Anda di halaman 1dari 84

No.

Parameter Cara Pengujian


(Syarat Keberterimaan, Alat, Prosedur, Pengatasan OOS)

SOLID

Evaluasi Tablet

1. Kekerasan Syarat Keberterimaan:


Kriteria penerimaan kekerasan tablet oral adalah 40-80 N atau 4-8 kP; tablet
hisap 10-20 kg, tablet kunyah +- 3 kg
Alat: Hardness Tester

Prosedur:
1) Memakai APD
2) Tablet diukur kekerasannya dengan cara memberi beban pada tablet
menggunakan alat diatas.
3) Alat dinyalakan, kemudian atur jumlah pengukuran, diameter tablet yang
diukur dan satuan yang diinginkan.
4) Tablet diletakkan pada alat dan menekan menu start pada alat untuk
memulai pengujiannya.
5) Pada alat akan terbaca beban atau gaya maksimum yang dapat diterima
oleh tablet.
6) Lakukan pada semua sampel uji sebanyak 10 tablet (Sebenernya
minimal 6 tablet kalau di USP)
Solusi OOS:
(USP)

2. Kerapuhan Syarat Keberterimaan:


tidak ada tablet yang retak atau patah serta nilainya kurang dari 1% .
Alat: Friability tester
Prosedur:
1. Memakai APD
2. Mengambil tablet yang digunakan untuk pengujian, setara 6,5 gram
(Untuk tablet dengan massa satuan sama dengan atau kurang dari 650 mg,
ambil sampel tablet utuh yang setara 6,5 g. Untuk tablet dengan satuan
massa lebih dari 650 mg, ambil sampel 10 tablet utuh)
3. Tablet kemudian dibersihkan dengan kuas agar bebas debu lalu
ditimbang, beratnya dicatat sebagai berat awal (Wa).
4. Tablet diletakkan pada friability tester lalu alat diputar dengan kecepatan
25 rpm selama 4 menit (100 putaran)
5. tablet dikeluarkan dari friability tester dan bersihkan dengan kuas
kemudian ditimbang kembali, beratnya dicatat sebagai berat akhir (Wb).
6. Nilai kerapuhan tablet adalah {(𝑊a − 𝑊b)/𝑊a} 𝑥 100%.
7. Jika kerapuhan tablet diatas 1% maka perlu diulangi sebanyak dua kali
(Jika ada tablet yang retak, terbelah, atau pecah dalam sampel tablet
setelah jatuh, sampel gagal dalam pengujian. Jika hasilnya meragukan
atau jika penurunan berat badan lebih besar dari nilai yang ditargetkan,
pengujian harus diulang dua kali dan nilai rata-rata dari ketiga pengujian
ditentukan)
8. Penurunan berat badan rata-rata maksimum dari tiga percobaan tidak
lebih dari 1,0% dianggap dapat diterima untuk sebagian besar produk.
(USP)
Solusi OOS:

3. Waktu hancur Syarat Keberterimaan: Tablet tak bersalut <15 menit, tablet salut gula non
enteric <30 menit, tablet salut enteric <60 menit (dalam medium asam).
Alat: Disintegration tester, untuk tablet lepas tunda/salut enterik dan kapsul alat
tanpa menggunakan cakram
Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Memasukkan 6 tablet pada 6 tabung
3) Bila tablet mempunyai salut gula yang dapat larut, celupkan keranjang
dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
4) Menjalankan alat pada suhu air 37 ± 2o C sebagai media (tablet tidak
bersalut, tablet bersalut non enterik, tablet sublingual). Untuk tablet lepas
tunda/salut enterik, media yang digunakan adalah cairan lambung buatan
37 ± 2o C selama 1 jam → lanjut cairan usus buatan 37 ± 2o C
5) Menaik-turunkan keranjang secara teratur 30 kali/menit.
6) Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal
diatas kasa, kecuali melalui fragmen dari zat penyalut
7) Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, diulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya ; tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
(FI VI,pp.2119-2121)
Solusi OOS:

4. Disolusi Syarat Keberterimaan:


Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti tertera pada masing-masing
monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket. Berikut adalah
kriteria keberterimaan untuk sediaan lepas segera.
Alat:
1) Tipe 1-Keranjang
2) Tipe 2-Dayung
3) Tipe 3-Silinder Kaca Bolak Balik
4) Tipe 4-Sel yang dapat dialiri
Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Masukkan sejumlah volume (±1%) media disolusi seperti tertera pada
masing- masing monografi ke dalam wadah pada alat yang sesuai
3) Jalankan alat pemanas hingga Media disolusi mencapai suhu 37º ± 0,5º,
kemudian hentikan alat dan angkat termometer.
4) Masukkan 1 unit sediaan ke dalam masing-masing wadah, jaga agar
gelembung udara tidak menempel pada permukaan sediaan, dan segera
operasikan alat pada kecepatan yang sesuai dengan yang tertera pada
masing-masing monografi.
5) Dalam interval waktu yang ditentukan, atau pada tiap waktu yang tertera
ambil sejumlah sampel pada daerah pertengahan antara permukaan Media
disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm
dari dinding wadah.
6) Ganti jumlah volume alikot yang diambil dengan sejumlah volume Media
disolusi yang sama yang bersuhu 37º. Jaga labu tetap tertutup selama
pengujian dan amati suhu pada saat pengadukan sesuai waktu yang
dibutuhkan].
7) Lakukan analisis seperti tertera pada masing-masing monografi,
menggunakan metode penetapan kadar yang sesuai.
8) Perhatian:
- Pengukuran volume media disolusi dilakukan pada suhu antara
20º dan 25º.
- pH larutan dapar diatur sedemikian hingga berada dalam batas
0,05 satuan pH.
- Toleransi waktu pengambilan sampel 2%.
(FI VI, pp.2111-9)
Solusi OOS:
5. Keseragaman sediaan Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode yaitu
keragaman bobot dan keseragaman kandungan.
A) Keragaman Bobot
Untuk: Tablet dengan kandungan bahan aktif >= 25 mg atau >= 25% dari
bobot tablet
B) Keseragaman Kandungan
Untuk: Tablet dengan kandungan bahan aktif < 25 mg atau < 25% dari
bobot tablet

Syarat Keberterimaan:
Sediaan dikatakan seragam apabila nilai penerimaan 10 tablet ≤ L1%. Bila nilai
penerimaannya ≥ L1% maka dilakukan pengujian terhadap 20 tablet tambahan,
kemudian hitung nilai penerimaannya. Nilai penerimaan memenuhi syarat bila
nilai akhir dari 30 tablet ≤ L1% dan tidak ada satupun tablet yang nilainya lebih
dari [1 + (0,01) 25,0%] M atau tidak ada satupun tablet yang nilainya kurang dari
[1 - (0,01) 25,0%] M. Kecuali dinyatakan lain, L1% adalah 15,0 dan L2 adalah
25,0

Alat:
Prosedur:
a) Keragaman Bobot
1. Memakai APD
2. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan
3. Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metode analisis
yang sesuai.
4. Hitung nilai keberterimaan dengan rumus:L1% =│M − 𝑋̅ │+ ks. Nilai M
dapat ditentukan berdasarkan kondisi berikut: bila 98,5% ≤ 𝑋̅ ≤ 101,5%,
maka nilai M=𝑋̅ ; bila 𝑋̅ < 98,5%, maka nilai M = 98,5%; dan bila 𝑋̅ >
101,5%, maka nilai M = 101,5%. Nilai k = 2,4 (bila n = 10) atau k = 2,0
(bila n = 30). Nilai s adalah simpangan baku sampel
5. Bila nilai penerimaannya ≥ L1% maka dilakukan pengujian terhadap
20 tablet tambahan.

b) Keragaman Bobot
1. Memakai APD
2. Lakukan penetapan kadar zat aktif pada contoh bets yang
mewakili menggunakan metode analisis yang sesuai. Nilai ini
disebut hasil A (persen dari jumlah yang tertera pada etiket,
dengan asumsi kadar homogen)
3. Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan
4. Timbang saksama 10 tablet satu persatu (Untuk kapsul:
timbang kapsul + isi → keluarkan isi → timbang kapsul kosong;
Sediaan cair: dikeluarkan dari kemasan → timbang, jika perlu
dilakukan penetapan berat jenis)
5. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam
persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan
kadar masing-masing tablet
Xi = wi x A/W
Xi= Perkiraan masing-masing kandungan dari satuan yang diuji
wi = Bobot masing-masing satuan yang diuji
A = kandungan zat aktif (persen terhadap jumlah yang tertera
pada etiket) yang diperoleh menggunakan metode analisa yang
sesuai
W = rata-rata dari bobot masing-masing satuan
Contoh:

6. Hitung nilai keberterimaan.

(FI VI, pp. 2021-2029)


Solusi OOS:

6. Keseragaman bobot Syarat Keberterimaan: Jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari dua tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang
menyimpang dari bobot rata-ratanya dari harga yang ditetapkan pada kolom B.

Alat: Timbangan Analitik


Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Menimbang satu persatu tablet sebanyak 20 tablet,
3) Hitung rata-rata bobot tablet,
(FI III)
Solusi OOS:
Setting alat tabletasi

7. Keseragaman ukuran Syarat Keberterimaan: Kriteria penerimaannya adalah diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet.
Alat: jangka sorong
Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Mengukur diameter dan tebal dari masing-masing 10 tablet dengan
menggunakan jangka sorong.
Solusi OOS:
Mengatur ulang alat tabletasi (Dye, punch)

Evaluasi Granul

8. Sifat Alir Syarat Keberterimaan: Kecepatan alir tidak kurang dari 10 gram/detik untuk
100 gram granul

Alat: Corong dengan penutup di lubang bawah (diameter atas 10 cm; tinggi
kerucut 8,0 cm; diameter lubang bawah 1,0 cm; dan panjang pipa 2,5 cm);
stopwatch;
Prosedur:
1) Memakai APD
2) Corong diletakkan 10,2±0,2 cm diatas bidang datar dihitung dari ujung pipa
bagian bawah.
3) Campuran serbuk ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dituang ke dalam
corong dengan dasar lubang corong tertutup.
4) Lubang bawah corong dibuka dengan menarik penutup dan stopwatch
dijalankan saat serbuk mulai mengalir dan dihentikan saat semua serbuk telah
keluar dari corong. Waktu alir yang ditunjukkan dalam stopwatch tersebut
dicatat.
5) Sudut diam ditentukan dari gundukan serbuk berbentuk kerucut dengan
rumus: tan𝜃=ℎ/𝑟; dimana θ = sudut istirahat(˚); h = tinggi kerucut serbuk(cm);
dan r = jari-jari kerucut serbuk(cm).
6) Kecepatan alir serbuk ditentukan dengan rumus: 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙
(𝑔𝑟𝑎𝑚)/𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
(USP)
Solusi OOS:
Penyebab dan Solusi OOS Sifat Alir meliputi:
1) MC terlalu tinggi → Pengeringan ulang
2) Fines terlalu banyak → Granulasi ulang dan penambahan pengikat.

9. % fines Syarat Keberterimaan: Fraksi Fines =< 10%


Alat: pengayakan / sieve shaker
Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Menimbang 100 gram granul
3) Menimbang bobot tiap pan pengayak dan penampung.
4) Menyusun pan pengayak pada mesin penggetar (Retsh Vibrator 3D) dengan
susunan diameter lubang terbesar diletakkan paling atas dan pan penampung
dibawah.
5) Memasukkan granul yang sudah ditimbang pada pan pengayak paling atas,
tutup, dan kencangkan.
6) Menggetarkan pengayak dengan kecepatan getar 10 rpm selama 10 menit.
7) Menimbang bobot pan penampung paling bawah yang berisi granul (fines
adalah partikel-partikel yang mempunyai ukuran < mesh 100)
8) Menghitung bobot granul pada pan penampung paling bawah
9) Menghitung persentase %b/b
(FI VI, p.2073-4)
Solusi OOS:

10. Distribusi ukuran Metode: Agitasi, Pengayakan, Entrainment Udara


partikel Syarat Keberterimaan: Ukuran granul yang seragam dengan distribusi yang
baik.
Alat: pengayakan / sieve shaker
Prosedur: Menggunakan APD
1) Menimbang 100 gram granul
2) Membesihkan pan (dengan udara jet/mengalirkan cairan/sikat hati-hati bila
ada lubang tersumbat)
3) menimbang bobot tiap pan pengayak dan penampung.
4) Menyusun pan pengayak pada mesin penggetar (Retsh Vibrator 3D) dengan
susunan diameter lubang terbesar diletakkan paling atas dan pan penampung
dibawah.
5) Memasukkan granul yang sudah ditimbang pada pan pengayak paling atas,
tutup, dan kencangkan.
6) Menggetarkan pengayak dengan kecepatan getar 10 rpm selama 10 menit.
7) Menimbang bobot masing-masing pan pengayak dan penampung yang berisi
granul.
8) Menghitung bobot granul pada masing-masing pan pengayak dan pan
penampung.
9) Membuat tabel hasil distribusi, kurva distribusi ukuran granul, kurva frekuensi
kumulatif >= dan frekuensi kumulatif =<
10) Jumlah susut bobot tidak lebih dari 5% bobot awal → Bila >5%, Ulangi
analisis dengan contoh baru, tetapi dengan satu kali pengayakan dengan waktu
yang setara dengan gabungan waktu pengayakan di atas.
(FI VI, p.2073-4; 2012-2016)
Contoh olah data

O
Solusi OOS:

11. % MC Syarat Keberterimaan: % MC = 2-4%


Alat: Moisture Analyzer

Prosedur:
1) Menggunakan APD
2) Menghidupkan alat uji kelembapan
3) Membersihkan tempat granul alat uji dengan alkohol hingga bersih dan kering
4) Memasukkan kembali tempat granul tersebut ke dalam alat
5) Menara alat hingga menunjukkan berat 0,000 gram
6) Memasukkan granul secara rata pada tempat granul secara merata hingga
tertimbang granul sebanyak 0,500 gram
7) Menutupnya, lalu menunggu beberapa waktu hingga api menunjukkan padam
dan alat berbunyi menandakan telah selesai melakukan uji.
8) Mencatat nilai MC yang tertera pada alat.

% MC = Berat air/Berat Kering x 100

(Ini ada di FI VI hal 2072-3 tapi metode beda)

Solusi OOS:

12. Kebocoran kemasan Syarat Keberterimaan:


Alat:
Prosedur:
Sampel yang diambil sebanyak 10, kemudian sampel dimasukan kedalam
desikator yang dilengkapi vakum. Didalam alat tersebut diberi larutan pewarna
yaitu merah metil sebagai indikator kebocoran. Desikator ditutup kemudian
vakum dijalankan selama 1 menit, kemudian vakum dimatikan dan dibiarkan
selama 3 menit dalam keadaan vakum. Selanjutnya sampel diambil dari alat dan
dikeringkan. Setiap sampel digunting dan diperiksa terjadi kebocoran atau tidak.
Kemasan yang bocor ditandai dengan tablet yang berwarna merah.
(FI VI, pp.2129-2132 → tapi belum tak baca, ini masih prosedur yng pernah
dijelasin langsung sm preseptor)
Solusi OOS:

13. Kompresibilitas Mesi

Permasalahan Tablet

1. Sticking & Picking

2 Capping

3 Chipping

4 Cracking

5 Motling

LIQUID

Evaluasi

1 pH

2 Viskositas Sifat Alir

3 Berat Jenis
4 HLB

5 Waktu rekonstitusi

6 Volume sedimentasi

Uji Redispersi Syarat : Sediaan dapat terredispersi sempurna (100%)


Alat : Gelas Ukur
Prosedur :
1. Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai
dilakukan.
2. Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume
sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi semula.
3. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan
diberi nilai 100%.
4. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan
menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.

Wijaya, H,M., Lina, R.N. 2021. Formulasi dan Evaluais Fisik Sediaan Suspensi.
Cendekia Journal of Pharmacy, Vol. 5, No. 2, pp. 167-175

7 Waktu redispersi Syarat : Sediaan harus dapat segera terdispersi


Alat : Gelas ukur 100 ml, Stopwatch
Prosedur :
1. Suspensi dimasukkan pada gelas ukur 100 ml, tunggu 1 hari untuk
melihat ada tidaknya endapan.
2. Suspensi yang sudah membentuk endapan kemudian dikocok.
3. Menyalakan stopwatch.
4. Dicatat waktu hingga suspensi mampu terdispersi 100%.

8 Volume terpindahkan Pengujian berikut ini dirancang untuk memberikan jaminan bahwa cairan oral,
ketika dipindahkan dari wadah aslinya, akan memberikan volume bentuk sediaan
yang dinyatakan pada label.

