Oleh :
Tujuan percobaan penepungan adalah untuk menurunkan kadar air dalam bahan
pangan sampai batas tertentu sehingga meminimalkan serangan mikroba dan insekta
perusak dan menghasilkan bahan yang siap diolah lebih lanjut.
PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip percobaan penepungan adalah berdasarkan perpindahan panas secara
konduksi dan konveksi serta berdasarkan pengurangan kadar air sampai batas tertentu dan
dilanjutkan dengan proses reduksi sampai berukuran 100 mesh sehingga berbentuk
tepung
DIAGRAM ALIR
Umbi-umbian
Kotoran &
Sortasi benda
asing
Trimming Kulit
Penimbangan
Reduksi Ukuran
Penirisan Air
Penggilingan
Pengayakan
Tepung
Penimbangan
Pengamatan
𝑊 𝑇 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠
% T. halus = 𝑊 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
17,27
= 70
x 100%
= 24,67 %
𝑊 𝑇 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟
% T. kasar = 𝑊 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
0,38
= 70
x 100%
= 0,54 %
𝑊𝑙𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% Lost Produk = 𝑊𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 x 100%
0,26
= x 100%
17,91
= 1,45 %
CCP pada proses pembuatan tepung singkong hal yang harus diperhatikan yaitu
pada saat proses perendaman, pengeringan, dan penggilingan. Pada saat perendaman hal
yang harus diperhatikan yaitu bahan tambahan yang digunakan dan lamanya waktu
perendaman. Lamanya waktu perendaman ini dapat mengakibatkan warna tepung yang
dihasilkan tidak sesuai yang diinginkan, malah dapat mengakibatkan penurunan mutu
produk. Pada proses pengeringan, hal yang harus diperhatikan yaitu suhu yang
digunakan. Para suhu yang terlalu tinggi, dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa case
hardening yang tidak diinginkan sehingga dapat menurunkan kualitas tepung. Selain itu,
hal yang harus diperhatikan yaitu pada saat penggilingan, dimana penggilingan ini harus
dilakukan saat bahan sudah dingin. Hal ini karena apabila penggilingan dilakukan dalam
keadaan panas makan tepung yang dihasilkan akan menggumpal sehinnga menghambat
pross pengolahan dan kualitas tepung yang dihasilkan kurang memuaskan.
FUNGSI PERLAKUAN
1. Pada proses sortasi, dilakukan proses pemilihan dengan tujuan atau berfungsi
untuk memisahkan kotoran-kotoran dari benda asing yang terdapat pada bahan
serta untuk memilih singkong yang benar-benar mempunyai kualitas seperti
mulus, tidak cacat, tidak busuk dan sebagainya yang dapat mempengaruhi hasil
akhir produk tersebut.
2. Setelah itu, singkong di lakukan proses blanching yang berfungsi untuk
menginakftifasi enzim, dan digunakan untuk perlakuan awal sebelum proses
pengeringan. Selain itu, proses blanching ini berfungsi untuk menghilangkan bau
dan flavor yang tidak dikehendaki. Sedangkan pada pembuatan tepung dengan
cara perendaman 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 dan perendaman air biasa yaitu untuk mencegah
terjadinya reaksi pencoklatan dan untuk memucatkan warna
3. Kemudian, singkong dikeringkan dalam suatu alat pengering yaitu tunnel dryer
pada suhu 70°C selama 5-6 jam dimana fungsinya untuk mengeringkan bahan
dengan mengeluarkan sebagian air dari suatu bahan yang menggunakan energi
panas,
4. Lalu bahan hasil pengeringan, kemudian digiling yang berfungsi untuk merubah
chips dari singkong yang sudah kering menjadi bentuk tepung, penggilingan
dilakukan menggunakan chopper.
5. Kemudian bahan yang telah digiling diayak dengan tujuan untuk mendapatkan
ukuran tepung yang halus dan seragam
Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung dengan cara blanching
ini yaitu singkong dan uap panas. Singkong merupakan sejenis tanaman pangan
golongan umbi-umbian yang berbentuk lonjong.
PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan proses pencampuran sari buah
dengan bahan tambahan berupa albumin yang telah dikocok sebelumnya sehingga
membentuk buih lalu dilakukan pengeringan dan hasilnya digiling hingga membentuk
serbuk.
DIAGRAM ALIR
Buah
Trimming Kulit
Foto
Albumin Penghancuran
Proses
Pengolah
Pembuihan an Bubur buah
Foaming
Pencampuran
Dekstrin
Pengocokan 15’
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Foaming
= 7,5 gram
𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
2. CMC 1% = x Basis
100
1
= x 75
100
= 0,75 gram
𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
3. Dekstrin 15% = 100
x Basis
15
= 100 x 75
= 11,25 gram
𝐹𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
4. Bubur buah 74% = 100
x Basis
74
= 100 x 75
= 55,5 gram
= 24,32%
𝑊 𝐹 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
% Foaming kasar = 𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100
0,2
= 75
x 100
= 0,267 %
𝑊 𝐹 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠+𝑊 𝐹 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟
% Produk = 𝑊𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100
18,34+0,2
= 75
x 100
= 24,72 %
W produk = W F halus + W F kasar
= 18,24 + 0,2
= 18,44 gram
W Lost Produk = W. Bahan Kering – (W T halus + W T kasar)
= 22,86-(18,24+0,2)
= 4,42 gram
𝑊 𝐿𝑜𝑠𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
% Lost Product = 𝑊 𝐵 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
x 100
4,42
= x 100
22,86
= 19,34%
FUNGSI PERLAKUAN
1. Trimming
Berfungsi untuk memisahkan daging buah naga dari kulit dan membersihkan
buah naga dari kotoran dan bagian lainnya yang tidak diperlukan.
2. Pencucian
Berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada buah.
3. Pemotongan
Berfungsi untuk memperkecil ukuran bahan sehingga memudahkan dalam proses
selanjutnya.
4. Penghancuran
Berfungsi untuk memperoleh bubur buah sehingga memudahkan dalam
pemisahan antara sari buah dan ampasnya.
5. Pencampuran
Berfungsi untuk memperoleh bahan yang homogen dengan ditambahkan albumin dan
dekstrin lalu dimixer supaya dapat membentuk buih-buih untuk foaming, sedangkan buah
yang telah dihancurkan dicampurkan dengan CMC. Proses selanjutnya yaitu proses
pencampuran semua bahan yang diantaranya yaitu albumin yang telah dikocok
sebelumnya, dekstrin, CMC, dan bubur buah kemudian dilakukan proses pengocokan
menggunakan mixer selama 15 menit agar semua bahan dapat tercampur serata merata
dan sempurna.
6. Pengocokan
Berfungsi untuk mengembangkan dan mencampur adonan hingga merata dan
memiiki ukuran yang seragam. Sehingga akan membentuk buih dan adonan
mengembang dengan membesarnya rongga-rongga antar molekul bahan.
7. Pengeringan
Berfungsi untuk mengurangi sebagian kadar air yang terdapat pada bahan hingga
batas tertentu, sehingga dapat meminimalisir terserangnya mikroba dan insekta
perusak.
8. Penggilingan
Berfungsi untuk memperkecil ukuran bahan yang telah dikeringkan sehingga
memudahkan pemisahan antara tepung halus dan tepung kasar.
9. Pengayakan
Berfungsi untuk mendapatkan ukuran bahan yang seragam.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan foaming
diantaranya yaitu bubur buah naga, dekstrin, albumin, dan CMC. Bubur buah naga
merupakan buah naga yang telah dihancurkan, dimana bubur buah ini merupakan bahan
utama yang digunakan dalam pembuatan foaming. Adapun bahan tambahan lainnya yaitu
dekstrin, dimana dekstrin ini berfungsi untuk mengikat albumin dan menambah volume
foam, albumin yang berfungsi untuk membentuk buih, dan CMC yang berfungsi sebagai
penstabil dan pengemusi.
Pada umumnya, pembuih (Foaming Agent) merupakan bahan tambahan pangan
untuk membentuk atau memlihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan berbentuk
cair atau padat (PerKBOM, 2013).Macam-macam foaming agent sebagai bahan tambahan
pangan yang diijinkan diantaranya yaitu gom xanthan, selulosa mikrokristalin dan etil
metil selulosa. (Rosita , 2016).
CCP
CCP pada proses pembuatan foaming buah naga yaitu pada proses penghancuran,
pembuihan (pengocokan), pencampuran, pengeringan, dan penggilingan. Pada proses
penghancuran buah harus dihancurkan secara merata sehingga tidak ada buah yang tidak
terhancurkan karena dapat mempengaruhi kehalusan hasil produk. Pada proses
pembuihan, pengocokan putih telur harus dilakukan dengan benar agar terbentuk busa
yang stabil dan jika wadah dibalikan putih telur yang telah dikocok tidak tumpah
sehingga hasil foamnya bagus.
3. KIMCHI
TUJUAN PERCOBAAN
PRINSIP PERCOBAAN
Sawi
Trimming
Reduksi Ukuran
Penirisan
Air dan
tepung
Bawang beras
putih, bawang
bombay, jahe,
kecap ikan
Pemasakan
Kimchi Segar
Pada proses pembuatan kimchi CCP terdapat pada proses pencucian, fermentasi,
dan trimming.
