonesia terdiri dari tiga jenis produk tersebut
sehingga dapat ditemui berbagai merek dagang dengan produk inovatornya yaitu Tegretol® dan
dengan kemasan dan harga yang bervariasi. BPOM menyatakan bahwa obat dengan zat aktif
Untuk memastikan kualitas dan sifat-sifat karbamazepin wajib untuk dilakukan uji
produk obat dengan perubahan minor dalam bioekivalensi(2). Karbamazepin merupakan
formulasi atau pembuatan setelah izin derivat dibenzazepin yang menjadi pilihan
pemasaran obat untuk memenuhi hak konsumen utama pada epilepsi dengan bangkitan parsial
guna mendapatkan obat dengan kualitas yang maupun tonik-klonik(3). Karbamazepin
dijanjikan, badan pengawas obat dan makanan mempunyai sifat sangat sukar larut dalam air(4).
Hampir 90% karbamazepin diabsorbsi di BAHAN
saluran pencernaan atau dengan kata lain Bahan yang digunakan adalah standar
karbamazepin mempunyai permiabilitas yang karbamazepin murni, HCl 0,1 N, aquadest, 1
tinggi(3,5). Dari data kelarutan tersebut, dapat macam tablet karbamazepin generik berlogo (A)
diambil kesimpulan bahwa karbamazepin dengan no batch: 1106007, serta tablet
tergolong dalam Biopharmaceutics karbamazepin generik bermerek (B) dengan no
Classification System (BCS) kelas II yaitu obat batch: 320960901 sebagai produk obat copy dan
dengan kelarutan rendah permiabilitas tablet karbamazepin generik bermerek (C)
(6,11)
tinggi . Kecepatan disolusi merupakan dengan no batch: 3034 sebagai produk inovator.
kecepatan zat aktif yang terlepas dari bahan Sampel yang digunakan adalah tablet
pembantunya yang memungkinkan kecepatan karbamazepin dengan kekuatan sediaan 200 mg.
melarut dapat terhambat. Oleh karena itu, uji
disolusi terbanding merupakan suatu parameter METODE
penting dalam pengendalian mutu obat yang Uji Keseragaman bobot
digunakan peroral untuk mendapatkan efek Dua puluh tablet dari produk A, B dan C
sistemik. diambil dan kemudian ditimbang masing-
Penelitian ini melakukan uji disolusi masing tablet. Dihitung bobot rata-rata dan
terbandingin vitro, uji kadar dan sifat fisik yang peyimpangan terhadap bobot rata-rata tercantum
meliputi uji keseragaman bobot, uji pada tabel V(7).
keseragaman ukuran, uji kekerasan dan uji
disintegrasi antara produk inovator sebagai Uji Keseragaman ukuran
pembanding dengan produk generik bermerek Dua puluh tablet dari produk A, B dan C
dan produk generik berlogo yang dilakukan produk tablet karbamazepin diambil. Diameter
berdasarkan Farmakope yang juga dan ketebalan masing-masing tablet diukur
mencantumkan kriteria kualitas produk obat. Uji dengan alat jangka sorong(7).
disolusi terbanding dilakukan untuk memenuhi
peraturan dari BPOM yang bahwasanya perlu Uji kekerasan
dilakukan uji ekivalensi antara produk obat Enam tablet produk A, B dan C diambil dan
generik dan produk inovatornya sebelum atau diletakkan diantara plat mesin uji kekerasan
setelah diedarkan untuk memonitor kualitas (hardness tester). Tombol start ditekan
produk obat tersebut. Uji disolusi terbanding kemudian ditunggu hingga tablet hancur oleh
yang didukung oleh penetapan kadar dan sifat plat mesin tersebut. Nilai kekerasan dilihat pada
fisik perlu dilakukan sehingga dapat dijadikan layar. Kekerasan diukur berdasarkan luas
bahan penilaian kemiripan kualitas produk permukaan tablet dengan menggunakan beban
karbamazepin yang beredar. yang dinyatakan dalam kg. Satuan kekerasan
Oleh karena itu perlu dilakukan uji adalah kg/cm2(7).
biokeivalensi untuk mengetahui apakah antara
produk obat generik berlogo dan generik Uji Waktu hancur
bermerek sebanding dengan inovatornya Pengujian waktu hancur dilakukan dengan
sehingga efeknya akan sama baik dalam hal menggunakan disintegration tester. Diambil 6
efikasi maupun keamanan karena metode tablet dari setiap produk tablet karbamazepin
fabrikasi dan formulasi dapat mempengaruhi generik berlogo, generik bermerek dan inovator.
bioavailibilitas produk-produk obat tersebut. Tablet dimasukkan dalam tiap tube, ditutup
dengan penutup dan dinaik turunkan keranjang
tersebut dalam air dengan suhu 37± 2°C.
Pencatatan waktu dimulai pada saat alat
dijalankan hingga tidak ada lagi fragmen tablet metode f2 (faktor kemiripan) dan f1 (faktor
yang terdapat pada atas kasa(7). perbedaan). Nilai f2 50 atau lebih besar (50-100)
menunjukkan kemiripan profil disolusi ke 2
Penetapan Kadar produk(7). Nilai f1 antara 0-15 menunjukkan
Diambil dua puluh obat dari masing-masing tidak ada perbedaan profil disolusi ke 2 produk,
produk A, B dan C kemudian digerus. sedangkan lebih besar dari 15 menunjukkan
Ditimbang seksama sejumlah serbuk yang setara perbedaan profil disolusi(12).
dengan 15 mg karbamazepin kemudian f2 = 50
∑ [ ]
dimasukkan dalam labu erlenmeyer dan
ditambahkan 15 ml etanol 95%. Larutan
dipanaskan hingga mendidih. Larutan yang ∑ [ − ]2
panas didinginkan selama 10 menit dan ditutup.
f1 =