Alat : Gelas Ukur


Prosedur :
1. Preparasi → Kocok isi 10 wadah satu per satu.
2. Tuangkan isi wadah ke dalam wadah tara yang sesuai
3. Tentukan massa isinya
4. Hitung volume menggunakan massa jenis.
Sebagai alternatif dapat digunakan prosedur berikut :
1. Tuang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur dengan
kapasitas terukur tidak melebihi dua setengah kali volume yang akan
diukur dan telah dikalibrasi.
2. Tuang secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung
udara pada waktu penuangan, kemudian diamkan selama tidak lebih dari
30 menit untuk wadah dosis ganda
3. Saat bebas dari gelembung, ukur volume masing-masing campuran.
Syarat Keberterimaan :
1. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari
100%, dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari
volume yang tertera pada etiket.
2. Jika A adalah volume rata-rata < 100% dari volume yang tertera pada
etiket, tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya < 95% dari volume
yang tertera pada etiket, atau B adalah volume rata-rata tidak < 100% dan
tidak lebih dari satu wadah yang volumenya < 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan uji terhadap 20
wadah tambahan.
3. Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari
100% dari volume yang tertera pada etiket, dan volume cairan yang
diperoleh tidak lebih dari satu dari 30 wadah yang volumenya kurang dari
95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.
FI V dan USP 41

9 Organoleptis Syarat : Memenuhi spesifikasi sediaan dengan kriteria penerimaan 75%


(ditetapkan oleh masing-masing analis → Praktikum liquid dulu)
Alat : Kuesioner
Prosedur :
1. Pemeriksaan organoleptis warna, bau, rasa, konsistensi, tekstur menurut
pendapat responden melalui pengisian kuesioner
2. Dilakukan pengolahan data (perekapan, skoring dll.) hasil survey
menggunakan kuesioner
3. Menentukan persentase perolehannya

Contoh pengolahan data :


10 Keseragaman sediaan Syarat :
Alat : Instrumen HPLC
Prosedur :
Preparasi sampel (larutan baku, larutan uji dll)
Pembuatan fase gerak
Didasarkan pada monografi bahan aktif
Contoh : ???
Pengatasan OOS :

11 Tipe Emulsi Idem semsol :)

12 Ukuran droplet Idem semsol :)

13 Distribusi uk partikel Syarat :


Alat : Mikroskop yang dilengkapi dengan mikroskop okuler dan mikrometer
standar
Prosedur :
1. Kalibrasi skala okuler dengan mikrometer objektif dan okuler. Lalu
tentukan harga
2. Skala okuler x skala objektif.
3. Suspensi encer yang akan diamati diteteskan pada object glass, tutup
4. dengan cover glass.
5. Ambil micrometer objektif, ganti dengan object glass berisi sampel.
6. Ukur diameter partikel (≥300 partikel).
7. Lakukan pengelompokkan (tentukan ukuran terkecil dan terbesar, bagi
8. ke dalam interval dan kelas).
9. Buat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameternya.
Permasalahan

1 Creaming Merupakan peristiwa memisahnaya emusi menjadi 2 bagian dengan salah satu
bagian mengandung lebih banyak dase disperse dibandingkan bagian yang lain.
Peristiwa ini ditandai dengan mengapungnya fase minyak.
Penyebab : kemungkinan akibat homogenitas emulsi kurang,
Pengatasan : dapat diatasi dengan penggojokan ringan.

2 Koalesensi Merupakan peristiwa tetesan minyak atau air yang bersatu dan membentuk suatu
tetesan baru yang lebih besar, tetapi memiliki luas permukaan yang lebih kecil
dibandingkan luas permukaan semula. Apabila dibiarkan maka akan terbentuk
lapisan sendiri yang terpisah dari emulsi (cracking).

3 Flokulasi Merupakan peristiwa berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi tidak


membentuk tetesan minyak baru yang lebih besar, hingga mengakibatkan
distribusinya dalam emulsi tidak merata.
Pengatasan : dilakukan pengocokan, namun untuk mencegah terjadinya
pelekatan yang kuat, dapat ditambahkan koloid pelindung (musilago) untuk
melindungi permukaan tetes terdispersi tersebut sehingga akan mudah terlepas
saat dikocok.

4 Breaking Merupakan peristiwa pecahnya sistem emulsi menjadi dua bagian yang sifatnya
irreversible.
Penyebab : ketidaktepatan pemilihan emulgator dalam formulasi, emulgator
mengalami dekomposisi atau temperatur penyimpanan yang tidak sesuai.

5 Inversi fase Pembalikan fase emulsi yang semula O/W menjadi W/O atau sebaliknya.
Penyebab : terlalu banyak fase disperse ( mencapai > 74%)
Pengatasan : tidak dapat diatasi dengan hanya penggojokan ringan.
6 Caking(Deflok) Deflokulasi adalah peristiwa memisahnya fase terdispersi dan fase pendispersi
terjadi dalam rentang waktu lebih lambat, endapan yang sulit didispersikan
kembali, secara termodinamik tidak stabil bila lama tidak dikocok → partikel
agan mengalami agregasi, mengendap dan dapat mengalami caking, dapat dilihat
juga dengan nilai zeta potential relative tinggi ≥ 25 mV atau lebih.
Penyebab : ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga
membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat
Pengatasan : pemberian floculating agent (Fungsi flokulan menurunkan
electrostatic repulsive force atau menambah interparticle attraction) sehingga
partikel bergabung dalam ikatan yg lemah & longgar, cepat mengendap,
membentuk volume endapan yang besar tetapi mudah diredispersi

7 Flokulasi Flokulasi adalah peristiwa memisahnya antara fase terdispersi dan fase
pendispersi terjadi dalam rentang waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan
deflokulasi. Namun,endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali
SEMISOLID

1 Daya sebar Alat : lempeng kaca berskala

Syarat : bergantung spesifikasi


Prosedur :
1. Menimbang 1 gram sediaan
2. Meletakkan sediaan di tengah-tengah lempeng kaca
3. Menutup kaca dengan lempeng kaca lain (tanpa skala)
4. Menunggu penyebaran selama 1 menit, dan dicatat luas penyebarannya
5. Menambahkan beban sebanyak 50 mg, diamati penyebarannya selama 1
menit dan dicatat luas permukaannya
6. Poin (5) dilakukan terus-menerus hingga tidak terlihat perubahan luas
penyebarannya
7. Membuat grafik antara beban vs diameter lingkaran penyebarannya dan
ditentukan slope yang merupakan nilai daya sebar. Kapasitas penyebaran →
diameter maks yang dapat dicapai sediaan saat menyebar akibat pemberian
beban (beban konstan sudah tidak mampu menyebar lagi, ini ditunjukkan
pada poin 6)

2 Viskositas Alat : viskometer cup and bob

Syarat : bergantung spesifikasi


Prosedur :
1. Menggunakan APD
2. Memilih ukuran spindle spindle sesuai spek viskositas dari sampel
3. Menghubungkan alat counter dengan penyangga
4. Memasang spindle pada viskometer
5. Memasukkan 50 g sampel dalam beaker glass 300 ml, jumlah yang
dimasukkan diperkirakan hingga spindle tercelup sempurna
6. Menghidupkan alat, Tekan ON dan spindle akan berputar hingga angka
dalam layar stabil maka catat viskositas yang tertera pada layar.
7. Mengulangi langkah-langkah diatas sebanyak 3x replikasi.
8. Setiap selesai replikasi, buang sediaan yang selesai diuji ke dalam sampah,
bersihkan beaker glass 300 ml yang digunakan menggunakan air pada botol
semprot dan keringkan menggunakan tisu.

3 pH Alat : pH meter

Syarat : bergantung spesifikasi


Prosedur :
1. Menggunakan APD
2. Menyiapkan alat yang digunakan : pH meter, 2 beaker glas kosong, tissue
dan botol semprot
3. Menyiapkan bahan yang akan diuji yaitu sediaan uji dan menyiapkan
aquades untuk membilas elektroda
4. Mengambil 1 beaker gelas kosong dan diletakkann pada bagian bawah
elektroda untuk menampung air bilasan elektroda
5. Buka elektroda, cuci bilas dengan botol semprot yang berisi aquades ke
seluruh bagian elektroda dan keringkan dengan menggunakan tissue secara
hati-hati
6. Nyalakan pH meter
7. Mengambil beaker gelas kosong dan menuangkan aquades kira kira hingga
elektroda dapat tercelup
8. Memastikan bahwa pH meter telah terkalibrasi dengan cara mencelupkan
elektroda ke dalam beaker gelas yang berisi aquades, tunggu hingga angka
yang tertera pada pH meter konstan dan catat. Apabila pH aquades yang
tertera dalam range normal (pH 7) maka pH meter tersebut telah terkalibrasi
9. Buang aquadest yang telah diuji, keringkan beaker gelas dengan
menggunakan tissue
10. Letakkan beaker glass pencucian dibawah electrode, Cuci eletroda dengan
botol semprot yang berisi aquadest dan keringkan dengan tissue secara
perlahan
11. Timbang 1 gram sediaan dilarutkan dengan air bebas CO2 ad 10 ml, aduk
homogen
12. Celupkan eletroda pada beaker gelas yang berisi suspense kloramfenikol,
tekan read
13. Amati dan tunggu hingga angka yang ditunjukan konstan. Apabila sudah
konstan maka catat pH pada lembar pemeriksaan
14. Ulangi langkah tersebut hingga 10x replikasi
15. Setelah uji selesai, letakkan beakerglass cucian dibawah electrode, cuci
elektroda dengan menggunkana botol semprot yang berisi aquades, dan
keringkan dengan menggunakan tissue secara hati-hati.
16. Matikan ph meter, tutup elektrode dan buang sampah bekas pengujian.
17. Cuci semua perlatan yang digunakan.

4 Uji pelepasan Alat : sel difusi membran selofan dan patel disolusi erweka

Prosedur :
1. Membuat kurva baku bahan aktif dalam buffer fosfat pH 6,0.
2. Membran yang digunakan adalah membran selofan yang sudah direndam di
air ± 1 jam agar pori membran terbuka.
3. Suhu percobaan 32ᵒC dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.
4. Menyiapkan buffer fosfat pH 6,0 sebanyak 500 mL sebagai media reseptor
dan volume sampling 5,0 mL.
5. Menimbang sediaan 4 gram. Memasukkan sejumlah tertentu sampel ke
dalam sel difusi, lalu memasukkan dalam media disolusi, dan jalankan alat.
6. Melakukan sampling pada 0,5,10,15,30,45,60,90, dan 120 menit dengan
volume sampling 5,0 mL (sampling dilakukan di tempat yang sama).
7. Menggantikan media disolusi yang terambil (5,0 mL) dengan media disolusi
yang baru.
8. Sampel diamati pada spektrofotometer UV-Vis dengan λ maks bahan aktif
obat, dan didapatkan absorbansi sampel.
9. Memasukkan data absorban di sampel ke dalam persamaan regresi dari
kurva baku (1) sehingga diperoleh kadar bahan obat (ppm).
10. Hitung jumlah bahan obat yang terlepas dalam media (µg) dan jumlah bahan
obat yang terlepas per satuan luas (µg/cm2).
11. Membuat kurva √𝑡 vs jumlah kumulatif obat yang terlepas per satuan luas
12. Slope yang didapat dari kurva tersebut adalah harga fluks (µg/cm2 . menit).

5 Stabilitas (krim) Bahan aktif


Prosedur :
1. Sediaan disimpan pada climatic chamber dengan kondisi (suhu 32±0,5), RH
70-80% → indonesia IVb (suhu 30±2 dan RH 70±5%)
2. Ditentukan kadar bahan baku sesuai dengan metode yang ada pada FI
Syarat : persyaratan rentang kadar yang berlaku pada FI
Fisikokimia (Organoleptis) : Konsistensi, warna, bau
Prosedur :
1. Menggunakan subjek/responden dengan kriteria tertentu
2. Melakukan pengujian pada responden secara visual
3. Menetapkan kriteria pengujian (kelembutan, kemudahan dioleskan, sensasi
yang ditimbulkan, kemudian pencucian)
4. Menetapkan skoring untuk masing-masing kriteria pengujian
5. Menghitung persentase masing-masing kriteria yang diperoleh, dan kalikan
dengan skor masing-masing
6. Tampilkan data dalam bentuk histogram dengan skor setiap kriteria dan total
seluruh kriteria
Mikrobiologi → untuk sediaan yang mengandung pengawet, pengujian
menggunakan media biakan, metode dan bahan yang digunakan bergantung
pada tujuan pengujian dan jenis mikroba yang diuji

6 Tipe emulsi (krim) Dye Solubility Test


Alat : Object glass, mikroskop
Prosedur :
1. Meneteskan zat warna larut air (metilen blue) atau zat warna yang larut
lemak (Sudan III) pada emulsi yang ada di object glass dan ditutup dengan
cover glass
2. Mengamati di bawah mikroskop
- bila warna metilen blue mewarnai droplet maka krim → emulsi tipe w/o
- bila warna sudan III mewarnai droplet maka krim → emulsi tipe o/w
Drop Dilution Test
Alat : Object glass
Prosedur :
1. Menambahkan air pada krim di beaker glass
2. Aduk beberapa saat. Bila emulsi terencerkan dengan adanya air dan stabil,
maka krim merupakan emulsi tipe o/w. Bila emulsi tidak terencerkan dengan
adanya air dan pecah maka krim merupakan emulsi tipe w/o.
Conductivity Test
Alat : Emulsion type tester
Prosedur :
1. Masukkan elektroda yang telah dihubungkan dengan lampu ke dalam emulsi
2. Bila lampu menyala terang, maka krim merupakan emulsi dengan tipe o/w.
Bila lampu padam/redup maka krim merupakan emulsi dengan tipe w/o.

7 Ukuran droplet (krim Alat : mikroskop optik


dan emulgel) Prosedur :
1. Mengkalibrasi skala okuler dengan cara:
- Memasang mikrometer okuler dan objektif pada mikroskop
- Mengamati sampai kedua skala terlihat jelas di bawah mikroskop
- Menghimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala objektif
- Menentukan garis yang tepat berhimpit pada kedua skala
- Menentukan harga skala okuler
2. Membuat suspensi encer krim diatas object glass.
3. Mengganti mikrometer objektif dengan object glass yang berisi sampel
4. Mengukur diameter partikel (±300 partikel)
5. Melakukan pengelompokkan, menentukan ukuran partikel terkecil dan
terbesar dan membagi sampel dalam beberapa interval dan kelas sehingga
dapat diketahui ukuran partikel sampel krim.

