Anda di halaman 1dari 28

TUGAS BIOFARMASETIKA-FARMAKOKINETIKA

Oleh:

Putri Indah rini (1801132)

Dosen Pengampu :

Dr.Gressy Novita,M.Farm,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
JURNAL 1

1.1 Latar belakang

Sebelumnya, obat golongan statin yang paling banyak digunakan adalah

simvastatin, namun kini sudah mulai bergeser ke artovastatin karena memiliki efek

yang lebih baik. Beragam studi telah dilakukan mengenai hal tersebut, di antaranya

membandingkan atorvastatin dengan simvastatin. Hasil studi tersebut menunjukkan

progresivitas aterosklerosis menurun signifikan pada atorvastatin. Hasil studi juga

memperlihatkan terjadi penurunan kadar LDL secara agresif pada kelompok

atorvastatin dibandingkan simvastatin. Adanya produk copy generik bernama dagang

dan generic atorvastatin bisa menjadi pilihan alternative bagi pasien hiperlipidemia

untuk mengurangi beban biaya obat yang mahal. Pengetahuan dan pemahaman yang

kurang terhadap mutu obat generik mengakibatkan rendahnya penggunaan obat

generik di fasilitas pelayanan kesehatan. Begitu pula dengan atorvastatin, dengan


mulai banyak muncul obat copy di Indonesia maka diperlukan penelitian untuk

membandingkan mutu obat inovator dengan obat copy.

Berdasarkan kelarutan dan permea-bilitasnya, atorvastatin termasuk ke dalam

senyawa yang tidak mudah larut namun memiliki permeabilitas tinggi

(Biopharmaceutics Classification System case 2,BCS II). Disolusi umumnya menjadi

rate limiting step pada senyawa BCS II. Uji disolusi merupakan salah satu kendali

mutu yang sangat penting untuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk

memprediksi bioavailabilitas.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet atorvastatin

inovator, generik bernama dagang, dan generik. Selain itu, adanya banyak penelitian

dan kajian tentang obat generik akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan

tenaga kesehatan mengenai obat generik.

1.3 Metode

 Penelitian yang dilakukan mencakup : uji disolusi, penetapan kadar, dan uji

kualitas fisik yang terdiri dari uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji

kekerasan tablet, dan uji kerapuhan tablet.

 Sampel yang digunakan adalah satu sampel tablet atorvastatin innovator dan

dua sampel tablet produk copy atorvastatin yang terdiri atas satu sampel tablet

atorvastatin generik bernama dagang, dan satu sampel tablet atorvastatin

generik. Masing-masing sampel terdiri atas 100 tablet.


1.3.1 Cara Kerja

a. Alat :

 alat uji kekerasan tablet (Erweka TBH 28)

 alat uji kerapuhan tablet (Erweka TAR)

 alat uji waktu hancur

 tablet (Charles Ischi AG DISI 4)

 alat disolusi tipe II (Hanson Research SR8 Plus)

 KCKT analitik (Waters Alliance 2695)

 detektor KCKT photo diode array (Waters 2996)

 komputer yang dilengkapi dengan pengolah data KCKT (Empower)

 neraca analitik (Precisa)

 mikropipet

 (Socorex, Eppendorf)

 penyaring

 alat-alat gelas

b. Bahan

 sampel tablet atorvastatin yang dibeli dari apotek (inovator, generik bernama

dagang dan generik)

 baku pembanding atorvastatin (Sigma Aldrich)

 metanol HPLC-grade (Merck)

 Kalium fosfat monobasa (Merck)

 NaOH (Merck)
 aquadest

 asetonitril HPLC-grade (Merck)

 methanol p.a (Merck)

 asam asetat glasial p.a (Merck)

 natrium asetat trihidrat (Merck)

 pita pengukur pH universal (Merck)

 Asam asetat 2N

 dapar fosfat 0,05M pH 6,8

 dapar natrium asetat disiapkan menurut metode baku yang tertera pada United

States Pharmacopoeia (USP) edisi ke-34.