Perubahan fisik dari sawi ke kimchi yaitu dari yang tekstur bahan utama yaitu
sawi putih yang sangat bergetas menjadi agak lembek setelah proses pemanasan namun
tetap renyah dan terasa segar karena perpaduan bumbu dan bahan lain.Perubahan kimia
pada kimchi yaitu dari rasa sawi yang netral menjadi agak asam dan segar karena proses
fermentasi bakteri asam laktat. Karakteristik yang paling penting adalah perubahan
komposisi gula dan vitamin (terutama asam askorbat), pembentukan dan akumulasi asam
organik, dan degradasi tekstur dan pelunakan. Nutrisi, kimchi merupakan sumber penting
dari vitamin, mineral, serat, dan nutrisi lainnya(Zircon,2015).
MEKANISME
Pada fermentasi kimchi, pH awal yang berkisar antara 5,5 dan 5,8 turun k pH
optimum antara 4,5 dan 4,2 dan turun lagi lebih lanjut ke pH 4,0 apabila waktu fermentasi
diperpanjang. Total keasaman optimum adalah antara 0,4% dan 0,75% asam laktat,
meningkat menjadi 1,0% asam laktat apabila fermentasi terlalu lamadan menjadi antara
1,5% dan 2,0% asam laktat pada stadium pembusukan. Kandungan gula pereduksi kimchi
menurun selama proses fermentasi berlangsung. Asam – asam organik yang terdapat pada
kimchi terdiri asam laktat, asetat, sitrat, malat, fumarat, suksinat, oksalat, tartarat,
malonat, maleat, dan glikolat apabila dibandingkan dengan kimchi yang difermentasi
pada suhu antara 22 Namun, kandungan asam sitrat tidak dipengaruhi oleh temperatur.
Konsentrasi garam yang terlalu tinggi menyebabkan penurunan kandungan asam asetat.
(Amalia, 2015).
FORMULASI
Diketahui :
Basis 500 gram
Tepung beras 3,36%
Bawang Putih 1,24%
Bawang Bombay 3,04%
Jahe 0,87%
Kecap Ikan 3%
Pasta Cabai 3,21%
Gula 1,78 %
Bubuk cabe 3,2%
Cabe rawit 1,0 %
Ditanyakan : % Produk?
Jawab :
Formulasi
1. Sawi = 100
x Basis
79,30
= x 500
100
= 396.5 gram
Formulasi
2. Tepung beras = 100
x Basis
3,36
= 100
x 500
= 16,8 gram
Formulasi
3. Bawang Putih = 100
x Basis
1,24
= 100
x500
= 6,2 gram
Formulasi
4. Bawang Bombay = x Basis
100
3,04
= 100
x 500
= 15,2 gram
Formulasi
5. Jahe = 100
x Basis
0,87
= 100
x 500
= 4,32 gram
Formulasi
6. Kecap Ikan = x Basis
100
3,
= 100 x 500
= 15 gram
Formulasi
7. Pasta Cabai = x Basis
100
3,21
= 100
x 500
= 16,05 gram
Formulasi
8. Cabe rawit = x Basis
100
1
= 100 x 500
= 5 gram
Formulasi
9. Bubuk cabe == 100
x Basis
3,2
= 100 x 500
= 16 gram
Formulasi
10. Gula = 100
x Basis
1,78
= x 500
100
= 8,9 gram
Wproduk
11. % Produk = Wbasis
x 100
494
= 500 x 100
= 98,8%
MATERI 2
1. FOODBAR
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara pembuatan olahan pangan darurat berbentuk bar yang
berisi nutrisi yang dapat memenuhi kalori sesuai standar kebutuhan.
Prinsip Percobaan
Berdasarkan pencampuran seralia, kacang-kacangan dan bahan pengisi yang
dicetak dan dipanggang sehingga teksturnya keras dan kotak dan dipotong sehingga
membentuk bar.
DIAGRAM ALIR
T.Umbi, T. Kacang.,
T. Meizena
Pindekas 17 %,
T.maizena 5%,icing
sugar 2%,
Pencampuran I t: 5-10’
Margarin cair,
Pencampuran II t:5’
susu UHT
Pencetakan
Pemotongan
Food Bar
10
Tepung Kacang = 100 x 200 = 20 gram
5
Tepung Maizena = 100 x 200 = 10 gram
8
Icing Sugar = 100 x 200 = 16 gram
7
Pindekas = x 200 = 14 gram
100
10
Madu = 100 x 200 = 20 gram
1
Margarine Cair = 100 x 200 = 2 gram
32,5
Susu UHT = x 200 = 65 gram
100
3,5
Dired Coconut = 100 x 200 = 7 gram
7
Kismis = x 200 = 14 gram
100
Wproduk 158
% Produk = W basais
x 100 % = 200
x 100 % = 79 %
CCP
Critical Control Point (CCP) pada proses pembuatan foodbar yaitu pada proses
pemanggangan. Dalam proses ini suhu dan waktu pemanggangan harus diperhatikan. Apabila suhu
dan waktu yang digunakan terlalu tinggi dan waktu tidak diperhatikan, dapat menyebabkan bahan
menjadi gosong sehingga kualitasnya tidak baik.
SYARAT BAHAN
Adapun syarat bahan yang digunakan dalam pembuatan foodbar yaitu salah satunya dimana
bahan baku yang digunakan harus berpotensi memiliki keragaman luas dan potensial untuk
dikembangkan sebagai sumber pangan, baik ditinjau dari ketersediaan, keanekaragaman maupun dari
sisi nilai gizi. Hal ini karena pada umumnya foodbar merupakan makanan darurat sehingga acupan
nutrisi yang ada didalamnya harus bisa memenuhi kebutuhan kalori manusia perharinya. (Hawa, dkk.
2011)
MIE BASAH
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses pembuatan mie kering sebagai diversifikasi produk olahan yang
dapat menambah nilai ekonomis.
Prinsip Percobaan
Berdasarkan proses pembentukan struktur gluten dari gliadin dan glutenin yang membuat adonan
menjadi elastis dialnjutkan dengan pengeringan sehingga adonan menjadi kering dan renyah
DIAGRAM ALIR
Terigu
Tepung,soda
kue,air,garam,sari Pencampuran hingga kalis
sayur
Penirisan Air
Penimbangan
Mie Basah
1. Proses pencampuran bertujuan untuk menghidrasi tepung dengan air dan bahan lain seperti
tepung, telur, garam, dan soda kue hingga membuatnya merata dan mencampur dan
membuat adonan dengan bentuk jaringan gluten dengan cara meremas-remas adonan
2. Mixing berfungsi untuk mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi
yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan glutein hingga
tercapai adonan yang kalis. Adapun yang dimaksud kalis adalah pencapaian pengadukan
maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan. Tanda-tanda adonan telah
kalis adalah jika adonan tidak lagi menempel di wadah atau di tangan atau saat adonan
dilebarkan (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
3. Pembentukan lembaran ini diulang beberapa kali untuk mendapatkan lembaran yang tipis.
Tujuan penipisan adalah menghaluskan serat-serat gluten dan membuat adonan menjadi
lembaran.
4. Tujuan pembaluran dengan tepung tapioka adalah agar adonan tidak lengket dan menempel
sehingga dihasilkan lembaran tipis yang kalis, tidak lengket, dan tidak rapuh.
(Widyaningsih dan Murtini, 2006)
5. Proses pembuatan untaian bertujuan untuk mengubah lembaran mie menjadi untaian mie
yang dilakukan dengan memasukan lembaran mie kedalam pencetak mie sehingga
terbentuk mie yang panjang.
Tepung terigu yang digunakan sebaiknya yang mengandung gluten 8-12%. Gluten bersifat
elastis sehingga akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur mie yang dihasilkan (Widyaningsih
dan Murtini, 2006)
Dalam pembuatan mie, penambahan garam dapur berfungsi member rasa, memperkuat tekstur
mie, meningkatkan fleksibilitas, dan elastisitas mie serta untuk mengikat air. Selain itu garam dapur
dapat menghambat aktifitas enzim protease dan amylase sehingga pastatidak bersifat lengket dan
tidak mengembang secara berlebihan.
Penambahan telur dimaksudkan untuk meningkatkan mutu protein mie dan menciptakan
adonan yang lebih liat sehingga tidak mudah putus-putus. Putih telur berfungsi untuk mencegah
kekeruhan saus mie waktu pemasakan. Penggunaan putih telur harus secukupnya saja karena
pemakaian yang berlebihan akan menurunkan kemampuan mie menyerap air (daya dehidrasi) waktu
direbus.
Soda kue berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas mie, meningkatkan kehalusan tekstur, serta meningkatkan sifat kenyal.
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat (akan mengembang),
melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Air yang digunakan harus air yang memenuhi
persyaratan air minum, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
CCP
Pada proses pembuatan mie CCP terletak pada proses pemilihan baku uataman dimana tepung
terigu yang digunakan haruslah memiliki kadar protein yang tinggu serta pemilihan bahan baku
penunjang untuk mencegah cemaran kimia dari BTP yang digunakan. Hal selanjutnya dadalah
pencampuran dengan air dimana apabila air terlalu banyak maka adonan akan lembek karena hidrasi
tepung dengan air berlebihan sehingga tidak optimal. Proses pemasakan. Proses pemasakan
merupakan satu-satunya proses pemanasan di dalam pengolahan mie yang dapat menghilangkan
mikroba berbahaya dan mikroba pembusuk yang mungkin terdapat di dalam bahan baku dan bahan
penolong. Pemberian minyak. Minyak goreng ditambahkan setelah pemasakan mie hal ini dilakukan
untuk mengurasi sifat lengket yang ditimbulkan mie sehingga dapat mencegah mie saling menempel
satu sama lain, dan yang terakhir adalah Pengemasan, pengemasan ditujukan untuk menghindarkan
produk dari kemungkinan kontaminasi selama distribusi dan penjualan serta mencegah kerusakan
produk. Kemasan yang digunakan harus tepat dan penutupan kemasan harus rapat dan tidak bocor.
(Agustini, 2008)
FORMULASI
Mie Basah
Diketahui : Basis 200 gram
59,9
Tepung cakra kembar = 100
x 200 = 119,8 gram
0,6
Garam = 100 x 200 = 1,2 gram
0,5
Soda Kue = 100 x 200= 1 gram
12
Telur = 100 x 200 = 21 gram
18
Sayuran = x 200= 36 gram
100
9
Air = 100 x 200= 18 gram
𝑊 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% produk = 𝑊 𝐵𝑎𝑠𝑖𝑠
x 100
364
= 200 x 100 = 182 %
MEKANISME
Mekanisme terbentuknya gluten pada pembuatan mie adalah gliadin dan glutenin yang terdapat
dalam tepung terigu jika ditambahkan air dan dilakukan pengulenan sehingga membentuk adonan
atau dough akan membentuk susbtansi yang lengket dan elastis.
PERUBAHAN FISIKKIMIA
Secara fisik perubahan dalam pembuatan mie diantaranya adalah perubahan bentuk dimana mie
berubah yang asalnya bahan baku berbentuk serbuk menjadi sebuah pasta dan di panaskan sehingga
menghasilkan bentuk yang kompak dan tidak saling putus. Secara kimia adanya reaksi antara gluten
dan karbohidrat sehingga menghasilkan gluten yang mempunyai sifat kenyal / elastis. Dalam mie juga
mengalami proses gelatinisasi pati dan proses koagulasi pada gluten sehingga menyebabkan mie
menjadi elastis. Ini disebabkan karena putusnya ikatan hidrogen pada ikatan komplesk pati dan gluten
sehingga lebih rapat.
MINYAK KELAPA
TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui cara pembuatan minyak baik secara
tradisional, cara fermentasi maupun cara asam.
DIAGRAM ALIR
Krim santan
Pemanasan I
Pemanasan II Galendo
FUNGSI PERLAKUAN
CCP
Tahapan proses yang termasuk Critical Point adalah penerimaan buah kelapa, pemarutan,
pengeringan, pemurnian, dan pembotolan. Pada penerimaan buah kelapa ada tidaknya
bahaya tidak dapat teridentifikasi, namun demikian harus diperhatikan tingkat ketuaan
kelapa. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas dan rendemen minyak yang
dihasilkan. Pemarutan buah kelapa bertujuan untuk memperkecil ukuran daging buah
kelapa sehingga mempermudah proses pengeringan dan pemisahan minyak, namun
demikian pengendalian harus dilakukan agar pemarutan yang dilakukan tidak terlalu
halus karena pada proses pengepresan akan terbawa oleh minyak dan menjadi cemaran
bagi minyak yang dihasilkan.
FORM ULASI
Minyak Modern
Basis : 250 gram
Berat produk : 9 gram
9
% produk = x 100 = 3,6 %
250
PERUBAHAN FISIKOKIMIA
Dalam proses pembuatan minyak kelapa dapat digunakan asam – asam seperti
asam asetat, asam sitrat, HCI, H2SO4 yang dapat membuat pH menjadi sekitar 4,6. Fungsi
penambahan asam ini adalah agar protein yang terdapat didalam skim berada pada titik
isoelektriknya sehingga protein tidak bermuatan yang menyebabkan protein dapat
menggumpal dan hasil samping dari protein yang menggumpal tersebut adalah berupa
galendo. Protein pada proses pengolahan minyak harus dihilangkan agar warna minyak
menjadi lebih bening dan miyak pun dapat lebih tahan lama.
MATERI 3
GUMMY CANDY
Tujuan Percobaan
Prinsip Percobaan
Syarat buah yang dapat ditambahkan pada pembuaan gummy candy ini
tergantung pada kebutuhannya. Buah apapun pada dasarnya dapat ditambahkan
sebagai diversifikasi produk soft candy. Namun, karena adanya perbedaan
karakteristik tiap buah maka komposisi bahan tambahan dan utamanya harus
disesuaikan.
CCP
CCP dari pembuatan gummy candy adalah pada proses pemasan dimana
suhu yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi supaya tidak terjadi browning non
enzimatis dan karamelisasi. Selain itu pH bahan harus diperhatikan agar tidak
tidak terjadi sineresis. Selanjutnya, dalam pencetakan, mentega yang dioleskan
pada cetakan tidak boleh terlalu banyak agar tektr permen tidak melunak dan
berminyak
FORMULASI
40,85
sari buah = x100 = 40,85 gram
100
5
gelatin = x100 = 5 gram
100
30,51
sukrosa = x100 = 30,51 gram
100
18,34
sirup jagung = x100 = 18,34 gram
100
3,5
agar − agar = x100 = 3,5 gram
100
0,30
as. sitrat = x100 = 0,30 gram
100
1,5
perisa = x100 = 1,5 gram
100
w produk
% Produk = x100%
w basis
46,08
= x100%
100
= 46,08 %
SELAI LEMBARAN
TUJUAN
Tujuan percobaan pembuatan sorbet yaitu untuk mengetahui cara
pembuatan selai lembaran sebagai diversifikasi pengolahan buah dan untuk
meningkatkan nilai mutu ekonomis serta memperpanjang umur simpan.
PRINSIP
Prinsip percobaan pembuatan yaitu berdasarkan pemanasan bubur buah
dengan penambahan gula, pektin, agar-agar, margarin, dan asam sitrat, sehingga
konsentrasi stabil selama penyimpanan.
DIAGRAM ALIR
Buah
Sortasi Buah
Apkir
Trimming Kotoran,
biji, kulit
Bubur Buah
Penimbangan
Sukrosa,
pektin, agar-
Pencampuran
agar,
margarin,
asam sitrat Pemanasan T: 800C t:15’ Uap
Air
Pencetakan
Selai
Lembaran
Selai lembaran merupakan modifikasi dari selai yang semi padat menjadi
berbentuk lembaran. Selai lembaran juga merupakan bahan dengan konsistensi gel
atau semi gel yang dibuat dari bubur buah yang dimaasak dengan gula sampai
kental dan dibuat lembaran dengan digiling serta merupakan makanan awetan
berupa sari buah atau buah-buahan yang sudah dihancurkan, biasanya dibuat dari
buah-buahan yang mempunyai rasa asam, karena pada buah yang meimiliki rasa
asam didalamnya terkandung pektin yang dapat menjadikan sari buah tersebut
mengental. (Neno, 2014).
Syarat buah yang baik untuk membuat selai yaitu buah-buahan yang
biasanya yang mempunyai rasa asam, karena pada buah yang meimiliki rasa
asam didalamnya terkandung pektin yang dapat menjadikan sari buah tersebut
mengental. Selain itu, buah yang digunakan memiliki kadar gula yang cukup
tinggi, buah yang sudah masak tapi tidak terlalu matang dan mempunyai rasa
sedikit masam. Buah-buahan yang umum dijadikan selai, misalnya: stroberi,
blueberi, aprikot, apel, anggur, pir, buah naga, sirsak (Mardiati, 2012).
Critical control point (CCP) pada pembuatan sorbet terletak pada proses
pencampuran dan pemaskan. Pada proses pencampuran, pektin yang digunakan
harus dilautkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar membuat adonan lebih
mengembang serta mencegah terjadinya gumpalan-gumpalan saat pemasakan
yang dapat mempengaruhi tekstur selai yang dihasilkan. Sedangkan pada proses
pemasakan, suhu dan waktu pemasakan harus diperhatikan. apabila suhu dan
waktu yang digunakan telalu tinggi, dapat mengakibatkan terjadinya karamelisasi
karena pada pembuatannya ada penambahan gula, dimana gula yang apabila
dipanaskan secara terus menerus dapat mengakibatkan karamelisasi sehingga
dapat mempengaruhi hasil akhir produk tersebut.
Diketahui :
- Basis 150 gram
- Bubur buah 67,95%
- Sukrosa 23,35%
- Pektin 6,35%
- Agar-agar 6%
- Margarin 2%
- Asam sitrat 0,35%
- Berat Produk 100 gram
Ditanyakan : % produk?
Jawab :
1. Bubur Buah 67,95% = Formulasi x basis
67,95
= x 150 gram
100
= 101,925 gram
23,35
= x 150 gram
100
6,35
= x 150 gram
100
= 9,525 gram
4. Agar-agar 6% = Formulasi x basis
6
= x 150 gram
100
= 9 gram
5. Margarin 2% = Formulasi x basis
2
= x 150 gram
100
= 3 gram
6. Asam sitrat 0,35% = Formulasi x basis
0,35
= x 150 gram
100
= 0,525gram
𝑊𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% Produk = x 100%
𝑊𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
100
= 150 x 100%
= 66,67 %
TOWER JUICE
TUJUAN
pembuatan olahan buah dan sayur yang memiliki manfaat nutrisi untuk tubuh serta
PRINSIP
penghancuran hingga stabil dan pemanasan untuk memperpanjang umur simpan buah
dan sayur.
Diagram Alir
Penimbangan
Penghancuran
Penyaringan
Filtrat
Pasteurisasi
T=70-75 ˚C t = 10’
Tempering T=40˚C
penimbangan
Tower juice
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan tower juice antara lain wortel,
tomat dan air yang berfungsi sebagai bahan utama, gula yang berfungsi untuk
memberikan rasa manis, asam sitrat sebagai pemberi rasa asam, dan CMC yang
berfungsi sebagai penstabil.
