Kelompok 1
Anggota:
1. Dionisius Yonas Yusipa (218114113)
2. Godefridus Adventra Sagi Pratama (218114119)
3. Cicilia Dewi Heryani Sijabat (218114122)
4. Laura Gresia Agustina N. (218114136)
5. Chesie Laurendy (218114139)
3. Analisis hasil
a. Tablet tidak bersalut
Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak hancur sempurna maka
dilakukan pengujian ulang menggunakan 12 tablet lainnya, dengan
catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna
b. Tablet bersalut bukan enterik
Jika terdapat satu atau dua tablet yang tidak hancur sempurna maka
dilakukan pengujian ulang menggunakan 12 tablet lainnya, dengan
catatan tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna, amati tablet dalam batas waktu yang dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
c. Tablet lepas tunda atau tablet salut enterik
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi bersama
12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna.
d. Tablet bukal
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi
bersama 12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
e. Tablet sublingual
Jika 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, pengujian diulangi bersama
12 tablet lainnya, dengan catatan bahwa tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna.
4. Kriteria penerimaan
-
D. Uji Pelepasan Obat <961>
1. Ruang lingkup pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kesesuaian pelepasan obat dengan
persyaratan yang tercantum pada masing-masing monografi. Gunakan alat
yang tercantum pada monografi. Pada tablet salut-enterik jika obat dapat rusak
atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung,
diperlukan bahan penyalut enterik, yang bertujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet telah melewati lambung. Istilah lepas-tunda digunakan
untuk tujuan farmakope dan masing-masing monografi, meliputi pengujian
dan spesifikasi untuk pelepasan obat seperti yang tertera pada Pelepasan Obat
<961>.
2. Pengujian
a. Alat 5 (Dayung di atas Cakram)
Alat ini digunakan untuk rute transdermal. Prosedurnya adalah pasang
alat tanpa cakram dan dibiarkan hingga mencapai suhu 32±2°.
Lekatkan sediaan uji pada cakram, pastikan agar permukaan pelepasan
sediaan serata mungkin. Sediaan dapat dilekatkan pada cakram dengan
menggunakan perekat yang sesuai pada cakram. Keringkan selama 1
menit. Tekan sediaan, permukaan pelepasan menghadap ke atas pada
sisi cakram yang dilapisi perekat. Jika digunakan suatu membran
sebagai penyangga sediaan, tidak boleh terdapat gelembung antara
membran dan permukaan pelepasan. Letakkan cakram secara mendatar
pada dasar labu dengan permukaan pelepasan menghadap ke atas dan
sejajar dengan ujung bilah dayung dan permukaan media disolusi.
Ujung dayung bagian bawah berjarak 25 mm ± 2 mm dari permukaan
cakram. Labu dapat ditutup selama penetapan untuk mengurangi
penguapan. Segera jalankan alat pada kecepatan seperti tertera pada
masing-masing monografi. Pada setiap interval waktu pengambilan
cuplikan, ambil cuplikan dari bagian tengah antara permukaan media
disolusi dan bagian atas bilah dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
labu. Lakukan penetapan kadar tiap cuplikan seperti tertera pada
masingmasing monografi, jika perlu lakukan koreksi terhadap setiap
kehilangan volume. Ulangi pengujian dengan sediaan transdermal
lainnya.
b. Alat 6 (Silinder)
Memasukan tablet (media disolusi) ke dalam media disolusi dalam
labu alat sesuai yang tertera pada monografi, pasang alat dan panaskan.
Media disolusi hingga mencapai suhu 32 ± 0,50 . Kecuali dinyatakan
lain dalam monografi, disiapkan sistem uji sebagai berikut. Ambil
garis pelindung dari alat dan tempatkan sisi perekat pada sepotong.
Tempatkan sistem dan Curophan (menutup sisi bawah) pada
permukaan yang bersih dan gunakan bahan perekat yang sesuai pada
batas Curophan yang terpapar. Keringkan selama 1 menit. Gunakan
sisi sistem yang terlapisi perekat secara hati-hati pada bagian luar
silinder sehingga sumbu axis yang panjang tetap di sekeliling silinder.