c. Cara Kerja

a. Uji Kualitas Fisik

Uji kualitas fisik yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot, waktu

hancur, kekerasan dan kerapuhan tablet.

 uji kerapuhan, 20 tablet dari masing-masing sampel ditimbang seksama

kemudian dimasukkan ke dalam drum alat uji kerapuhan. Drum diputar

seratus kali. Selanjutnya, tablet dikeluarkan dan ditimbang kembali dengan

seksama. Uji ini dilakukan satu kali. Sampel dinyatakan memenuhi syarat jika

bobot yang hilang tidak lebih dari 1,0% bobot awal dan tidak ada tablet yang

hancur.

 Untuk uji keseragaman bobot, 20 tablet dari masing-masing sampel ditimbang

dengan seksama menggunakan neraca analitik, kemudian dihitung bobot rata-


rata tiap sampel. Tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar ari 5% dan tidak satu

tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-ratanya.

 Uji waktu hancur dilakukan dengan cara satu tablet ditempatkan pada masing-

masing keranjang alat uji waktu hancur dengan medium air yang

dipertahankan suhunya pada 37 ± 2°C. Keranjang ditutup dengan penghancur

yang sekaligus berfungsi sebagai sensor untuk komputer. Mesin dinyalakan

selama 30 menit. Jika 1 atau 2 tablet belum hancur sempurna, prosedur

diulangi menggunakan 12 tablet. Persyaratan uji waktu hancur terpenuhi jika

tidak kurang dari 16 tablet dari total 18 tablet telah hancur sempurna dalam

waktu yang ditentukan.

b. Uji Disolusi

Disolusi tablet atorvastatin dilakukan menggunakan alat disolusi tipe II dengan

kecepatan 75 rpm, medium dapar fosfat 0,05 M, pH 6,8, volume 900 ml.

Pengambilan filtrat disolusi dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 30, dan 60. Filtrat

diambil dari daerah antara permukaan dan dayung, tidak kurang dari 1 cm dari

dinding tabung. Setelah filtrat diambil, medium disolusi segera ditambahkan

sejumlah volume filtrat yang diambil. Filtrat sampel diujikan menggunakan

KCKT. Data kadar yang didapatkan dari tiap titik pengambilan sampel disolusi

digambarkan ke dalam sebuah grafik untuk melihat profil disolusinya. Penilaian

profil disolusi sampel generik bernama dagang dan generik dilakukan dengan cara
membandingkan dengan profil disolusi sediaan inovatornya. Penilaian ini

dilakukan dengan menghitung faktor perbedaan dan faktor kesamaan.

c. Penetapan Kadar

20 tablet dari masing-masing sampel diserbukkan dan ditimbang sejumlah

yang ekivalen dengan 5 mg atorvastatin kemudian dilarutkan dalam 10,0 ml

metanol p.a. Larutan ini kemudian dipipet sebanyak 0,5 ml dan diencerkan

menggunakan metanol p.a hingga 10,0 ml. Larutan hasil pengenceran ini lalu

dianalisis menggunakan KCKT.

d. KCKT dan kondisi KCKT yang digunakan

Analisis atorvastatin dengan KCKT dilaksanakan menggunakan kolom C18

dengan fase gerak asetonitril-dapar natrium asetat (55:45) yang dialirkan dengan

kondisi isokratik pada laju alir 1,2 ml/menit. Kromatogram dideteksi

menggunakan detektor PDA pada panjang gelombang 241 nm.

1.4 Hasil

a. Uji fisik
 Uji Kekerasan

Berdasarkan literatur, kekerasan tablet yang dianggap baik ialah minimal 4

kg atau sekitar 39,33 Newton. Ketiga sampel uji memiliki kekerasan rata-

rata yang berkisar antara 70 dan 85 Newton sehingga dapat dikatakan

bahwa ketiganya memiliki kekerasan yang baik.

 Uji Kerapuhan

Untuk uji kerapuhan, sampel yang merupakan tablet salut selaput

dinyatakan memenuhi syarat jika bobot yang hilang tidak lebih dari 1,0%

bobot awal dan tidak ada tablet yang hancur. Ketiga sampel juga memenuhi

kriteria ini.