Pengertian produk minuman sari buah (fruit juice) menurut SNI 01-3719-1995
adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa
penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Definisi sari buah
menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. No.
HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan mengatur definisi dan
karakteristik dasar sari buah, terkait ketentuan bahan baku, proses pengolahan dan
produk jadi, adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang
dicuci, dihancurkan, dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi dan
dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sari buah dapat berisi hancuran buah
serta berpenampakan keruh atau jernih. Produk sari buah dapat dibuat dari satu atau
campuran berbagai jenis buah. Pada sari buah hanya dapat ditambahkan konsentrat jika
berasal dari jenis buah yang sama (Christy, 2017 )
Mengemas sari buah dalam kemasan gelas atau cup, harus menggunakan jenis
gelas/cup yang tahan panas, ini karena produk-produk tersebut harus dimasukkan
kemasan dalam kondisi panas (hot filling), pada bagian proses akhir juga ada sterilisasi
panas yang membutuhkan ketahanan bahan kemasan terhadap suhu tinggi. Jenis bahan
plastik yang tahan panas dan aman unutk mengemas minuman seperti ini disebut jenis
plastik PP (Poly Propelen) dan jenis plastik PET (Pustaka Pangan, 2012).
Adapun beberapa jenis pemanasan yang sering dilakukan pada bahan pangan
antara lain sebagai berikut :
1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses thermal atau cara memanaskan sampai mencapai suhu
di atas titik didih, untuk mematikan semua mikroorganisme beserta spora-
sporanya.karena spora bersifat tahan panas, kama umumnya diperlukan
pemanasan selama 15 menit pada suhu121˚C atau ekivalennya, artinya semua
partikel bahan pangan harus mengalami perlakuan panas tersebut (Effendi,
2012)
2. Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasanmakanan di bawah suhu didih
dengan tujuan hanya membunuh bakteri pathogen, sedangkan sporanya masih
dapat hidup. Pasteurisasi adalah perlakuan pemanasan yang lebih ringan dari
sterilisasi, biasanya suhu yang digunakan di bawah 100˚C. Tujuan dari
pasteurisasi adalah untuk (1) membunuh semua bakteri pathogen yang umum
dijumpai pada bahan makanan atau bakteri-bakteri pathogen yang berbahaya
ditinjau dari kesehatan masyarakat, (2)memperpanjang daya simpandengan
jalan mematikan bakteri dan menonaktifkan enzim seperti pada bir, anggur, sari
buah dan lainnya.
Pasteurisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Pasteurisasi lama atau Low Temperature Long Time (LTLT) yaitu
pemanasan dilakukan pada suhu yang tidak begitu tinggi dengan waktu
yang relative lama. Pasteurisasi dilakukan dengan suhu 62˚C-65˚C
selama ½-1 jam.
b. Pasteurisasi singkat atau High Temperature Short Time (HTST) yaitu
pemanasan yang dilakukan pada suhu yang tinggi dengan waktu yang
relative singkat. Pasteurisasi ini dilakukan pada suhu 65-95˚C selama 1-2
menit.
c. Pasteurisasi dengan Ultra High Temperature atau UHT, yaitu pemanasan
dengan suhu tinggi yang segera didinginkan pada suhu 10˚C dan
merupakan suhu normal untuk pertumbuhan bakteri susu. (Effendi,
2012)
3. Blansing
Blansing adalah perlakuan peamansan tipe pasteurisasi tetapi tujuan utamanya
adalah menonaktifkan enzim , walaupun memang sebagian dari mikroorgansme
ada juga yang turut mati. Blansing umumnya diterapkan pada sayuran dan buah-
buahan yang akan dikalengkan. (Effendi, 2012). Suhu yang biasa digunakan
untuk blansing yaitu sekitar 100˚C.
Pada proses pembuatan tower juice jenis pemanasan yang digunakan yaitu
pasteurisasi. Hal ini dikarenakan sari buah yang dihasilkan biasanya memiliki PH yang
rendah karena kaya akan asam organic, terlebih lagi pada proses pembuatan tower juice
dilakukan penambahan asam sitrat. Bakteri yang tahan terhadap panas pada PH yang
rendah tidak memiliki kemampuan untuk berkembang. Oleh karena itu pasteusisasi
dianggap cukup efektif digunakan untuk membunuh mikroorganisme pathogen,
sehingga rasa, aroma dan kandungan nutrisi pada tower juice dapat lebih
dipertahankan.
CCP
Critical control point pada pembuatan tower juice yaitu pada proses pasteurisasi. Jika
pasteurisasi dilakukan pada suhu dan waktu yang tidak tepat, maka akan berpengaruh
terhadap kandungan nutrisi yang terkandung di dalam juice.
Juice yang di hasilkan pada proses percobaan pembuatan tower juce memiliki
perbedaan dari juice yang dijual di pasaran, seperti buavita, country choice,dll.
Perbedaan terletak pada jumlah atau persen sari buah yang digunakan. Pada pembuatan
tower juice menggunakan sari buah sekitar 27%, sedangkan buavita terbuat dari 35%
sari buah.
Pada proses pembuatan tower juice terjadi perubahan baik secara kimia, fisik,
maupun biologis. Adapun perubahan fisika yang terjadi yaitu perubahan bentuk bahan
baku yang awalnya berupa padatan dan bertekstur agak keras menjadi berbentuk cair
dan lembut akibat proses penghancuran dan penambahan air. Perubahan kimia yang
terjadi diantaranya yakni perubahan nilai PH yang diakibatkan karena adanya
penambahan asam sitrat sehingga juice yang dihasilkan menjadi lebih asam (PH rendah).
Sealin itu juga terjadi perubahan kadar vitamin C yang terdapat pada bahan, dimana
kadar vitamin C yang semakin berkurang akibat proses pemanasan.
FORMULASI
Diketahui :
14,78
Wortel 14,78% = × 500 = 73,9 gram
100
14,78
Tomat 14,78% = × 500 = 73,9 gram
100
56,44
Air 56,44% = × 500 = 282,2 gram
100
12,7
Sukrosa 12,7% = × 500 = 63,5 gram
100
6,3
Asam sitrat 6,3% = × 500 = 1,5 gram
100
1
CMC 1% = × 500 = 5 gram
100
𝑤 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% Produk = 𝑥100%
𝑤 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
371
= 𝑥100%
500
= 74,2 %
SORBET
TUJUAN
PRINSIP
Buah
Trimming
Penghancuran
Gula
Pemasakan
t = 10 menit
Homogenisasi
Pembekuan
Sorbet
Sorbet adalah jus buah atau air manis lainnya yang dibekukan seperti ice
cream, namun tidak mengandung susu, teksturnya lebih kasar dari ice cream.
Sorbet berbahan dasar jus buah, sorbet terbuat dari bahan-bahan yang sederhana,
yaitu buah yang ditambahkan gula pasir dan air. Gula pasir dapat diganti dengan
madu, gula bubuk, atau sampel sirup (Nurani, 2010).
Sorbet merupakan salah satu makanan penutup beku yang terbuat dari sari
buah-buahan segar. Sorbet banyak dipilih karena tidak mengandung lemak dan
tidak menggunakan susu segar sebagai bahan utamanya. Bahkan untuk yang
sedang berdiet juga terdapat sorbet yang tidak ditambahkan gula sama sekali dan
digantikan dengan gula diet (Winneke, 2008).
Over run diartikan juga sebagai banyaknya udara yang terperangkap dalam
proses homogenisasi pembuatan sorbet. Semakin tinggi luas permukaan bahan
maka semakin tinggi persen over run-nya.
CCP
Critical control point (CCP) pada pembuatan sorbet yaitu proses pemasakan
dimana campuran dimasak pada suhu yang tidak terlalu tinggi agar tidak terjadi
browning non enzimatis yang akan mempengaruhi rasa dan kenampakan sorbet.
Selain itu, pada tahap homogenisasi, karena homogenisasi berkaitan dengan
tekstur produk sorbet yang dihasilkan apakah sesuai dengan yang dinginkan
ataukah sebaliknya, selain itu homogenisasi juga berperan untuk menjaga
kestabilan tekstur sorbet pada suhu kamar juga pada proses pembekuan dimana
pencampuran harus dilakukan secara merata dengan perputaran pengaduk yang
stabil dan suhu rendah yang tidak berubah-ubah sehingga hasil % overrun dapat
optimal.
FORMULASI
35,5
Bubur buah (buah mangga) 35,5% = 𝑥1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 355 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
18
Sukrosa 18% = 100 𝑥1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 180 𝑔𝑟𝑎𝑚
45,5
Air 45,5% = 𝑥1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 455 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
1
Maizena 1% = 100 𝑥1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vakhir − Vawal
% Overrun = × 100%
Vawal
1000 − 880
% Overrun = × 100%
880
% produk = 13,64%
MATERI 4
YOGHURT
TUJUAN
Tujuan percobaan pembuatan yoghurt adalah untuk diversifikasi produk olahan
susu, mengawetkan produk susu, dan meningkatkan nilai ekonomis serta untuk
mengetahui proses pembuatan yoghurt.
PRINSIP
Prinsip percobaan pembuatan yoghurt adalah berdasarkan penambahan bakteri
asam laktat (Lactobacillus bulgaricus dan Steptococcus thermophillus) yang
memproduksi asam laktat sehingga dapat menggumpalkan protein susu (kasein) dimana
protein susu akan terdenaturasi oleh asam laktat.
