Anda di halaman 1dari 28

Kontrol Kualitas Sediaan Tablet

Kelompok 1
Anggota:
1. Dionisius Yonas Yusipa (218114113)
2. Godefridus Adventra Sagi Pratama (218114119)
3. Cicilia Dewi Heryani Sijabat (218114122)
4. Laura Gresia Agustina N. (218114136)
5. Chesie Laurendy (218114139)

Keseragaman Bobot merupakan uji yang digunakan


A. Uji Keseragaman Bobot untuk mengetahui keseragaman bobot dari tablet.
Keseragaman bobot digunakan sebagai salah satu
1. Ruang lingkup pengujian indikator homogenitas campuran formula.
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman
jumlah zat aktif pada suatu sediaan. Uji keseragaman bobot dilakukan pada
bentuk sediaan larutan (wadah satuan dosis dan kapsul lunak), sediaan padat
(wadah dosis tunggal, dengan/tanpa zat tambahan aktif, yang melalui proses
beku-kering) yang tertera pada etiket), dan kapsul keras; tablet bersalut/tidak
bersalut.
2. Pengujian
Perhitungan nilai SBR (Simpangan Baku Relatif) kadar dari zat aktif
pada sediaan tidak lebih dari 2%. SBR kadar adalah kadar tiap sediaan yang
tertera pada etiket setara dengan hasil penetapan kadar dibagi dengan bobot
tiap sediaan. Penetapan SBR ini berdasarkan data validasi proses dan
pengembangan produk industri. Hal ini dimaksudkan dalam pengambilan
contoh bets sediaan (misalnya 30 satuan sediaan) sebagai perwakilan dari
suatu metode analisis, hasil ini nantinya dinyatakan dalam persen dari jumlah
yang tertera pada etiket dengan asumsi kadar (bobot zat aktif per bobot satuan
sediaan) homogen.
3. Analisis hasil
Perhitungan nilai keberterimaan keseragaman bobot memiliki cara
perhitungan yang sama dengan uji keseragaman kandungan pada tabel 2.
Kecuali kandungan masing-masing satuan diganti dengan perkiraan
kandungan sebagai berikut.

Tabel 1. Penggunaan Uji Keseragaman untuk Satuan Sediaan lain


4. Kriteria penerimaan
Keseragaman sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan 10 unit
sediaan pertama tidak kurang atau sama dengan L1%. L1 adalah nilai
keberterimaan maksimum yang diperbolehkan, yaitu sebesar 15,0 kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. L2% adalah rentang deviasi
maksimum dari tiap satuan sediaan yang diuji dari perhitungan nilai M. Nilai
L2 = 25,0 kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.

B. Uji Keseragaman Kandungan


1. Ruang lingkup pengujian
Pengujian dilakukan didasarkan pada penetapan kadar dari setiap
kandungan zat aktif dalam satuan sediaan, bertujuan untuk menentukan
apakah kandungan setiap zat aktif tersebut berada dalam batasan yang
ditentukan. Pengujian ini dipersyaratkan untuk seluruh bentuk sediaan yang
tidak memenuhi kondisi pada uji keseragaman bobot.

Bentuk Tipe Sub tipe Dosis dan perbandingan zat


sediaan aktif

≥ 25 mg dan < 25 mg atau


≥ 25% < 25%

Tabel Tidak Keseragaman Keseragaman


bersalut bobot kandungan
Salut Selaput Keseragaman Keseragaman
bobot kandungan

Lainnya Keseragaman Keseragaman


kandungan kandungan

Kapsul Keras Keseragaman Keseragaman


bobot kandungan

Lunak Suspensi, Keseragaman Keseragaman


emulsi, atau kandungan kandungan
gel

Larutan Keseragaman Keseragaman


bobot bobot

Sediaan Komponen Keseragaman Keseragaman


padat dalam tunggal bobot bobot
wadah dosis
tunggal Multi Larutan beku Keseragaman Keseragaman
komponen kering dalam bobot bobot
wadah akhir

Lainnya Keseragaman Keseragaman


kandungan kandungan

Larutan Keseragaman Keseragaman


dalam wadah bobot bobot
satuan dosis
dan dalam
kapsul lunak

Lainnya Keseragaman Keseragaman


kandungan kandungan
Tabel 2. Penggunaan Uji Keseragaman Kandungan dan Uji Keseragaman
Bobot untuk Sediaan
2. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan mengambil sediaan tidak kurang dari 30
satuan, kemudian dilakukan pengujian untuk bentuk sediaan yang dimaksud.
Apabila prosedur yang digunakan untuk melakukan penetapan kadar dan uji
keseragaman kandungan berbeda, maka diperlukan faktor koreksi yang
berguna untuk menghasilkan hasil dari pengujian.
Pada pengujian sediaan padat, ditetapkan kadar masing-masing 10
satuan dengan menggunakan metode analisis yang sesuai. Setelah itu, nilai
keberterimaan dihitung.
3. Analisis hasil

