Oleh:
Dosen Pengampu :
Dr.Gressy Novita,M.Farm,Apt
simvastatin, namun kini sudah mulai bergeser ke artovastatin karena memiliki efek
yang lebih baik. Beragam studi telah dilakukan mengenai hal tersebut, di antaranya
dan generic atorvastatin bisa menjadi pilihan alternative bagi pasien hiperlipidemia
untuk mengurangi beban biaya obat yang mahal. Pengetahuan dan pemahaman yang
rate limiting step pada senyawa BCS II. Uji disolusi merupakan salah satu kendali
mutu yang sangat penting untuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk
memprediksi bioavailabilitas.
1.2 Tujuan
inovator, generik bernama dagang, dan generik. Selain itu, adanya banyak penelitian
dan kajian tentang obat generik akan meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
1.3 Metode
Penelitian yang dilakukan mencakup : uji disolusi, penetapan kadar, dan uji
kualitas fisik yang terdiri dari uji keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji
Sampel yang digunakan adalah satu sampel tablet atorvastatin innovator dan
dua sampel tablet produk copy atorvastatin yang terdiri atas satu sampel tablet
a. Alat :
mikropipet
(Socorex, Eppendorf)
penyaring
alat-alat gelas
b. Bahan
sampel tablet atorvastatin yang dibeli dari apotek (inovator, generik bernama
NaOH (Merck)
aquadest
Asam asetat 2N
dapar natrium asetat disiapkan menurut metode baku yang tertera pada United
c. Cara Kerja
Uji kualitas fisik yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot, waktu
seksama. Uji ini dilakukan satu kali. Sampel dinyatakan memenuhi syarat jika
bobot yang hilang tidak lebih dari 1,0% bobot awal dan tidak ada tablet yang
hancur.
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar ari 5% dan tidak satu
Uji waktu hancur dilakukan dengan cara satu tablet ditempatkan pada masing-
masing keranjang alat uji waktu hancur dengan medium air yang
tidak kurang dari 16 tablet dari total 18 tablet telah hancur sempurna dalam
b. Uji Disolusi
kecepatan 75 rpm, medium dapar fosfat 0,05 M, pH 6,8, volume 900 ml.
Pengambilan filtrat disolusi dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 30, dan 60. Filtrat
diambil dari daerah antara permukaan dan dayung, tidak kurang dari 1 cm dari
KCKT. Data kadar yang didapatkan dari tiap titik pengambilan sampel disolusi
profil disolusi sampel generik bernama dagang dan generik dilakukan dengan cara
membandingkan dengan profil disolusi sediaan inovatornya. Penilaian ini
c. Penetapan Kadar
metanol p.a. Larutan ini kemudian dipipet sebanyak 0,5 ml dan diencerkan
menggunakan metanol p.a hingga 10,0 ml. Larutan hasil pengenceran ini lalu
dengan fase gerak asetonitril-dapar natrium asetat (55:45) yang dialirkan dengan
1.4 Hasil
a. Uji fisik
Uji Kekerasan
kg atau sekitar 39,33 Newton. Ketiga sampel uji memiliki kekerasan rata-
Uji Kerapuhan
dinyatakan memenuhi syarat jika bobot yang hilang tidak lebih dari 1,0%
bobot awal dan tidak ada tablet yang hancur. Ketiga sampel juga memenuhi
kriteria ini.
Hasil uji keseragaman bobot pada penelitian ini ditampilkan dalam bentuk
bobot rata-rata dan persen deviasi dari bobot rerata. Dengan kandungan zat
aktif dalam jumlah yang sama, sampel generic memiliki bobot tablet yang
eksipien dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sampel tablet
Uji waktu hancur dilakukan pada masing-masing sampel, enam tablet per
tablet uji telah hancur sempurna dalam waktu maksimal 30 menit.15 Jika 1
b. Uji Disolusi
Tabel diatas menampilkan hasil disolusi pada tiap titik pengambilan cuplikan
dan hasil penetapan kadar pada ketiga sampel. Hasil disolusi ketiga sampel
diplotkan dalam bentuk grafik dan dapat dilihat pada ambar grafik dibawah ini
Dari grafik dapat dilihat dengan jelas bahwa profil disolusi sampel generik tidak
serupa dengan sampel inovator dan generik bernama dagang. Pada sampel
generik, zat aktif terdisolusi dengan perlahan tanpa lonjakan tajam pada 5 menit
pertama seperti pada sampel inovator dan generik bernama dagang. Umumnya,
zat aktif dalam tablet salut selaput telah terdisolusi lebih dari 70% pada menit ke-
15. Akan tetapi, sampel generik pada penelitian ini baru mencapai angka 70%
terdisolusi pada menit ke-30. Pada akhir waktu pengujian (60 menit), dapat
dilihat bahwa kadar zat aktif yang dilepaskan dari sampel generik ternyata lebih
Untuk menyatakan kesamaan profil disolusi antara tablet copy dan inovatornya,
digunakan perhitungan faktor perbedaan (f1) dan faktor kesamaan profil (f2).
Perbedaan pola disolusi yang tampak jelas pada sampel generik dikonfirmasi
menggunakan perhitungan f1 dan f2, dan didapat hasil bahwa nilai f1 dan f2
sampel generik terhadap inovator secara berturut-turut adalah 34,81 dan 21,2.
Nilai tersebut berada di luar syarat kesamaan sehingga dapat dinyatakan bahwa
Ada banyak faktor yang dapat menjadi penyebab perbedaan profil disolusi antara
obat inovator dan generiknya, antara lain formulasi, cara pembuatan tablet,
jumlah dan jenis eksipien yang dipakai.21,22 Oleh sebab itu, sifat akhir suatu
eksipien yang dipilih, jumlah eksipien yang dipakai, dan interaksinya dengan zat
aktif atau sesama eksipien. Disolusi tablet generik yang lebih lambat juga dapat
dikaitkan dengan bobot eksipien yang lebih banyak dibandingkan dengan yang
digunakan dalam tablet inovator dan tablet generik bernama dagang sehingga
sifat dan kualitas eksipien akan sangat berpengaruh pada waktu hancur dan
Profil disolusi sampel tablet atorvastatin generik bernama dagang serupa dengan
Ketiga sampel yang diuji memenuhi persyaratan kadar zat aktif dalam tablet.
JURNAL 2
obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen dengan
produk obat inovatornya. Khalid et al (2012) melakukan penelitian uji disolusi
produk obat ofloxacin generik berlogo dan generik bermerek yang tidak ekivalen
tersebut.
2.2 Tujuan
disolusinya.
2.3 Metode
a. Alat
magnetic stirrer
neraca analitik (Ohaus Gold series, kepekaan d=0,01 g dan Ohaus Pioneer,
kepekaan d=0,001 g)
propipet
Spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10uv)
b. Bahan
99,4%)
ofloxacin inovator
c. Cara Kerja
Larutan dapar asetat pH 4,5 dibuat dengan melarutkan 5,4 gram natrium asetat
pekat dalam 50 mL aquadest bebas CO2, diencerkan dengan aquadest bebas CO2
hingga 1000 mL dan diatur pH hingga 4,5 dengan penambahan asam asetat
yang dihasilkan 100 μg/mL, kemudian dilakukan pengenceran larutan baku dari
baku konsentrasi 100 μg/mL dan diencerkan ke dalam 100 mL dapar asetat pH
4,5.
spektrofotometer UV-Vis.
perubahan absorbansi.
15, 30, 45, 60, dan 70 menit. Pada setiap pengambilan sampel dilakukan
penggantian media disolusi dengan larutan dapar asetat pH 4,5 sejumlah volume
7. Analisis Data
difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE)
(Food and Drug Administration, 1997).. Difference factor (f1) dapat dihitung
persentase obat yang larut produk pembanding, Tt adalah persentase obat yang larut
produk uji. Profil disolusi kedua sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai f1 berada
di antara 0 dan 15 serta f2 berada di antara 50 dan 100 (Food and Drug
Administration, 1997). Parameter lain yang digunakan untuk menyatakan uji disolusi
adalah dissolution efficiency (DE) yang menyatakan perbandingan antara luas daerah
di bawah kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada waktu yang sama
2.4 Hasil
Larutan baku induk dengan konsentrasi 10 μg/mL dibaca serapannya pada rentang
panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi paling besar. Grafik penentuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa lama sampel ofloxacin dapat
dihasilkan dari proses disolusi pada menit 5, 10, 15, 30, 45, 60, dan 70 menit.
3. Penentuan Kurva Baku Ofloxacin
Hasil uji disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar
asetat pH 4,5 :
Hasil diatas menunjukkan produk inovator lebih cepat terdisolusi. Selanjutnya
grafik profil disolusi terbanding produk inovator, sampel A, dan B dalam dapar asetat
Profil disolusi produk inovator dan kedua sampel uji yang dihasilkan dalam dapar
asetat pH 4,5 memiliki perbedaan profil disolusi pada menit ke-5 sampai ke-15.
Selanjutnya pada menit ke-30 sampai ke-70 profil disolusi produk inovator dan kedua
sampel uji memiliki profil disolusi yang hampir sama. Perbedaan profil disolusi pada
menit ke-5 sampai ke-30 produk inovator, sampel A dan B diduga berkaitan dengan
adanya pengaruh formulasi dan metode pembuatan tablet pada masing-masing obat
ofloxacin tersebut.
5. Hasil Analisis
difference factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DE).
Pada data hasil diatas dapat dilihat nilai f1 dan f2 dari sampel A dan B
ofloxacin terhadap produk inovator dalam media dapar asetat pH 4,5. Sampel A
nilai f1 dan f2 berturut-turut yaitu 5,32 dan 63,71. Sedangkan sampel B nilai f1
dan f2 berturut-turut yaitu 8,46 dan 53,44. Berdasarkan perhitungan f1 dan f2,
semua sampel masuk dalam persyaratan yang ditetapkan oleh Food and Drug
Administration (1997) yaitu f1 berada pada rentang 0-15 dan f2 berada pada
rentang 50-100. Hal ini berarti semua sampel A dan B yang memenuhi persyaratan
dissolution efficiency (DE) Hasil perhitungan DE70 ofloxacin dalam dapar HCl
pH 1,2; dapar asetat pH 4,5; dan dapar fosfat pH 6,8 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Pengujian statistik dilanjutkan dengan uji parametrik dengan ANOVA. Dari uji
menunjukan adanya kemiripan nilai DE70 dengan produk inovator. Hal ini
2.5 Kesimpulan
sampel yang memiliki ekivalensi profil disolusi terbanding yang dianalisis dengan
parameter f1, f2, dan DE70 terhadap inovator dalam media dapar asetat pH 4,5 yaitu
Tablet asetaminofen yang beredar ada yang dipasarkan dengan nama generik
perbedaan harga tablet asetaminofen ini adalah multifaktorial. Oleh karena itu,
perbedaan mutu. Jika terbukti bahwa mutu tablet asetaminofen generik setara
3.2 Tujuan
asetaminofen 500 mg generik berlogo (OGB) dengan non generik/ bermerek yang
beredar di pasaran dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan proporsi
dalam hal terpenuhinya syarat baku antara tablet asetaminofen 500 mg generik
vitro.
3.3 Metode
a. Alat
labu ukur
spektrofotometer uv-vis
alat disolusi
b. Bahan
aquabidest (Brataco)
c. Cara Kerja
1. Pengambilan sampel
Sampel yang akan diteliti adalah tablet asetaminofen 500 mg yang beredar di
pasaran yang terdiri atas 3 produk tablet generik berlogo dan 5 merek tablet non
generik/patent. Sampel tablet asetaminofen 500 mg diambil dari apotik dimana setiap
Larutan standar asetaminofen dibuat dengan konsentrasi 100 μg/ml dan diukur
labu takar 100,0 ml, dilarutkan dengan metanol 10 ml, diencerkan dengan air
Larutan 1000 μg/ml dipipet 10,0 ml ke dalam labu takar 100,0 ml, diencerkan
hingga batas tanda (larutan 100 μg/ml). Larutan 100 μg/ml dipipet 10,0 ml ke
dalam labu takar 50,0 ml, diencerkan hingga batas tanda (diperoleh
digerus hingga halus. Ditimbang seksama serbuk tablet setara dengan 100 mg
dengan 10 ml metanol, diencerkan dengan air hingga batas tanda dan dikocok
homogen (larutan a). Larutan (a) dipipet 1,0 ml ke dalam labu takar 10,0 ml,
diencerkan hingga batas tanda dan diukur pada panjang gelombang serapan
Larutan buffer pH 5,8 dibuat dengan cara melarutkan 27,7 g kalium dihi-
drogen fosfat dalam 3 liter aquabidest, pH diatur hingga 5,8 ± 0,1 dengan
(paddle) diatur pada kecepatan 50 rpm dengan jarak pengaduk basket dari
0,5°C.
Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15, 20, 30 dan 45 sebanyak 5,0 mL.
Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah
4. analisis data
bahwa kadar asetaminofen terlarut tidak boleh kurang dari 80% terhadap
ditunjukkan dengan persamaan garis regresi linear: y=7,121. 10-3 x + 0,011 dengan
r=0,994. Dari persamaan kurva baku diperoleh persamaan garis linier (garis lurus).
Hal ini menunjukkan bahwa linearitas grafik kurva baku memenuhi hukum Lambert-
2. Uji Disolusi
Berdasarkan data di atas dapat dibuat profil hubungan antara konsentrasi
dengan nilai C30 yang memenuhi syarat (>80%). Nilai disolusi Ct (C30)
dipilih sebagai parameter yang digunakan dalam pengungkapan hasil data uji
asetaminofen pada waktu ke 30 (menit) tidak boleh kurang dari 80% kadar
asetaminofen.
3.5 Kesimpulan