DIAGRAM ALIR PROSES PERCOBAAN
Susu segar
Pasteurisasi
Skim T= 70°C, t=15 menit
Pengukuran volume
Pendinginan
T= 45°C, t= 30 menit
Pengukuran pH
L. bulgaricus
S. thermophilus Inokulasi
Fermentasi
T= 40-45°C, t= 8 jam/
T= 37°C, t= 12 jam
Pengukuran volume
Yoghurt
Fungsi bahan pada pembuatan yoghurt yaitu bahan yang digunakan yaitu susu
yang berfungsi sebagai sumber laktosa yang digunakan oleh mikroorganisme
yang akan dirubah menjadi asam laktat dan fungsi penambahan skim yang
bertujuan untuk meninggikan kandungan bahan kering tanpa lemak agar tekstur
dan konsistensi yoghurt lebih dan dapat meningkatkan nilai gizi yoghurt.
Fungsi proses pada pembuatan yoghurt yaitu dilakukan pasteurisasi dengan
suhu 70˚C selama 15 menit yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogennya
yaitu bakteri-bakteri yang berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit pada
manusia (mycobacterium tubercolocisi), untuk membunuh bakteri tertentu yaitu
dengan mengatur tingginya suhu dan lamanya waktu pasteurisasi, mengurangi
populasi bakteri dalam bahan susu, mempertinggi atau memperpanjang umur
simpan, memberikan atau menimbulkan cita rasa yang lebih menarik konsumen
dan dapat menginaktifkan fosfatase dan katalase yaitu enzim-enzim yang
membuat susu cepat rusak.
Tujuan pasteurisasi yaitu: 1) mendenaturasi protein whei, 2) mereduksi
kandungan mikroba awal di dalam susu, 3) mengurangi jumlah oksigen agar
tercipta kondisi mikroba aerofilik, dan 4) mendenaturasi protein susu sampai
batas-batas tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur
yoghurt (Anjasari, 2010).
Proses pembuatan yoghurt dilanjutkan dengan pengukuran volume,
kemudian dilakukan pendinginan hingga suhu 45˚C selama 30 menit yang
bertujuan untuk memberikan kondisi yang optimum bagi pertumbuhan bakteri
starter. Selanjutnya proses inokulasi dengan ditambahkannya Lactobacillus
bulgaricus dan Steptococcus thermophillus yang bertujuan untuk membentuk
asam yang lebih cepat, jumlah asam laktat yang diproduksi lebih banyak,
konsistensi koagulum, dan intensitas cita rasa (flavor) lebih baik. Kemudian
dilakukan fermentasi dengan suhu 40-45˚C selama 8 jam. Kemudian diukur
volumenya untuk mengetahui hasil akhir dari produk tersebut sehingga
didapatkan % produknya.
Yoghurt adalah salah satu produk hasil fermentasi susu yang cukup populer.
Rasanya asam dan teksturnya kental. Kata yoghurt berasal dari bahasa latin
“jugurt” yang berarti susu asam. Yoghurt difermentasi dengan menggnakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan adanya
laktosa menghasilkan asam laktat (Anjarsari, 2010).
Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus thermophillus terdapat interaksi
yang saling menguntungkan, karena bakteri yang satu mensintesa dan
membebaskan senyawa yang menunjang atau merangsang pertumbuhan bakteri
lainnya. Lactobacillus bulgaricus membebaskan sebelas macam asam amino yang
dapat merangsang pertumbuhan Streptococcus thermophillus. Asam-asam amino
tersebut adalah leusin, lisin, sistein, asam aspartat, histidin, glisin, isoleusin,
tirosin, asam glutamat, methionin serta valin yang mempunyai efek terbesar.
Sebaliknya Lactobacillus bulgaricus dirangsang pertumbuhan oleh asam format
yang diproduksi oleh Streptococcus thermophillus (Anjarsari , 2010).
CCP
CCP pada proses pembuatan yoghurt adalah pada proses pemanasan dan
fermentasi. Pada saat pemanasan, suhu pemanasan harus tetap dijaga yaitu suhu
pasteurisasi dan harus terus melakukan pengadukan untuk menghindari terjadi
kerusakan susu (susu menjadi pecah) yang dapat menyebabkan produk yoghurt
menjadi tidak baik. Selain itu CCP pada pembuatan yoghurt pada saat proses
inokulasi dan fermentasi. Proses inokulasi harus dilakukan pada suhu 40-45oC
agar stater tumbuh dengan optimum, karena apabila inokulasi dilakukan terlalu
panas akan mengakibatkan stater tidak akan tumbuh atau mati. Selain itu pada
saat inokulasi tidak dilakukan sambil bercakap-cakap atau bergurau, untuk
menghindari masuknya kotoran maupun bakteri-bakteri yang tidak diinginkan dari
dalam mulut kedalam yoghurt, sehingga pembuatan yoghurt akan memberikan
hasil yang kurang baik. Hal lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan
yoghurt adalah proses fermentasi dimana suhu dan waktu fermentasi harus
dilakukan secara tepat. Jika suhu yang digunakan terlalu rendah bakteri
berkembangbiak lambat atau tidak sama sekali. Sementara jika suhu terlampau
tinggi bakteri bisa rusak dan mati. Disamping itu, mikroba berbeda yang kondisi
optimumnya di suhu lebih tinggi atau rendah akan tumbuh dan berkembang biak
di suhu tersebut sehingga jumlahnya dapat menyusul bahkan menyisihkan bakteri
yoghurt semula. Akibatnya, rasa yoghurt lambat laun akan berubah dan
kualitasnya menurun. Sehingga pengontrolan suhu harus dilakukan dan juga
mengencekan pH harus dilakukan agar pH yoghurt atau keasamannya sesuai yang
diinginkan.
FORMULASI
Yoghurt
Bahan utama :
93,10
susu = x 200 = 186,2 gram
100
5
Starter = 100 x 200 = 10 gram
Bahan tambahan :
1,9
Skim = 100 x 200 = 5,8 gram
𝑊 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% Produk = x 100 %
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
186
= 200 x 100 %
= 93 %
MENTEGA
TUJUAN
Tujuan dari percobaan pengolahan susu menjadi mentega adalah untuk
PRINSIP
Prinsip percobaan pengolahan mentega adalah berdasarkan perubahan
kedudukan glukosa lemak dalam air susu menjadi emulsi air dalam lemak
1:1
churning
Pencucian dengan
air dingin
Penimbangan
Mentega
agitasi untuk mendapatkan bakal mentega dari susu dengan cara penumbukkan
susu hingga menyebabkan pemisahan lemak susu (bakal mentega) dari komponen
lain dari susu yaitu air dan skim. Churning dilakukan supaya lemak susu betul-
dengan air dingin (suhunya 5-10°C) tujuannya adalah agar lemak lebih banyak
terbentuk, karena tingkat pengadukan ditentukan juga oleh suhu adukan. Bahwa
lemak akan meleleh atau rusak dalam keadaan suhu yang tinggi. Kecepatan
oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan akan berkurang dengan
Pengganti dari metode churning, lemak pada susu dapat dipisah dan
dikumpulkan dengan cream separator atau susu segar dimasukkan kedalam wadah
yang bermulut lebar dan disimpan di lemari pendingin yang bersuhu 5 - 10°C
selama 12 jam. Lapisan krim yang berwarna kuning akan berada dibagian
permukaan, krim ini dapat diambil dengan sendok atau dengan memasukkan
selang plastik kedasar wadah dan menyedot serumnya hingga yang tertinggal
dingin, hal ini ditujukan untuk menghilangkan rasa asam dan protein sebanyak
mengeluarkan sisa susu tumbuk. Bakal mentega ini dibungkus dengan aluminium
foil agar tidak terkena panas, cahaya, oksigen, yang dapat mempengaruhi proses
ketengikan pada lemak juga agar bentuknya tidak berubah (Ketaren, 1986).
kostan atau stabil.Serta untuk mengeraskan mentega yang telah dibuat dan
mengawetkan mentega.
Mentega yang baik harus mengandung lemak minimal 80%. Kadar air
CCP pada pembuatan mentega ada pada proses churning dimana jika
proses ini tidak dilakukan dengan benar maka tidak akan terbentuk bakan
mentega. Selain itu dari peralatan yang digunakan juga merupakan CCP dimana
saat churning disarankan menggunakan jar yang terbuat dari kaca karena jika
menggunakan jar yang terbuat dari plastik hasilnya tidak akan maksimal dan akan
ada bau yang tidak sedap pada mentega karena pengaruh dari bahan plastik pada
jar tersebut.
FORMULASI
Bahan utama :
50
1. Whipping cream (50%) = 100 x 200 = 100 gram
50
2. Susu murni (50%) = 100 x 200 = 100 gram
w produk
% Produk = x 100%
w basis
172,65
= x 100%
200
= 56,325 %
KOKRISTALISASI SUSU
Tujuan Percobaan
SUSU
SUKROS
PENCAMPURAN I
A
PEMASAKAN
COKLAT
BUBUK PENCAMPURAN II
PEMASAKAN
PENGGILINGAN
PENGAYAKAN
PENCETAKAN
KOKRISTALISASI SUSU
FORMULASI
47,50
= 100 x 150
= 71,25 gram
W sukrosa = % × 𝐵𝑎𝑠𝑖𝑠
47,50
= 100 x 150
= 71,25 gram
5
=100 x 150
= 7,5 gram
W produk
% Product = x100%
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
65
=150 x100%
= 43,3%
KEJU ANALOG LEMBARAN
Tujuan Percobaan
Prinsip Percobaan
Keju
Pemarutan
Susu Pencampuran
UHT
Tepung maizena,
Pemanasan
garam, SKM, Uap air
T=70oC,t=10 menit
agar-agar,
margarin
Pencetakan
Pendinginan
Keju
analog
lembaran
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan keju analog adalah susu UHT
dimana susu ini mengandung protein susu, yaitu kasein sehingga dapat dipecah
dan diendapkan (Chevana, 2012). Dalam pembuatan keju analog digunakan
tepung maizena, dimana tepung maizena berfungsi sebagai bahan pengisi untuk
meningkatkan tekstur dan dapat mengikat air (Nurhayati, 2016). Garam untuk
memberikan citarasa pada keju dan untuk mengikat air pada bahan sehingga kadar
air dalam bahan akan berkurang. Agar-agar berfungsi sebagai bahan penstabil dan
untuk membentuk tekstur yang baik. Susu kental manis (SKM) untuk memberikan
citarasa yang lebih baik pada keju. Serta margarin untuk memberikan tekstur yang
tidak lengket pada keju ketika dilakukan pencetakan.