Tabel 3. Penggunaan Uji Keseragaman Kandungan dan Uji Keseragaman


Bobot untuk Sediaan
Keseragaman kandungan dihitung nilai keberterimaannya dengan
menggunakan rumus
4. Kriteria penerimaan
Keseragaman pada sediaan padat, setengah padat, dan cair, dikatakan
telah memenuhi syarat apabila nilai keberterimaan yang dihasilkan dari 10 unit
sediaan pertama ≤ L1%. Apabila nilai keberterimaan yang dihasilkan > L1%,
maka pengujian kembali dilakukan pada 20 unit sediaan tambahan, kemudian
dihitung kembali nilai keberterimaannya. Setelah dilakukan pengujian ulang,
dikatakan telah memenuhi syarat apabila nilai keberterimaan akhir dari 30 unit
sediaan ≤ L1%, serta tidak terdapat satu unitpun yang < [1-(0,01)(L2)]M atau
tidak terdapat satu unitpun yang > [1+(0,01)(L2)]M. Kecuali dinyatakan lain,
L1 adalah 15,0 dan L2 adalah 25,0.
C. Uji Waktu Hancur
1. Ruang lingkup pengujian
Pengujian dilakukan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang tertera pada masing-masing monografi kecuali pada etiket dinyatakan
tablet digunakan sebagai tablet hisap atau dikunyah atau memang dirancang
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap atau dalam dua periode
berbeda dengan jarak waktu yang jelas. Dilakukan pengujian dan pengamatan
untuk 6 unit sediaan atau lebih.
Uji waktu hancur bukan menyatakan suatu sediaan atau tablet atau
bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dapat dinyatakan hancur sempurna
jika yang tertinggal pada kasa alat merupakan massa lunak. Kecuali bagian
dari penyakit atau cangkang kapsul yang tidak larut.
2. Pengujian
a. Tablet tidak bersalut
Pengujian dilakukan dengan memasukkan masing-masing tablet pada 6
tabung lalu dimasukkan cakram pada masing-masing tabung.
Hidupkan alatnya, gunakan air bersuhu 35-39 derajat sebagai media
dan bisa juga digunakan cairan lain tergantung pada monografi tablet
pada farmakope. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada
monograsi, diangkat keranjang dan diamati semua tablet, semua tablet
harus hancur semua. Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak
hancur sempurna maka dilakukan pengujian ulang menggunakan 12
tablet lainnya, dengan catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna
b. Tablet bersalut bukan enterik
Pengujian dilakukan dengan memasukkan masing-masing tablet pada 6
tabung lalu dimasukkan cakram pada masing-masing tabung.
Hidupkan alatnya, gunakan air bersuhu 35-39 derajat sebagai media
dan bisa juga digunakan cairan lain tergantung pada monografi tablet
pada farmakope. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada
monograsi, diangkat keranjang dan diamati semua tablet, semua tablet
harus hancur semua. Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak
hancur sempurna maka dilakukan pengujian ulang menggunakan 12
tablet lainnya, dengan catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna, amati tablet dalam batas waktu yang
dinyatakan dalam masing-masing monografi.

c. Tablet lepas tunda atau tablet salut enterik


Masing masing tabung yang berjumlah 6 dimasukkan 1 tablet,
masukkan keranjang ke dalam air dengan suhu kamar selama 5 menit
jika diantara tablet tersebut terdapat tablet salut gula.
Hidupkan alat, cairan lambung buatan LP dengan suhu 35-39 derajat
digunakan sebagai media. Setelah satu jam kemudian angkat keranjang
dan amati apakah tablet tidak hancur, retak, atau menjadi lunak.
Hidupkan alat, cairan usus buatan LP dengan suhu 35-39 derajat
digunakan sebagai media, atur pada waktu yang paling sesuai.
Keranjang diangkat dan amati semua tablet, apakah semua tablet
menjadi hancur sempurna. Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
pengujian diulangi bersama 12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa
tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
d. Tablet bukal
Pengujian dilakukan dengan memasukkan masing-masing tablet pada 6
tabung lalu dimasukkan cakram pada masing-masing tabung.
Hidupkan alatnya, gunakan air bersuhu 35-39 derajat sebagai media
dan bisa juga digunakan cairan lain tergantung pada monografi tablet
pada farmakope. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada
monograsi, diangkat keranjang dan diamati semua tablet, semua tablet
harus hancur semua. Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak
hancur sempurna maka dilakukan pengujian ulang menggunakan 12
tablet lainnya, dengan catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna. Setelah 4 jam, angkat keranjang dan amati
semua tablet, dengan catatan semua tablet harus hancur. Jika 1 atau 2
tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi bersama 12 tablet
lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna.
e. Tablet sublingual
Pengujian dilakukan dengan memasukkan masing-masing tablet pada 6
tabung lalu dimasukkan cakram pada masing-masing tabung.
Hidupkan alatnya, gunakan air bersuhu 35-39 derajat sebagai media
dan bisa juga digunakan cairan lain tergantung pada monografi tablet
pada farmakope. Pada akhir batas waktu seperti tertera pada
monografi, diangkat keranjang dan diamati semua tablet, semua tablet
harus hancur semua. Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak
hancur sempurna maka dilakukan pengujian ulang menggunakan 12
tablet lainnya, dengan catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna. Amati tablet dalam batas waktu yang
ditetapkan dalam masing-masing monografi, dengan catatan bahwa
semua tablet harus hancur. Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna,
pengujian diulangi bersama 12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa
tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

3. Analisis hasil
a. Tablet tidak bersalut
Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak hancur sempurna maka
dilakukan pengujian ulang menggunakan 12 tablet lainnya, dengan
catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna
b. Tablet bersalut bukan enterik
Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak hancur sempurna maka
dilakukan pengujian ulang menggunakan 12 tablet lainnya, dengan
catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna, amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
c. Tablet lepas tunda atau tablet salut enterik
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi bersama
12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna.
d. Tablet bukal
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi
bersama 12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
e. Tablet sublingual
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi bersama
12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna.

4. Kriteria penerimaan
-
D. Uji Pelepasan Obat <961>
1. Ruang lingkup pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian pelepasan obat dengan
persyaratan yang tercantum pada masing-masing monografi. Gunakan alat
yang tercantum pada monografi. Pada tablet salut-enterik jika obat dapat rusak
atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung,
diperlukan bahan penyalut enterik, yang bertujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet telah melewati lambung. Istilah lepas-tunda digunakan
untuk tujuan farmakope dan masing-masing monografi, meliputi pengujian
dan spesifikasi untuk pelepasan obat seperti yang tertera pada Pelepasan Obat
<961>.
2. Pengujian
a. Alat 5 (Dayung di atas Cakram)
Alat ini digunakan untuk rute transdermal. Prosedurnya adalah pasang
alat tanpa cakram dan dibiarkan hingga mencapai suhu 32±2°.
Lekatkan sediaan uji pada cakram, pastikan agar permukaan pelepasan
sediaan serata mungkin. Sediaan dapat dilekatkan pada cakram dengan
menggunakan perekat yang sesuai pada cakram. Keringkan selama 1
menit. Tekan sediaan, permukaan pelepasan menghadap ke atas pada
sisi cakram yang dilapisi perekat. Jika digunakan suatu membran
sebagai penyangga sediaan, tidak boleh terdapat gelembung antara
membran dan permukaan pelepasan. Letakkan cakram secara mendatar
pada dasar labu dengan permukaan pelepasan menghadap ke atas dan
sejajar dengan ujung bilah dayung dan permukaan media disolusi.
Ujung dayung bagian bawah berjarak 25 mm ± 2 mm dari permukaan
cakram. Labu dapat ditutup selama penetapan untuk mengurangi
penguapan. Segera jalankan alat pada kecepatan seperti tertera pada
masing-masing monografi. Pada setiap interval waktu pengambilan
cuplikan, ambil cuplikan dari bagian tengah antara permukaan media
disolusi dan bagian atas bilah dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
labu. Lakukan penetapan kadar tiap cuplikan seperti tertera pada
masingmasing monografi, jika perlu lakukan koreksi terhadap setiap
kehilangan volume. Ulangi pengujian dengan sediaan transdermal
lainnya.
b. Alat 6 (Silinder)
Memasukan tablet (media disolusi) ke dalam media disolusi dalam
labu alat sesuai yang tertera pada monografi, pasang alat dan panaskan.
Media disolusi hingga mencapai suhu 32 ± 0,50 . Kecuali dinyatakan
lain dalam monografi, disiapkan sistem uji sebagai berikut. Ambil
garis pelindung dari alat dan tempatkan sisi perekat pada sepotong.
Tempatkan sistem dan Curophan (menutup sisi bawah) pada
permukaan yang bersih dan gunakan bahan perekat yang sesuai pada
batas Curophan yang terpapar. Keringkan selama 1 menit. Gunakan
sisi sistem yang terlapisi perekat secara hati-hati pada bagian luar
silinder sehingga sumbu axis yang panjang tetap di sekeliling silinder.
Tekan lapisan/Curophan untuk menghilangkan gelembung udara yang
terperangkap. Tempatkan silinder dalam alat dan dengan segera putar
pada kecepatan seperti tertera pada masing-masing monografi. Dalam
interval waktu yang dinyatakan, ambil sejumlah Media disolusi untuk
analisis dari daerah tengah antara permukaan media disolusi dan ujung
silinder yang berputar, tidak kurang 1 cm dari dinding labu. Lakukan
analisis seperti tertera pada masing masing monografi, jika perlu
lakukan koreksi kehilangan volume. Jika perlu ulangi pengujian
menggunakan sediaan tambahan.
c. Alat 7 (Penyangga bolak balik)
Digunakan untuk sediaan transdermal. Penyiapan sampel untuk
sediaan bersalut dengan memasang setiap sistem yang harus diuji ke
pegangan sampel. Lekatkan penyangga sampai pada pengaduk yang
bergerak turun naik turun sampai tiap sistem terendam secara terus
menerus dalam sejumlah volume. kecepatan turun naik disesuaikan
kurang lebih 30 kali per menit dengan amplitudo < 2 cm, atau tertera
pada monografi. Angkat wadah larutan dari tangas, didinginkan pada
suhu ruang lalu ditambahkan larutan secukupnya saja biasanya
menggunakan air hal ini bertujuan untuk mengoreksi kehilangan
volume karena penguapan Lakukan penetapan kadar seperti yang
tertera pada masing-masing monografi dan lakukan pengulangan uji
menggunakan sediaan tambahan jika perlu
3. Analisis hasil
a. Alat 5
Persyaratan dipenuhi jika jumlah bahan aktif yang dilepas dari sediaan
dan larut dalam media disolusi memenuhi kriteria tabel keberterimaan
untuk rute transdermal. jika penetapan hingga tahap tiga kecuali hasil
pada tahap sebelumnya telah memenuhi syarat L1 dan L2.
b. Alat 6
Jumlah bahan aktif yang dilepas dari sediaan dan larut dalam media
disolusi hal tersebut memenuhi kriteria.
c. Alat 7
Hasil memenuhi syarat jika jumlah bahan aktif yang dilepaskan dan
larut dalam media disolusi memenuhi kriteria keberterimaan 3 untuk
tablet bersalut. Lakukan penetapan hingga tahap tiga kecuali hasil pada
tahap sebelumnya telah memenuhi L1 atau L2.
4. Kriteria penerimaan
a. Keberterimaan 1
L1 dengan jumlah uji 6 kriterianya adalah tidak ada satu nilai
pun yang terletak di luar rentang keberterimaan yang telah dinyatakan
L2 dengan jumlah uji enam, kriterianya adalah nilai rata-rata
dari 12 tablet (L1 +L2) terletak dalam rentang keberterimaan yang
dinyatakan. Tidak ada satupun nilai yang terletak di luar rentang
keberterimaan lebih dari 10% dari hasil rata-rata rentang keberterimaan
yang dinyatakan
L3 dengan jumlah uji 12 memiliki kriteria nilai rata-rata dari 24
unit sediaan (L1 + L2 + L3) terletak dalam rentang keberterimaan yang
dinyatakan. Tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang diuji terletak
di luar rentang keberterimaan yang dinyatakan lebih dari 10 % dari
ratarata keberterimaan yang dinyatakan; tidak ada satu unitpun sediaan
yang terletak di luar rentang keberterimaan yang dinyatakan lebih dari
20 % dari rata-rata rentang keberterimaan yang dinyatakan
b. Keberterimaan 3
A1 jumlah 6 unit dengan kriteria tidak satupun jumlah zat aktif yang
terlarut melebihi 10%. A2 jumlah 6 unit dengan kriteria rata-rata
jumlah zat aktif yang terlarut dari 12 unit sediaan (A1+A2) tidak lebih
dari 10% dan tidak satu unitpun dari jumlah zat aktif yang terlarut
lebih dari 25%. A3 jumlah 13 unit dengan kriteria rata-rata jumlah zat
aktif yang terlarut dari 24 unit sediaan (A1+A2+ A3) tidak lebih dari
10%, dan tidak satupun dari jumlah zat aktif terlarut lebih dari 25%.
E. Uji Disolusi
Ruang lingkup pengujian : Uji disolusi merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui profil kelarutan dan kecepatan disolusi. Uji ini terutama diperuntukkan
bagi obat yang kelarutan dalam air terbatas, sehingga disolusinya lebih berarti
dibandingkan waktu hancur. Uji disolusi dipersyaratkan dalam sejumlah monografi
tablet. Uji disolusi dapat dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif di dalam
tubuh. Selain itu, uji ini juga berguna sebagai alat untuk tapis pendahuluan formulasi
dan sebagai prosedur pengawasan mutu secara rutin.
Pengujian : Proses pengujian disolusi dapat dapat dilakukan menggunakan 4 jenis
alat.
- Alat 1 dan 2
Alat 1 (tipe keranjang) dan alat 2 (tipe dayung)
1. Sediaan lepas segera
Masukkan sejumlah volume (±1%) Media disolusi, jalankan
pemanas alat hingga Media disolusi mencapai suhu 37º ± 0,5º.
Kemudian hentikan alat dan angkat termometer. Masukkan 1 unit
sediaan ke dalam masing-masing wadah serta jaga agar gelembung
udara tidak menempel pada permukaan sediaan. Segera operasikan alat
pada kecepatan yang sesuai dengan yang tertera pada masing-masing
monografi. Ambil sejumlah sampel pada daerah pertengahan antara
permukaan Media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung.
Waktu Pengambilan cuplikan harus dilakukan pada waktu yang
dinyatakan dengan toleransi kurang lebih 2%. Kemudian lakukan
analisis sesuai dengan monografi.

2. Sediaan lepas tunda


Sediaan lepas tunda dibagi menjadi prosedur A dan prosedur B.
a. Prosedur A
Prosedur A dimulai dengan melakukan tahapan asam yang
dimana masukkan 750 mL asam hidroklorida 0,1 N dalam wadah dan
pasang alat. Biarkan media hingga suhu 37º ± 0,5º. Masukkan satu
satuan sediaan ke dalam alat, tutup wadah, jalankan alat pada
kecepatan yang tertera pada masing-masing monografi. Setelah 2 jam,
ambil sejumlah cairan alikot. Lakukan penetapan kadar terhadap alikot.
Setelah tahap asam selesai, jalankan alat pada kecepatan seperti
tertera pada monografi, tambahkan 250 mL larutan natrium fosfat
berbasa tiga 0,2 M yang bersuhu 37º±0,5º ke dalam labu. Jika perlu
atur pH hingga 6,8 ± 0,05 dengan penambahan asam hidroklorida 2 N
atau natrium hidroksida 2N. Lanjutkan pengujian selama 45 menit atau
selama waktu seperti dinyatakan pada masing-masing monografi. Pada
akhir periode pengujian, ambil sejumlah cairan alikot. Lakukan
penetapan kadar terhadap alikot menggunakan metoda penetapan yang
sesuai seperti dinyatakan dalam masing masing monografi.
b. Metode B
Proses pembuatan larutan asam dimulai dari masukkan 1000
mL asam hidroklorida 0,1 N dalam labu dan pasang alat. Biarkan
media hingga suhu 37º ± 0,5º. Masukkan satu unit sediaan ke dalam
alat, tutup wadah, jalankan alat pada kecepatan yang tercantum dalam
masing-masing monografi. Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil
sejumlah cairan alikot dan lakukan penetapan kadar terhadap alikot
menggunakan metoda penetapan kadar yang sesuai, seperti yang
tercantum pada masing-masing monografi.
Setelah tahap asam selesai, jalankan kembali alat selama 45
menit atau selama waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi. Pada akhir periode pengujian, ambil sejumlah cairan alikot,
lakukan penetapan kadar terhadap alikot menggunakan metoda
penetapan yang sesuai seperti dinyatakan dalam masing-masing
monografi.
- Alat 3 (silinder kaca bolak-balik)
1. Sediaan lepas segera
Prosedurnya dimulai dari memasukkan sejumlah volume media
disolusi ke dalam labu, pasang alat, dan biarkan media disolusi hingga
suhu 37º± 0,5º. Kemudian, keluarkan termometer dari alat dan
masukkan satu unit sediaan pada masing- masing dari enam silinder.
Setelah itu, jalankan alat seperti tertera pada masing-masing
monografi. Dalam selang waktu yang dinyatakan atau pada setiap
waktu yang dinyatakan, naikkan silinder, dan ambil sebagian larutan
uji dari tengah-tengah antara permukaan media disolusi dan alas
masing-masing labu. Lakukan penetapan kadar seperti yang tertera
pada setiap monografi.
- Alat 4 (sel yang dapat dialiri)
1. Sediaan lepas segera
Prosedurnya dimulai dari memasukkan butiran kaca ke dalam
sel seperti yang dinyatakan dalam masing-masing monografi.
Kemudian, masukkan 1 unit sediaan di atas butiran. Pasang bagian atas
penyaring, dan kencangkan bagian-bagiannya dengan penjepit yang
sesuai. Masukkan Media disolusi yang sebelumnya sudah dipanaskan
hingga suhu 37º ± 0,5º dengan pompa melalui bagian dasar sel dengan
laju alir seperti tertera pada masing-masing monografi dan ukur
dengan ketelitian 5%. Kumpulkan larutan tiap fraksi pada tiap waktu
yang ditentukan. Lakukan penetapan kadar seperti tertera pada
masing-masing monografi. Jika perlu ulangi pengujian dengan sediaan
lain.
Analisis hasil
1. Sediaan lepas segera
Pengujian harus dilakukan sampai tiga tahap kecuali bila hasil
pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang
terlarut seperti tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam
persentase kadar pada etiket. Angka 5%, 15%, dan 25% dalam tabel adalah
persentase terhadap kadar yang tertera pada etiket, dengan demikian
mempunyai arti yang sama dengan Q.