 Uji Kesragaman Bobot

Hasil uji keseragaman bobot pada penelitian ini ditampilkan dalam bentuk

bobot rata-rata dan persen deviasi dari bobot rerata. Dengan kandungan zat

aktif dalam jumlah yang sama, sampel generic memiliki bobot tablet yang

paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa tablet generic menggunakan

eksipien dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sampel tablet

inovator dan generik bernama dagang.

 Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur dilakukan pada masing-masing sampel, enam tablet per

sampel sekali pengujian. Untuk tablet salut selaput, dipersyaratkan setiap

tablet uji telah hancur sempurna dalam waktu maksimal 30 menit.15 Jika 1

atau 2 tablet belum hancur sempurna, prosedur diulangi menggunakan 12


tablet. Sampel innovator dan generik bernama dagang memenuhi

persyaratan tersebut. Sementara itu, sampel generik memiliki waktu hancur

yang melewati 30 menit sehingga dapat dikatakan tidak memenuhi

persyaratan. Waktu hancur merupakan prasyarat untuk terjadinya disolusi.

b. Uji Disolusi

Tabel diatas menampilkan hasil disolusi pada tiap titik pengambilan cuplikan

dan hasil penetapan kadar pada ketiga sampel. Hasil disolusi ketiga sampel

diplotkan dalam bentuk grafik dan dapat dilihat pada ambar grafik dibawah ini

 Dari grafik dapat dilihat dengan jelas bahwa profil disolusi sampel generik tidak

serupa dengan sampel inovator dan generik bernama dagang. Pada sampel

generik, zat aktif terdisolusi dengan perlahan tanpa lonjakan tajam pada 5 menit

pertama seperti pada sampel inovator dan generik bernama dagang. Umumnya,
zat aktif dalam tablet salut selaput telah terdisolusi lebih dari 70% pada menit ke-

15. Akan tetapi, sampel generik pada penelitian ini baru mencapai angka 70%

terdisolusi pada menit ke-30. Pada akhir waktu pengujian (60 menit), dapat

dilihat bahwa kadar zat aktif yang dilepaskan dari sampel generik ternyata lebih

besar dibandingkan sampel inovator dan generik bernama dagang.

 Untuk menyatakan kesamaan profil disolusi antara tablet copy dan inovatornya,

digunakan perhitungan faktor perbedaan (f1) dan faktor kesamaan profil (f2).

Perbedaan pola disolusi yang tampak jelas pada sampel generik dikonfirmasi

menggunakan perhitungan f1 dan f2, dan didapat hasil bahwa nilai f1 dan f2

sampel generik terhadap inovator secara berturut-turut adalah 34,81 dan 21,2.

Nilai tersebut berada di luar syarat kesamaan sehingga dapat dinyatakan bahwa

profil disolusi sampel generik berbeda dari sampel inovator.

 Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab perbedaan profil disolusi antara

obat inovator dan generiknya, antara lain formulasi, cara pembuatan tablet,

jumlah dan jenis eksipien yang dipakai.21,22 Oleh sebab itu, sifat akhir suatu

sediaan, seperti ketersediaan hayati dan stabilitasnya, sangat bergantung pada

eksipien yang dipilih, jumlah eksipien yang dipakai, dan interaksinya dengan zat

aktif atau sesama eksipien. Disolusi tablet generik yang lebih lambat juga dapat

dikaitkan dengan bobot eksipien yang lebih banyak dibandingkan dengan yang

digunakan dalam tablet inovator dan tablet generik bernama dagang sehingga

sifat dan kualitas eksipien akan sangat berpengaruh pada waktu hancur dan

disolusi yang akhirnya memengaruhi pelepasan zat aktif.


1.5 Kesimpulan

 Sampel tablet atorvastatin inovator dan generik bernama dagang memenuhi

semua persyaratan fisik tablet, sementara tablet atorvastatin generik tidak

memenuhi salah satu persyaratan fisik tablet, yaitu waktu hancur.