100
Larutan disaring dan dimasukkan dalam labu Keterangan :
ukur 100 ml. Dibilas saringan dan labu Rt = persentase kumulatif obat yang larut pada
menggunakan etanol 95%(7). Larutan ditambah setiap waktu sampling dari produk
etanol 95% hingga tanda batas. Diambil 0.5 ml pembanding. (R= reference)
larutan dimasukkan dalam labu ukur 25 ml. Tt = persentase kumulatif obat yang larut pada
setiap waktu sampling dari produk uji
Serapan dibaca dengan spektrofotometer UV
(T=test)
pada panjang gelombang maksimum ± 254 nm.
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. HASIL DAN DISKUSI
Uji keseragaman ukuran
Disolusi Terbanding Keseragaman ukuran meliputi
Dalam bejana disolusi dimasukkan medium keseragaman diameter dan tebal tablet yang
disolusi HCl 0,1 N sebanyak 900 ml dan diatur merupakan salah satu faktor yang
suhunya 37±0,5°C. Pasang alat pengaduk yang mempengaruhi kualitas tablet. Ketebalan tablet
berbentuk dayung, atur putaran pengaduk harus terkontrol karena ketebalan yang tidak
dengan kecepatan 50 rpm selama 60 menit. konstan akan menyulitkan pada proses
Setelah suhu tercapai, masukkan tablet pengemasan.
karbamazepin dalam bejana disolusi dan Hasil uji keseragaman ukuran (Tabel I)
hidupkan alat. Larutan diambil sebanyak 5 ml menunjukkan bahwa produk B memiliki
pada menit ke 10, 15, 30, 45 dan 60(11). Setiap ketebalan dan diameter paling besar
pengambilan larutan kemudian diganti dengan dibandingkan dengan produk A dan C. Produk
medium dengan suhu yang sama sebanyak 5 ml B dan C memiliki ketebalan dan diameter tablet
sehingga volumenya tetap. Serapan larutan
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
diukur pada panjang gelombang maksimum dan
kadar dihitung dengan persaman kurva baku tebal tablet(7), sedangkan untuk produk obat A
yang telah diperoleh. memiliki diameter tablet lebih dari 3 kali tebal
tablet. Keseragaman ukuran antara produk A
ANALISIS DATA dapat juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan
Hasil absorbansi pada hasil uji disolusi pada tiap kekuatan pengempaan. Ketidaksesuaian tersebut
waktunya dihitung persen terdisolusi. Nilai Q tidak dapat dijadikan sebagai dasar penilaian
dibandingkan dengan USP yang menyatakan untuk menilai apakah produk obat memiliki
bahwa tidak kurang dari 75% karbamazepin kualitas yang baik atau tidak, namun perlu
terlarut dalam 60 menit. Persen terdisolusi pada dilakukan uji lebih lanjut.
masing-masing waktu pada tiap produknya
digunakan untuk analisis dengan menggunakan
Tabel I. Hasil Uji Keseragaman Ukuran

Ketebalan Tablet Diameter Tablet


Produk ̅ (mm) ± CV ̅ (mm) ± CV Keterangan
SD (%) SD (%)
A (berlogo) 2,97±0,06 2,07 11,14±0,02 0,18 Memenuhi
B (bermerek) 3,95±0,02 0,38 11,94±0,01 0,11 Memenuhi
C (inovator) 3,59±0,03 0,87 9,04±0,03 0,28 Memenuhi

Tabel II. Hasil Uji Keseragaman Bobot, Kekerasan dan Disintegrasi Tablet

Kekerasan Disintegrasi
Bobot Tablet
Tablet Tablet
Produk
̅ (mg) ± CV
̅ (kg/cm2)± SD ̅ (menit)± SD
SD (%)
A (berlogo) 340,00±4,20 1,23 7,63±1,26 5,24±0,26
B (bermerek) 435,23±3,34 0,77 9,81±1,87 0,65±0,03
C (inovator) 281,63±2,76 0,98 6,16±0,57 0,96±0,01

Uji keseragaman bobot kompresi, kekerasan granul dan jumlah bahan


Keseragaman bobot merupakan indikasi pengikat.
keseragaman kandungan zat aktif dalam tablet. Hasil uji kekerasan tablet (Tabel II)
Uji keseragaman bobot dilakukan sebagai menunjukkan bahwa ketiga produk memiliki
langkah awal penetapan kadar zat aktif dalam kekerasan yang berbeda namun ketiga produk
tablet. tersebut telah memenuhi persyaratan kekerasan
Hasil uji keseragaman bobot (Tabel II) tablet yaitu 7-10 kg/cm2 untuk tablet besar dan 4
menunjukkan bahwa tablet B yaitu tablet yang kg/cm2 untuk tablet kecil(15). Produk B memiliki
memiliki ukuran tablet paling besar juga kekerasan tablet yang paling besar yang
memiliki bobot paling besar, sehingga dapat kemudian diikuti oleh produk A dan C. Hal ini
diketahui bahwa semakin besar ukuran tablet disebabkan karena adanya pengaruh proses
akan semakin besar pula bobot tablet. Hasil uji produksi, ukuran dan bahan tambahan.
keseragaman bobot yang diperoleh Ukuran tablet produk B yang lebih besar
menunjukkan bahwa semua produk obat membutuhkan kekuatan yang besar juga untuk
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan retak, sehingga tablet ukuran besar memiliki
yaitu CV < 7,5% untuk tablet dengan bobot 151 kekerasan yang lebih besar pula dibandingkan
– 300 mg dan < 5% untuk tablet dengan bobot tablet yang berukuran lebih kecil. Kekerasan
lebih dari 300 mg(7). tablet diluar kisaran tidak dapat dijadikan alasan
untuk menyimpulkan bahwa tablet itu tidak
Kekerasan tablet baik, namun diperlukan studi biofarmasetika
Kekerasan tablet menggambarkan lebih lanjut untuk menyimpulkan kualitas suatu
ketahanan tablet terhadap tekanan, goncangan, tablet.
maupun pengikisan selama proses produksi,
pengemasan, transportasi, maupun distribusi.
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan
ini diakibatkan komposisi bahan penghancur
Disintegrasi yang tinggi pada produk B. Kekerasan yang
Waktu hancur merupakan parameter tinggi bermanfaat untuk menjamin proses
untuk mengevaluasi waktu yang dibutuhkan pendistribusian obat sedangkan waktu hancur
oleh tablet untuk dapat hancur dalam cairan yang cepat dapat mempercepat efek terapi. Hasil
tubuh atau dengan kata lain untuk dapat uji waktu hancur dapat mempengaruhi waktu
mengetahui waktu kecepatan obat melarut disolusi obat. Obat akan terdisolusi lebih cepat
dalam cairan tubuh. Uji waktu hancur dilakukan jika obat juga cepat terdisintegrasi.
menggunakan medium yang telah disesuaikan Hasil uji waktu hancur tidak dapat
dengan kondisi tubuh manusia yaitu dengan memberikan informasi mengenai disolusi
suhu 37°C. Ketentuan suhu tersebut ditetapkan karena pada tablet tidak terdisintegrasipun
dalam USP atau Farmakope dan apabila tidak proses disolusi dapat terjadi. Tablet yang cepat
dinyatakan lain maka medium disolusi terdisintegrasi maka proses disolusinya juga
menggunakan aquades dengan suhu 37°C. akan semakin cepat. Semakin tinggi laju
Hasil uji kekerasan produk (Tabel II) disintegrasi suatu tablet, semakin cepat pula
tidak ekivalen dengan hasil uji disintegrasinya obat terdisolusi. Laju disintegrasi yang baik
karena dapat dipengaruhi oleh bahan tidak menjamin efikasi obat juga akan baik,
penghancur (jenis dan jumlahnya) dan untuk itu uji disolusi dilakukan untuk lebih
banyaknya pengikat yang digunakan dalam memastikannya.
formulasi tablet, sehingga waktu hancurnya pun
menjadi semakin cepat. Waktu hancur yang Linearitas
dihasilkan oleh ketiga produk berkisar antara Linearitas merupakan kemampuan suatu metode
0,65 – 5,24 menit. Nilai tersebut telah untuk memperoleh hasil-hasil yang secara
memenuhi persyaratan yaitu waktu hancur langsung proporsional dengan konsentrasi analit
untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 pada kisaran yang diberikan. Persamaan kurva
menit(7). baku diperoleh dengan cara memasukkan nilai
Produk yang memiliki waktu hancur seri konsentrasi sebagai x dan nilai absorbansi
paling cepat adalah produk B yang merupakan sebagai fungsi y.Kurva baku yang dibuat berasal
produk generik bermerek, sedangkan pada dari larutan stok karbamazepin dari beberapa
produk generik berlogo menunjukkan waktu seri konsentrasi. Seri konsentrasi yang
hancur yang lebih dari produk inovator. Produk digunakan berturut-turut yaitu 4 ppm, 8 ppm, 10
tablet B memiliki kekerasan yang paling tinggi ppm, 12 ppm, 14 ppm, 16 ppm dan kemudian
namun tablet B memiliki waktu hancur yang diamati pada panjang gelombang optimum
paling cepat dibandingkan produk A dan C. Hal 285,4 nm (Gambar 1).
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5

Abs.
0,4
0,3
0,2
y=0,0465x+0,0415
0,1 r = 0,999
0
4 8 10 12 14 16
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Kurva Baku Penetapan Kadar Karbamazepin

Diperoleh nilai intercept (a) 0,0465, nilai presisi pada penelitian ini dilakukan terhadap
slope (b) 0,0415 dan nilai koefisien korelasi (r) enam replika sampel.
0,999 dalam persamaan kurva baku Tabel III. Hasil Perhitungan
y=0,0465x+0,0415. Pada gambar menunjukkan Presisi Penetapan Kadar
hubungan linier antara konsentrasi larutan
dengan serapan yang ditunjukkan oleh Replikasi Kadar (ppm)
nilaikoefisien korelasi pada persamaan garis. 1 11,22
Nilai koefisien korelasi yang mendekati ±1 juga 2 11,43
menggambarkan linearitasdari persamaan kurva 3 11,41
baku yang dibuat, sehingga semakin kecil 4 11,37
kemungkinan timbulnya kesalahan. 5 11,26
6 11,39
Presisi 11,34
Presisi merupakan kedekatan hasil dalam SD 0,09
sutu pengukuran dan diekspresikan sebagai RSD 0,77
simpangan baku relatif (RSD). Penentuan
Hasil perhitungan presisi (Tabel III)
menunjukkan bahwa nilai RSD sebesar 0,77 hal
ini telah memenuhi persyaratan karena RSD
yang baik kurang dari 2(14). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan dalam penelitian
memiliki presisi yang baik.
1. Akurasi
Tabel IVV. Hasil Perhitungan Akurasi

Perolehan Rata-rata
Akurasi Replikasi kembali perolehan
(%) kembali (%)
80% 1 96,84
2 99,48 98,31
3 98,60
100% 1 103,17
2 105,32 103,77
3 102,81
120% 1 97,82
2 99,86 98,70
3 98,41

Akurasi merupakan ukuran yang konsentrasi 120% dari kadar analit untuk
menunjukkan kedekatan hasil analisis dengan mewakili akurasi kadar tinggi. Hasil
kadar analit yang sebenarnya. Akurasi perhitunganpersen recovery (Tabel IV)
dinyatakan dalam recovery(%). Penentuan menunjukkan hasilakurasi 80%, 100%, dan
akurasi dilakukan dengan menambahkan standar 120% berturut-turut sebesar 98,31%, 103,77%,
karbamazepin dengan konsentrasi 80% dari 98,70%. Hasil tersebut termasuk dalam nilai
kadar analit yang diperkirakan dalam sampel yang dapat diterima yaitu 95–105% sehingga
untuk mewakili akurasi kadar terendah, metode yang digunakan memiliki akurasi yang
konsentrasi 100% dari kadar analit untuk baik(17).
mewakili akurasi kadar menengah dan
Kadar karbamazepin
Tabel V. Hasil Uji Penetapan Kadar

Produk Kadar obat dalam tablet (mg) Kadar obat (%)


A (berlogo) 188,47 94,24
B (bermerek) 186,48 93,24
C (inovator) 188,00 94,00

Hasil uji penetapan kadar karbamazepin (Tabel produk C 187,97 mg/tablet atau 94%, dan
V) menunjukkan bahwa semua produk obat produk B 186,48 mg/tablet atau 93,24%.
memenuhi persyaratan yaitu dalam satu tablet Disolusi Terbanding
terdapat tidak kurang dari 92% dan tidak lebih Hasil uji disolusi (Tabel VI)
dari 108% karbamazepin(4). Produk yang menunjukkan bahwa ketiga produk memiliki
memiliki kadar karbamazepin paling tinggi profil disolusi yang berbeda. Produk A
yaitu produk A yang merupakan produk generik menunjukkan bahwa karbamazepin belum
berlogo yang memiliki kadar rata-rata dalam terlarut seluruhnya pada menit ke-60, sedangkan
tablet 188,47 mg atau 94,24%, kemudian pada produk B dan C jumlah karbamazepin
terlarut pada menit ke-60 sudah mencapai
100%. Produk B merupakan produk tablet yang Nilai Q60 dan DE60
paling cepat hancur. Grafik (Gambar 2) Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut.
menunjukkan bahwa produk B juga yang Nilai Q60 (Tabel VII) erat kaitannya dengan
memiliki kadar karbamazepin terdisolusi jumlah zat aktif yang terlarut pada menit ke-60.
tertinggi pada menit pertama yaitu menit ke-10 Nilai Q yang dihasilkan produk berturut-turut
dan meningkat pada menit berikutnya yang adalah produk A 77,26%, produk B 100,55%
kemudian diikuti oleh produk C dan produk A dan C 101,86% yang menunjukkan bahwa
dengan waktu hancur menunjukkan hasil yang semua produk yang diuji memiliki profil
lebih lambat. disolusi yang berbeda namun memenuhi
persyaratan Q yaitu dalam waktu 60 menit tidak
kurang dari 75% dari jumlah yang tertera pada
etiket.

Tabel VI. Profil Disolusi Tiga Macam Produk Karbamazepin

Waktu Kadar Terdisolusi Produk (%)


(menit) A ( ̅ ±SD) B ( ̅ ±SD) C ( ̅ ±SD)
10 41,83±0,60 58,81±0,3 41,66±0,35
15 53,90±0,92 69,12±0,29 54,19±0,69
30 62,52±0,23 77,25±0,27 71,72±0,71
45 74,18±0,62 81,91±0,26 93,76±0,87
60 77,26±0,29 100,55±0,81 101,86±0,56

120
Karbamazepin terdisolus (ppm)

100

80

60 A
40 B
20 C

0
10 15 30 45 60
Waktu (menit)

Gambar 2. Profil Disolusi Tiga Macam Produk Tablet Karbamazepin.

Keterangan: A = produk generik berlogo


B = produk generik bermerek
C = produk inovator
Hasil perhitungan persen terdisolusi Faktor kemiripan (Similarity factor) dan
produk tablet karbamazepin (Tabel VII) Faktor Perbedaan (Difference factor)
menunjukkan bahwa persen terdisolusi tiga Profil disolusi dari berbagai produk
macam produk tablet karbamazepin sudah dibandingkan dengan menggunakan nilai f2
dapat menggambarkan proses disolusi secara untuk memastikan kemiripan kualitas dapat
maksimal karena pada menit ke-15 obat telah dilihat pada tabel VII. Nilai f2 sama dengan 50
terlarut lebih dari 75% sesuai dengan atau lebih besar menunjukkan kesamaan kedua
persyaratan yang tertera pada USP(4). kurva yang berarti kemiripan profil disolusi.
Nilai DE menunjukkan perbandingan Hasil perhitungan f1 (Tabel VIII)
jumlah obat terlarut dibandingan dengan memperlihatkan bahwa produk memiliki nilai
jumlah kadar obat dalam tablet. Nilai DE60 f2 sebesar 42. Pada nilai ini, dapat dikatakan
(Tabel VI) digunakan untuk mengetahui bahwa tidak memiliki kemiripan profil disolusi
kemampuan disolusi karbamazepin pada dengan produk inovator karena memiliki nilai f2
menit ke-60. Nilai tertinggi untuk DE60 <50 dan memiliki nilai f1 sama dengan 15.
dimiliki oleh produk B yaitu 71,23 %. Disolusi terbanding tablet karbamazepin generik
bermerek dengan produk inovator.

Tabel VIIII. Persen Terdisolusi Tiga Produk Tablet Karbamazepin Pada Menit ke-
60 (Q60) dan kecepatan disolusi pada menit ke-60 (DE60)

Q60 DE60
Produk
̅ (%)±SD ̅ (%)±SD
A (berlogo) 77,26±0,29 58,05±0,75
B (bermerek) 100,55±0,81 71,23±0,15
C (inovator) 101,86±0,56 68,32±0,50

Tabel VIIIIII. Nilai Faktor Kemiripan (f2) dan Faktor Perbedaan produk generik
berlogo dan generik bermerek dibandingkan dengan produk inovator

Produk Obat Produk inovator Nilai f2 Nilai f1 Keterangan


A (berlogo) C 42 15 Tidak mirip
B (bermerek) C 46 14 Tidak mirip

Hasil perhitungan f2 (Tabel VIII) sifat fisikokimia obat, dan proses produksi
memperlihatkan bahwa produk memiliki yang dilakukan masing-masing pabrik.
nilai f2 sebesar 46. Pada nilai ini dapat Penggunaan bahan penghancur dalam jumlah
dikatakan bahwa tidak memiliki kemiripan besar akan mengakibatkan semakin cepatnya
profil disolusi dengan produk inovator karena waktu hancur tablet.
memiliki nilai f2 <50 dan memiliki nilai f1 Hasil uji disolusi (Gambar 2)
mendekati 15 yaitu 14. menunjukkan bahwa jumlah karbamazepin
Ketidakmiripan profil disolusi antar pada produk B terdisolusi lebih cepat dan
produk dapat disebabkan karena adanya mengalami peningkatan lebih tinggi
perbedaan bahan tambahan yang digunakan, dibandingkan produk A dan C pada menit
awal hingga menit ke-15. Setelah menit ke- titik, hal ini dapat disebabkan oleh waktu
15, konsentrasi karbamazepin terdisolusi hancur produk A yang lebih lama
pada produk C meningkat lebih tinggi dibandingkan produk B dan C sehingga
dibandingkan produk obat A dan B. Hasil uji semakin lama pula waktu yang dibutuhkan
disolusi juga menunjukkan konsentrasi yang untuk karbamazepin dalam produk A dapat
sedikit lebih tinggi pada menit akhir yaitu terdisolusi. Waktu hancur tidak dapat selalu
menit ke-60 dari produk C dibandingkan berpengaruh terhadap waktu disolusi namun
produk B. Hal ini jika ditinjau dari waktu kemungkinan tersebut pada penelitian ini
hancurnya, dapat disebabkan karena produk perlu dipertimbangkan.
C memiliki waktu hancur lebih lama Hasil penelitian ini diharapkan
dibandingkan produk B sehingga semakin mampu memberikan informasi mengenai
lama pula waktu yang dibutuhkan untuk kualitas obat yang ditinjau dari uji
karbamazepin dalam produk C dapat keseragaman ukuran, uji keseragaman bobot,
terdisolusi dan jika ditinjau dari hasil uji uji kekerasan, uji waktu hancur, uji
penetapan kadar, produk C memiliki kadar penetapan kadar dan uji disolusi terbanding
karbamazepin dalam tablet lebih tinggi anatara ketiga produk obat, serta dapat
dibandingkan produk B. Produk A menjadi pertimbangan bagi masyarakat
menunjukkan kadar yang rendah pada semua dalam memilih obat.

DAFTAR PUSTAKA 5. American Pharmacist Asosiation, 2009,


DAFTAR PUSTAKA Drug Information Handbook, 18th Edition,
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Lexi-Comp, United States of America,
2005, Pedoman Uji Bioekivalensi, 253.
available at
http://www.pom.go.id/public/hukum_peru 6. Food and Drug Administration, 2000,
ndangan/pdf/ HK.000 .3.1818.pdf (diakses Guidance for Industry Waifer of In Vivo
tanggal 16 November 2012), 2, 3, 18. Bioavailibility and Bioequivalence Studies
for Immediate Release Solid Oral
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dossage Forms Based on
2011, Obat Wajib Uji Ekivalensi available Biopharmaceutics Classification System,
athttp://jdih.pom.go.id/produk/peraturan available at
%kepala%20bpom/per%20kbpom_no.hk.0 http://www.fda.gov/downloads/drugs/guid
3.1.23.12.11.110217%20tentang%obat%2 ancecomplianceregulatoryinformation/gui
0ujiekivalen.pdf (diakses 4 Februari 2014) dances/UCM070246.pdf (diakses 20
November 2013)
3. Gidal, B.E, Garnett, W.R., 2008, Epilepsy,
Pharmacotheraphy a Phatophysiologic 7. Departemen Kesehatan Republik
Approach, 7th Edition, Mc Graw-Hill Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia
Medical Publishing, New York, 939. Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 168, 999, 1061, 1083-
4. United States Department of Health and 1089, 1143, 1212.
Human Service, 2007, Carbamazepine,
US Pharmacopenia 30 NF 25, United 8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
States of America, 1615. 2010, Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, available at
http://www.depkes.go.id/downloads/hk.02 available at http://www.fda.gov
.02_menkes_068_1_2010.pdf (diakses 16 /downloads
November 2012), 3. /Drugs/.../Guidances/ucm122858.pdf
(diakes 3 Februari 2014), 15.
9. Anief, M., 1993, Farmasetika, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 29- 17. Gandjar, I.G., Rohman, A., 2009, Kimia
46. Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 12.
10. Anindya, S., 1997, Pemastian Mutu Obat:
Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan 18. Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Terkait, Vol. 2, diterjemahkan oleh 2011, Kriteria dan Tata Cara Penarikan
Fabiola CR. Dan Hutabarat, ECG Penerbit Obat yang Tidak Memenuhi Standar
Buku Kedokteran, Jakarta, 81-85, 97-98. dan/atau Persyaratan, available at http://
jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20kepal
11. Badan Pengawas Obat dan Makanan, a%
2005, Pedoman Uji Bioekivalensi, 20bpom/perkbpom%20hk.04.1.33.12.11.
available at 09938.pdf (diakses 16 Januari 2014), 3, 4,
http://www.pom.go.id/public/hukum_peru 5.
ndangan/pdf/ HK.000 .3.1818.pdf (diakses
tanggal 16 November 2013), 2, 3, 18.

12. Dressman, J., Kramer, J., 2005,


Pharmaceutical Dissolution Testing,
Taylor & Francis, Boca Raton, 43-58.

13. Badan Pengawasan Obat dan Makanan,


2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik available at
http://jdih.pom.go.id/produk/keputusan
%20kepala%20bpom/kep%20
kbpom_no.hk.00.05.3.0027%20tahun%20
2006.pdf (diakses 3 Februari 2014), 5, 6.

14. Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksana


Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 1 (3) : 117-129, 132-133.

15. Parrott, E.L., 1970, Pharmaceutical


Technology Fundamental Pharmaceutics,
Burger Publishing Company, Mineapolis,
82-87.

16. Food and Drug Administration, 2000,


Guidance for Industry Analytical
Proceduresand Methods Validation,

Anda mungkin juga menyukai