2. Sediaan lepas lambat


Pengujian harus dilakukan sampai tiga tahap kecuali bila hasil
pengujian memenuhi tahap L1 atau L2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang
terlarut seperti tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam
persentase terhadap kadar yang tertera pada etiket. Q adalah nilai rata-rata dari
Qi, jumlah zat aktif yang terlarut pada tiap-tiap dosis per interval waktu. J
Kriteria penerimaan
1. Sediaan lepas segera
Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif terlarut dari unit sediaan yang diuji
sesuai dengan Tabel keberterimaan 1.

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Keberterimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak


kurang dari Q + 5%

S2 6 Rata-rata dari 12 unit


(S1 + S2) adalah sama
dengan atau lebih besar
dari Q, dan tidak satu
unitpun yang lebih
kecil dari Q – 15%

S3 12 Rata-rata dari 24 unit


(S1 +S2+S3) adalah
sama atau lebih besar
dari Q, tidak lebih dari
2 unit sediaan yang
lebih kecil dari Q –
15% dan tidak satu
unitpun yang lebih
kecil dari Q – 25%.

2. Sediaan lepas lambat


persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif terlarut dari unit sediaan yang diuji
sesuai dengan Tabel keberterimaan 3

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria penerimaan

L1 6 Tidak satu nilaipun diluar


rentang keberterimaan
yang dinyatakan dan tidak
satupun nilai yang kurang
dari jumlah yang
dinyatakan pada waktu
penetapan akhir.

L2 6 Nilai rata-rata dari 12 unit


sediaan (L1 +L2) terletak
dalam tiap rentang
keberterimaan yang
dinyatakan dan tidak
kurang dari jumlah yang
dinyatakan pada waktu
pengujian akhir; tidak
satupun yang lebih 10%
dari jumlah yang tertera
pada etiket diluar tiap
rentang keberterimaan
yang dinyatakan; dan
tidak ada satupun yang
lebih dari 10% dari
jumlah yang tertera pada
etiket di bawah jumlah
yang dinyatakan pada
waktu pengujian akhir.

L3 12 Nilai rata-rata dari 24 unit


sediaan (L1 +L2+L3)
terletak dalam tiap
rentang keberterimaan
yang dinyatakan dan tidak
kurang dari jumlah yang
dinyatakan pada waktu
pengujian akhir; tidak
lebih dari 2 dari 24 unit
sediaan yang diuji lebih
dari 10% dari jumlah
yang tertera pada etiket di
luar rentang yang
dinyatakan; tidak lebih
dari 2 dari 24 unit sediaan
yang diuji lebih dari 10%
dari jumlah yang tertera
pada etiket di bawah
jumlah yang dinyatakan
pada waktu pengujian
akhir; dan tidak satupun
dari keseluruh unit yang
diuji lebih dari 20% dari
jumlah yang tertera pada
etiket diluar tiap rentang
yang dinyatakan, atau
lebih dari 20% dari
jumlah yang tertera pada
etiket di bawah jumlah
yang dinyatakan pada
waktu pengujian akhir.
LEMBAR KERJA
PARAMETER KRITIS PEMBUATAN SEDIAAN TABLET

Disusun Oleh:
Dionisius Yonas Yusipa (218114113)
Godefridus Adventra Sagi Pratama (218114119)
Cicilia Dewi Heryani Sijabat (218114122)
Laura Gresia Agustina N. (218114136)
Chesie Laurendy (218114139)
Kelas : C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
PARAMETER KRITIS PEMBUATAN SEDIAAN TABLET

A. Kempa langsung
Metode kempa langsung memiliki berbagai tahapan seperti yang tertera pada
gambar berikut:

Gambar 1. Tahapan Metode Pembuatan Tablet


(Sulaiman dan Salman, 2020).
Parameter kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tablet dengan
metode kempa langsung yaitu:
a. Pemilihan eksipien
Pembuatan tablet menggunakan metode kempa langsung memiliki
parameter kritis yang perlu diperhatikan dalam prosesnya salah satunya yaitu
pemilihan eksipien, diperlukan eksipien dengan sifat alir dan kompresibilitas
yang baik dalam pembuatan tablet dengan metode kempa langsung. Karena
prosesnya akan dipengaruhi oleh eksipien penyusun tablet yang digunakan.
Metode kempa langsung memerlukan eksipien yang memungkinkan untuk
dikempa langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu. Sifat fisika dari
masing-masing eksipien menjadi hal kritis, perubahan sedikit dapat mengubah
sifat alir dan kempa yang membuat hasilnya tidak sesuai untuk dikempa
langsung (Zaman dan Sopyan, 2020).
b. Pencampuran akhir
Pencampuran serbuk merupakan kunci untuk manufaktur hampir
semua bentuk sediaan padat dan proses pencampuran dapat menjadi salah satu
parameter proses kritis yang mempengaruhi kualitas produk dan harus
dikontrol secara konsisten untuk menghasilkan kualitas yang sama.
Pencampuran optimum dari suatu serbuk merupakan prasyarat untuk
pembuatan sediaan obat dalam bentuk padat yang melibatkan pencampuran
serbuk yang berkontribusi penting dalam mencapai keseragaman kandungan
zat aktif. Beberapa parameter yang mempengaruhi keefisienan pencampuran
adalah a) Parameter partikel seperti ukuran partikel, bentuk partikel, distribusi
ukuran, densitas partikel, kohesivitas, higroskopisitas dan kekerasan; b) Jenis
mixer meliputi lama pencampuran, volume dan pergerakan; c) Kecenderungan
terjadinya segregasi dari komponen karena perbedaan densitas (Syukri dkk.,
2018).
Pengadukan dapat dipengaruhi dari waktu pengadukan dan kecepatan
pengadukan dimana keduanya dapat mempengaruhi tingkat homogenitas dan
mencegah terjadinya segregasi yang dapat berdampak pada keseragaman
kandungan obat. Selain itu, kelembaban lingkungan dan holding time juga
dapat mempengaruhi proses pengadukan. Kelembaban dapat berpengaruh
pada proses pencetakan tablet dan berpengaruh pada kekerasan tablet yang
dihasilkan, sedangkan holding time dalam setiap tahapan manufaktur dapat
mempengaruhi masa simpan produk yang dihasilkan (Pebriyanti, dkk., 2022).
c. Pencetakan tablet
Proses ini dipengaruhi dari compress speed, compression force, dan fill
depth. Compress speed dapat mempengaruhi keragaman bobot dan bobot
individual, semakin meningkat compress speed keragaman bobot akan
meningkat secara signifikan, hal tersebut dapat berkaitan dengan bobot tablet
yang dapat berkurang dengan meningkatnya compress speed karena waktu
filling menjadi lebih singkat. Compression force dapat mempengaruhi
kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet, saat compression force kurang
maka kekerasan menurun dan kerapuhan meningkat. Fill depth dapat
mempengaruhi bobot tablet, dengan meningkatnya fill depth secara signifikan
maka bobot tablet juga akan meningkat karena volume dies meningkat juga
(Caren, 2023).

B. Granulasi Basah
Metode pembuatan tablet dengan metode granulasi basah memiliki berbagai
tahapan seperti yang tertera pada gambar berikut:
Gambar 2. Tahapan Metode Pembuatan Tablet
(Sulaiman dan Salman, 2020).
Parameter kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah yaitu:
a. Pengayakan (Size reduction)
Ukuran mesh dalam proses pengayakan berpengaruh terhadap sifat
fisika dan kimia tablet, berupa pemerian, waktu disintegrasi, friability, laju
disolusi, dan kadar sediaan yang dihasilkan (Pebrianti dkk., 2022).
b. Pengadukan
Dalam proses tahapan pengadukan, yang menjadi parameter kritisnya
yaitu dari waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan. Kesesuaian waktu
pengadukan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat dari homogenitas
dan mencegah peristiwa terjadinya segregasi yang dapat memberi dampak
pada keseragaman kandungan obat. Waktu pengadukan secara signifikan
memberikan pengaruh terhadap sifat granul, termasuk distribusi ukuran,
bentuk, porositas, dan kerapatan curah. Apabila terjadi ketidaksesuaian, maka
akan menimbulkan bahaya terhadap kualitas produk akhir termasuk stabilitas,
disintegrasi tablet, disolusi, serta bioavailabilitas obat (Pebrianti dkk., 2022).
Kecepatan pengadukan mempengaruhi tingkat homogenitas. Selain
kecepatan pengadukan, kecepatan chopper dan kecepatan impeller juga
menjadi parameter kritis dari proses tahapan pengadukan. Kecepatan chopper
memberikan pengaruh terhadap ukuran granul yang dihasilkan, sedangkan
kecepatan impeller berhubungan dengan pembentukan granul. Apabila
kecepatan impeller tidak tepat, maka akan mengakibatkan distribusi dari bahan
pengikat menjadi tidak merata. Hal tersebut menyebabkan pembentukan
granul menjadi tidak terkontrol (Pebrianti dkk., 2022).
c. Jumlah penambahan larutan granul
Pada tahapan granulasi basah, jumlah penambahan larutan memiliki
pengaruh terhadap keseragaman dosis yang dihasilkan (Pebrianti dkk., 2022).
d. Pengayakan
Pada proses tahapan pengayakan, yang menjadi parameter kritisnya
adalah ukuran mesh. Dalam proses pengayakan, ukuran mesh memiliki
pengaruh terhadap sifat fisika dan kimia tablet, yang berupa pemerian, waktu
disintegrasi, friability, laju disolusi, dan kadar sediaan yang dihasilkan
(Pebrianti dkk., 2022).
e. Pembasahan
Pembasahan merupakan proses yang cukup kritis. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan komposisi yang sesuai supaya pembasahan tidak terjadi berlebihan
maupun kekurangan. Pembasahan yang berlebihan akan menghasilkan granul
yang keras sehingga kompressinya menjadi lebih buruk dan pada akhirnya
menghasilkan tablet yang rapuh sehingga tidak cocok digunakan sebagai
pembuatan tablet. Agar dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisis yang baik
dan kadar air yang memenuhi syarat, maka perlu adanya proses pengeringan
yang optimal.
(Sudarsono dkk, 2021).
f. Pengeringan
Pada proses tahapan pengeringan, yang menjadi parameter kritisnya
yaitu suhu udara masuk dan waktu pengeringan. Suhu udara masuk dan waktu
pengeringan berhubungan dengan kadar air dalam granul. Suhu yang tinggi
akan mempercepat proses penurunan kadar air. Waktu pengeringan yang
terlalu lama akan mengakibatkan granul menjadi over-drying atau terlalu
kering. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada granul (Pebrianti
dkk., 2022).
g. Pencetakan tablet
Pada proses tahapan pencetakan tablet, yang menjadi parameter
kritisnya yaitu feeder speed dan compression force. Feeder speed memiliki
pengaruh terhadap variabilitas bobot tablet yang dihasilkan. Sedangkan
compression force, memiliki pengaruh terhadap kekerasan, ketebalan,
friabilitas, dan waktu disintegrasi dari sediaan (Pebrianti dkk., 2022).
h. Pengadukan larutan salut
Dalam proses tahapan pengadukan larutan salut, yang menjadi
parameter kritisnya yaitu dari waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan.
Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap homogenitas. Yang mana,
homogenitas akan meningkat seiring dengan lamanya waktu pengadukan
(Pebrianti dkk., 2022).
i. Penyalutan
Penyalutan dipengaruhi oleh kecepatan putaran pan, temperatur udara
masuk, laju semprotan nozzle, dan tekanan udara atomisasi. Kecepatan putaran
pan dapat mempengaruhi ukuran, bentuk, dan ketebalan sediaan tablet yang
dihasilkan. Temperatur udara masuk mempengaruhi penguapan air dan
keseragaman lapisan. Tingginya temperatur udara yang masuk dapat
mengakibatkan tablet menjadi terlalu kering, serta permukaan menjadi kasar.
Rendahnya temperatur udara yang masuk dapat mengakibatkan tablet menjadi
lengket, menempel, serta meningkatkan kadar air yang terkandung di dalam
tablet, sehingga berpengaruh terhadap stabilitas dari produk yang dihasilkan.
Laju semprotan nozzle yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
pengeringan yang tidak memadai, menempel, lengket, serta menjadikan
lapisan salut memiliki efek ‘kulit jeruk’. Laju semprot yang lebih pelan akan
menghasilkan keseragaman yang lebih baik. Selain itu, laju semprot
berpengaruh juga terhadap kekerasan permukaan dan penambahan berat.
Tekanan udara atomisasi yang rendah dapat mengakibatkan cacat seperti
lengket dan terkelupas. Hal ini dikarenakan pembentukan ukuran coating yang
besar. Selain itu, tekanan udara atomisasi juga berpengaruh terhadap kekasaran
tablet (Pebrianti dkk., 2022).

C. Granulasi Kering
Metode pembuatan tablet dengan metode granulasi kering memiliki berbagai
tahapan seperti yang tertera pada gambar berikut:

Gambar 3. Tahapan Metode Pembuatan Tablet


(Sulaiman dan Salman, 2020).
a. Pemilihan eksipien (bahan pelicin)
Memilih bahan tambahan yang sesuai untuk mendapatkan fungsi yang spesifik
pada formulasi tablet seperti lubrikan bisa menjadi parameter kritis untuk
mendapatkan produk yang dapat diterima. Lubrikan berfungsi mengurangi gesekan
selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Logam stearat merupakan lubrikan yang paling efisien dan lazim digunakan.
Pada umumnya lubrikan ini tidak reaktif. Logam stearat yang paling luas digunakan
adalah magnesium.
Menurut handbook of pharmaceutical of excipients konsentrasi magnesium
stearat yang digunakan adalah 0,25% hingga 5,0%. Pemilihan konsentrasi dari
magnesium stearat dapat menyebabkan serbuk yang hidrofobik. Sifat hidrofobik dari
magnesium stearat akan membuat lapisan film pada partikel bahan padat sehingga
dapat mengurangi gesekan antar partikel dan memudahkan partikel tersebut mengalir.
Selain itu adanya sifat hidrofobik dapat menghambat penetrasi air dengan membentuk
lapisan film sehingga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap waktu hancur
tablet (Valiandri dkk., 2021).
b. Pengadukan atau pencampuran
Salah satu kekurangan pada metode granulasi kering adalah distribusi zat
warna kurang mencapai homogenitas yang baik akibat peralatan yang dibutuhkan
lebih sedikit dibanding dengan metode granulasi basah. Di sisi lain, pada metode
granulasi kering juga menghasilkan banyak debu pada prosesnya sehingga
meningkatkan terjadinya kontaminasi atau kontaminasi silang. Dengan
memperhatikan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), diharapkan pengadukan
dan pencampuran menjadi poin penting agar didapat mutu kualitas tablet yang
optimal (Zaman dan Sopyan, 2020)
Proses pengadukan atau pencampuran pada granulasi kering dipengaruhi oleh
waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, kecepatan Chopper, dan kecepatan
impeller.
- Waktu pengadukan
Waktu pengadukan pada granulasi kering dapat mempengaruhi sifat
granul yang sangat signifikan seperti distribusi ukuran, bentuk, porositas, dan
kerapatan curah. Ketidaksesuaian ini dapat mempengaruhi kualitas produk
akhir termasuk stabilitas, disintegrasi tablet, serta disolusi dan bioavailabilitas
obat.
- Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan pada proses pembuatan granulasi kering
merupakan salah satu parameter kritis. Hal ini dikarenakan kecepatan
pengadukan dapat mempengaruhi homogenitas terhadap tablet yang akan
dihasilkan.
- Kecepatan chopper
Kecepatan chopper dalam proses pembuatan granulasi kering dapat
mempengaruhi ukuran granul yang akan dihasilkan.
- Kecepatan impeller
Kecepatan impeller pada proses pembuatan granul dapat
mempengaruhi distribusi bahan pengikat. Apabila kecepatan impeller tidak
tepat, maka distribusi bahan pengikat tidak akan merata sehingga
mengakibatkan pembentukan granul menjadi tidak terkontrol.
(Pebriyanti dkk., 2022)

c. Pengayakan
Selanjutnya yaitu pengayakan untuk menghasilkan granul yang seragam. Yang
perlu diperhatikan yaitu ukuran dari pengayak yang digunakan agar didapatkan granul
dengan ukuran yang seragam (Srikant dkk., 2015)
d. Pencetakan tablet
Percetakan tablet pada metode granulasi kering dapat dipengaruhi oleh
kecepatan peletakan (feeder speed) dan gaya tekan (compression force). Feeder speed
dapat mempengaruhi variabilitas bobot tablet secara signifikan. Berbeda dengan
compression force yang secara signifikan dapat mempengaruhi kekerasan, ketebalan,
friabilitas, serta waktu disintegrasi dari sediaan (Pebriyanti dkk., 2022).
Selain itu, pada granulasi kering daya lekat yang dihasilkan tidak sebaik pada
metode granulasi basah dan terkadang memerlukan dua kali pembuatan slug untuk
meningkatkan daya lekat dari serbuk. Kemungkinan terjadi binding, sticking, dan
picking pada saat tablet dikeluarkan dari die akibat kurangnya lubrikan (Tungadi,
2018).
Pada granulasi kering, pencetakan tablet dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni.
1) Cara slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin
tablet kemudian tablet dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan
menjadi ukuran yang dikehendaki.
2) Cara kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk
premix menjadi bentuk pita/lempeng diantara dua rol yang berputar
berlawanan. Bahan dihaluskan menjadi granul dalam mesin granul.
(Tungadi, 2018).

D. Kerusakan Pada Tablet


1. Binding
Kerusakan binding dalam proses pembuatan tablet dapat terjadi
dikarenakan massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak
pada saat proses ejection karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya
pemberian lubrikan. Binding dapat terjadi ketika proses kempa atau pencetakan
tablet berlangsung (Zaman dan Sopyan, 2020).

2. Sticking
Sticking merupakan kerusakan yang terjadi dikarenakan bahan massa
cetak tablet menempel pada dinding cetakan die. Penempelan ini dapat terjadi
dikarenakan massa cetak yang lengket dan sebagian besar disebabkan oleh
kelembaban berlebih pada tahap granulasi. Sticking ini dapat terjadi selama
proses pengempaan tablet (Zaman dan Sopyan, 2020).

3. Capping
Capping dalam proses pembuatan tablet dapat terjadi dikarenakan
adanya pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari
badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Capping ini dapat terjadi selama proses pencetakan tablet (Zaman dan Sopyan,
2020).

4. Mottling
Mottling merupakan salah satu bentuk kerusakan tablet yang dimana
terdapat distribusi warna yang tidak merata pada tablet, dengan terdapatnya
bagian bintik-bintik terang atau gelap menonjol pada permukaan yang seragam.
Mottling pada proses pembuatan tablet dapat terjadi selama proses pencampuran
bahan maupun selama proses pengeringan (Zaman dan Sopyan, 2020).

5. Tidak seragam
Ketidakseragaman zat aktif pada tablet dapat terjadi selama proses
pencampuran berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Caren, G.J., 2023. Review Artikel: Critical Quality Attributes dan Critical Process
Parameter dari Tablet Kempa Langsung. Farmaka, 21: 261-269.
Pebriyanti, A.S., Megantara, S., Wijayanti, R., 2022. Tinjauan Critical Quality Attributes
(CQA) Dan Critical Process Parameter (CPP) Sebagai Bagian Dari Pendekatan
Quality By Design Dalam Proses Pengembangan Tablet Salut Selaput Film. Majalah
Farmasetika, 7: 262-264.
Sudarsono, A. P. P., Nur, M., & Febrianto, Y.,2021. Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan
Granul (40 C, 50 C, 60 C) Terhadap Sifat Fisik Tablet Paracetamol. Jurnal Farmasi &
Sains Indonesia, 4(1), 44-51.
Sulaiman, T.N.S., dan Sulaiman, S., 2020. Review: Excipients For Tablet Manufacturing
With Direct Compression Method. Journal Of Pharmaceutical and Sciences (JPS), 3:
64-76.
Srikant, P., Akash, J., Mahesh, D., dan Astik, S., 2015. Roller Compaction Design and
Critical Parameters in Drug Formulation and Development: Review. International
Journal of PharmTech Research, 7: 95.
Syukri, Y., Wibowo, J. T., Herlin, A., 2018. Pemilihan Bahan Pengisi Untuk Formulasi Tablet
ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 5: 66-71.
Tungadi, R., 2018. Teknologi Sediaan Solida. Team WADE Publish, Jawa Timur.
Valiandri, P., Legowo, D.B., Fitriany, E., Priyoherianto, A., dan Damayanti, W., 2021. Effect
of Variation of Lubricant Concentration (Magnesium Stearate) on The Physical Quality
of Metoclopramid HCl Tablets With Direct Printing Method. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Education, 1: 69.
Zaman, N.N., dan Sopyan, I., 2020. Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Majalah Farmasetika, 5: 82-93.

Anda mungkin juga menyukai