Keju ini tidak mengalami pemeraman atau pematangan dalam waktu
yang lama sehingga tergolong unripened cheese. Pemeraman adalah proses
penyimpanan keju selama periode tertentu. Fungsi pemeraman adalah
memberikan waktu pada mikrobia untuk merombak senyawa kimia keju sehingga
rasa, aroma, dan tekstur sesuai dengan karakter keju yang diinginkan (Nurhayati,
2016). Tahapan pencampuran ini bertujuan untuk mencampurkan seluruh bahan
adonan agar diperoleh adonan yang merata sempurna. Selanjutnya dilakukan
proses pemanasan, yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen
yang ada alam bahan serta bertujuan untuk membantu mempercepat proses
pengumpalan curd yang akan dihasilkan. Kemudian dilakukan tempering yang
bertujuan untuk menyesuaikan bahan dengan kondisi suhu ruang untuk
memudahkan pada saat proses pencetakan serta untuk mengeluarkan uap air
dalam bahan. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan rolling pin untuk
membentuk lembaran lalu dilakukan pendinginan untuk memadatkan keju yang
telah dibentuk.
Enzim rennet adalah sekelompok enzim yang dihasilkan oleh lambung
binatang menyusui untuk mencerna susu ibu. Rennet mengandung enzim
proteolytic (protease) yang memisahkan susu menjadi bagian padat dan cair. Pada
umumnya enzim rennet disebut juga dengan rennin komersial. Jika rennin
merupakan enzim murni, maka rennet adalah enzim komersial yang diperoleh dari
lambung anak sapi. Sekarang rennin dapat juga diperoleh dari hasil
pengembangbiakan mikroorganisme sebagai metabolit, yaitu jamur Mucor miehei
(Suliasih, 2017).
Berikut ini terdapat beberapa jenis keju, diantaranya yaitu berdasarkan
konsistensinya, keju dapat dibedakan sebagai berikut :
Keju segar (fresh/ unripened), yaitu keju yang tidak mengalami proses
pematangan. Rasanya biasanya netral dan tidak begitu asin, berbentuk
seperti krim karena mengandung lebih dari 70% air dan tidak begitu awet.
Contoh : Cottage, Philadelphia, Mascarpone. Ricotta, dan Mozarella.
Keju lunak. Ciri utamanya adalah memiliki konsistensi yang empuk dan
lembut walaupun agak sulit dioleskan karena tidak selembut keju fresh.
Dalam proses pembuatannya, gumpalan (curd) dipotong-potong kira-kira
sebesar bola pingpong dan keju dimatangkan sekitar 2-4 minggu. Contoh :
Brie, Camembert (berkulit), Limburger, Feta (tidak berkulit).
Keju iris semikeras. Walaupun agak empuk, jika diiris keju ini memiliki
bentuk yang tetap. Contohnya Bel Paese, Stilton, Gorgonzola, dan
Roquefort.
Keju iris. Dalam pembuatannya, gumpalan (curd) dipotong-potong sebesar
kacang polong dan keju dimatangkan selama 4-12 minggu. Contoh :
Edamer, Gouda, Cheddar. Keju kraft yang dikenal di Indonesia juga
termasuk keju ini.
Keju keras. Dalam proses pembuatannya, gumpalan dipotong menjadi
bagian yang sangat halus, kira-kira sebesar butiran gandum. Masa
pematangannya minimal 3 bulan. Keju yang sangat keras kadang
dimatangkan sampai 3 tahun. Keju jenis ini dapat dinikmati dengan cara
diparut. Contoh : Parmesan, Emmentaler (Chevana, 2012).
Keju dapat dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan proses pematangannya.
Bakteri yang dimatangkan dari dalam
Contoh keju dari kelompok ini adalah Cheddar, keju Gouda, dan
Parmesan. Keju-keju dalam kategori ini menjadi lebih keras ketika
matang. Kematangannya akan terjadi seragam di seluruh bagian luar keju
(Wikipedia, 2017).
Keju yang dicuci kulitnya
Contoh keju dari kelompok ini adalah Limburger dan Liederkranz. Keju-
keju ini secara periodik dicuci bagian permukaannya dengan air asin pada
tahap pertama pematangan. Keju tipe ini memiliki kulit yang berwarna
oranye atau kemerah-merahan. Biasanya, keju ini akan menjadi lebih
lunak ketika matang dan memiliki aroma yang tajam (Wikipedia, 2017).
Keju bercoreng biru
Contoh keju dari kelompok ini adalah Roquefort dan Stilton. Keju-keju ini
mengandung biakan kapang atau jamur yang menyebar ke seluruh bagian
dalam keju (Wikipedia, 2017).
Keju berlapis kapang
Contoh keju dari kelompok ini adalah Brie, Camembert, dan St. Andre.
Keju-keju jenis ini memiliki lapisan kulit yang berbulu akibat kapang.
Lapisan tersebut berwarna putih ketika keju masih muda tetapi dapat
menjadi lebih gelap atau coreng-coreng ketika keju mengalami proses
pematangan (Wikipedia, 2017).
Keju yang tidak dimatangkan
Contoh keju dari kelompok ini adalah cottage cheese, keju krim, dan
baker's cheese. Keju jenis ini tidak mengalami proses pematangan
(Wikipedia, 2017).
Berdasarkan kulit
Keju berkulit keras
Ciri-ciri dari keju ini adalah bentuknya yang besar, memerlukan waktu
lebih lama untuk matang, dan melalui proses penekanan untuk
menghilangkan kelembaban. Contoh keju jenis ini adalah Raclette,
Gruyere, dan Gouda (Wikipedia, 2017).
Keju yang tertutup dengan bulu halus
Keju jenis ini kulitnya halus dan berbulu. Contoh keju jenis ini adalah Brie
(Wikipedia, 2017).
Keju berkulit alami
Bagian dalam dari keju ini memiliki tekstur yang lembut dan kulitnya
berwarna abu-abu atau biru yang berubah-ubah ketika keju mulai menua.
Contoh keju tipe ini antara lain Sainte Maure dan Pouligny St. Pierre
(Wikipedia, 2017).
Keju yang kulitnya dicuci dengan air asin
Keju-keju kategori ini dimandikan di dalam air asin ketika matang.
Contohnya adalah Muenster dan Feta (Wikipedia, 2017).
Keju biru
Keju biru memiliki coreng-coreng yang berwarna biru atau hijau. Warna
tersebut didapat dari membiakkan bakteri pada keju. Contoh keju biru
adalah Stilton, Roquefort dan Gorgonzola (Wikipedia, 2017).
Keju segar
Ciri-ciri dari keju segar adalah tidak memiliki kulit, memiliki kandungan
air yang tinggi dan tidak melalui proses pematangan. Contohnya antara
lain adalah Demi-sel, Ricotta dan Mascarpone (Wikipedia, 2017).
Berdasarkan jenis susu yang digunakan
Keju dari susu kambing
Banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan susu kambing
karena kandungan lemak dan laktosa yang rendah dan mengandung
banyak nutrisi (Wikipedia, 2017).
Keju dari susu domba atau biri-biri
Karena pada umumnya domba menghasilkan susu yang lebih sedikit
dibandingkan sapi dan kambing maka keju jenis ini pun sulit ditemukan
dan lebih mahal harganya (Wikipedia, 2017).
Keju dari susu campuran
Keju tipe ini dibuat dari kombinasi dua jenis susu atau lebih (Wikipedia,
2017).
Keju dari susu mentah
Banyak yang berpendapat bahwa proses pasteurasi dapat menghilangkan
rasa keju sehingga mereka menggunakan susu mentah (Wikipedia, 2017).
Jenis keju lainnya
Keju proses
Keju proses berbeda dengan keju-keju kategori lainnya karena keju ini
tidak diproduksi langsung dari susu segar tetapi dibuat dari keju yang
sudah matang. Sisa-sisa dari berbagai macam keju dicampur menjadi satu
kemudian digiling, diberi garam dan dipanaskan. Keju proses tersedia
dalam berbagai macam bentuk (Wikipedia, 2017).
Keju segar
Keju segar tidak melalui proses pematangan seperti keju-keju lainnya.
Bagian padat dari keju ini mencapai 20% (Wikipedia, 2017).
Pasta filata
Pasta filata merupakan nama untuk sekelompok keju yang dadihnya
dipanaskan dengan air panas, diadoni dan dibuat menjadi untaian tali
setelah diasamkan. Keju tipe ini berasal dari Italia dan kemudian
ditambahkan kepada Daftar Keju Resmi Jerman pada tahun 1999.
Kelompok keju ini bervariasi dari keju segar hingga keju keras. Beberapa
keju jenis pasta filata adalah Mozzarella, Provolone, dan Scamorza.[6]
Kandungan air pada keju jenis ini berkisar antara 62-76% (Wikipedia,
2017).
Keju krim asam
Kandungan air pada keju krim asam berkisar antar 60-73%. Keju tipe ini
diproduksi dari keju asam rendah lemak, karena itulah keju ini memiliki
kandungan kalori yang rendah dan protein yang tinggi (Wikipedia, 2017).
Keju vegetarian
Sebagian besar keju diproduksi dengan menggunakan rennet yang berasal
dari binatang, yang diambil dari perut sapi atau domba. Saat ini, ada
banyak alternatif pengganti rennet yang berasal dari binatang. Beberapa
tanaman memiliki enzim yang dibutuhkan untuk mengentalkan susu.
Tanaman tersebut antara lain adalah kulit pohon ara, mallow, dan thistle.
Beberapa keju tradisional dari Portugal dan Timur Tengah dibuat dengan
rennet tumbuhan karena faktor agama dan budaya. Rennet juga bisa
didapat dari enzim yang berasal dari jamur atau bakteri. Rennet jenis ini
dikembangkan pada akhir 1980an karena adanya kelangkaan rennet yang
berasal dari binatang (Wikipedia, 2017).
Mekanisme dalam pembuatan keju yaitu berdasarkan pengasaman dan
penambahan enzim reneet, dimana pengasaman tujuannya agar enzim rennet
dapat bekerja optimal. Pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan lemon
jus, asam sitrat, cuka atau bakteri Streptococcus lactis. Proses fermentasi oleh
Streptococcus lactis akan mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat
sehingga derajat keasaman (pH) susu menjadi rendah dan rennet efektif bekerja.
Pada penambahan enzim rennet, rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat
digunakan dalam konsentrasi yang kecil, perbandingan antara rennet dan susu
adalah 1:5000, kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet kedalam susu
yang asam, maka terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 400C,
akan terbentuk curd yang padat, kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey
(Suliasih, 2017).
CCP
Critical Control Point (CCP) dalam proses pembuatan keju analog yaitu pada
proses pembuatan keju analog yaitu pada proses pemanasan dimana waktu dan
suhu pemanasan harus dikontrol agar tidak terjadi pemasakan keju yang
berlebihan yang akan mempengaruhi hasil produk keju. Pada proses tempering
sebelum dilakukan pencetakan, suhu keju harus benar-benar turun agar pada saat
dilakukan pencetakan hasil yang terbentuk akan lebih baik dan tidak lengket.
FORMULASI
Basis = 200 gram
19
Cheddar 19% = 100 𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 38 𝑔𝑟𝑎𝑚
15,77
Edam 15,77% = 100
𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 31,54 𝑔𝑟𝑎𝑚
51,38
Susu UHT 51,38% = 100
𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 102,76 𝑔𝑟𝑎𝑚
3,5
Tepung maizena 3,5% = 100 𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 7 𝑔𝑟𝑎𝑚
3
Agar-agar 3% = 100 𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 6 𝑔𝑟𝑎𝑚
5
SKM 5% = 100 𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,35
Garam 0,35% = 100
𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,7 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Margarin 2% = 100 𝑥200 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
W produk
% produk = × 100%
W basis
128 gram
% produk = × 100%
200 gram
% produk = 64 %
ICE CREAM
Tujuan Percobaan
Untuk diversifikasi produk olahan pangan (susu), salah satu cara untuk
mengawetkan susu, meningkatkan nilai ekonomis, dan untuk mengetahui cara
pembuatan ice cream.
Prinsip Percobaan
Berdasarkan proses homogenisasi lemak untuk memperkecil ukuran globula lemak dan
proses pembekuan sehingga terjadi over run yaitu terbentuknya unit Kristal es dan
peningkatan volume ice cream
Diagram Alir Pengolahan Ice Cream
Susu
Whipping cream,
sukrosa,, kuning Pencampuran I
telur, gelatin
Pencampuran II
Essens
Ice Cream
CCP
CCP (Critical Control Point) lainnya pada proses pembuatan ice cream
adalah pada saat proses penimbangan susu murni harus dilakukan secara steril
karena agar susu tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme, karena susu mudah
terkontaminasi oleh bakteri. CCP lainnya adalah pada proses pencampuran, dan
tampering harus berhati-hati karena dapat saja bahan terkontaminasi oleh hazard
yang bersifat fisik dari lingkungan. Berdasarkan sifat kimia susu segar terdapat
protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim dan beberapa mikroba.
FORMULASI
Vb = 1100 gram
Va = 740 gram
𝑉𝑏−𝑉𝑎
% overrun = x 100
𝑉𝑎
1200−920
= x 100 = 30,43 %
920
MATERI 5
SOSIS
Tujuan Percobaan
Untuk diversifikasi produk olahan daging, untuk mengawetkan daging atau
meningkatkan daya tahan, menambah nilai ekonomis daging dan juga untuk
mengetahui cara pembuatan sosis.
Prinsip Percobaan
Berdasarkan proses curing yaitu nitrat dan nitrit yang berikatan dengan
mioglobin pada daging sehingga membentuk nitrosom dan nitrokromagen
kemudian penambhan bumbu sehingga menghasilkan emulsi antara daging, lemak
dan air sehingga menghasilkan produk yang padat dan kenyal.
DIAGRAM ALIR
Daging ayam
Dressing
Penimbangan
Penggilingan I
Es batu
Casing Pengisian
Pengikatan
Penggantungan
Pengukusan
T = 100⁰C, t = 5’ Uap air
Penimbangan
Sosis ayam
CCP
CCP pada proses pembuatan sosis ini terjadi pada saat pencucian sosis dan
proses pengukusan karena pada kedua proses tersebut bertujuan untuk
mengurangi serta membunuh mikroorganisme yang mungkin terdapat pada daging
ataupun adonan.
FORMULASI
58,7
Bahan utama : Daging Ayam = x 200 gram = 117,4 gram
100
10
Minyak Nabati = 100 x 200 gram = 20 gram
7,13
Tapioka = x 200 gram = 14,26 gram
100
Bahan tambahan :
10
a. Es Batu = 100 x 200 gram = 20 gram
0,63
b. Garam = x 200 gram = 1,26 gram
100
0,23
c. Merica = x 200 gram = 0,46 gram
100
0,34
d. STPP = x 200 gram = 0,68 gram
100
0,91
e. Bawang Putih = x 200 gram = 1,82 gram
100
2,83
f. Kuning Telur = x 200 gram = 5,66 gram
100
3,96
g. Bawang Bombay = x 200 gram = 7,92 gram
100
0,57
h. Pala = x 200 gram = 1,14 gram
100
𝑊 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% Produk = x 100 %
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
212
= 200 x 100 %
= 106 %
NUGGET
Tujuan Percobaan
Untuk diversifikasi produk olahan daging, untuk mengawetkan daging atau
meningkatkan daya tahan, menambah nilai ekonomis daging dan juga untuk
Prinsip Percobaan
Daging
Perendaman Penimbangan
Pengukusan
Uap air
t= 15'
Tempering
Penyimpanan dalam
freezer
T= 2-10 C, t= 1 jam
Pemotongan
Penyimpanan dalam
freezer
T= 2-10 C, t= 1 jam
Penimbangan
Nugget
Bahan pendukung lain yang digunakan pada pembuatan nugget antara lain
es batu, NaCl (garam dapur), STPP (senyawa fosfat), maizena, bumbu, terigu,
CMC dan tepung roti. Selain sebagai pembangkit rasa, garam bersama senyawa
fosfat akan membantu pembentukan gel protein ayam dengan baik. Sehingga
nugget yang dihasilkan teksturnya kompak dan padat. Cara lain, dengan
menggunakan es batu dan maizena sebagai pengikat. Es membuat suhu tetap
rendah. Dengan begitu terjadi pembentukan gel yang baik (Nasution, 2012).
Pada proses pembuatan nugget, pertama dilakukan penimbangan yang
berfungsi untuk mengetahui berat awal dari bahan baku yang digunakan. Setelah
itu dilakukan proses penghancuran daging dengan penambahan es batu, hal ini
dilakukan untuk menjaga suhu dari daging, hal ini dikarenakan apabila suhu
daging terlalu panas, akan menyebabkan lemak mencair, dan akan menggangu
stabilitas dari emulsi yang terbentuk. Penggilingan daging sebaiknya pada suhu
dibawah 15oC. Caranya yaitu bisa dengan menambahkan es pada saat
penggilingan daging atau bisa juga dengan membekukan daging itu terlebih
dahulu. Pendinginan ini bertujuan untuk mencegah denaturasi protein aktomiosin
oleh panas, karena pada proses penggilingan terjadi gesekan-gesekan yang
menimbulkan panas. Tahap penggilingan sebaiknya daging dicampur dengan
garam untuk mengekstrak aktomiosin sehingga akan terbentuk produk dengan
stabilitas emulsi yang baik
Selanjutnya dilakukan proses pencampuran dengan bumbu-bumbu
penyedap. Proses pencetakan dilakukan dalam loyang, dan setelah itu dilakukan
proses pengukusan selama 15 menit, yang bertujuan untuk mematangkan nugget
ayam. pelapisan (coating) dengan cara pelapisan basah (wet coating) dan
pelapisan kering (dry coating) sejenis tepung roti/breader hingga permukaannya
tertutup rata. Proses pendinginan berfungsi untuk mendapatkan tekstur dari nugget
yang kompak dan keras. Proses penggorengan nugget dilakukan pada suhu 1000C.
ketika penggorengan, minyak harus dapat menutupi seluruh permukaan dari
nugget, hal ini bertujuan agar seluruh permukaan nugget matang sempurna.