 Profil disolusi sampel tablet atorvastatin generik bernama dagang serupa dengan

inovator, sedangkan profil disolusi atorvastatin generik tidak serupa dengan

profil disolusi inovator.

 Ketiga sampel yang diuji memenuhi persyaratan kadar zat aktif dalam tablet.

JURNAL 2

2.1 Latar belakang

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan tentang uji disolusi terbanding

untuk ofloxacin diantaranya Babu et al (2011) melakukan penelitian uji disolusi

terbanding ofloxacin di Bengalore, India yang hasilnya masih banyak produk

obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen dengan
produk obat inovatornya. Khalid et al (2012) melakukan penelitian uji disolusi

terbanding ofloxacin di Karachi, Pakistan yang hasilnya juga masih banyak

produk obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen

dengan produk obat inovatornya. Menurut penelitian Wisudyaningsih et al

(2014), ofloxacin memiliki kelarutan yang berbeda-beda pada pH yang berbeda

sebagai pertimbangan dilakukannya uji disolusi terbanding pada ketiga pH

tersebut.

2.2 Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas ofloxacin produk

generik berlogo dan generik bermerek terhadap inovator berdasarkan profil

disolusinya.

2.3 Metode

a. Alat

 alat-alat gelas (Pyrex)

 dissolution tester USP (Electrolab TDT-208L)

 hotplate stirrer (Stuart)

 magnetic stirrer

 mikropipet 100-1000 μL (Socorex)

 neraca analitik (Ohaus Gold series, kepekaan d=0,01 g dan Ohaus Pioneer,

kepekaan d=0,001 g)

 pH meter (Lutron PH-208)

 propipet
 Spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10uv)

 spuit injeksi (Terumo)

b. Bahan

 baku standar ofloxacin (Shangyu Jingxin PharmCo.LTD diperoleh dari PT.

Nufarindo kemurnian ofloxacin dianggap 100% (kemurnian pada CoA

99,4%)

 ofloxacin generik berlogo

 ofloxacin generik bermerek

 ofloxacin inovator

 asam asetat glasial pekat (PT. Brataco)

 natrium asetat pekat (PT. Brataco)

 aquadest bebas CO2

 kertas saring dan kertas label

c. Cara Kerja

1. Pembuatan Dapar Asetat pH 4,5

Larutan dapar asetat pH 4,5 dibuat dengan melarutkan 5,4 gram natrium asetat

pekat dalam 50 mL aquadest bebas CO2, diencerkan dengan aquadest bebas CO2

hingga 1000 mL dan diatur pH hingga 4,5 dengan penambahan asam asetat

glasial pekat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

2. Pembuatan Larutan Baku Ofloxacin

Larutan baku ofloxacin dibuat dengan melarutkan zat aktif ofloxacin


sebanyak 10,0 mg ke dalam 100 mL dapar asetat pH 4,5 sehingga konsentrasi

yang dihasilkan 100 μg/mL, kemudian dilakukan pengenceran larutan baku dari

konsentrasi 100 μg/mL menjadi 10 μg/mL dengan mengambil 10 mL dari larutan

baku konsentrasi 100 μg/mL dan diencerkan ke dalam 100 mL dapar asetat pH

4,5.

3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ofloxacin

Larutan baku ofloxacin 10 μg/mL dalam dapar asetat pH 4,5 ditentukan

panjang gelombang maksimumnya antara 200-400 nm mengunakan

spektrofotometer UV-Vis.

4. Optimasi Waktu (Operating Time) untuk Analisis

Optimasi waktu (Operating time) ofloxacin dilihat dari perubahan absorbansi

selama 1,5 jam dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang maksimum dan konsentrasi terpilih. Kestabilannya dilihat dari

perubahan absorbansi.