8 Uji penetrasi Alat : Franz diffusion cell dengan luas area difusi 2,54 cm2 dan volume
kompartemen 20 mL.
Prosedur :
1. Preparasi membran : membran kulit tikus direndam dalam buffer fosfat pH
6,0 selama 30 menit
2. Mengisi kompartemen reseptor uji dengan buffer fosfat pH 6,0 dan dijaga
pada suhu percobaan 32ᵒC diaduk dengan kecepatan 100 rpm
3. Meletakkan kulit tikus di antara kompartemen donor dan kompartemen
reseptor dengan posisi stratum korneum menghadap ke atas.
4. Mengaplikasikan sediaan masing-masing 1 g pada permukaan kulit tikus
5. Melakukan sampling pada 0,5,10,15,30,45,60,90, dan 120 menit dengan
volume sampling 5,0 mL (sampling dilakukan di tempat yang sama) dari
kompartemen reseptor menggunakan syringe
6. Menggantikan media disolusi yang terambil (5,0 mL) dengan media disolusi
yang baru
7. Sampel diamati pada spektrofotometer UV-Vis dengan λ maks bahan aktif
obat, dan didapatkan absorbansi sampel.
8. Memasukkan data absorban di sampel ke dalam persamaan regresi dari
kurva baku yang telah dibuat sehingga diperoleh kadar bahan obat (ppm).
9. Hitung jumlah bahan obat yang terlepas dalam media (µg) dan jumlah bahan
obat yang terlepas per satuan luas (µg/cm2).
10. Membuat kurva √𝑡 vs jumlah kumulatif obat yang terlepas per satuan luas
11. Slope yang didapat dari kurva tersebut adalah harga fluks (µg/cm2 . menit)
Aku bingung ges iki ngitunge yaapa, perosoku iki podo ae ambek seng
pelepasan, jadi isok pake rumus iki kan, bedane cuma dee nembus atau engga
Nah nek jurnal iku contoh ngitunge ngene (contoh kafein)

STERIL
1 Uji Sterilitas ● Media :
Media cair thioglikolat : bakteri aerob dan anaerob, pH media setelah sterilisasi
7,1 ± 0,2 suhu inkubasi 30-35
Media tioglikolat alternatif : bakteri anaerob, pH media setelah sterilisasi 7,1 ±
0,2 suhu inkubasi 30-35
Media soybean casein digest : bakteri aerob dan kapang, pH media setelah
sterilisasi 7,3 ± 0,2 suhu inkubasi 22,5±2,5
● Metode
1. Menggunakan APD
2. Pilih metode uji sterilisasi dan jumlah bahan uji dan vol media yang
digunakan:
Inokulasi langsung : pindahkan sejumlah sediaan uji sesuai TABEL ke
media hingga vol sediaan tidak lebih dari 10% vol media
Penyaringan membran : gunakan penyaring membran porositas tidak lebih
dari 0,45 mikrom. Peralatan penyaring dan membran disterilisasi dengan
cara yang sesuai → dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan
disaring pada kondisi aseptik → membran dipindahkan secara aseptik ke
media atau dapat dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke dalam
alat penyaring
Inokulasi langsung jika mengandung antimikroba : dinetralisasi terlebih
dahulu dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan mengencerkan dalam
sejumlah media yang cukup

3. Inkubasi media sesuai jenis media diatas selama 14 hari


4. Penafsiran hasil
● Penafsiran Hasil
1. Setelah masa inkubasi 14 hari, amati secara visual :
Kontrol positif (fertilitas) → keruh, kontrol negatif (sterilitas) → jernih, uji
→ jernih
2. Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan pada media sehingga tidak dapat
ditentukan secara visual (14 hari sejak inkubasi) maka pindahkan sejumlah
media (tiap tabung tidak lebih dari 1 ml) ke media segar yang sama →
inkubasi lagu tidak kurang 4 hari. Jika jernih → steril
3. Jika terbukti uji tidak absah : maka lakukan uji ulang dengan jumlah bahan
yang sama dengan uji awal dengan jumlah sampel 2x uji pertama
Uji tidak absah jika : fasilitas uji sterilitas menunjukkan ketidaksesuaian,
prosedur uji selama pengujian menunjukkan ketidaksesuaian, kontrol negatif
menunjukkan pertumbuhan mikroba (keruh), pertumbuhan mikroba dapat
dianggap dari kesalahan bahan uji atau teknik pengujian

2 Uji Endotoxin ● Metode :


Jendal Gel
1. Lakukan konfirmasi kepekaan pereaksi yang tertera pada etiket tidak kurang
dari 1 vial untuk tiap lot peraksi LAL :
1) Buat pengenceran seri kelipatan 2 dari BPE dalam air pereaksi LAL
hingga konsentrasi 2λ, λ, 0,5λ, 0,25λ (λ = kepekaan LAL = UE/mL)
2) Lakukan uji pada 4 konsentrasi lar baku dalam 4 replikasi, termasuk
kontrol negatif
3) Campur pereaksi LAL dengan baku dari masing2 konsentrasi dalam
tabung uji dengan vol sama (0,1 ml)
4) Inkubasi campuran reaksi dengan waktu yang tetap sesuai petunjuk
produsen LAL (biasanya 37±1 derajat, selama 60 ± 2 menit)
5) Uji integritas gel : ambil tiap tabung dari inkubator dan balikkan
180 derajat secara perlahan, jika terbentuk gel yang kuat yang
tetap ditempatnya walaupun telah dibalik maka hasil (+). Uji
dinyatakan absah jika baku konsentrasi terendah menghasilkan nilai (-)
pada tiap uji. Jadi syarat kepekaan harus 0,5-2λ
2. Uji batas jendal gel
1) Siapkan larutan A (sediaan uji bebas endotoksin), larutan B (uji faktor
penganggu), larutan C (kontrol kepekaan pereaksi LAL), larutan D
(kontrol negatif), sesuaikan syarat keabsahannya juga

2) Sampel diencerkan dengan beberapa derajat pengenceran, masing2


ditambah reagen LAL dengan λ tertentu, replikasi 4x → tetapkan
endpoint (konsentrasi yang masing mengahasilkan jendal gel +) → balik
tabung 180 derajat
3) Kadar endotoksin dalam sampel adalah rata2 geometrik kada titik akhir
replikasi. Hitung kadar sampel awal dengan mengalikannya dengan
faktor pengenceran. Syarat : nilai endotoksin kurang dari nilai yang
dinyatakan dalam monografi

Fotometri : Turbidimetri (peningkatan kekeruhan) dan Kromogenik


(mengukur kromofor yang dilepaskan dari peptida kromogenik yang
dihasilkan dari rx LAL dengan endotoksin). Suhu inkubasi : 37±1 derajat
1. Validasi kurva baku : siapkan min 3 konsentrasi lar baku. Koef korelasi
harus lebih besar atau sama dengan 0,98
2. Uji faktor pengganggu : siapkan larutan A, B, C, D min 2 replikasi.
Dikatakan bebas faktor pengganggu jika hasil pengukuran kadar endotoksin
yang ditambahkan pada sampel berada diantara 50-200% dari kadar
endotoksin yang ditambahkan. Jika tidak memenuhi → pake uji faktor
penganggu untuk jendal gel
3. Analisis : hitung kadar endotoksin sampel larutan A dengan kurva baku
yang telah dibuat pada larutan C.
Uji absah jika : kontrol positif lar C memenuhi persyaratan validasi,
perolehan kembali endotoksin lar B - lar A rentang (50-200%), kontrol
negatif larr D tidak melebihi batas nilai blangko yang dipersyaratkan untuk
LAL
Syarat : kadar endotoksin larutan A lebih kecil dari endotoksin produk

3 Uji Partikel Uji Partikulat Secara Hamburan Cahaya


Prosedur :
FI IV : Bahan
Partikulat Dalam Sediaan Cair < 25 mL
Injeksi 1. Siapkan wadah-wadah
2. Campur dan suspensikan bahan partikulat dalam tiap unit dengan
membalikkan unit 20 kali. [Catatan Karena beberapa produk volumenya
kecil, diperlukan pengocokan lebih kuat supaya partikelnya tersuspensi
dengan baik].
3. Kedalam suatu wadah yang bersih, campurkan isi dari 10 unit atau lebih,
untuk memperoleh volume tidak kurang dari 20 mL.
4. Awaudarakan larutan gabungan dengan cara sonikasi selama lebih kurang 30
detik atau dengan cara mendiamkan larutan sampai bebas gelembung udara.
5. Aduk isi wadah perlahan-lahan secara manual atau mekanis, jaga jangan
sampai gelembung udara atau cemaran masuk.
6. Ambil sekurang-kurangnya tiga alikot, masing-masing tidak kurang dari 5
mL, tuang ke dalam sensor penghitung pengaburan cahaya.
7. Buang data dari bagian pertama

Sediaan Cair ≥ 25 mL
1. Siapkan wadah-wadah
2. Campur dan suspensikan bahan partikulat dalam tiap unit dengan
membalikkan unit 20 kali.
3. Awaudarakan larutan dengan cara sonikasi selama lebih kurang 30 detik atau
dengan cara mendiamkan larutan sampai bebas gelembung udara.
4. Lepaskan penutup unit atau buka wadah dengan cara lain, sehingga alat
penghitung dapat ditempatkan di tengah larutan.
5. Aduk isi wadah perlahan-lahan secara manual atau mekanis.
6. Ambil tidak kurang dari tiga alikot, masing-masing volume tidak kurang dari
5 mL, tuang ke dalam sensor penghitung pengaburan cahaya.
7. Buang data dari bagian pertama

Sediaan Kering atau terliofilisasi


1. Siapkan wadah-wadah
2. Buka tiap wadah, jaga agar penutup atau proses membuka tidak mencemari.
3. Rekonstitusi menggunakan volume air yang telah disaring dan ditetapkan,
atau pengencer yang tepat dan telah disaring jika air tidak sesuai untuk
digunakan .
4. Tutup kembali, dan kocok wadah secara manual secukupnya untuk
memastikan pelarutan obat
5. Setelah obat dalam sampel terkonstitusi larut sempurna, campur dan
suspensikan bahan partikulat yang ada pada tiap unit dengan cara
membalikkannya 20 kali, sebelum analisis.
6. Lanjutkan seperti tertera pada Sediaan Cair
7. Lakukan analisis dengan mengambil sekurang- kurangnya tiga alikot,
masing-masing volume tidak kurang dari 5 mL dan tuang ke dalam sensor
penghitung pengaburan cahaya.
8. Buang data dari bagian pertama

Bila Pembawa Dipisah


campur dulu sebelum dianalisis
Untuk kemasan besar bukan infus, lakukan spt A dan B
1. Siapkan unit-unit yang diuji
2. Campur tiap unit menurut petunjuk pada etiket dengan perlakuan dan
pengocokan sedemikian untuk memastikan pencampuran komponen yang
terpisah dan pelarutan obat.
3. Awaudarakan unit yang diuji dengan cara sonikasi atau dengan cara
mendiamkan larutan sampai bebas gelembung udara.
4. Lanjutkan seperti tertera pada Sediaan Cair
5. Lakukan analisis dengan mengambil sekurangkurangnya tiga alikot,
masing-masing volume tidak kurang dari 5 mL, tuang ke dalam sensor
penghitung pengaburan cahaya.
6. Buang data dari bagian pertama
Produk Berlabel “Kemasan Ruahan untuk Farmasi Tidak untuk Infus
Langsung”
1. Lakukan seperti yang tertera pada Sediaan Cair dengan volume 25 mL atau
lebih.
2. Hitung hasil uji pada bagian yang setara dengan dosis maksimum yang
tertera pada etiket.
Misalnya, jika volume kemasan ruahan total 100 mL, dan volume dosis
maksimum 10 mL, maka hasil hitung partikel pengaburan cahaya rata-rata
per mL harus dikalikan 10 untuk memperoleh hasil uji berdasarkan dosis
maksimum 10 mL. [Catatan Untuk perhitungan hasil uji, bagian dosis
maksimum ini dianggap setara dengan isi satu wadah penuh].

Interpretasi Hasil
Jumlah partikel tiap unit atau gabungan unit tidak boleh lebih dari

≥ 10 µm ≥ 25 µm

Injeksi Vol Besar 6000 6000 per wadah

Injeksi Vol kecil 25 3 per mL

Sumber : FI IV hal 2016

Uji Partikulat Secara Mikroskopis


Alat :
● Mikroskop
● Lampu penerang
● Gratikul diameter lingkaran
● Mikrometer
● Peralatan penyaringan
Prosedur :
Sediaan Cair
1. Campur unit-unit yang akan diuji dengan cara membalikkan 20 kali.
2. Buka unit-unit tersebut
*Untuk produk kurang dari 25 mL, buka dan gabung isi 10 unit atau lebih
di dalam wadah bersih. Saring unit injeksi volume besar secara individual.
*Unit injeksi volume kecil yang volumenya 25 mL atau lebih dapat
disaring secara individual.
3. Pindahkan seluruh volume gabungan larutan atau unit tunggal ke dalam
corong penyaring, dan vakum.
4. Jika volume larutan yang akan disaring melebihi volume corong
penyaringan, tambahkan bagian larutan secara bertahap sampai seluruh
volume tersaring
5. Setelah penambahan larutan terakhir, bilas dinding corong dengan cara
mengarahkan aliran air suling atau deionisasi yang telah disaring bertekanan
rendah dengan gerak melingkari dinding corong, dan membilas corong
dihentikan sebelum volume turun di bawah seperempat volume corong.
6. Pertahankan vakum hingga cairan di corong tidak bersisa
7. Angkat corong penyaring dari dasar penyaring sambil mempertahankan
vakum, kemudian hentikan vakum, dan angkat membran penyaring dengan
pinset tumpul.
8. Tempatkan penyaring di dalam cawan Petri atau wadah sejenis, lekatkan
dengan pita perekat bersisi-dua, dan tandai dengan identitas sampel.
9. Biarkan penyaring mengering di udara dalam lemari laminar bertutup
dengan penutup yang sedikit terbuka.

Sediaan Kering atau terliofilisasi


1. Rekonstitusi bahan dengan pelarut sesuai
2. Gunakan gabungan larutan dari 10 unit atau lebih, atau sejumlah unit
individual yang diinginkan
3. Lakukan seperti tertera pada Sediaan Cair.

Bila Pembawa Dipisah


1. Siapkan tiap unit seperti tertera pada etiket, kocok secukupnya untuk
memastikan pencampuran menyeluruh komponen-komponen yang terpisah,
2. Lakukan seperti tertera pada Sediaan Cair.

Kemasan Ruahan untuk Farmasi atau Wadah Dosis-Ganda


Untuk Produk Beretiket “Kemasan Ruahan untuk Farmasi -- Tidak untuk Infus
Langsung” atau untuk wadah dosis-ganda
1. Lakukan seperti tertera pada Sediaan Cair, saring volume unit seluruhnya.
2. Hitung hasil uji untuk bagian yang sama dengan dosis maksimum seperti
tertera pada etiket. Anggap bagian ini setara dengan isi satu wadah penuh.
Misalnya, jika volume kemasan ruahan total 100 mL, dan dosis maksimum
tercantum 10 mL, maka hasil uji hitung volume unit total secara
mikroskopik harus dikalikan 0,1 untuk memperoleh hasil uji untuk volume
dosis 10 mL.

Interpretasi Hasil
Injeksi memenuhi persyaratan uji jika banyaknya partikel tiap unit yang diuji
atau tiap sampel gabungan yang diuji tidak melebihi

≥ 10 µm ≥ 25 µm

Injeksi Vol Besar 3000 300 per wadah

Injeksi Vol kecil 12 2 per mL


4 Penetapan kadar

5 Uji Pirogen Menggunakan Rabbit Pyrogen Test


Pirogenitas dilihat dari efek peningkatan suhu tubuh kelinci
Prosedur :
1. Menggunakan 3 ekor kelinci, 1 kandang 1 ekor
2. Adaptasi suhu 200 -230 C, bebas gangguan
3. Beda suhu tak boleh > ±3 C
4. Suhu antar kelinci dalam 1 kelompok ≤ 10 C
5. Suhu masing-masing kelinci maksimum 39,8 C
6. Lar uji maks 10 mL/kgBB, vena tepi telinga.
7. Rekam suhu pada jam ke 1 dan jam ke 3
Penggunaan ulang kelinci
1. Bila kenaikan suhu tubuh kurang dari 0,6 C: tidak boleh digunakan lebih dari
sekali dalam waktu 48 jam
2. Bila kenaikan suhu tubuh lebih dari 0,6 C : minimal istirahat 2 minggu

Penafsiran Hasil
1. Penurunan suhu dianggap = nol
2. Tak satupun kelinci dari 3 kelinci yang suhunya meningkat ≥ 0,5 C
3. Jika ada peningkatan lebih ≥ 0,5 C→ diulang lagi dengan 5 kelinci, jumlah
total 8 kelinci
4. Tidak lebih dari 3 kelinci dari 8 kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu
0,5 C atau lebih dan
5. Total kenaikan suhu 8 kelinci harus ≤ 3,3 C

Sumber : PPT dosen. Atau bisa lihat FI IV uji pirogen hal 1918

6 Perhitungan tonisitas Perhitungan Tonisitas


1. Penurunan Titik Beku

2. Konsentrasi Molekul
3. Ekivalensi NaCl

7 Uji Kejernihan Metode Visual


Prosedur :
1. Penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter 15 – 25
mm, tidak berwarna, trasparan, dan terbuat dari kaca netral.
2. Memasukkan larutan uji ke dalam tabung reaksi setinggi 40 mm.
3. Memasukkan suspensi padanan yang dibuat segar ke dalam tabung reaksi
lain dengan tinggi 40 mm.
4. Membandingkan kedua larutan tersebut di bawah cahaya tegak lurus ke arah
bawah tabung degan latar belakang berwarna hitam. Ini dilakukan 5 menit
setelah pembuatan supensi padanan.
Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat
dibedakan dari air dan suspensi padanan II dapat dibedakan dari suspensi
padanan I
5. Larutan dinyatakan jernih bila larutan uji sama dengan kejernihan air atau
larutan yang digunakan dalam pengujian memenuhi kondisi yang
dipersyaratkan atau jika opalesen tidak lebih dari dari suspensi padanan I

Sumber : FI IV hal 2041

8 Uji Kebocoran Cara Sordrager / Dye Bath Method


Prosedur :
1. Ampul masuk baki aluminium berisi 3 liter/lebih larutan (metilen blue)
2. Baki ditutup. Semua ampul harus terendam.
3. Baki dimasukkan bejana. Bejana ditutup dan divakum.
4. Bejana dibuka, didiamkan 15 menit
5. Ampul diambil dan diperiksa
Syarat Keberterimaan : Larutan dalam Ampul tidak boleh berwarna biru

Metode Penarikan Vakum Ganda (Double Vacuum Pull Method)


1. Ampul dimasukkan baki berlubang.
2. Bagian dasar diberi alas dengan kertas penyerap
3. Baki dimasukkan dalam almari kedap
4. Almari ditutup dan divakum.
5. Almari dibuka dan ampul dibiarkan 5 menit
Syarat keberterimaan : Kertas penyerap tidak boleh terkena noda

Sumber : PPT dosen

UJI KEBOCORAN SALEP MATA


Prosedur
1. Memilih 10 tube salep mata, dengan segel khusus jika disebutkan.
2. Membersihkan dan mengeringkan baik-baik permukaan luar tiap tube
dengan kain penyerap
3. Meletakkan tube pada posisi horizontal di atas lembaran kertas penyerap
dalam oven dengan suhu yang di atur pada 60 ± 3ºC selama 8 jam.
4. Tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian
selesai (Abaikan bekas salep yang diperkirakan berasal bagian luar dimana
terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube).
5. Jika terdapat bocoran pada satu tube tetapi tidak lebih dari satu tube; ulangi
pengujian dengan tambahan 20 tube salep.
Syarat keberterimaan : Pengujian memenuhi syarat jika tidak ada satupun
kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang diamati tidak
lebih dari satu dari 30 tube yang diuji

Sumber : FI IV hal 2140

Penetapan Kadar

Instrumen Prosedur, Cara Analisis Hasil

1 KLT IDENTIFIKASI SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS <281>


Prosedur berikut dapat digunakan untuk membantu dalam melakukan verifikasi
identitas suatu zat aktif dan bentuk sediaannya.
Prosedur :
1. Buat Larutan uji seperti yang tertera pada masing masing monografi.
2. Pada garis sejajar dan berjarak +- 2 cm dari tepi lempeng kromatografi lapis
tipis campuran silika gel setebal 0,25 mm dan mengandung zat
berfluorosensi yang sesuai seperti yang tertera pada Kromatografi
3. Totolkan masing-masing 10 μl Larutan uji dan Larutan baku yang dibuat dari
Baku Pembanding FI sesuai dengan zat yang diidentifikasi, dalam pelarut
dan kadar yang sama dengan Larutan uji (*kecuali dinyatakan lain dalam
masing-masing monografi)
4. Biarkan totolan mengering
5. Eluasi dengan fase gerak campuran kloroform P-metanol P-air (180:15:1)
(*kecuali dinyatakan lain dalam masing masing monografi) → hingga fase
gerak merambat +- ¾ lempeng.
6. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan fase gerak menguap
7. amati lempeng di bawah cahaya Ultra Violet 254 nm (kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi)
8. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.