Tekan lapisan/Curophan untuk menghilangkan gelembung udara yang
terperangkap. Tempatkan silinder dalam alat dan dengan segera putar
pada kecepatan seperti tertera pada masing-masing monografi. Dalam
interval waktu yang dinyatakan, ambil sejumlah Media disolusi untuk
analisis dari daerah tengah antara permukaan media disolusi dan ujung
silinder yang berputar, tidak kurang 1 cm dari dinding labu. Lakukan
analisis seperti tertera pada masing masing monografi, jika perlu
lakukan koreksi kehilangan volume. Jika perlu ulangi pengujian
menggunakan sediaan tambahan.
c. Alat 7 (Penyangga bolak balik)
Digunakan untuk sediaan transdermal. Penyiapan sampel untuk
sediaan bersalut dengan memasang setiap sistem yang harus diuji ke
pegangan sampel. Lekatkan penyangga sampai pada pengaduk yang
bergerak turun naik turun sampai tiap sistem terendam secara terus
menerus dalam sejumlah volume. kecepatan turun naik disesuaikan
kurang lebih 30 kali per menit dengan amplitudo < 2 cm, atau tertera
pada monografi. Angkat wadah larutan dari tangas, didinginkan pada
suhu ruang lalu ditambahkan larutan secukupnya saja biasanya
menggunakan air hal ini bertujuan untuk mengoreksi kehilangan
volume karena penguapan Lakukan penetapan kadar seperti yang
tertera pada masing-masing monografi dan lakukan pengulangan uji
menggunakan sediaan tambahan jika perlu
3. Analisis hasil
a. Alat 5
Persyaratan dipenuhi jika jumlah bahan aktif yang dilepas dari sediaan
dan larut dalam media disolusi memenuhi kriteria tabel keberterimaan
untuk rute transdermal. jika penetapan hingga tahap tiga kecuali hasil
pada tahap sebelumnya telah memenuhi syarat L1 dan L2.
b. Alat 6
Jumlah bahan aktif yang dilepas dari sediaan dan larut dalam media
disolusi hal tersebut memenuhi kriteria.
c. Alat 7
Hasil memenuhi syarat jika jumlah bahan aktif yang dilepaskan dan
larut dalam media disolusi memenuhi kriteria keberterimaan 3 untuk
tablet bersalut. Lakukan penetapan hingga tahap tiga kecuali hasil pada
tahap sebelumnya telah memenuhi L1 atau L2.
4. Kriteria penerimaan
a. Keberterimaan 1
L1 dengan jumlah uji 6 kriterianya adalah tidak ada satu nilai
pun yang terletak di luar rentang keberterimaan yang telah dinyatakan
L2 dengan jumlah uji enam, kriterianya adalah nilai rata-rata
dari 12 tablet (L1 +L2) terletak dalam rentang keberterimaan yang
dinyatakan. Tidak ada satupun nilai yang terletak di luar rentang
keberterimaan lebih dari 10% dari hasil rata-rata rentang keberterimaan
yang dinyatakan
L3 dengan jumlah uji 12 memiliki kriteria nilai rata-rata dari 24
unit sediaan (L1 + L2 + L3) terletak dalam rentang keberterimaan yang
dinyatakan. Tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang diuji terletak
di luar rentang keberterimaan yang dinyatakan lebih dari 10 % dari
ratarata keberterimaan yang dinyatakan; tidak ada satu unitpun sediaan
yang terletak di luar rentang keberterimaan yang dinyatakan lebih dari
20 % dari rata-rata rentang keberterimaan yang dinyatakan
b. Keberterimaan 3
A1 jumlah 6 unit dengan kriteria tidak satupun jumlah zat aktif yang
terlarut melebihi 10%. A2 jumlah 6 unit dengan kriteria rata-rata
jumlah zat aktif yang terlarut dari 12 unit sediaan (A1+A2) tidak lebih
dari 10% dan tidak satu unitpun dari jumlah zat aktif yang terlarut
lebih dari 25%. A3 jumlah 13 unit dengan kriteria rata-rata jumlah zat
aktif yang terlarut dari 24 unit sediaan (A1+A2+ A3) tidak lebih dari
10%, dan tidak satupun dari jumlah zat aktif terlarut lebih dari 25%.
E. Uji Disolusi
Ruang lingkup pengujian : Uji disolusi merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui profil kelarutan dan kecepatan disolusi. Uji ini terutama diperuntukkan
bagi obat yang kelarutan dalam air terbatas, sehingga disolusinya lebih berarti
dibandingkan waktu hancur. Uji disolusi dipersyaratkan dalam sejumlah monografi
tablet. Uji disolusi dapat dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif di dalam
tubuh. Selain itu, uji ini juga berguna sebagai alat untuk tapis pendahuluan formulasi
dan sebagai prosedur pengawasan mutu secara rutin.
Pengujian : Proses pengujian disolusi dapat dapat dilakukan menggunakan 4 jenis
alat.
- Alat 1 dan 2
Alat 1 (tipe keranjang) dan alat 2 (tipe dayung)
1. Sediaan lepas segera
Masukkan sejumlah volume (±1%) Media disolusi, jalankan
pemanas alat hingga Media disolusi mencapai suhu 37º ± 0,5º.
Kemudian hentikan alat dan angkat termometer. Masukkan 1 unit
sediaan ke dalam masing-masing wadah serta jaga agar gelembung
udara tidak menempel pada permukaan sediaan. Segera operasikan alat
pada kecepatan yang sesuai dengan yang tertera pada masing-masing
monografi. Ambil sejumlah sampel pada daerah pertengahan antara
permukaan Media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung.
Waktu Pengambilan cuplikan harus dilakukan pada waktu yang
dinyatakan dengan toleransi kurang lebih 2%. Kemudian lakukan
analisis sesuai dengan monografi.
Disusun Oleh:
Dionisius Yonas Yusipa (218114113)
Godefridus Adventra Sagi Pratama (218114119)
Cicilia Dewi Heryani Sijabat (218114122)
Laura Gresia Agustina N. (218114136)
Chesie Laurendy (218114139)
Kelas : C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
PARAMETER KRITIS PEMBUATAN SEDIAAN TABLET
A. Kempa langsung
Metode kempa langsung memiliki berbagai tahapan seperti yang tertera pada
gambar berikut:
B. Granulasi Basah
Metode pembuatan tablet dengan metode granulasi basah memiliki berbagai
tahapan seperti yang tertera pada gambar berikut:
Gambar 2. Tahapan Metode Pembuatan Tablet
(Sulaiman dan Salman, 2020).
Parameter kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tablet dengan
metode granulasi basah yaitu:
a. Pengayakan (Size reduction)
Ukuran mesh dalam proses pengayakan berpengaruh terhadap sifat
fisika dan kimia tablet, berupa pemerian, waktu disintegrasi, friability, laju
disolusi, dan kadar sediaan yang dihasilkan (Pebrianti dkk., 2022).
b. Pengadukan
Dalam proses tahapan pengadukan, yang menjadi parameter kritisnya
yaitu dari waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan. Kesesuaian waktu
pengadukan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat dari homogenitas
dan mencegah peristiwa terjadinya segregasi yang dapat memberi dampak
pada keseragaman kandungan obat. Waktu pengadukan secara signifikan
memberikan pengaruh terhadap sifat granul, termasuk distribusi ukuran,
bentuk, porositas, dan kerapatan curah. Apabila terjadi ketidaksesuaian, maka
akan menimbulkan bahaya terhadap kualitas produk akhir termasuk stabilitas,
disintegrasi tablet, disolusi, serta bioavailabilitas obat (Pebrianti dkk., 2022).
Kecepatan pengadukan mempengaruhi tingkat homogenitas. Selain
kecepatan pengadukan, kecepatan chopper dan kecepatan impeller juga
menjadi parameter kritis dari proses tahapan pengadukan. Kecepatan chopper
memberikan pengaruh terhadap ukuran granul yang dihasilkan, sedangkan
kecepatan impeller berhubungan dengan pembentukan granul. Apabila
kecepatan impeller tidak tepat, maka akan mengakibatkan distribusi dari bahan
pengikat menjadi tidak merata. Hal tersebut menyebabkan pembentukan
granul menjadi tidak terkontrol (Pebrianti dkk., 2022).
c. Jumlah penambahan larutan granul
Pada tahapan granulasi basah, jumlah penambahan larutan memiliki
pengaruh terhadap keseragaman dosis yang dihasilkan (Pebrianti dkk., 2022).
d. Pengayakan
Pada proses tahapan pengayakan, yang menjadi parameter kritisnya
adalah ukuran mesh. Dalam proses pengayakan, ukuran mesh memiliki
pengaruh terhadap sifat fisika dan kimia tablet, yang berupa pemerian, waktu
disintegrasi, friability, laju disolusi, dan kadar sediaan yang dihasilkan
(Pebrianti dkk., 2022).
e. Pembasahan
Pembasahan merupakan proses yang cukup kritis. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan komposisi yang sesuai supaya pembasahan tidak terjadi berlebihan
maupun kekurangan. Pembasahan yang berlebihan akan menghasilkan granul
yang keras sehingga kompressinya menjadi lebih buruk dan pada akhirnya
menghasilkan tablet yang rapuh sehingga tidak cocok digunakan sebagai
pembuatan tablet. Agar dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisis yang baik
dan kadar air yang memenuhi syarat, maka perlu adanya proses pengeringan
yang optimal.
(Sudarsono dkk, 2021).
f. Pengeringan
Pada proses tahapan pengeringan, yang menjadi parameter kritisnya
yaitu suhu udara masuk dan waktu pengeringan. Suhu udara masuk dan waktu
pengeringan berhubungan dengan kadar air dalam granul. Suhu yang tinggi
akan mempercepat proses penurunan kadar air. Waktu pengeringan yang
terlalu lama akan mengakibatkan granul menjadi over-drying atau terlalu
kering. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada granul (Pebrianti
dkk., 2022).
g. Pencetakan tablet
Pada proses tahapan pencetakan tablet, yang menjadi parameter
kritisnya yaitu feeder speed dan compression force. Feeder speed memiliki
pengaruh terhadap variabilitas bobot tablet yang dihasilkan. Sedangkan
compression force, memiliki pengaruh terhadap kekerasan, ketebalan,
friabilitas, dan waktu disintegrasi dari sediaan (Pebrianti dkk., 2022).
h. Pengadukan larutan salut
Dalam proses tahapan pengadukan larutan salut, yang menjadi
parameter kritisnya yaitu dari waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan.
Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap homogenitas. Yang mana,
homogenitas akan meningkat seiring dengan lamanya waktu pengadukan
(Pebrianti dkk., 2022).
i. Penyalutan
Penyalutan dipengaruhi oleh kecepatan putaran pan, temperatur udara
masuk, laju semprotan nozzle, dan tekanan udara atomisasi. Kecepatan putaran
pan dapat mempengaruhi ukuran, bentuk, dan ketebalan sediaan tablet yang
dihasilkan. Temperatur udara masuk mempengaruhi penguapan air dan
keseragaman lapisan. Tingginya temperatur udara yang masuk dapat
mengakibatkan tablet menjadi terlalu kering, serta permukaan menjadi kasar.
Rendahnya temperatur udara yang masuk dapat mengakibatkan tablet menjadi
lengket, menempel, serta meningkatkan kadar air yang terkandung di dalam
tablet, sehingga berpengaruh terhadap stabilitas dari produk yang dihasilkan.
Laju semprotan nozzle yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
pengeringan yang tidak memadai, menempel, lengket, serta menjadikan
lapisan salut memiliki efek ‘kulit jeruk’. Laju semprot yang lebih pelan akan
menghasilkan keseragaman yang lebih baik. Selain itu, laju semprot
berpengaruh juga terhadap kekerasan permukaan dan penambahan berat.
Tekanan udara atomisasi yang rendah dapat mengakibatkan cacat seperti
lengket dan terkelupas. Hal ini dikarenakan pembentukan ukuran coating yang
besar. Selain itu, tekanan udara atomisasi juga berpengaruh terhadap kekasaran
tablet (Pebrianti dkk., 2022).
C. Granulasi Kering
Metode pembuatan tablet dengan metode granulasi kering memiliki berbagai
tahapan seperti yang tertera pada gambar berikut:
c. Pengayakan
Selanjutnya yaitu pengayakan untuk menghasilkan granul yang seragam. Yang
perlu diperhatikan yaitu ukuran dari pengayak yang digunakan agar didapatkan granul
dengan ukuran yang seragam (Srikant dkk., 2015)
d. Pencetakan tablet
Percetakan tablet pada metode granulasi kering dapat dipengaruhi oleh
kecepatan peletakan (feeder speed) dan gaya tekan (compression force). Feeder speed
dapat mempengaruhi variabilitas bobot tablet secara signifikan. Berbeda dengan
compression force yang secara signifikan dapat mempengaruhi kekerasan, ketebalan,
friabilitas, serta waktu disintegrasi dari sediaan (Pebriyanti dkk., 2022).
Selain itu, pada granulasi kering daya lekat yang dihasilkan tidak sebaik pada
metode granulasi basah dan terkadang memerlukan dua kali pembuatan slug untuk
meningkatkan daya lekat dari serbuk. Kemungkinan terjadi binding, sticking, dan
picking pada saat tablet dikeluarkan dari die akibat kurangnya lubrikan (Tungadi,
2018).
Pada granulasi kering, pencetakan tablet dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni.
1) Cara slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin
tablet kemudian tablet dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan
menjadi ukuran yang dikehendaki.
2) Cara kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk
premix menjadi bentuk pita/lempeng diantara dua rol yang berputar
berlawanan. Bahan dihaluskan menjadi granul dalam mesin granul.
(Tungadi, 2018).
2. Sticking
Sticking merupakan kerusakan yang terjadi dikarenakan bahan massa
cetak tablet menempel pada dinding cetakan die. Penempelan ini dapat terjadi
dikarenakan massa cetak yang lengket dan sebagian besar disebabkan oleh
kelembaban berlebih pada tahap granulasi. Sticking ini dapat terjadi selama
proses pengempaan tablet (Zaman dan Sopyan, 2020).
3. Capping
Capping dalam proses pembuatan tablet dapat terjadi dikarenakan
adanya pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari
badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak.
Capping ini dapat terjadi selama proses pencetakan tablet (Zaman dan Sopyan,
2020).
4. Mottling
Mottling merupakan salah satu bentuk kerusakan tablet yang dimana
terdapat distribusi warna yang tidak merata pada tablet, dengan terdapatnya
bagian bintik-bintik terang atau gelap menonjol pada permukaan yang seragam.
Mottling pada proses pembuatan tablet dapat terjadi selama proses pencampuran
bahan maupun selama proses pengeringan (Zaman dan Sopyan, 2020).
5. Tidak seragam
Ketidakseragaman zat aktif pada tablet dapat terjadi selama proses
pencampuran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Caren, G.J., 2023. Review Artikel: Critical Quality Attributes dan Critical Process
Parameter dari Tablet Kempa Langsung. Farmaka, 21: 261-269.
Pebriyanti, A.S., Megantara, S., Wijayanti, R., 2022. Tinjauan Critical Quality Attributes
(CQA) Dan Critical Process Parameter (CPP) Sebagai Bagian Dari Pendekatan
Quality By Design Dalam Proses Pengembangan Tablet Salut Selaput Film. Majalah
Farmasetika, 7: 262-264.
Sudarsono, A. P. P., Nur, M., & Febrianto, Y.,2021. Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan
Granul (40 C, 50 C, 60 C) Terhadap Sifat Fisik Tablet Paracetamol. Jurnal Farmasi &
Sains Indonesia, 4(1), 44-51.
Sulaiman, T.N.S., dan Sulaiman, S., 2020. Review: Excipients For Tablet Manufacturing
With Direct Compression Method. Journal Of Pharmaceutical and Sciences (JPS), 3:
64-76.
Srikant, P., Akash, J., Mahesh, D., dan Astik, S., 2015. Roller Compaction Design and
Critical Parameters in Drug Formulation and Development: Review. International
Journal of PharmTech Research, 7: 95.
Syukri, Y., Wibowo, J. T., Herlin, A., 2018. Pemilihan Bahan Pengisi Untuk Formulasi Tablet
ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl). Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 5: 66-71.
Tungadi, R., 2018. Teknologi Sediaan Solida. Team WADE Publish, Jawa Timur.
Valiandri, P., Legowo, D.B., Fitriany, E., Priyoherianto, A., dan Damayanti, W., 2021. Effect
of Variation of Lubricant Concentration (Magnesium Stearate) on The Physical Quality
of Metoclopramid HCl Tablets With Direct Printing Method. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Education, 1: 69.
Zaman, N.N., dan Sopyan, I., 2020. Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet.
Majalah Farmasetika, 5: 82-93.