5. Pembuatan Kurva Baku Ofloxacin

Larutan kerja ofloxacin dibuat dengan mengikuti metode dari Ratnapuri

(2015) yang telah dimodifikasi dengan variasi konsentrasi 2; 4; 6; 8; dan 10

μg/mL. Larutan baku ofloxacin 10 μg/mL diencerkan untuk membuat larutan

kerja ofloxacin dengan variasi konsentrasi 2; 4; 6; dan 8 μg/mL. Absorbansi

ditentukan pada panjang gelombang maksimum 295 nm dengan blangko berupa

dapar asetat pH 4,5.


6. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat tipe dayung dengan

kecepatan 50 rpm dengan suhu media disolusi 37±0,5oC (United States

Pharmacopeia, 2008). Sampel diambil sebanyak 5 mL pada interval waktu 5, 10,

15, 30, 45, 60, dan 70 menit. Pada setiap pengambilan sampel dilakukan

penggantian media disolusi dengan larutan dapar asetat pH 4,5 sejumlah volume

sampel yang diambil. Masing-masing sampel diamati absorbannya dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 295 nm. Uji disolusi

dilakukan tiga kali replikasi untuk setiap sampel yang diuji.

7. Analisis Data

Parameter untuk menentukan ekivalensi profil disolusi terbanding sampel

generik dan generik bermerek terhadap inovatornya berdasarkan perhitungan

difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE)

(Food and Drug Administration, 1997).. Difference factor (f1) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan:


Dalam persamaan ini, n adalah jumlah titik waktu penarikan filtrat, Rt adalah

persentase obat yang larut produk pembanding, Tt adalah persentase obat yang larut

produk uji. Profil disolusi kedua sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai f1 berada

di antara 0 dan 15 serta f2 berada di antara 50 dan 100 (Food and Drug

Administration, 1997). Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi

adalah dissolution efficiency (DE) yang menyatakan perbandingan antara luas daerah

di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama

menggambarkan 100% obat terlarut dalam medium. Dissolution efficiency (DE)

dapat dihitung dengan persamaan :

2.4 Hasil

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ofloxacin

Larutan baku induk dengan konsentrasi 10 μg/mL dibaca serapannya pada rentang

panjang gelombang 200-400 nm. Panjang gelombang maksimum diperoleh dari

panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi paling besar. Grafik penentuan

panjang gelombang maksimum ofloxacin :


2. penentuan operating time ofloxacin

Penentuan operating time ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu

pengukuran dengan absorbansi.Tujuan penentuan operating time ofloxacin dalam

penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa lama sampel ofloxacin dapat

didiamkan sebelum dilakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis yang

dihasilkan dari proses disolusi pada menit 5, 10, 15, 30, 45, 60, dan 70 menit.
3. Penentuan Kurva Baku Ofloxacin

Hasil grafik pembacaan absorbansi larutan baku kerja ofloxacin.

4. Uji Disolusi Terbanding

Hasil uji disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar

asetat pH 4,5 :
Hasil diatas menunjukkan produk inovator lebih cepat terdisolusi. Selanjutnya

grafik profil disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar asetat

pH 4,5 dilihat pada gambar dibawah ini :

Profil disolusi produk inovator dan kedua sampel uji yang dihasilkan dalam dapar

asetat pH 4,5 memiliki perbedaan profil disolusi pada menit ke-5 sampai ke-15.

Selanjutnya pada menit ke-30 sampai ke-70 profil disolusi produk inovator dan kedua

sampel uji memiliki profil disolusi yang hampir sama. Perbedaan profil disolusi pada

menit ke-5 sampai ke-30 produk inovator, sampel A dan B diduga berkaitan dengan

adanya pengaruh formulasi dan metode pembuatan tablet pada masing-masing obat

ofloxacin tersebut.
5. Hasil Analisis

Data hasil disolusi yang sudah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE).

Pada data hasil diatas dapat dilihat nilai f1 dan f2 dari sampel A dan B

ofloxacin terhadap produk inovator dalam media dapar asetat pH 4,5. Sampel A

nilai f1 dan f2 berturut-turut yaitu 5,32 dan 63,71. Sedangkan sampel B nilai f1

dan f2 berturut-turut yaitu 8,46 dan 53,44. Berdasarkan perhitungan f1 dan f2,

semua sampel masuk dalam persyaratan yang ditetapkan oleh Food and Drug

Administration (1997) yaitu f1 berada pada rentang 0-15 dan f2 berada pada

rentang 50-100. Hal ini berarti semua sampel A dan B yang memenuhi persyaratan

memiliki ekivalensi profil disolusi dengan produk inovator.

Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi adalah

dissolution efficiency (DE) Hasil perhitungan DE70 ofloxacin dalam dapar HCl

pH 1,2; dapar asetat pH 4,5; dan dapar fosfat pH 6,8 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :
Pengujian statistik dilanjutkan dengan uji parametrik dengan ANOVA. Dari uji

parametrik dengan ANOVA untuk DE70 sampel A dan sampel B ofloxacin

menunjukan adanya kemiripan nilai DE70 dengan produk inovator. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai signifikansi sampel A dan B (p=0,07) yang artinya

signifikansi lebih dari 0,05.

2.5 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji disolusi terbanding dapat disimpulkan bahwa

sampel yang memiliki ekivalensi profil disolusi terbanding yang dianalisis dengan

parameter f1, f2, dan DE70 terhadap inovator dalam media dapar asetat pH 4,5 yaitu

sampel A (generik bermerek) dan sampel B (generik berlogo).


JURNAL 3

3.1 Latar Belakang

Tablet asetaminofen yang beredar ada yang dipasarkan dengan nama generik

atau dengan non-generik (nama dagang/merek). Tablet asetaminofen yang

beredar di pasaran memiliki harga yang berbeda-beda (Anonim, 2002). Penyebab

perbedaan harga tablet asetaminofen ini adalah multifaktorial. Oleh karena itu,

perlu dilakukan penelitian apakah perbedaan harga ada hubungannya dengan

perbedaan mutu. Jika terbukti bahwa mutu tablet asetaminofen generik setara

dengan mutu tablet asetaminofen non-generik, maka diharapkan dapat

mendorong keberhasilan penggunaan tablet asetaminofen generik di pelayanan

kesehatan, baik sektor publik maupun swasta dan sebaliknya.

3.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu beberapa tablet

asetaminofen 500 mg generik berlogo (OGB) dengan non generik/ bermerek yang
beredar di pasaran dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan proporsi

dalam hal terpenuhinya syarat baku antara tablet asetaminofen 500 mg generik

dengan non-generik yang beredar di pasaran berdasar uji availabilitasnya secara in

vitro.

3.3 Metode

a. Alat

 lumpang & stanfer

 labu ukur

 spektrofotometer uv-vis

 alat disolusi

b. Bahan

 asetaminofen standar (Bratachem)

 aquabidest (Brataco)

 kalium dihidrogen fosfat (Merck)

 kloroform p.a. (Merck)

 5 produk sampel tablet asetaminofen generik

 produk sampel non-generik, metanol p.a.

c. Cara Kerja

1. Pengambilan sampel

Sampel yang akan diteliti adalah tablet asetaminofen 500 mg yang beredar di

pasaran yang terdiri atas 3 produk tablet generik berlogo dan 5 merek tablet non
generik/patent. Sampel tablet asetaminofen 500 mg diambil dari apotik dimana setiap

sampel terdiri atas 20 tablet.

2. Penetapan kadar tablet asetaminofen

 Larutan standar asetaminofen dibuat dengan konsentrasi 100 μg/ml dan diukur

serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 284

nm. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat larutan standar

dengan cara 100 mg asetaminofen ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam

labu takar 100,0 ml, dilarutkan dengan metanol 10 ml, diencerkan dengan air

hingga batas tanda (larutan 1000 μg/ml).

 Larutan 1000 μg/ml dipipet 10,0 ml ke dalam labu takar 100,0 ml, diencerkan

hingga batas tanda (larutan 100 μg/ml). Larutan 100 μg/ml dipipet 10,0 ml ke

dalam labu takar 50,0 ml, diencerkan hingga batas tanda (diperoleh

konsentrasi 20 μg/ml). Kemudian dibuat seri larutan dengan konsentrasi 20,

40, 50, 60, 80 dan 100 μg/ml.