Sumber : FI IV hal 1927

HPLC

Spektro UV-Vis

GC

Titrasi

Identifikasi senyawa

1. Flavonoid Prosedur :
1. Kocok 50 mg ekstrak dengan 2 ml n-heksana berkali-kali sampai ekstrak
n-heksana tidak berwarna.
2. Larutkan residu dalam 2 ml etanol (Bagi larutan menjadi 2. IA dan IB)
3. Totolkan larutan IA pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler ukuran
2 µL (totolkan sebanyak 2 x 2 µL)
4. Membuat eluen sebanyak 10mL, masukkan chamber sampai jenuh. Lakukan
uji kromatografi lapis tipis dengan metode
● Fase diam : Kiesel Gel GF 254
● Fase gerak : kloroform : Aseton : Asam Formiat (6 : 6 : 1)
● Penampak noda : Sitrat borat
5. Setelah eluasi plat KLT dipayar dibawah UV 366 nm
6. Semprot plat KLT dengan pereaksi sitrat borat
7. Panaskan plat diatas hot plate hingga terlihat warna kuning
8. Plat KLT dipayar dibawah UV 366 nm
9. Dokumentasikan hasil KLT dengan foto dan hitung Rf senyawa flavonoid
Interpretasi Hasil :
Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning
intensif.
*Catatan: Pereaksi lain yang dapat digunakan untuk deteksi senyawa golongan
flavonoid adalah uap amonia, namun warna yang timbul kurang stabil

2. Polifenol Prosedur :
1. Totolkan larutan 1B (dari skrining senyawa flavonoid B.1 plat KLT dengan
menggunakan pipa kapiler ukuran 2 µL (sebanyak 2 x 2 µL).
2. Membuat eluen sebanyak 10mL, masukkan chamber sampai jenuh. Lakukan
uji kromatografi lapis tipis dengan metode
● Fase diam : Kiesel Gel GF 254
● Fase gerak : Kloroform-Etil asestat-Asam formiat (0,5 : 9 : 0,5)
● Penampak noda :
3. Plat KLT dieluasi
4. Disemprot dengan Pereaksi FeCl3
5. Dokumentasikan hasil KLT dengan foto dan hitung Rf senyawa polifenol.
Interpretasi Hasil :
Adanya senyawa polifenol ditunjukkan dengan munculnya noda warna hitam

3. Terpenoid A. UJI BUIH UNTUK SAPONIN


Prosedur :
1. Ekstrak lerak (Sapindus rarak) sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi
2. Kemudian ditambah air suling 10 ml
3. Dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik.
4. Catat tinggi buih yang terbentuk
Interpretasi Hasil :
Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama lebih
dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.

B. Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid dari saponin


Prosedur :
1. Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2 N
2. Didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk
menghidrolisis saponin.
3. Setelah dingin, netralkan/basakan dengan ammonia (NH4OH)
4. Kemudian ekstraksi dengan 5 ml n-heksana sebanyak 2 kali
5. Uapkan sampai tinggal 0,5 ml
6. Totolkan pada plat KLT (sebanyak 2 x 2 µL).
7. Membuat eluen sebanyak 10mL, masukkan chamber sampai jenuh
● Fase diam : Kiesel Gel GF 254
● Fase gerak : n-heksana – etil asetat (4 : 1)
8. Plat KLT dieluasi
9. Semprot dengan penampak noda anisaldehid –asam sulfat
10. Plat KLT dipanaskan diatas hot plate hingga noda muncul
11. Dokumentasikan hasil KLT dengan foto dan hitung Rf senyawa terpenoid
Interpretasi Hasil :
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna Triterpenoid : merah
ungu (ungu) & Steroid : kuning

C. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT


Prosedur :
1. Timbang ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) sebanyak 30-50 mg
pada cawan porselen
2. Tambahkan beberapa tetes etanol
3. Aduk sampai larut
4. Totolkan pada fase diam sebanyak 2 x 2 µl
5. Membuat eluen sebanyak 10mL, masukkan chamber sampai jenuh. Uji
kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
● Fase diam : Kiesel gel GF 254
● Fase gerak : n-heksana - etil asetat (4 : 1)
6. Plat KLT dieluasi
7. Semprot dengan penampak noda anisaldehid –asam sulfat
8. Plat KLT dipanaskan diatas hot plate hingga noda muncul.
9. Dokumentasikan hasil KLT dengan foto dan hitung Rf senyawa terpenoid
Interpretasi Hasil :
Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu
atau ungu.

4. Alkaloid Prosedur :
Penmpak noda : Dragendorf
Interpretasi Hasil :
Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak.

5. Antrakinon Prosedur :
1. Timbang 30-50 mg sampel pada cawan porselen
2. Larutkan dengan etanol
3. Aduk ad larut
4. Totolkan sampel pada fase diam (2 x 2µl)
5. Membuat eluen sebanyak 10mL, masukkan chamber sampai jenuh. Lakukan
uji kromatografi lapis tipis dengan metode
● Fase diam : Kiesel gel GF 254
● Fase gerak : Toluena - etil asetat - asam asetat glasial (75 : 24 : 1) 7,5
ml : 2,4 ml : 2 tetes
6. Plat KLT dieluasi
7. Semprot dengan penampak noda : larutan 10% KOH dalam metanol.
8. Dokumentasikan hasil KLT dengan foto dan hitung Rf senyawa antrakinon.
Interpretasi Hasil :
Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu menunjukkan adanya senyawa antrakinon

LATIHAN SOAL OSCE KATING

Topik Soal Penyelesaian

Pembuatan

pH a) Osce 1 - Station 1 1. Gunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas lab,
Skenario: sarung tangan)
Apoteker sebagai QC melakukan uji pH dengan 2. Menyiapkan alat yang digunakan, meliputi pH meter, 2 beaker
menggunakan pH meter yang sudah terkalibrasi. glass kosong ukuran 250 mL, tissue, dan botol semprot
Dan kemudian apabila belum sesuai spesifikasi, 3. Menyiapkan bahan yang akan diuji/sampel (injeksi X atau
maka dilakukan adjust dan dituliskan zat apa yang suspensi kloramfenikol) dan menyiapkan aquades untuk bilas
digunakan untuk adjust dan berapa tetes. Larutan elektroda (dalam botol semprot)
yang diuji adalah zat X injeksi. 4. Cek kalibrasi pH meter, dengan cara (ini harusnya pake buffer
Situasi: standart)
- pH meter sudah terkalibrasi, sehingga tidak I. Buka penutup elektrode
perlu melakukan tahap kalibrasi. II. Letakkan beaker glass kosong untuk cucian di bawah
- Zat X injeksi belum diketahui pH nya berapa dan elektroda
juga belum diketahui akan diadjust dengan larutan III. Bilas elektrode dengan botol semprot yang berisi aquades
apa. ke seluruh bagian elektroda
- Tersedia meja kerja (pH meter, beker glass kosong IV. Keringkan elektrode dengan tissue
untuk sampel, beker glass kosong untuk buangan, V. Hidupkan pH meter
botol semprot untuk membersihkan pH meter, HCl, VI. Mengambil beaker gelas kosong dan menuangkan
NaOH), APD, rak sampah aquades kira kira hingga elektroda dapat tercelup
VII. Memastikan bahwa pH meter telah terkalibrasi dengan
cara mencelupkan elektroda ke dalam beaker gelas yang
b) Round 1 - Station 1 berisi aquades, tunggu hingga angka yang tertera pada pH
meter konstan dan catat. Apabila pH aquades yang tertera
dalam range normal (pH 7) maka pH meter tersebut telah
terkalibrasi
VIII. Buang aquadest yang telah diuji, keringkan beaker gelas
dengan menggunakan tissue
5. Cek pH sampel, dengan cara:
I. Buka penutup elektrode
II. Letakkan beaker glass kosong untuk cucian di bawah
elektroda
III. Bilas elektrode dengan botol semprot yang berisi aquades
ke seluruh bagian elektroda
IV. Keringkan elektrode dengan tissue
Sampel: Suspensi Kloramfenikol V. Hidupkan pH meter (sudah hidup bila pake kalibrasi)
VI. Menuang sampel ke dalam beaker glass (Untuk sampel
suspensi perlu dilakukan pengocokan terlebih dahulu)
VII. Celupkan electrode ke dalam sampel (tidak perlu
kalibrasi)
VIII. Amati hingga pH konstan dan catat pH yang terbaca
IX. Replikasi 10 kali
X. Stelah uji selesai, bilas elektroda dengan aquades,
keringkan dengan tissue, tutup elektroda, dan matikan pH
meter
6. Ex: pH sampel 5, pH spesifikasi 7 (diketahui dari nama
sampel, disesuaikan pH spesifikasi sampel dari
kompendisal yang tersedia). Untuk pH kloramfenikol 4,5-7
7. Kondisi kurang basa, sehingga tambahkan NaOH, tetes demi
tetes hingga pH mencapai 7. Bila kurang asam, + HCl hingga
mencapai pH spesifikasi.
8. Ukur pH setelah penambahan NaOH (tahapan pengukuran
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mulai dari
pembilasan electrode)
9. Catat berapa tetes NaOH yang ditambahkan pada lembar kerja
10. Serahkan lembar kerja pada penguji

Kekerasan Osce 1 - Station 5 1. Gunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas lab,
Setting: sarung tangan)
Apoteker sebagai QC di industri farmasi diminta 2. Rancang uji kekerasan tablet berdasarkan USP, tulis dalam
untuk melakukan uji kekerasan lembar yang disediakan (kalau di USP minimal 6 tablet)
tablet berdasarkan USP 40. 3. Lakukan uji kekerasan tablet, dengan prosedur sbb:
Tugas: i) Hidupkan mesin di bagian belakang
Untuk uji kekerasan hanya dilakukan pada 3 tablet, ii) Masukkan tablet ke dalam mesin uji kekerasan tablet, tekan
dan tentukan tablet tersebut MS atau TMS. mesinnya sehingga mesin menekan tablet, lalu baca/catat
Situasi: angka yang muncul pada mesin.
- Disediakan USP 40 Alat YD-3 → Klik STR
- Terdapat meja (mesin uji kekerasan, tablet, kuas), Alat erweka → Kalibrasi dulu dengan cek kekerasan tanpa
APD, tong sampah tabler (Zero jaw → Klik Start “F1”) → cek tablet dengan klik
Test “F1” > Isi jumlah tablet 1 > Start “F1”
ii) Tablet pertama hancur, bersihkan menggunakan kuas, lalu
buang ke te tong sampah
iii) Lanjut pada tablet kedua dan ketiga dengan prosedur yang
sama
iv) Setelah seluruh data dicatat, serahkan pada penguji
4. Penguji memberikan kertas baru, berisi data-data valid tentang
kekerasan tablet, untuk ditentukan MS atau TMS, caranya:
5. Tentukan, hasilnya MS atau TMS, berdasarkan rancangan uji
dari USP yang telah dibuat sebelumnya

Tablet ke- Kekerasan

2
3

Rata-rata

Persyaratan = 4-8 kP = 40-80 N (Lachman et al., 2008)

Desain Osce 1 - Station 8 1. Gunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas lab,
Pengenceran Setting: sarung tangan)
Apoteker QC menguji absorban sampel dan 2. Tentukan labu ukur yang akan digunakan:
didapatkan absorban 1,2. Apoteker - Diketahui absorban awal = 1,2
ingin mengencerkan absorban menjadi setengahnya - Absorban akhir = 0,6
yaitu 0,6. Lakukan desain pengenceran → Pengenceran = 1,2 : 0,6 = 2 kali
tersebut dengan alat yang ada. → Labu paling kecil = 10 ml (supaya lebih efektif),
Situasi: pastikan sesuai untuk pengenceran yang diinginkan
- Tersedia meja kerja, kursi, dan APD 3. Ambil 5 ml sampel, ad kan 10 ml dengan pelarut, sehingga
- Pada meja terdapat: absorbannya menjadi ½ nya
1) Labu ukur (10, 25, 50 ml) 4. Tulis jawaban pada lembar jawaban (alat-alat yang digunakan,
2) Pipet ukur (1, 2, 5 ml) volume yang diambil, di ad kan berapa)
3) Ball filler → Alat: Labu ukur 10 mL, Pipet ukur 5 mL, Ball Filler,
Larutan sampel absorban 1,2 sebanyak 5 mL, dan Pelarut
sampel ad 10 mL (sebanyak 5 mL)

Kerapuhan Osce 2 - Station 3 Syarat Keberterimaan:


1) Menentukan persyaratan dan langkah uji tidak ada tablet yang retak atau patah serta nilainya kurang dari 1% .
friability sesuai dengan kompendial yang Prosedur:
disediakan: 1) Gunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas lab,
- Jumlah tablet yang diambil sarung tangan)
- Berat tablet 2) Mengambil tablet yang digunakan untuk pengujian. Untuk
- Berapa putaran tablet dengan massa satuan sama dengan atau kurang dari
2) Melakukan uji friability 650 mg, ambil sampel tablet utuh yang setara 6,5 g. Untuk
3) Menentukan formula mana diantara formula tablet dengan satuan massa lebih dari 650 mg, ambil sampel
A dan formula B yang memenuhi 10 tablet utuh)
persyaratan sesuai USP. 3) Tablet kemudian dibersihkan dengan kuas agar bebas debu
4) Alat yang tersedia di station: timbangan lalu ditimbang, beratnya dicatat sebagai berat awal (Wa).
kasar, cawan porselin (3), pinset, tablet A 4) Tablet diletakkan pada friability tester lalu alat diputar dengan
dan tablet B, kuas, APD, alat friability test, kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100 putaran)
USP. 5) tablet dikeluarkan dari friability tester dan bersihkan dengan
kuas kemudian ditimbang kembali, beratnya dicatat sebagai
berat akhir (Wb).
6) Nilai kerapuhan tablet adalah {(𝑊a − 𝑊b)/𝑊a} 𝑥 100%.
7) Jika kerapuhan tablet diatas 1% maka perlu diulangi
sebanyak dua kali (Jika ada tablet yang retak, terbelah, atau
pecah dalam sampel tablet setelah jatuh, sampel gagal dalam
pengujian. Jika hasilnya meragukan atau jika penurunan berat
badan lebih besar dari nilai yang ditargetkan, pengujian harus
diulang dua kali dan nilai rata-rata dari ketiga pengujian
ditentukan)
8) Penurunan berat badan rata-rata maksimum dari tiga
percobaan tidak lebih dari 1,0% dianggap dapat diterima
untuk sebagian besar produk.

Volume Osce 2 - Station 6 1) Gunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas lab,
Terpindahkan Skenario: sarung tangan)
seorang apoteker di industri (bagian IPC) ingin 2) Bersihkan neraca menggunakan kuas, kemudian tutup kaca
melakukan penentuan volume terpindahkan suatu 3) Hidupkan Neraca
sediaan suspensi pirantel pamoat 125 mg/5 ml. 4) Pastikan water pass berada di tengah
Tugas: 5) Lakukan tara
1) Cara pengujian volume terpindahkan, 6) Masukkan botol timbang kosong di posisi tengah, tutup kaca
spesifikasi, bobot kosong, bobot botol + isi 7) Catat berat konstan botol timbang kosong (a)
yang diisikan ke lembar kerja 1. 8) Ambil botol timbang dari timbangan
2) Lembar kerja 2 diketahui BJ suspensi 1,1 9) Kocok suspensi dan masukkan ke dalam botol timbang
g/ml; berat suspensi 1 dan berat suspensi 2. menggunakan corong
3) Hitung volume yang terpindahkan untuk 10) Timbang botol timbang + suspensi
sampel 1 dan sampel 2. 11) Catat berat konstan botol timbang+suspensi (b)
Alat yang tersedia di station: 12) Hitung berat suspensi = b - a
Botol timbang (3), APD, botol semprot, tisu, 13) Hitung volume suspensi dengan cara
timbangan analitis, kalkulator, jas lab (hanya demo) Berat jenis = 1,1 g/mL
Volume suspensi terpindahkan = Berat suspensi (g) : Berat
jenis (g/mL)

Uji Endotoksin Osce 2 - Station 10 Farmakope Indonesia 1891/1921


Uji endotoksin dengan metode jendal gel untuk 1) Lakukan konfirmasi kepekaan pereaksi yang tertera pada
sediaan ringer laktat 500 ml. etiket tidak kurang dari 1 vial untuk tiap lot peraksi LAL :
Tugas: - Buat pengenceran seri kelipatan 2 dari BPE dalam air
1) Mengisi lembar kerja 1 yang berisi batasan pereaksi LAL hingga konsentrasi 2λ, λ, 0,5λ, 0,25λ (λ =
nilai yang ditentukan, cara uji tahap 1 dan kepekaan LAL = UE/mL)
uji tahap 2, penyiapan larutan (memipet ... - Lakukan uji pada 4 konsentrasi lar baku dalam 4
ml sampel + ... ml LAL yang kemudian replikasi, termasuk kontrol negatif
diinkubasi di ...°C selama ... menit). - Campur pereaksi LAL dengan baku dari masing2
Mengumpulkan lembar kerja 1. konsentrasi dalam tabung uji dengan vol sama (0,1 ml)
2) Mengerjakan uji di LAF (pemakaian APD, - Inkubasi campuran reaksi dengan waktu yang tetap
pemipetan sampel, inkubasi) sesuai petunjuk produsen LAL (biasanya 37±1 derajat,
3) Mengerjakan lembar kerja 2 (....) selama 60 ± 2 menit)
Alat yang tersedia di station: - Uji integritas gel : ambil tiap tabung dari inkubator
APD, tisu, sanitizer, alkohol semprot, mikropipet, dan balikkan 180 derajat secara perlahan, jika
gelas ukur, tabung reaksi, sampel dan LAL, terbentuk gel yang kuat yang tetap ditempatnya
inkubator 37°C) walaupun telah dibalik maka hasil (+). Uji dinyatakan
absah jika baku konsentrasi terendah menghasilkan nilai
(-) pada tiap uji. Jadi syarat kepekaan harus 0,5-2λ
2) Uji batas jendal gel
- Siapkan larutan A (sediaan uji bebas endotoksin), larutan
B (uji faktor penganggu), larutan C (kontrol kepekaan
pereaksi LAL), larutan D (kontrol negatif), sesuaikan
syarat keabsahannya juga

- Sampel diencerkan dengan beberapa derajat pengenceran,


masing2 ditambah reagen LAL dengan λ tertentu,
replikasi 4x → tetapkan endpoint (konsentrasi yang
masing mengahasilkan jendal gel +) → balik tabung 180
derajat
- Kadar endotoksin dalam sampel adalah rata2 geometrik
kada titik akhir replikasi. Hitung kadar sampel awal
dengan mengalikannya dengan faktor pengenceran.
Syarat : nilai endotoksin kurang dari nilai yang
dinyatakan dalam monografi

Habshoh viskometer cup and bob


- Visskosit Skenario : apoteker Dept RnD melakukan
as = optimasi viskositas sediaan gel natriu diklofenak
R1-S5 menggunakan viscometer VT-04,
- Sifat Alir direncakanakan spesifikasi 3500 dPas +_ 5%
= R2-S3
- Susut
pengering
an Tugas :
Simplisia
= R2-S6; 1. prosedur penentuan viskositas sediaan gel
R3-S2
natrium diklofenak , termasuk jenis
- Uji
Sterilitas viscosimeter dan jenis spindle (mengacu pada
= R3-S4 gmabar dan file dokumen pelengkap) yang akan Syarat : bergantung spesifikasi
digunakan Prosedur :
1. Menggunakan APD (urutan penggunaan masker, head cap, jas
2. hal hal yang dituliskan di lembar pengukuran lab, sarung tangan)
berdasarkan data yang tersedia 2. Memilih ukuran spindle spindle sesuai spek viskositas dari
sampel yaitu spindel 2 (100-4000 dpas)
3. Menghubungkan alat counter dengan penyangga
4. Memasang spindle pada viskometer
5. Memasukkan 50 g sampel dalam beaker glass 300 ml,
jumlah yang dimasukkan diperkirakan hingga spindle
tercelup sempurna
6. Menghidupkan alat, Tekan ON dan spindle akan berputar
hingga angka dalam layar stabil maka catat viskositas yang
tertera pada layar.
7. Mengulangi langkah-langkah diatas sebanyak 3x replikasi.
Setiap selesai replikasi, buang sediaan yang selesai diuji ke dalam
sampah, bersihkan beaker glass 300 ml yang digunakan
menggunakan air pada botol semprot dan keringkan menggunakan
tisu.

Lembar pengukuran
Suhu pengukuran 25 derajat celcius
Replikasi Viskositas Viskositas sediaan gel
(dPas) Nadik

1 3600 3533,33 +- 3,3 x10^5

2 3550

3 3450
Sediaan gel Na dik memenuhi spesifikasi
Persyaratan ( 3325 – 3675) dpas
Surabaya …..

Pelaksana,

(………….)

Sifat Alir = R2-S3 Prosedur berdasarkan dari dokumen pendukung (USP 35)
Bentuk sudut istirahat pada alas tetap dengan bibir penahan untuk
Skenario : untuk pengembangan formula tablet mempertahankan lapisan bedak pada alas. Basis harus bebas dari
allopurinol 300mg, apoteker departemen RnD suatu
getaran. Variasikan ketinggian corong untuk membentuk kerucut
industri sedang melakukan uji kecepatan alir granul
yang dibuat dengan metode granulasi basah bubuk yang simetris dengan hati-hati. Perawatan harus dilakukan
untuk mencegah getaran saat corong dipindahkan. Ketinggian corong
Tugas : harus dijaga kira-kira 2±4 cm dari puncak tumpukan bubuk saat
Sebutkan dihadapan penguji : sedang dibentuk untuk meminimalkan dampak bubuk jatuh di ujung
1. Prosedur penentuan sifat alir granul sesuai kerucut. Jika kerucut bubuk yang simetris tidak dapat dibuat dengan
pustaka sukses atau direproduksi, metode ini tidak tepat. Tentukan sudut diam
2. Hal hal yang dituliskan pada lembar
dengan mengukur tinggi kerucut serbuk dan menghitung sudut diam,
pengukuran sudut istirahat granul
berdasarkan data yang tersedia a, dari persamaan berikut:
tan(a) = tinggi/0.5 alas

(PROSEDUR HASIL PEKERJAAN TEMAN DIATAS )


Corong dengan penutup di lubang bawah (diameter atas 10 cm; tinggi
kerucut 8,0 cm; diameter lubang bawah 1,0 cm; dan panjang pipa 2,5
cm); stopwatch; dan penggaris

Prosedur:
1) Memakai APD
2) Corong diletakkan 10,2±0,2 cm diatas bidang datar dihitung dari
ujung pipa bagian bawah.
3) Campuran serbuk ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dituang
ke dalam corong dengan dasar lubang corong tertutup.
4) Lubang bawah corong dibuka dengan menarik penutup dan
stopwatch dijalankan saat serbuk mulai mengalir dan dihentikan saat
semua serbuk telah keluar dari corong. Waktu alir yang ditunjukkan
dalam stopwatch tersebut dicatat.
5) Sudut diam ditentukan dari gundukan serbuk berbentuk kerucut
dengan rumus: tan a=ℎ/ r; dimana θ = sudut istirahat(˚); h = tinggi
kerucut serbuk(cm); dan r = jari-jari kerucut serbuk(cm).

Lembar pengukuran
no Tinggi diameter Sudut
granul istirahat

1 4,3 13,4 0,57

2 4,2 13,3 0.56

3 4,2 13,4 0,56

Rata rata 0,563

Dari hasil diatas sifat alir granul adalah sangat baik

Station 6 OSCE 2
Susut Berat simplisia : 1-2 g
pengeringan Skenario :
Simplisia = Anda sebagai spv QC melakukan pemeriksaan hasil Suhu penentuan : 105 derajat celcius
R2-S6; R3-S2 pengamatan, perhitungan dan pencatatan susut
pengeringan terhadap 1 g simplisia serbuk Psidii Persyaratan : kurang dari 10%
Guajavae Follium dengan instrument Moisture
analyzer , berdasarkan Farmakope herbal Indonesia
dan kemudia membuat laporan

Tugas :
Sebutkan dihadapan penguji Prosedur Farmakope Herbal :
1. bobot simplisia , suhu penentuan susut
pengeringan, dan persyaratan pengukuran susut Susut pengeringan adalah pengurangan berat bahan setelah
pengeringan simplisia serbuk psidii guajavae dikeringkan dengan cara yang telah ditetapkan. Kecuali dinyatakan
folium, sesuai farmakope herbal indonesia lain dalam masing-masing monografi, simplisia harus dalam bentuk
2. prosedur pengukuran serbuk dengan derajat halus nomor 8, suhu pengeringan 105° dan
3. hal hal yang dituliskan pada borang pemeriksaan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang saksama 1
berdasarkan data yang tersedia sampai 2 g simplisia dalam botol timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara.

Ratakan bahan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol,


hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm,
masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada
suhu penetapan hingga bobot tetap.

Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup


mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang.

Prosedur menggunakan moisture analyzer

1. memakai APD

2. melakukan dilakukan pengujian dengan melakukan penimbangan


di atas alat moisture analyzer

3. kontrol suhu dan waktu pengujian tersebut. Untuk pengeringan


simplisia, suhu yang digunakan adalah 105 derajat celcius.

4. Baru setelah itu, anda bisa menyiapkan plate dan mulai melakukan
penimbangan. Sampel yang dilakukan penimbangan minimal sebesar
1-2 gram.

5. Jika sudah, maka nanti tutup alat dengan moisture balance. Dan
sesudah itu, alat akan bekerja dengan menyalanya indikator yang ada
di dalam alat tersebut.

Indikator dari selesainya proses penyusutan adalah dengan adanya


bunyi yang dihasilkan dari alat.

Lembar pengukuran

Rata rata : 5,65%

Memenuhi persyaratan kurang dari 10 %

Osce 3 station 2 Senyawa marker : andrografolid


Fase gerak : kloroform P-metanol P (9:1 )
Skenario : Kloroform : 9/10 x 20 = 18 ml
Apoteker di divisi QC industri obat tradisional Metanol : 1/10 x 20 = 2 ml
melakukan uji identifikasi bahan baku simplisi a Vol penotolan : sampe 20 mikroliter, pembanding 2 mikroliter
andrograhidis paniculata herba untuk menjamin Deteksi : UV 254
kebenaran simplisia uji tersebut dilakukan dengan
cara mengidentifikasi senyawa marker berdasarkan Prosedur :
farmakope herbal Indonesia menggunakan metode 1.Memakai APD
KLT Prosedur :
1. Buat Larutan uji seperti yang tertera pada masing masing
Tugas : monografi. preparasi larutan uji dengan cara : menimbang
Sebutkan dihadapan penguji , hasil penelusuran seksama kurang lebih 500 mg bahan uji, sari dengan 10 ml
pustaka tentang : etanol P, saring masukan ke dalam labu ukur 10 ml lalu
1. senyawa marker simplisia andro tambahkan etanol ad tanda
2. sistem fase gerak , serta jumlah yang dibutuhkan 2. Pada garis sejajar dan berjarak +- 2 cm dari tepi lempeng
untuk membuat eluen sebanyak 20 ml kromatografi lapis tipis campuran silika gel setebal 0,25 mm
3. volume larutan sampel bakudan larutan dan mengandung zat berfluorosensi yang sesuai seperti yang
pembanding yang ditotolkan tertera pada Kromatografi
4. metode deteksi noda yang digunakan totolkan masing-masing 20 μl Larutan uji dan 2 μl Larutan baku
Sebutkan tahapan prosedur penentuan senyawa yang dibuat dari Baku Pembanding yaitu andrografolid 0,1%
marker dalam etanol P
Sebutkan hasil perhitungan RF senyawa marker 1. Biarkan totolan mengering
yang tersedia 2. Eluasi dengan fase gerak campuran kloroform P-metanol P
(9:1) → hingga fase gerak merambat +- ¾ lempeng.
3. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan fase gerak
menguap
4. amati lempeng di bawah cahaya Ultra Violet 254 nm (kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi)
5. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku.

Distribusi

Habshoh Osce 3 station 4


- SP = Skenario : media cair thioglikolat : bakteri aerob dan anaerob, pH media setelah
Osce 1 - Apoteker penanggungjawab bagian QC industri sterilisasi 7,1 ± 0,2 suhu inkubasi 30-35
Station 3; farmasi akan melakukan analisa data atau
R1-S2 penafsiran hasil uji sterilitas sediaan ampul 2 ml Media tioglikolat alternatif : bakteri anaerob, pH media setelah
injeksi antalgin sebanyak 5 batch berdasarkan tabel sterilisasi 7,1 ± 0,2 suhu inkubasi 30-35
disamping
Media soybean casein digest : bakteri aerob dan kapang, pH media
setelah sterilisasi 7,3 ± 0,2 suhu inkubasi 22,5±2,5

● Metode

1. Menggunakan APD

2. Pilih metode uji sterilisasi dan jumlah bahan uji dan vol
media yang digunakan:

Tugas : ● Inokulasi langsung : pindahkan sejumlah sediaan uji sesuai


Sebutkan dihadapan penguji : TABEL ke media hingga vol sediaan tidak lebih dari 10%
1. Penafsiran hasil uji sterilitas untuk vol media
masing masing batch tersebut
2. Rekomendasi tindak lanjut terkait hasil ● Penyaringan membran : gunakan penyaring membran
uji untuk masing masing batch tersebut porositas tidak lebih dari 0,45 mikrom. Peralatan penyaring
Hal hal yang dituliskan pada lembar dan membran disterilisasi dengan cara yang sesuai →
pemeriksaan
dirancang hingga larutan uji dapat dimasukkan dan disaring
pada kondisi aseptik → membran dipindahkan secara aseptik
ke media atau dapat dilakukan inkubasi setelah media
dimasukkan ke dalam alat penyaring

Inokulasi langsung jika mengandung antimikroba : dinetralisasi


terlebih dahulu dengan bahan penetral yang sesuai atau
………………………………

Penyimpanan OSCE 1 Station 6 Penyelesaian :


Osce 1 - Station Melakukan penyimpanan obat sesuai dengan stabilitas masing-masing
6 Setting: “Apoteker di PBF akan melakukan obat
penyimpanan beberapa obat, yaitu Novorapid,
Amox dry syrup, Durogesic (fentanyl), Claneksi,
Salep, Ovula. Tulis penyimpanan obat yang
benar pada lembar kerja dan tulis pada kartu stok.”
Situasi:
- Tersedia meja dan kursi
- Pada meja terdapat: lembar kerja untuk mengisi
penyimpanan obat, beberapa box
penyimpanan dengan identitas tertentu (missal: Memasukkan obat-obatan tersebut sesuai tempat penyimpanan (box
kulkas, lemari dobel door, kulkas, suhu penyimpanan)
kamar), obat-obatan. Mencatat pada kartu stok (tanggal, nama barang, jumlah yang
dimasukkan, total, dan paraf

R3-S6 ROUND 3 Station 6 A. Hal-hal yang menjadi perhatian saat penerimaan obat
1. APD (masker, sarung tangan latex) harusnya lengkap sama
gown/coverall, headcap, google/ covershoes)
2. Staf terlatih terkait penanganan sitostatika
3. Suhu coldbox saat penerimaan
4. Pemeriksaan fisik kemasan
5. Harus segera dibawa ke bagian farmasi guna mencegah
kerusakan dan menjaga keamanan
6. Protokol apabila terjadi tumpahan
7. Staf terlatih yang melakukan buka coldbox dan penyimpanan
8. Alat khusus untuk membawa seperti troli
9.
B. Tahapan penerimaan sampai penyimpanan adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan, Apoteker penerima obat menggunakan APD
standar (masker handscoon)
2. Karena ada keterangan sesuai dg faktur obt yg diterima maka
tidak perlu mengecek sp dengan faktur
3. Cek kesesuaian fisik obat dengan faktur (no batch, ED,
jumlah, harga, suhu)
4. Cek suhu coldbox saat penerimaan Obat doxorubisin dankos
50 mg/25 mL sebanyak 2 botol serta kondisi fisik kemasan
(pecah/ bocor)
5. Apoteker yang menerima mengisi dokumen penerimaan,
faktur di tandatangani dan distampel. Faktur asli diberikan pbf
dan Salinan sebagai arsip
6. Meletakan doxorubisin dankos 50 mg/25 ml pada lemari
pendingin dan memberikan label stiker ungu dan HA, pastikan
Perhatikan kata “ruang bertekanan negatif” suhu kulkas sesuai (2-8)
Data Pendukung : 7. Melepaskan sarung tangan dan masker, buang tempat smph
khusus limbah sitos,
8. Cuci tangan
9.
C. Hal-hal yang dituliskam pada dokumen penerimaan obat (faktur)
Faktur : nama APJ, ttd APJ dan SIPA, stampel
Laporan pengiriman cold chain : kolom diterima
rumah sakit (meliputi tanggal dan jam serta suhu),
apotker penerima (ttd, nama), SIPA, stampel

Dokumen

1. Doxorubicin
2. Masker 3 ply, handscoon latex dan nitrile
3. Stiker HA, stiker ungu SITOSTATIKA,
4. Cold box dengan stiker ungu
5. Stampel apotek
6. Kulkas dengan HA dan stiker ungu
7. Westafel, aseptic gel, lap
8. Termometer

Penerimaan dan OSCE 2 Station 2 Tahapan penerimaan Vaksin


Penyimpanan =
O2-S2 Station distribusi: terdapat 2 macam vaksin
(Vaksin Bivalen dan P...) yang datang dari PT.
Biofarma.
Kandidat diminta untuk melakukan penerimaan dan
penyimpanan untuk vaksin yang datang.
Data yang diketahui : faktur, surat pemesanan,
data logger masing-masing vaksin.
1. Kandidat mengisi lembar kerja 1 dan 2 yang
berupa checklist penerimaan sesuai kondisi di
data logger (mau diterima/dihold/ditolak
beserta dengan alasannya).
2. Mengumpulkan lembar kerja ke penguji.
3. Mengisi lembar kerja 3

Penolakan OSCE 2 Station 8 Contoh Formulir Ketersediaan Obat


Penerimaan=
O2-S8 Skenario: seorang apoteker di PBF Contoh Formulir Penolakan Obat
Tugas:
1. Mengisi formulir ketersediaan obat
2. Membuat formulir penolakan pemesanan
3. Membuat formulir pemesanan
Alat yang tersedia di station: stempel, ATK,
kalender.

Contoh Formulir Pemesanan


R1-S6 ROUND 1 Station 6 Surat Permintaan
Berdasarkan SP : 3 box (@50 tab) Tramadol tab 50 mg
Dipesan oleh : Apotek XYZ Farma, Jl perjuangan 45 Sby
PBF : PT BBC, kemerdekaan 17 Sby, 031-xx
Faktur dan barang yang datang : Tramadol 50 mg 2 box (@50 tab)
TIDAK SESUAI SP

Selanjutnya dikukan konfirmasi dan komunikasi pada pihak


distributor
APJ menghubungi pihak distributor melalui no telpon yang tercantum
(031-xx)
APJ : Halo, selamat pagi.. Saya APJ dari Apotek XYZ Farma
PBF : Selamat pagi, ada yg bisa saya bantu?
APJ : pagi tadi ada barang datang dari distributor BBC untuk SP OOT
yang saya pesan kemarin. Saya mau melaporkan pada SP yang saya
kirimkan ke pihak BBC tertulis 3 box tramadol 50 mg, sedangkan
Data Pendukung :
barang yang dikirim tadi pagi hanya 2 box saja, kemudian pada faktur
yang di sertakan juga tertulis 2 box. Jadi ini jumlah yang dkirimkan
tidak sesuai dengan SP.
PBF : oh iya maaf mbak, nanti kami kirimkan ulang kekurangan
barang dan faktur pengganti yang baru, tolong siapkan berita
acaranya ya
APJ : baik, nanti akan saya buatkan, saya berikan saat sales datang
kembali ke apotek ya buat pengiriman kekurangan dan penggantian
fakturnya
PBF : Baik mohon maaf sekali lagi
APJ : oke, terimakasih atas kerjasamaanya

Berita Acara :
Pemusnahan = ROUND 3 Station 5 A. Nama dan Jumlah Obat yang dimusnahkan
R3-S5 Ini tabel masih ikut mbak” ya guiss per Juli 2021 kurang lebih sama
kayak gini pengerjaannya tinggal disesuaikan aja ED nya misal Juli
2022. Berarti semua dimusnahkan ya guis kalo ikut juli 2022 tapi
mon maap tabelnya belum upgrade hehe :)
B. Berita Acara Pemusnahan
Data Pendukung : Hal yang dituliskan pada berita acara pemusnahan
1. tanggal/bulan/tahun pemusnahan
2. Nama APJ/SIPA/Nama apotek/alamat apotek
3. Saksi (sebutin ada 2, aping dan ttk)
4. Tempat pemusnahan
5. Ttd saksi dan APJ (di bgn APJ kasih stampel stlh ttd)

Contoh Berita Acara Pemusnahan


Apoteker pengelola → QA
Saksi-saksi 1. Aping 2. TTK

Pelayanan

OSCE 1 Station 2 A. Perkenalan diri dan ucapan pembuka


Swamed = Osce Selamat pagi Bapak/Ibu. Perkenalkan, nama saya….., Apoteker yang
1 - Station 2 Setting: “Anda adalah Apoteker di apotek. Datang bertugas pada hari ini. Ada yang bisa saya bantu?
seorang pasien dengan keluhan gatal-gatal pada Kulit saya gatal-gatal
kulit. Pilihkan obat yang sesuai dan catat Patient B. Melakukan penggalian informasi dengan metode WWHAM
Medication Record (PMR) Who (Obatnya untuk siapa) → disesuaikan case kalau sudah
pasien.” dikasih tau obat untuk dirinya sendiri tidak perlu ditanyakan
Situasi: What (Apa keluhan/gejala yang dirasakan)
1. Terdapat 1 meja (ISO, 3 sediaan: ketokonazol AP : Gatal-gatalnya seperti apa?
salep untuk jamur, klindamisin salep untuk PS : Putih-putih, putihnya melingkar, panas lagi
bakteri jerawat, caladin lotion untuk gatal AP : kalau boleh tau gatalnya di sebelah mana ya Pak/Bu?
karen alergi) dan 2 kursi PS : Diatas lengan
2. Terdapat pemeran pembantu. AP : Apa boleh saya lihat Pak/Bu?
3. Kandidat duduk, pemeran pembantu akan PS : Boleh (dibukakan, tampak seperti panu)
mendekati kandidat dan duduk How long (Sudah berapa lama gejala muncul)

Action (Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk menangani


gejala)

Medication (Obat apa yang sudah digunakan untuk mengatasi


gejala)

C. Tanyakan data diri pasien untuk PMR


- Nama
- Alamat
- Umur
- Riwayat alergi
- Riwayat penyakit
- No. HP
- SOAP

D. Pilihkan obat, dan berikan KIE


Pilihan obat pada kasus memiliki fungsi yang berbeda-beda
sehinggga apoteker langsung memilihkan obat yang sesuai
dengan kondisi pasien. Berbeda jika obat yang disediakan terdapat
beberapa obat dengan bahan aktif yang sama tapi berbeda merk, maka
kalau seperti itu pasien dipersilahkan untuk memilih sendiri obat
mana yang akan dibeli dengan memberikan informasi nama obat
(merk) lalu kandungannya serta harga obat.

Pada Kasus : Gatal yang dialami pasien akibat jamur atau penyakit
panu
Obat yang diberikan : ketokonazol salep
Aturan pakai: sehari 2 kali (pagi dan sore), digunakan setelah mandi,
atau setelah area yang gatal dicuci dan dikeringkan. Salep dioleskan
tipis-tipis.
Saran non farmakologi: jangan gunakan handuk atau baju bersamaan
dengan anggota keluarga yang lain untuk mencegah penularan

O2-S9 OSCE 2 Station 9 A. Informasi yg perlu digali: swamedikasi WWHAM


Who : obat untuk siapa? sudah diketahui → pasien sendiri
Skenario: apoteker di apotek. Seorang pasien What : keluhan yang dirasakan? → rasa nyeri ulu hati dan terasa
datang Ny. X (28 tahun) mengeluhkan nyeri ulu panas lalu mual dan muntah
hati dan terasa panas. Pasien merasa mual dan How Long : sudah berapa lama nyeri ulu hati yang dialami? → 2 hari
muntah. Action : Selama merasa mual dan muntah apakah sudah ada upaya
Tugas: untuk mengatasi mual muntahnya? → tidak ada
1. Menentukan permasalah dan mengisi Medication : apakah ada obat lain yang sedang digunakan?
lembar kerja yang berisi masalah, penyebab (berkaitan dg interaksi & aturan minum obat yg sedang digunakan &
dan penyelesaian. terapi yg akan diterima)
2. Melakukan penggalian informasi dan KIE
3. Berdasarkan penggalian informasi pada Sebenarnya bingung guis iki kita tanya langsung dr awal ke pasien e
pasien diketahui bahwa sakit pasien sudah 2 opo kene dikek i data-data iki trus nanti langsung pemilihan obat.
hari, tidak ada alergi, tidak ada riwayat Soal e sing nomr 2 iku dikek i data. Okelah kita lanjut pemilihan obat
pengobatan sebelumnya. sajo
4. Alat yang tersedia di station: ISO, lembar B. Informasi terkait obat yang diberikan
informasi tentang maag, piilihan obat yang Obat yang tersedia : antasida doen, ranitidin dan omeprazole
(antasida doen, ranitidin dan omeprazole). Karena keluhan pasien nyeri pada ulu hati dan terasa panas disertai
mual dan muntah kemungkinan pasien mengalami gastritis. Gastritis
ditandai dengan gejala nyeri epigastrik, mual muntah kembung
dan begah. First line therapy adalah antasida yang mengandung
MgOH dan AlOH3. Alternatif 1 adalah H2 reseptor antagonis
(ranitidin, cimetidin dll) dan Alterntatif 2 adalah PPI (omeprazole
dll).

Apoteker memberi obat Antasida untuk pasien

Poin-poin KIE penyerahan obat


● Obat antasida diminum sehari 3 kali 30 menit sebelum makan
dengan cara dikunyah terlebih dahulu
● Kalau keluhan sudah reda tidak perlu digunakan lagi, hanya
digunakan seperlunya saja.

R3-S1 ROUND 3 Station 1 C. Informasi yg perlu digali: swamedikasi WWHAM


Who : anak umur berapa ? (krn umur akan mempengaruhi dosis zink
yg digunakan)
What : gejala lain yang dirasakan? apakah demam? Konsistensi feses
apakah sangat cair? (kl feses sangat cair apakah anak mudah merasa
haus?) Apakah feses berdarah? Sehari bab berapa kali? (terkait
kemungkinan danger symptoms dan perlu atau tidaknya rujuk ke
dokter) Diare karena apa? (makanan, susu formula dll?)
How Long : sudah berapa lama diarenya? (perlu atau tidaknya rujuk
ke dokter; jika >72 jam perlu dirujuk ke dokter)
Action : Selama diare apakah sudah ada upaya untuk mengatasi
diarenya?
Medication : apakah ada obat lain yang sedang digunakan? (berkaitan
dg interaksi & aturan minum obat yg sedang digunakan & terapi yg
akan diterima)

DRP
● Cara Penggunaan Tablet
● Letakkan tablet pada sendok 5 ml.
● Tambahkan air minum hangat secukupnya (atau ASI).
● Jangan menggunakan air teh.
● Biarkan tablet terlarut (sekitar 30 detik)
● Berikan pada anak.

Jika terjadi muntah dalam waktu ½ jam setelah pemberian obat,


berikan lagi obat yang masih baru.

Ismawati
- Pelayana
n Resep
Obat
Khusus =
Osce 1 -
Station 4;
O2-S1;
R1-S3;
R2-S4
- Pelayana
n Resep
Identifika
si DRP =
Osce 1 -
Station 7;
O2-S4;
R2-S1
Tisa
Pelayanan Resep
Racikan = Osce
1 - Station 9;
O2-S7; R1-S4;
R2-S2; R2-S5;
R3-S3

Pelayanan Resep ISMA A. Perkenalan diri dan ucapan pembuka


Obat Khusus OSCE 1 - Station 4 Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan nama saya apt.X, saya apoteker
Setting : Apoteker di apotek mendapatkan resep yang bertanggung jawab di apotek ini, ada yang bisa dibantu?
berisi Gentamisin eyedrop. Apoteker diminta untuk B. Pengkajian resep dan Assessment pasien
melakukan assessment dan memberikan KIE ● Pengkajian resep : aspek administratif (data dokter, data pasien,
kepada pasien data obat, tanggal penulisan resep), farmasetik (bentuk sediaan,
Situasi : rute, stabilitas, inkompatibilitas), klinis (indikasi, kontraindikasi,
● Terdapat 1 meja dan 2 kursi dosis, interaksi, eso)
● Terdapat pemeran pembantu, membawa resep. ● Resep atas nama, dengan ibu/bapak sendiri ya?, jika bukan
Di meja tersedia cara penggunaan tetes mata. pasien yang mengambil, pastikan hubungan pengambil resep
Dibaca dengan teliti dengan pasien
● Assessment 3 prime question :
Apa yang dikatakan dokter terkait indikasi obat?
Apa yang dikatakan dokter terkait aturan penggunaan obat?
Apa yang dikatakan dokter terkait harapan/outcome penggunaan
obat?
Juga boleh ditanya keluhan / gejala yang dirasakan oleh pasien, bisa
juga digali terkait lifestyle atau penggunaan obat lain yang memicu
terjadinya keluhan tersebut
C. Dispensing
● Melihat ketersediaan obat
● Mengecek obat yang akan diberikan : kondisi fisik, stabilitas,
tidak melewati ED
● Menuliskan pada kartu stok keluar sesuai dengan jumlah pada
resep
● Menuliskan etiket obat luar
● Menuliskan salinan resep bila perlu
● Menjelaskan cara penggunaan obat
D. KIE
● Memanggil no urut pasien, nama pasien
● Memastikan identitas pasien sudah sesuai
● Menjelaskan obat yang digunakan : nama obat, kandungan,
indikasi, cara pakai, eso, peringatan dan perhatian
Gentamycin 0,3% 5 mL : antibiotik digunakan untuk infeksi mata
Infeksi mata ringan : 1-2 tetes, obat tetes mata 0.3 % maksimal 6 kali
sehari Infeksi mata parah : 1-2 tetes, obat tetes mata 0.3 % tiap 15
menit
Aturan Pakai (sambil menunjukkan brosur)

Kontra indikasi : hipersensitivitas, infeksi akibat virus atau bakteri


Efek samping : iritasi ringan (eritema, pruritis)
Perhatian :
Harus dengan resep dokter. Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi
atau sensitisasi. Dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari
mikroorganisme yang tidak rentan pada pemakaian jangka panjang.
Begitu terjadi superinfeksi, hentikan pengobatan dan berikan terapi
yang sesuai.
● Memberikan penjelasan penyimpanan obat
Single dose : 3x24 jam, Multiple dose : 1 bulan setelah kemasan
dibuka. Jika belum dibuka maka sesuai ED. Penyimpanan suhu
kamar, hindarkan dari sinar matahari langsung
● Memberikan penjelasan terapi non farmakologi
Gunakan kaca mata hitam, karena lebih sensitif terhadap cahaya
● Memberikan feedback pada pasien : apakah ada pertanyaan ?
dapat meminta pasien mengulangi hal penting seperti bagaimana
cara penggunaan obat

Pelayanan Resep ISMA A. Pengkajian resep dan Assessment pasien


Obat Khusus OSCE 2 - Station 1 ● Pengkajian resep : aspek administratif (data dokter, data pasien,
R/ Turbuhaler data obat, tanggal penulisan resep), farmasetik (bentuk sediaan,
S 2 dd II rute, stabilitas, inkompatibilitas), klinis (indikasi, kontraindikasi,
Pro Tn X (23 th) dosis, interaksi, eso)
Pasien mengeluhkan sesak, diketahui tidak ● Resep atas nama, dengan ibu/bapak sendiri ya?, jika bukan
merokok dan tidak alergi debu pasien yang mengambil, pastikan hubungan pengambil resep
Tentukan : dengan pasien
1. Assessment ● Assessment 3 prime question :
2. Jelaskan cara penggunaan alat Apa yang dikatakan dokter terkait indikasi obat?
3. Komunikasi efektif Apa yang dikatakan dokter terkait aturan penggunaan obat?
Apa yang dikatakan dokter terkait harapan/outcome penggunaan
obat?
Juga boleh ditanya keluhan / gejala yang dirasakan oleh pasien, bisa
juga digali terkait lifestyle atau penggunaan obat lain yang memicu
terjadinya sesak (alergen lain : polusi asap, polen, udara dingin)
B. Cara penggunaan alat

Penyimpanan : suhu ruang, BUD 3 bulan


C. Komunikasi efektif
● Perkenalan diri sebagai apoteker → membangun kepercayaan
pasien
● Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien terkait
nama obat, indikasi, aturan penggunaan (tunjukkan dengan
brosur), penyimpanan, eso, peringatan dan perhatian, lama dan
frekuensi penggunaan obat
● Jelaskan terkait pengontrolan jika sesak, terapi non farmakologi
● Meminta feedback terkait pemahaman pasien terkait informasi
penting
Pelayanan Resep ISMA ● Pengkajian resep : aspek administratif (data dokter, data pasien,
Identifikasi DRP OSCE 1 - Station 7 data obat, tanggal penulisan resep), farmasetik (bentuk sediaan,
Setting : Apoteker di apotek mendapatkan resep rute, stabilitas, inkompatibilitas), klinis (indikasi, kontraindikasi,
berisi Cefadroxil 250 mg, Paracetamol 250mg, dosis, interaksi, eso)
Lapifed ½ tab untuk anak usia 8 tahun, Tentukan Cefadroxil 250 mg (antibiotik harus dihabiskan
drp pada resep dan komunikasikan pada dokter Paracetamol 250 mg (simtomatik, prn)
Situasi : Lapifed ½ tab →Tripolidin HCl 2,5 mg dan Pseudoefedrin HCl 60
● Dokter diperankan oleh penguji mg (simtomatik, prn)
● Tersedia 1 meja kerja dan 1 kursi ● DRP : terkait dispensing, harus dipisah antara antibiotik dengan
● Isi meja kerja : lembar kerja, AHFS, resep paracetamol dan lapifed. 2 puyer (1 puyer antibiotik dan 1 puter
pct + lapifed ½ tab)
● DRP : eso tripolidine (antihistamin gen I - eso mengantuk,
disampaikan karena pasien 8 tahun masih sekolah akan
mengganggu kegiatan belajar)
● Penyelesaian DRP :
1. Komunikasikan pada dokter : memperkenalkan diri (nama apt
X, selaku apoteker penanggung jawab pada apotek …, yang
menerima resep an X umur 8 tahun dengan resep :
Resep :
Paracetamol 250 mg
Cefadroxil 250 mg
Lapifed ½ tab
Mfla pulveres
Sebelumnya dokter meresepkan obat tersebut untuk dijadikan 1
puyer, namun mohon maaf dokter akan lebih baik jika dibuat 2
puyer berbeda (1 puyer antibiotik dan 1 puter pct + lapifed ½
tab), karena antibiotik harus dihabiskan sedangkan paracetamol
dan lapifed merupakan obat yang bersifat simtomatis sehingga
digunakan bila perlu sehingga pengobatan untuk pasien akan
lebih efektif dan menurunkan eso yang mungkin terjadi. Apakah
dokter menghendaki hal tersebut, jika iya maka akan saya
tuliskan pada salinan resep sesuai dengan advice dari dokter?
2. Komunikasikan pada pasien : terkait eso tripolidin mengantuk,
disampaikan bahwa akan sedikit mengganggu kegiatan belajar
pasien, penggunaan antibiotik harus dihabiskan, penggunaan
puyer tidak harus dihabiskan hanya digunakan bila perlu (bila
panas, pusing, pilek, alergi), penyampaian BUD puyer 2 minggu,
penyimpanan obat di suhu ruang

Pelayanan Resep ISMA 1. Penggalian pada pasien :


Identifikasi DRP OSCE 2 - Station 4 ● Keluhan setelah penggunaan kedua obat? Apakah ada keluhan
R/Lypantil 145 mg lain selain kencing berwarna merah?
Simarc ● Bagaimana cara menggunakan kedua obat? Digunakan
S 1 dd 1 bersamaan?
Pro Tn X (30th) ● Sudah cek data lab seperti tekanan darah, kolesterol, dan INR?
Tugas : Apakah rutin cek?
1. Menentukan masalah dengan melakukan ● Three prime question : Apa indikasi penggunaan obat?
penggalian informasi pada pasien Bagaimana aturan penggunaan obat, apakah digunakan rutin atau
2. Mengisi lembar kerja berupa penentuan hanya sampai data lab normal? Bagaimana harapan dari
masalah, rekomendasi untuk dokter, penggunaan terapi?
rekomendasi untuk pasien dan referensi 2. Pengisian lembar kerja :
Pasien mengeluhkan kencing berwarna merah, ● Penentuan masalah : adanya interaksi penggunaan Fenofibrat dan
setelah minum obat tersebut. Berdasarkan Warfarin jika digunakan bersamaan. Fenofibrat akan
penggalian informasi diketahui bahwa pasien telah memperpanjang waktu PT atau INR sehingga akan
minum Lypantil 1 minggu dan Simarc 1 bulan, meningkatkan risiko bleeding dari penggunaan Warfarin →
kedua obat tersebut diminum bersama. ditunjukkan dari adanya eso kencing berwarna merah
Pasien ada riwayat penyakit jantung dengan TD
149/92
Alat yang tersedia di station : laptop untuk melihat
interaksi obat dan informasi, ISO, foto sediaan dan
pasien ● Rekomendasi untuk dokter : penggunaan fenofibrat dan
antikoagulan akan berinteraksi jika digunakan bersamaan. Jika
tetap ingin menggunakan fenofibrat dan warfarin maka dosis
warfarin harus dikurangi menjadi ⅓ → 1 dd 0,6g atau 1 dd 0,5 g
(dipuyer untuk memudahkan penggunaan pada pasien), dengan
tetap memonitor data lab (PT atau INR secara periodik) hingga
stabil. Monitor periodik → 3x dalam seminggu

Jika sudah tidak ada lagi indikasi penggunaan warfarin, maka


warfarin dapat dihentikan, karena fenofibrat digunakan untuk
terapi long-term menurunkan trigliserida
● Rekomendasi untuk pasien : pasien diberikan KIE agar tidak
menggunakan kedua obat bersamaan, warfarin diminum pada
pagi hari di jam yang sama, fenofibrat diminum malam hari di
jam yang sama. Melakukan kontrol PT atau INR sesuai dengan
petunjuk dokter, menggunakan warfarin sampai waktu yang telah
direkomendasikan oleh dokter. Mengkomunikasikan ke
dokter/apoteker terlebih dahulu jika ingin menggunakan obat lain
(swamedikasi), hati-hati penggunaan makanan yang tinggi vit K.
● Referensi : AHFS,
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9681093/#:~:text=Conclusions
%3A%20Fenofibrate%20potentiates%20the%20effect,therapy%
20in%20patients%20receiving%20warfarin.

Pelayanan Resep ISMA 1. Obat dan alkes yang diterima pasien


Obat Khusus ROUND 1 - Station 3

2. Permasalahan yang dapat terjadi terkait penggunaan obat


● Klien atau ibu pasien belum pernah dapat alat nebulizer
sebelumnya sehingga klien belum mengerti bagaimana cara
menggunakan alat tersebut
● Bisolvon untuk satu kali penggunaan adalah 1 mL, tersedia sloki
dengan skala minimal 2,5 mL kemungkinan terjadi
ketidaktepatan dosis penggunaan, saran menambahkan 1 spuit
atau pipet tetes (20 tetes)
● Pengambilan NaCl 0,9% sebanyak 1 mL menggunakan spuit
kemungkinan pasien tidak mengetahui bagaimana cara
penggunaan nya
3. Cara penggunaan obat
● Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk
mencegah kuman ikut masuk ke tubuh melalui nebulizer.
● Memasang kabel kompresor pada stop kontak
● Siapkan obat yang akan digunakan yaitu bisolvon solution
● Membuka bagian medicine cup dengan cara memutar
berlawanan arah jarum jam
● Memasukkan bisolvon solution sebanyak 1 ml ke dalam
nebulizer dengan menggunakan cup yang telah tersedia dalam
kemasan obat
● Tambahkan cairan saline (NaCl 0,9%) sebanyak 1 mL ke
nebulizer dengan menggunakan jarum suntik.
● Menutup kembali medicine cup dengan memutar searah jarum
jam dan pastikan telah tertutup secara sempurna
● Pasang selang pada mesin kompresor dan pada bagian bawah
medicine cup. Pastikan telah terpasang dengan benar
● Memasang mouthpiece atau masker pada medicine cup (kalo
anak biasanya pake masker)
● Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.
● Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan
keluarkan perlahan melalui mulut.
● Terapi selesai saat tidak ada lagi uap yang keluar, yang
menandakan obat sudah habis
Pelayanan Resep ISMA 1. Nama dan jumlah obat yang disiapkan
Identifikasi DRP ROUND 2 - Station 1 Nama dan jumlah obat yang diresepkan
Glimepirid 4 mg sebanyak 30 tab
Tersedia :
● glimepiride tab 4 mg sebanyak 10
● glimepiride tab 2 mg sebanyak 100 tablet
● Metformin 500 mg sebanyak 30 tablet
Nama dan Jumlah obat yang disiapkan
● Glimepiride 2 mg sebanyak 60 tablet
● Metformin 500 mg sebanyak 30 tablet
2. Komponen yang ditulis dalam salinan resep dan etiket
Salinan resep : nama dr, tertulis tgl, dibuat tgl, untuk, (Glimepirid
penggantian menjadi dosis 2 mg → det da in Glmepirid 2 mg LX),
(Metformin karena masih diambil 30 maka → det orig)
Etiket :
Glimepirid 2 mg – sehari satu kali dua tablet, tiap pagi. Bisa ditulis
juga ½ jam sebelum makan.
Metformin 500 mg - sehari tiga kali satu tablet (pagi, sore, malam -
bisa ditulis jamnya, sesudah makan)
3. Informasi yang disampaikan kepada pasien terkait obat yang
disiapkan
● Memanggil pasien dengan menyebutkan no resep (07-09) dan
nama pasien (Tn. Restu)
● Obat yang diresepkan adalah glimepiride 4 mg sebanyak 30
tablet namun karena stok yang 4 mg kosong, jadi saya siapkan
yg glimepiride 2 mg sebanyak 60 tablet. Jadi nanti aturan
minumnya bapak minumnya sehari satu kali dua tablet saat pagi
hari 30 mnt sebelum makan ya pak
● Bapak juga diresepkan metformin 500 mg sebanyak 30 tablet.
Cara penggunaannya diminum sehari tiga kali satu tablet pada
pagi hari 1 tab, siang 1 tab dan malam 1 tab sesudah makan ya
pak
● Kedua obat ini bermanfaat untuk mengontrol kadar gula bapak,
jadinya harus rutin diminum setiap hari.
● Efek samping yang mungkin terjadi setelah minum glimepiride
adalah hipoglikemi, jadi nanti kalau ada tanda pusing, haus,
gemetar langsung minum atau makan yang manis. Karena
esonya hipoglikemi jangan lupa makan ya pak 30 mnt sesudah
minum obat, biar efenya tidak terjadi. Saya sampaikan supaya
bpk waspada ya bila tjd efek tersebut. Jika efek samping
hipoglikemi parah (pasien mengalami penurunan kesadaran) –
keluarga diberikan KIE untuk segera membawa pasien ke rs
● Cara menyimpan obat suhu kamar, terlindung cahaya
● Mengingatkan pasien untuk menebus sisa obat yang belum di
ambil (metformin) dan rutin kontrol ke dokter
● Mengingatkan untuk selalu menjaga lifestyle (tidak terlalu
banyak mengkonsumsi gula, melakukan olahraga ringan)
● Menanyakan apakah ada yg belum jelas
● Meminta pasien mengulang cara menggunakan obat
● Apabila sudah benar serahkan obat dan ucapkan semoga sehat
selalu

Pelayanan Resep ISMA 1. Informasi yang perlu digali pada pasien


Obat Khusus ROUND 2 - Station 4 ● Ada atau tidaknya alergi antibiotik, atau obat
● Apa keluhan pasien dan apa yang sudah dijelaskan dokter
tentang indikasi obat (untuk mengetahui kesesuaian penggunaan
obat, memastikan drug related need pasien terpenuhi, tidak ada
drp - indikasi yang tidak terobati atau obat tanpa indikasi)
● Bagaimana penjelasan dokter tentang penggunaan obat (agar
tidak tumpang tindih antara penjelasan dokter dan apoteker
sehingga membingungkan pasien, aturan penggunaan obat perlu
lebih detail dijelaskan terkait penggunaan bersamaan atau tidak
→ ada potensi interaksi atau tidak, penggunaan
sebelum/bersama/sesudah makan, penggunaan
pagi/siang/sore/malam, penggunaan dihabiskan atau bila perlu)
● Apa yang dijelaskan dokter tentang harapan / outcome setelah
menggunakan obat (untuk mengetahui dan meningkatkan
kepatuhan pasien)
2. Permasalahan yang timbul saat pengelolaan dan penggunaan
kedua obat
● Di apotek tersedia interdoxin 50 mg dan 100mg (LASA) >
dipisahkan dengan satu obat setelahnya untuk mencegah salah
ambil obat
● Kedua obat berinteraksi dalam absorpsi (doxy ikat logam yg ada
di livron) > penggunaannya dijeda min 2 jam, tp karena
penggunaannya 1x1 hari, jd 1 diminum pagi, satu diminum
malem biar ga lupa
● Pasien memiliki gangguan penglihatan, sehingga diperlukan
metode khusus dalam menyampaikan informasi obat sehingga
pasien tidak salah mengenali obat → rangsangan raba untuk
membedakan kedua bentuk atau kemasan obat, atau ada wali
yang harus diberikan KIE untuk menemani minum obat
3. Komunikasikan pada pasien saat penyerahan
● Perkenalan
● Pastikan resepnya untuk orang yang tepat, jangan lupa
konfirmasi bicara sama siapa
● Interdoxin, isinya doksisiklin 100 mg bentuknya kapsul yang
merupakan antibiotik sehingga penggunaannya harus sampai
habis. Diminum sehari sekali dengan segelas air, posisi tegak
(gabole susu ataupun teh), sebelum tidur
● Livron b plek, suplemen makanan isinya multivitamin tablet.
Diminum sehari sekali pagi hari setelah makan.
● Jelasin penyimpanan obat, keduanya di suhu ruang dan tempat
kering
● Pasien diminta untuk meraba masing-masing obat untuk
memastikan pasien tidak salah obat
● Ingatkan, kalo misal terjadi gejala yang tidak diinginkan setelah
minum obat, misalnya gangguan saluran cerna minta untuk
menghubungi dokter atau apoteker
● Terapi non-farmakologi, sesuaikan sama diagnosis pasien dan
sarankan untuk tidak mengonsumsi sayur dan buah yang
mengandung logam, misalnya bayam dan pisang
● Pastikan pemahaman pasien, minta feedback dan minta pasien
menjelaskan ulang
● Semoga cepat sembuh
Komposisi :
vitamin B1 HCl 1,5 mg, Vitamin B2 0.25mg,
Vitamin B6 HCl 0,25mg, Vitamin B12 0,5mcg,
Vitamin C 12,5mg, Kalsium
pantotenat 1,5 mg, Nikotinamida 10mg, Asam Folat
0,5mg, Besi (II) glukonat 7,5mg, Tembaga sulfat
0,65mg, Substansi
hati kering 100mg

Pelayanan TISA Penyelesaian:


Resep Racikan 1. Menggunakan APD
OSCE 1 - STATION 9 2. Menyipakan alat dan bahan
Setting: * Menentukan permasalahan yang ada : asam salisilat sukar
“Apoteker meracik salep berdasarkan resep. Isi dihomogenkan, tidak bisa digerus biasa karena kristalnya berbentuk
resepnya adalah Asam salisilat 250 mg ditambah jarum → pulverization by intervention (PBI)
dengan Gentamycin salep 5 gram” 3. Memasukkan asam salisilat ke dalam mortir
Situasi: 4. Mengambil alkohol 96% qs menggunakan pipet dan meneteskan
Tersedia meja kerja dan tong sampah. Pada meja ke dalam mortir → aduk ad larut
terdapat : 5. Memasukkan gentamycin salep ke dalam mortir dengan bantuan
● APD sudip → aduk ad homogen
● Mortir 6. Masukkan ke dalam pot dengan bantuan sudip
● Sudip 7. Membersihkan kotoran di meja kerja dan membuang ke tempat
● Asam salisilat sampah
● Alkohol 70%
● Alkohol 96%
● Pipet
● Gentamycin salep

OSCE 2 STATION 7 Penyelesaian


Skenario: A. Hitung jumlah tablet yang diambil
Seorang apoteker di apotek. Jawab :
R/ Fenobarbital 0,015 ● Fenobarbital = 15 mg x 10 = 150 mg / 30 mg = 5 tablet
Aminofilin 0,2 ● Aminofilin = 200 mg x 10 = 10 tablet
m.f. pulv. dtd X B. Menggerus tablet dan membagi sediaan (tidak usah sampai
S. 3 dd I pc melipat)
Tugas: 1) Menggunkan APD (masker → sarung tangan)
1. Hitung jumlah tablet yang diambil 2) Menyiapkan mortir dan stamper
2. Menggerus tablet dan membagi sediaan (tidak 3) Mengambil 5 tablet fenobarbital 30 mg dan 10 tablet
usah sampai melipat) aminofilin 200 mg
3. Membuat etiket 4) Memasukkan 10 tablet aminofilin 200 mg ke dalam mortir →
4. Menyerahkan obat ke pasien dan beri informasi gerus ad homogen
yang diperlukan (penguji sebagai pasien) 5) Mengambil (4) menggunakan spatel dan meletakkan di kertas
Alat yang tersedia di station: perkamen
● Fenorbarbital 30 mg 6) Memasukkan 5 tablet fenobarbital 30 mg ke dalam mortir →
● Aminofilin 200 mg gerus ad homogen
● Mortir + stamper 7) Memasukkan (5) ke (6) secara geometric dillution → gerus ad
● Spatel (2) homogen
● APD 8) Mengambil (7) dan membagi menjadi 2 di kertas perkamen
● Hand sanitizer 9) Masing-masing 1 bagian dibagi menjadi 5 secara visual di
● Tisu kertas perkamen
● Perkamen. C. Membuat etiket
D. Menyerahkan obat ke pasien dan beri informasi yang diperlukan
(penguji sebagai pasien)
● Nama obat dan jumlah : Resep racikan yang mengandung
fenobarbital 150 mg dan aminofilin 2 g sebanyak 10 bungkus
puyer
● Indikasi : digunakan untuk mengatasi sesak dan kejang
● Aturan pakai : sehari 3 kali 1 bungkus puyer sesudah makan
● Penyimpanan : disimpan pada suhu ruang dan terlindung
cahaya. Obat ini dapat disimpan dan digunakan sampai 1
bulan sejak tanggal hari ini
● ESO : jika mengalami gejala seperti pusing, mual, muntah
secara belebihan sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter

ROUND 1 STATION 4 Penyelesaian


1. Nama dan jumlah masing-masing jenis obat
● Diminta : Amoxsan Syr fl I → tersedia (dibawah)

Dosis sehari pasien berdasarkan resep = 3 dd cth 1 = 3 x 5 mL


= 15 mL. 1 botol sirup = 60 mL (untuk 4 hari)
Amoxsan sirup = 250 mg/5mL x 60 mL = 3000 mg
Tersedia : Amoxsan drop 100 mg/15 mL, amoxsan 250 mg,
dan amoxsan 500 mg
Sehingga yang disiapkan yaitu 3000 mg/500 mg = 6 kapsul
amoxsan 500 mg → dibuat menjadi 3 x 4 hari = 12 bungkus
● Diminta : Proris syrup fl I
Sehingga yang disiapkan yaitu proris suspensi 100 mg/5
mL sebanyak 1 botol
2. Cara penyiapan
Rek aku lali seng carane nambah glukosa iku. Ngitunge teko
hasil penimbangan tablet terus dikurangi ta keepo. Hehe purane
a. Menggunakan APD (masker → sarung tangan)
b. Menyiapkan alat dan bahan
c. Menyetarakan timbangan miligram
d. Mengambil 6 kapsul amoxsan 500 mg
e. Menimbang 6 kapsul amoxsan 500 mg menggunakan kertas
perkamen dengan timbangan miligram → mencatat beratnya
f. Mengeluarkan isi kapsul dan memasukkan ke dalam mortir →
menggerus ad homogen
g. Menghitung glukosa
Berat per bungkus (misal : 400 mg x 12 bungkus = 4800 mg)
Glukosa = 4800 - (berat 6 kapsul amoxsan 500 mg)
=…
h. Mengambil dan menimbang glukosa ………. mg
menggunakan kertas perkamen dan sendok penyu dengan
timbangan miligram
i. Memasukkan ke dalam mortir → campur dan gerus ad
homogen
j. Membagi menjadi 2 di kertas perkamen dengan bantuan
timbangan miligram
k. Masing-masing 1 bagian dibagi menjadi 6 secara visual di
kertas perkamen
l. Membungkus masing-masing puyer
m. Memberikan etiket dan salinan resep
n. Memasukkan ke kertas klip
o. Membersihkan meja kerja dengan menggunakan disinfektan
dan tisu
p. Membuang tisu ke tempat sampah
3. Bukti tertulis → copy resep dan stempel apotek ???

ROUND 2 STATION 2 Penyelesaian


1. Perhitungan, nama dan jumlah obat
● Diminta ambroxol tablet 15 mg x 12 = 180 mg
Tersedia ambroxol 30 mg
Sehingga , 180 mg/ 30 mg = 6 tablet
● Diminta CTM tablet 3 mg x 12 = 36 mg
Tersedia CTM 4 mg
Sehingga, 36 mg / 4 mg = 9 tablet
2. Dituliskan pada kartu stock
Kartu stock : Ambroxol 30 mg tablet
● Tanggal : 5/9/20
● Keluar : 6 tablet
● Sisa : (1 box/100 tablet) - 6 tablet = 94 tablet
● Ttd
Kartu stock : CTM 4 mg tablet
● Tanggal : 5/9/20
● Keluar : 9 tablet
● Sisa : (1 botol/100 tablet) - 9 tablet = 91 tablet
● Ttd
3. Penyiapan obat mengacu pada gambar dan alat
a. Menggunakan APD (masker → sarung tangan)
b. Menyiapkan alat
c. Menyetarakan timbangan miligram
d. Menimbang 6 tablet ambroxol menggunakan kertas
perkamen dan sendok penyu dengan timbangan miligram →
mencatat beratnya
e. Memasukkan 6 tablet ambroxol ke mortir → gerus ad
homogen
f. Memindahkan ke kertas perkamen menggunakan sudip
g. Menimbang 9 tablet CTM menggunakan kertas perkamen
dan sendok penyu dengan timbangan miligram → mencatat
beratnya
h. Memasukkan 9 tablet CTM ke mortir → gerus ad homogen
i. Memasukkan (e) ke dalam (h) secara geometric dillution
j. Memindahkan ke kertas perkamen menggunakan sudip
k. Menghitung glukosa
Berat per bungkus (misal : 400 mg x 12 bungkus = 4800 mg)
Glukosa = 4800 - (berat 6 tablet ambroxol + 9 tablet CTM)
= …….. mg
l. Mengambil dan menimbang glukosa ………. mg
menggunakan kertas perkamen dan sendok penyu dengan
timbangan miligram
m. Memasukkan ke dalam mortir → memasukkan (j) secara
geometric dillution → gerus dan campur ad homogen
n. Membagi menjadi 2 di kertas perkamen dengan bantuan
timbangan miligram
o. Masing-masing 1 bagian dibagi menjadi 6 secara visual di
kertas perkamen
p. Membungkus masing-masing puyer
q. Memberikan etiket dan salinan resep
r. Memasukkan ke kertas klip
s. Membersihkan meja kerja dengan menggunakan disinfektan
dan tisu
t. Membuang tisu ke tempat sampah
ROUND 2 STATION 5 Penyelesaian
1. Menyebutkan
a. Alasan menyiapkan obat bentuk sirup dan serbuk terbagi
● Sirup

Berdasarkan pustaka, sifat bahan dari eritromisin ethyl


succinate yaitu higroskopis → lebih baik dalam bentuk
larutan karena lebih stabil dalam penyimpanan.
Aturan pakai untuk eritromisin yang diindikasikan untuk
antibiotik → diminum sampai habis
● Serbuk terbagi
Obat-obat (selain eritromisin) ditujukan untuk pengobatan
secara simptomatis sedangkan eritromisin digunakan
untuk antibiotik (dimana obat harus diminum sampai
habis) → keduanya tidak dapat dicampur.
Sehingga penyiapan obat serbuk terbagi digunakan untuk
obat lainnya yaitu parasetamol, CTM, dan bromhexin.
b. Bahan aktif
● Sirup → eritromisin etil suksinat 200 mg
● Serbuk terbagi → parasetamol, bromhexin HCl dan
CTM/chlorpheniramin maleat
2. Penyiapan obat bentuk sirup
Petunjuk di obat :

a. Menggunakan APD (masker → sarung tangan)


b. Menyiapkan gelas ukur dan pipet
c. Menuangkan aquades kedalam gelas ukur sebanyak 52 mL
d. Menambahkan aquades ad 54 mL kedalam gelas ukur dengan
bantuan pipet tetes
e. Menepuk-nepuk botol eritromisin terlebih dahulu agar serbuk
obat tidak ada yang menempel pada dinding botol
f. Membuka tutup botol
g. Menambahkan aquades ad 54 mL pelarut
h. Mengocok botol hingga serbuk obat larut dalam aquades
i. Mengocok botol kembali hingga didapatkan sirup yang
homogen
3. Komponen yang ditulis di etiket untuk obat bentuk sirup
ROUND 3 STATION 3 Penyelesaian
1. Informasi yang perlu digali
a. Gejala yang dialami pasien → untuk memastikan indikasi
obat
b. Umur → terkait dengan dosis obat
c. 3 prime question ???
Apa yang dikatakan dokter terkait indikasi obat?
Apa yang dikatakan dokter terkait aturan penggunaan obat?
Apa yang dikatakan dokter terkait harapan/outcome
penggunaan obat?

Informasi tambahan

Efek samping → pustaka


Peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan
dapat terjadi dengan siproheptadin
Cyproheptadine telah banyak digunakan sebagai perangsang
nafsu makan, termasuk untuk anoreksia nervosa dan cachexia
(lihat di bawah Megestrol, hal.2115), tetapi dalam jangka
panjang tampaknya memiliki sedikit nilai dalam menghasilkan
penambahan berat badan dan penggunaan seperti itu tidak lagi
direkomendasikan secara umum. Ada kekhawatiran bahwa
siproheptadin sedang dipromosikan dan digunakan secara
tidak tepat sebagai perangsang nafsu makan di beberapa
negara berkembang.
2. Pelayanan resep
a. Permasalahan penyiapan kedua obat
● Heptasan (cyproheptadine 4 mg) → merupakan tablet
salut film dimana ketika digerus dapat mengakibatkan
degradasi obat yang cepat, rsa obat menjadi tidak enak,
menyebabkan iritasi pada kulit pasien atau pemberi obat
● Curcuma plus sirup → terdapat varian untuk curcuma
plus dan masing-masing hanya tersedia 1 botol sedangkan
yang diminta 2 botol
b. Penyiapan kedua obat
Puyer
1. Menggunakan APD (masker → sarung tangan)
2. Menyiapkan alat
3. Menyetarakan timbangan miligram
4. Menimbang 12 tablet cyproheptadine menggunakan
Cyproheptadine 4 mg kertas perkamen dan sendok penyu dengan timbangan
miligram → mencatat beratnya
5. Memasukkan 6 tablet ambroxol ke mortir → gerus ad
homogen
6. Mengayak sediaan menggunakan ayakan dan meletakkan
di kertas perkamen
7. Menghitung glukosa
Berat per bungkus (misal : 300 mg x 60 bungkus = 18 g)
Glukosa = 18000 - (berat 60 tablet cyproheptadine)
= …….. mg
8. Mengambil dan menimbang glukosa ………. mg
menggunakan kertas perkamen dan sendok penyu dengan
timbangan miligram
9. Memasukkan ke dalam mortir → memasukkan (6) secara
geometric dillution → gerus dan campur ad homogen
10. Membagi menjadi 2 di kertas perkamen dengan bantuan
timbangan miligram → masing2 dibagi menjadi 2 → 4
11. Membungkus masing-masing puyer
12. Memberikan etiket dan salinan resep
13. Memasukkan ke kertas klip
14. Membersihkan meja kerja dengan menggunakan
disinfektan dan tisu
15. Membuang tisu ke tempat sampah
16.
Curcuma plus sirup ????????????

Tambahan informasi obat

Curcuma Plus Sharpy Rasa Jeruk Sirup 60 ml Indikasi Umum


Suplemen yang bermanfaat untuk menambah
nafsu makan, membantu perkembangan sel otak,
dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Komposisi
Per 5 mL : Prebiotik 500 mg DHA 32 mg,
kurkuminoid 2 mg, Vitamin B1 3 mg, Vitamin
B2 2 mg, Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5 mcg,
Beta Karoten 10% 4 mg, Dekspantenol 3 mg
Dosis
1-6 tahun : 1 sendok teh (5 mL) 1 kali sehari.
Aturan Pakai
Sebaiknya diberikan setelah makan

Curcuma Plus Support Appetite Sirup 60 ml Indikasi Umum


Suplemen untuk meningkatkan nafsu makan dan
sebagai terapi alternatif Hepatitis.
Komposisi
Per 5 mL: Vit.B1 3 mg, vit.B2 2 mg, vit.B6 5 mg,
vit.B12 5 mcg, Beta-carotene 10% 4 mg,
Dexpanthenol 3 mg, Curcuminoid 2 mg.
Dosis
Anak : 1 sendok takar 1-2 kali/hari.
Aturan Pakai
Sesudah makan

Curcuma Plus Fruit Veggie Sirup Rasa Jeruk Indikasi


100ml (per Botol) Curcuma Plus Fruit Veggie merupakan vitamin
dengan kandungan curcuma dan ekstrak buah
serta sayuran yang dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi pada anak dan dewasa serta membantu
meningkatkan nafsu makan.
Komposisi
Temulawak 13,33 mg, ekstrak buah dan sayur
400 mg
Dosis
Anak 1-6 tahun : 1 x sehari 1 sendok takar
Aturan Pakai
Sesudah makan

CURCUMA PLUS EMULSION JERUK 200 Indikasi / Manfaat / Kegunaan :


ML Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada
masa pertumbuhan dan membantu meningkatkan
daya tahan tubuh.
Komposisi
Tiap sendok makan (15 ml) mengandung :
Vitamin A 850 I.U, Vitamin B1 3 mg, Vitamin
B2 2 mg, Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5 mg,
Vitamin B5/Dekspantenol 3 mg, Vitamin D 100
I.U, Kalsium Hipofosfit 500 mg, Minyak Ikan
Kod 7,5 mg, Ekstrak Curcuma xanthorrhiza 10
mg
Dosis
Anak-anak : 1 - 6 tahun : 1 kali sehari 1 sendok
makan
Aturan Pakai
Sesudah makan

Curcuma Plus Gold Jeruk 100 ml Indikasi Umum


Membantu memenuhi kebutuhan vitamin selama
masa pertumbuhan membantu memelihara
kesehatan Membantu memperbaiki napsu makan
Komposisi
Mengandung curcuma, lysine, choline dan
vitamin B kompleks.
Dosis
Anak -anak : 1 - 6 th : 1 sendok Makan (15 ml),
diminum 1 kali per hari
Aturan Pakai
Sesudah makan
Keterangan: O = Osce; S = Station; R=Round
Osce soal di Latihan Angkatan 110
Round soal di OSCE KALANGAN SENDIRI

Anda mungkin juga menyukai