Bahan utama pembuatan nugget adalah daging. Daging yang dapat
digunakan bervariasi, misalnya daging sapi atau daging ayam. Menurut
Amertaningtyas (2000), daging ayam yang digunakan bisa berasal dari semua
bagian ayam yang dapat dimakan misalnya bagian dada, bagian paha, ataupun
kulit ayam dengan penambahan bahan pengisi dan bumbu-bumbu untuk
meningkatkan cita rasa.
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang mengikat sejumlah air, tetapi
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap emulsifikasi, umumnya digunakan pati
dan tepung-tepungan (Soeparno,1994). Bahan pengikat (binders) adalah material
bukan daging yang dapat meningkatkan daya ikat air dan emulsi lemak. Bahan
pengikat yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan untuk mengikat air
- Merupakan bahan yang bersifat netral (tidak menimbulkan reaksi pada
produk)
- Memiliki kestabilan kimia yang baik
- Warna yang sesuai
- Mempunyai kemampuan untuk mengemulsi/menstabilkan emulsi lemak
Contoh filler yang dapat digunakan untuk membuat chicken nugget adalah
tepung tapioka dan tepung terigu. Tepung tapioka merupakan granula-granula pati
yang banyak terdapat didalam sel umbi ketela pohon, dengan melalui beberapa
cara pengolahan yang meliputi pengupasan, penghancuran, ekstraksi,
penyaringan, pengendapan, pencucian, pengeringan dan pengayakan.
Tepung tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan pada produk olahan daging karena dapat membentuk gel yang
bening, lentur dan tidak berbau sehingga dapat digunakan sebagai perekat yang
kuat. Kadar pati tapioka yang lebih tinggi dan suhu gelatinisasi yang lebih rendah
dibandingkan jagung dan terigu seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini
merupakan keunggulan dari tapioka sebagai pengisi. Tepung tapioka sebagai
bahan pengisi berfungsi untuk mengikat air, memperbaiki tekstur, memperbaiki
kekenyalan dan elastisitas produk (Winarno, 2004). Penambahan pati akan
membuat tekstur produk lebih kompak karena ikatan yang terbentuk lebih kuat.
Pati akan mengalami gelatinisasi pada saat proses pemanasan. Gel yang terbentuk
akan berikatan dengan protein daging sehingga membentuk matriks protein-pati
dan akan dihasilkan produk daging yang saling melekat dan kompak.
Penambahan air bertujuan untuk melarutkan protein yang larut air membuat
larutan garam untuk melarutkan protein yang mudah larut dalam garam, sebagai
fase kontinyu dalam emulsi daging, dan mempermudah penetrasi bahan. Air juga
berfungsi untuk mempertahankan juiceness dan keempukan produk.
Bawang putih berfungsi sebagai bumbu penyedap. Menurut Winarno
(2004), bawang putih memiliki senyawa penimbul aroma yaitu sulfur sehingga
dapat menambah cita rasa makanan. Bawang putih juga berfungsi sebagai zat
antimikroba.
CCP
CCP (Critical Control Point) atau titik pengendalian kritis didefinisikan
sebagai sebuah tahapan dimana pengendalian dapat dilakukan dan sangat penting
untuk mencegah atau menghilangkan potensi untuk bahaya terhadap keamanan
pangan atau menguranginya hingga ke tingkat yang dapat diterima. Dengan kata
lain CCP adalah suatu titik prosedur atau tahapan dimana akan terlewatnya
pengendalian dapat mengakibatkan resiko yang tidak dapat diterima terhadap
keamanan produk. Dengan demikian CCP dapat dan harus diawasi.
CCP pada proses pembuatan nugget yaitu proses penghancuran, proses
pembekuan, proses pengukusan dan proses penggorengan karena dalam proses
tersebut terdapat pengendalian proses yang harus diperhatikan dan akan
berpengaruh terhadap keamanan pangan. Dimana penghancuran bahan jangan
terlalu halus, pengukusan harus optimal agar didapat proses gelatinisasi yang
diinginkan serta pemasakan diusahakan suhu dan waktu tidak terlalu lama agar di
dapat warna nugget dan kematangan yang diinginkan.
FORMULASI
Nugget
Basis : 200 gram
59,60
Daging ayam = × 600 = 357,6 gram
100
5,70
Telur = × 600 = 34,2 gram
100
69,50
Roti tawar = × 600 = 50,1 gram
100
13,25
Susu cair = × 600 = 79,5 gram
100
1,5
Bawang putih = × 600 = 9 gram
100
1,2
Bawang bomay = × 600 = 7,3 gram
100
0,7
Sukrosa = × 600 = 4,2 gram
100
1
Garam = × 600 = 6 gram
100
0,5
Merica = × 600 = 3 gram
100
8,20
Es batu = × 600 = 45,2 gram
100
73,07
= × 100%
200
= 26,75 %
DENDENG
TUJUAN
Untuk diversifikasi produk oahan pangan daging, untuk mengawetkan daging atau
meningkatkan daya tahan, menambah nilai ekonomis daging dan juga untuk mengetahui
PRINSIP
penambahan bumbu sehingga mempunyai rasa yang khas dan tekstur yang empuk.
DIAGRAM ALIR
Daging sapi
Penimbangan
Penghancuran
Gula
merah,merica,
ketumbar, lengkuas Pencampuran
parut, air asam
jawa, bawang
merah, garam.
Pencetakan
Tebal 3mm
Pengeringan
Penimbangan
panas
Dendeng Daging
Sapi
Pada pembuatan dendeng ini, bahan yang digunakan memiliki fungsi masing-masing
yaitu :
1. Penambahan garam berfungsi sebagai pengawet karena dalam jumlah yang cukup,
garam dapat menyebabkan autolysis dan pembusukan serta plasmolisis pada mikroba.
Garam meresap kedalam jaringan daging sampai tercepai keseimbangan tekanan
osmosis antara bagian dalam dan luar daging. Selain sebagai penghambat bakteri, garam
juga dapat merangsang cita dan penambahan rasa enak pada produk(Soeparno, 1994).
Kadar gula yang tinggi, yaitu pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam
sel bakteri, ragi, dan kapang akan keluar menembus membrane dan mengalir ke larutan
gula, yang disebut osmosis dan mentebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis dan
pertumbuhannya akan terhambat(Winarno, 1984).
2. Bawang putih memiliki aroma yang kuat dan tajam, tetapi hampir tidak berbau
jika belum dimemarkan dan dipotong-potong (Farrell, 1990).
Bawang ptuih dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena bersifat
bakteriostatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif alicinyang sangat efektif terhadap
bakteri, selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu senyawa
komplek thioglisidin yang bersifat antioksidan (Palungkun dan Budhiarti, 1995).
4. Bawang merah digunakan untuk bahan bumbu dapur dan sebagai penyedap rasa
dalam masakan. Selain itu bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat tradisional
karena memiliki efek antiseptik dari senyawa ailin. Senyawa tersebut diubah menjadai
asam piruvat, ammonia, dan alicin antimikroba yang bersifat bakterisida (Rukmana,
1994).
Ketumbar memiliki aroma rempah-rempah dan terasa pedas. Minyak dari biji
ketumbar terutama mengandung d-linalol, stironelol, bermacam-macam ester, keton,
dan aldehida (Syukur dan Hernani, 2002).
6. Lengkuas memiliki dua warna, yaitu putih dan merah, dan dua ukuran, yaitu kecil dan
besar. Lengkuas mengandung beberapa minyak atsiri, diantaranya kamfer, galang,
galangol, philandren, dan mungkin juga curcumin. Minyak atsiri tersebut menghasilkan
aroma yang khas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
d. Pencetakan bertujuan untuk mencetak dendeng giling yang telah dicampur dengan
bahan tambahan, dicetak diatas tray dengan ketebalan yang diinginkan.
Ciri-ciri dendeng yang baik adalah warna dendeng merah coklat sampai coklat,
bersih, aromanya sedap, tekstur tidak liat, agak kering, dan rasa agak manis dan
gurih.(Wati, 2013).
CCP pada proses pembuatan dendeng sapi ini adalah pada saat proses pengeringan,
sebaiknya dendeng yang dikeringkan kadar airnya benar-benar berkurang, sehingga
dapat mencegah bertumbuhan mikroba yang dapat merusak dendeng tersebut.
FORMULASI
Bahan utama
Bahan tambahan
𝑊 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
%Produk = 𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
× 100%
125,16
= 200
𝑋 100% = 62,58%
PEMPEK
Tujuan Percobaan
Prinsip Percobaan
Berdasarkan pemisahan daging ikan dari kulit dan tulang yang dibersihkan
dengan bersih serta berdasarkan pengikatan bahan oleh tapioka sehingga terjadi
Ikan
Pencucian
Air bersih Air kotor
Dressing Duri
Penghancuran
Tapioka, air,
bawang Pencampuran
putih, garam,
gula pasir
Pencetakan
Perebusan
T=100o C t= 15’
Penirisan
Minyak Uap
Penggorengan
goreng panas
Pempek
CCP
FORMULASI
17
Terigu = 100 × 600 =102 gram
24,2
Tapioka = × 600 = 145,2 gram
100
19,60
Air = × 600 =117,6
100
29,22
Ikan tenggiri = × 600 =58,44
100
0,95
Bawang putih = × 600 =5,7 gram
100
0,40
Kaldu bubuk = × 600 =2,4 gram
100
0,66
Sukrosa = × 600 =3,96 gram
100
6,5
Telur = 100 × 600 =13 gram
𝑊 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = × 100%
𝑊𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
73,3
= × 100%
200
= 36,65%.