 Sejumlah 10 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian

digerus hingga halus. Ditimbang seksama serbuk tablet setara dengan 100 mg

asetaminofen anhidrat dimasukkan ke dalam labu takar 100,0 ml, dilarutkan

dengan 10 ml metanol, diencerkan dengan air hingga batas tanda dan dikocok

homogen (larutan a). Larutan (a) dipipet 1,0 ml ke dalam labu takar 10,0 ml,

diencerkan hingga batas tanda dan diukur pada panjang gelombang serapan

maksimum (λmax=243 nm), terhadap air sebagai blanko.


3. Uji disolusi

 Larutan buffer pH 5,8 dibuat dengan cara melarutkan 27,7 g kalium dihi-

drogen fosfat dalam 3 liter aquabidest, pH diatur hingga 5,8 ± 0,1 dengan

ammonium hidroksida pekat. Medium disolusi (larutan dapar fosphat pH

5,8) 900,0 mL dimasukkan ke dalam labu disolusi, pengaduk dayung

(paddle) diatur pada kecepatan 50 rpm dengan jarak pengaduk basket dari

dasar adalah 2,5 cm Suhu percobaan dipertahankan berada pada 37 ±

0,5°C.

 Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15, 20, 30 dan 45 sebanyak 5,0 mL.

Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah

yang sama sehingga volume medium disolusi tetap. Sampel diukur

serapannya pada spektrofotometer λ max asetaminofen.

4. analisis data

Penentuan parameter disolusi obat terlarut, dengan perhitungan jumlah

asetaminofen terlarut pada waktu 30 menit (C30). Standar USP menyatakan

bahwa kadar asetaminofen terlarut tidak boleh kurang dari 80% terhadap

kadar yang tercantum pada label. Pembuatan grafik profil pelepasan

asetaminofen masing-masing formula


3.4 Hasil

1. Penetapan Kadar Tablet Asetaminofen

Hubungan kadar asetaminofen dengan absorbansi pada media disolusi

ditunjukkan dengan persamaan garis regresi linear: y=7,121. 10-3 x + 0,011 dengan

r=0,994. Dari persamaan kurva baku diperoleh persamaan garis linier (garis lurus).

Hal ini menunjukkan bahwa linearitas grafik kurva baku memenuhi hukum Lambert-

Beer sehingga dapat digunakan dalam penetapan konsentrasi asetaminofen dalam

sediaan (Rohman, 2007).

2. Uji Disolusi
Berdasarkan data di atas dapat dibuat profil hubungan antara konsentrasi

asetaminofen terlarut dengan waktu, yang dapat dilihat pada gambar :

 Perbedaan profil disolusi masing- masing produk terkait dengan formulasi

sediaan dari masing-masing produk, baik dipengaruhi dari bahan tambahan

(eksipien) yang digunakan, metode pembuatan dan proses pembuatannya yang

berbeda untuk tiap-tiap produsen.

 Jumlah asetaminofen terlarut berdasarkan perhitungan C30 menunjukkan

gambaran disolusi asetaminofen dengan pola yang berbeda, dimana disolusi

asetaminofen dari 8 sampel diperoleh 5 produk paten dan 3 produk generik

dengan nilai C30 yang memenuhi syarat (>80%). Nilai disolusi Ct (C30)

dipilih sebagai parameter yang digunakan dalam pengungkapan hasil data uji

disolusi asetaminofen, hal ini berdasarkan gambaran profil yang memenuhi


syarat juga adanya syarat batasan nilai standar C30 yang diacu dalam USP

(United States Pharmacope) XXIII yang menyatakan bahwa disolusi tablet

asetaminofen pada waktu ke 30 (menit) tidak boleh kurang dari 80% kadar

asetaminofen.

3.5 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu :

 semua tablet asetaminofen 500 mg generik dan non-generik yang

diperiksa memenuhi syarat baku menurut USP XXVI.

 profil disolusi masing-masing produk meunjukkan profil yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai