Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA

SIMPLISIA

Disusun oleh :

Dea Cunaengsih 4840121003


Nita Purnamasari 4840121010

STIKes HOLISTIK PURWAKARTA


2022
PRAKTIKUM I
PENYIAPAN SIMPLISIA TANAMAN OBAT

I. Tujuan praktikum
- Mahasiswa mampu menyiapkan simplisia sesuai dengan persyaratan bertujuan
untuk pengobatan dan penelitian di bidang farmasi
- Membandingkan hasil reminder dari metode pengeringan langsung dan dengan
menggunakan oven

II. Dasar teori


Simplisia menurut farmakope Indonesia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat dan mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi 3 yaitu simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia mineral.
Syarat kemurnian simplisia nabati adalah simplisia yang harus bebas dari serangga,
fragmen hewan atau kotoran hewan. Tidak boleh menyimpang bau dan warnanya.
Tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda
pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain beracun atau berbahaya.
Sebelum dilakukan proses pengeringan, bahan tanaman yang akan dibuat simplisia
harus melalui beberapa tahapan proses sehingga diproses simplisia yang memenuhi
persyaratan. Tahapan proses tersebut adalah :
1. Pengumpulan bahan atau pemanenan
2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. pengeringan
6. Sortasi kering ( Depkes R1,2014)

III. Alat dan bahan


a. Alat b. Bahan
1. Timbangan 1. Tanaman segar yang dipilih
2. Nyiru 2. Air bersih
3. Pisau
4. Kain

IV. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan tanaman segar dan lakukan proses penyiapan simplisia
mulai dari sortasi basah sampai dengan pencucian.
2. Cuci dan bersihkan bahan dari kotoran (sortasi basah) kemudian lakukan dengan
penimbangan (bobot basah)
3. Rajang bahan tanaman (jika diperlukan)
4. Kemudian dikeringkan dengan cara
- Dijemur matahari langsung
- Oven
5. Timbang berat simplisia kering dan hitung rendemennya
V. Hasil pengamatan
- Nama bahan : Tanaman karet kebo
- Nama latin : Ficus elastica
- Nama simplisia : Karet kebo
- Tempat asal pengumpulan : Kampus Stikes Holistik
- Bobot tanaman segar : 500 gram
- Bobot tanaman basah : 510 gram
- Bobot simplisia kering : 105,2 gram

Bobot simplisiakering
- Rendemen : x 100%
Boboy tanaman segar
: 105,2 gram x 100%
500 gram
: 21,04%

VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Lampiran

Gambar 1.1 bobot tanaman segar Gambar 1.2 Bobot tanaman basah Gambar 1.3 proses pencucian bahan

Gambar 1.4 proses perajangan Gambar 1.5 hasil perajangan Gambar 1.6 proses penjemuran
Atau pengeringan

IX. Daftar Pustaka


PRAKTIKUM II
PENETAPAN KADAR AIR

I. Tujuan
- Mampu menentukan kadar air pada simplisia

II. Dasar teori


Air merupakan kandungan air yang terdapat dalam bahan. Pengukuran kadar air
dilakukan dengan cara titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dari pengukuran kadar
air yaitu untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air
yang terdapat dalam bahan.
Dalam buku parameter standar umum ekstra tumbuhan obat, metode gravimetri
dilakukan dengan cara : memasukkan lebih kurang 10 gram extrak dan ditimbang
seksama dalam wadah yang telah ditara keringkan pada suhu 105°C selama 5 jam dan
ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai pembedaan
antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% penetapan kadar air dengan
metode ini tidak sesuai untuk ekstrak yang mempunyai kandungan minyak atsiri tinggi
dalam hal demikian metode ini lebih tepat disebut penetapak susut pengeringan.

III. Alat dan Bahan


a. Alat b. bahan
1. Timbangan 1. Simplisia serbuk
2. Oven
3. Desikator
4. Spatel logam
5. Lap kain
6. Cawan petri
7. Kertas perkamen

IV. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Cawan dipanaskan pada oven
Pada tahap awal, pertama-tama timbang cawan lalu dicatat bobotnya. Setelah itu,
cawan dipanaskan selama 30 menit dioven dengan suhu 100-105 °C. Lalu setelah
30 menit, cawan dikeluarkan dari oven dan ditimbang kembali.
3. Penimbangan simplisia
Sambil menunggu cawan yang dioven, timbang simplisia sebanyak 5 gram.
Siapkan 3 sampel masing-masing 5 gram. Setelah cawan dingin masukan simplisia
pada cawan lalu catat bobotnya.
4. Pengeringan simplisia
Cawan yang sudah berisi simplisia lalu masukan dalam oven selama 30 menit.
5. Pendinginan di desikator
Setelah dioven kemudian di didinginkan didalam deskilator selama 30 menit.
Setelah dingin lalu timbang bobot cawan + simplisia dan dicatat.
6. Lakukan tahap 1-4 selama 3 kali. Perhitungan kadar air dalam simplisia.
V. Hasil pengamatan
- Berat cawan kosong : Cawan 1 = 70,5 gram
Cawan 2 = 69,8 gram
Cawan 3 = 69,8 gram

- Berat simplisia (A) : 5 gram

- Berat cawan + simplisia (B) : Cawan 1 + Simplisia = 75,5 gram


Cawan 2 + Simplisia = 74,8 gram
Cawan 3 + Simplisia = 74,8 gram

- Berat cawan + simplisia setelah dioven (C) : Cawan 1 + simplisia


Dioven 1 = 74,9 gram
2 = 74,8 gram
3 = 74,8 gram

: Cawan 2 + simplisia
Dioven 1 = 74,2 gram
2 = 74,0 gram
3 = 74,0 gram

: Cawan 3 + Simplisia
Dioven 1 = 75,4 gram
2 = 74,6 gram
3 = 74,6 gram

( Cawan+isi ) −( Bobot tetap)


- Kadar air (%) : x 100%
Berat simplisia
 Cawan 1
Cawan kosong + bahan
70.5 gram + 5 gram = 75,5 gram

% KBT = ( 0,5 mg/g x (CK + B))


= 0,5 mg x 75,5 gram
= 37,75 mg ( 0,03775 )
Bobot cawan kosong = 70,5 gram
Bobot simplisia = 5 gram
Bobot awal =....?
Kriteria bobot =....?
Data penimbanga =
 74,9
 74,8
 74,8
% KSP = ( ( Bobot cawan + isi )-(Bobot tetap) x 100 %
Berat simplisia
= 75,5 gram – 74,8 gram x 100 %
5 gram
= 14 %

 Cawan 2
Cawan kosong + bahan
69,8 gram + 5 gram = 74,8 gram

% KBT = ( 0,5 mg/g x (CK+B))


= 0,5 mg x 74,8 gram
= 37,4 mg ( 0,0374 gram )
Bobot cawan kosong = 69,8 gram
Bobot simplisia = 5 gram
Bobot awal =....?
Kriteria bobot =....?
Data penimbangan =
 74,2
 74,0
 74,0
% KSP = ( ( Bobot cawan + isi )-(Bobot tetap) x 100 %
Berat simplisia
= 69,8 gram – 74,0 gram x 100 %
5 gram
= 16 %

 Cawan 3
Cawan kosong + bahan
66,8 gram + 5 gram = 71,8 gram

% KBT = ( 0,5 mg/g x (CK+B))


= 0,5 mg x 71,8 gram
= 35,9 mg ( 0,0359 gram )
Bobot cawan kosong = gram
Bobot simplisia = 5 gram
Bobot awal =....?
Kriteria bobot =....?
Data penimbangan =
 71,4
 71,4
 71,0
% KSP = ( ( Bobot cawan + isi )-(Bobot tetap) x 100 %
Berat simplisia
= 71,8 gram – 71,4 gram x 100 %
5 gram
= 8%
VI. Pembahasan

Pada praktikum penetapan kadar air ini simplia kering karet kebo ( ficcus elastica ) di
timbang terlebih dahulu sebelum di lakukan perajangan, kemudian timbang simplisia
yang digunakan sebanyak 50 gram. Lalu timbang semua cawan kosong dari cawan ke
1 ke 2 dan ke 3 lalu masukan kedalam oven selama 30 menit dioven dengan suhu 100-
105 °C. Lalu setelah 30 menit, cawan dikeluarkan dari oven dan ditimbang kembali. .
VII. Kesimpulan

Kadar air ialah jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan yang di nyatakan dalam
satuan persen atau perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah di lakukan
pemanasan.
Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu simplisia,
dimana simplisia yang baik mengandung kadar air tidak lebih dari 10%.
VIII. Lampiran

Gambar 1.1 berat simplisia kering Gambar 1.2 proses perajangan Gambar 1.3 simplisia yang digunakan

Gambar 1.1 berat CK ke 1 Gambar 1.2 berat CK ke 2 Gambar 1.3 berat CK ke 3

Gambar 1.5 berat CK 1 + Simp Gambar 1.6 berat CK 1 + Simp Gambar 1.7 berat CK 1 + simp
Pengeringan ke 1 pengeringan ke 2 pengeringan ke 3

Gambar 1.8 berat CK 2 + Simp Gambar 1.9 berat CK 2 + Simp Gambar 1.10 berat Ck + Simp
Pengeringan ke 1 pengeringan ke 2 pengeringan ke 3
IX. Daftar pustaka

PRAKTIKUM III
PENETAPAN KADAR SARI
I. Tujuan praktikum
- Mahasiswa mampu menentukan kadar sari larut etanol
II. Dasar teori
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar
sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa
yang terkandung dalam simplisia.

III. Alat dan bahan


a. Alat b. Bahan
1. Timbangan digital 1. Simplisia serbuk
2. Oven 2. Etanol 96%
3. Waterbath
4. Spatel logam
5. Lap kain
6. Cawan penguap
7. Gelas ukur
8. Erlenmeyer

IV. Prosedr kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang 5 gram serbuk simplisia, masukkan kedalam labu erlenmeyer
3. Masukkan 100 ml etanol 96%, kocok selama 6 jam kemudian biarkan selama
18 jam
4. Kemudian disaring, hasil filtrat ambil 20 ml
5. Cawan penguap dioven 105 C selama 1 jam. Kemudian dinginkan dan
timbang bobot kosong
6. Cawan penguap diisi filtrat 20 ml, kemudian diuapkan di waterbath pada suhu
100 C. Hingga filtrat mengerak pada cawan
7. Timbang hingga bobot tetap
8. Hitung kadar sari

V. Hasil pengamatan
- Bobot cawan uap kosong = 65,1882 gram
- Bobot simplisia = 5 gram
- Bobot cawan mengerak = 65,2108 gram
- Kriteria bobot = 0,5 mg/g x 65,2108 gram
= 32,6054 (0,0326054 gram)
- Data penimbangan =
 65,2094
 65,2015
 65,1997
% KSLE = 100 x bobot tetap – bobot kosong x 100 %
20 Bobot simp/eks
% KSLE = 100 x 65,2015 g – 65,1882 g x 100 %
20 5g
= 1,33% < 10 %

- Massa ekstrak larut etanol


{ ( m. Cawan uap + ekstrak ) – ( m. Cawan uap kosong ) } gram
- Kadar sari latur etanol : bobot yang diuapkan x 100%
Berat simplisia
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
VIII. Lampiran

Gambar 1.1 bahan praktikum Gambar 1.2 berat cawan Gambar 1.3 berat cawan + simp/ekst

Gambar 1.4 proses pemasukan Gambar 1.5 alkohol sebanyak 5 ml Gambar 1.6 proses memasukkan
ekst ke dalam botol alkohol kedalm ekst
Gambar 1.7 hasil setelah Gambar 1.8 pengocokan pertama Gambar 1.9 kocokan pertama
ditambahkan alkohol diamkan selama 10 menit

Gambar 1.10 pengocokan kedua Gambar 1.11 kocokan kedua Gambar 1.12 pengocokan ketiga
Diamkan selama 10 menit

Gambar 1.13 kocokan ketiga Gambar 1.14 pengocokan keempat Gambar 1.15 kocokan keempat
Diamkan selama 10 menit diamkan selama 10 menit

Gambar 1.16 pengocokan 5 Gambar 1.17 kocokan kelima Gambar 1.18 pengocokan 8
Diamkan selama 10 menit

Gambar 1.19 hasil setelah 6 Gambar 1.20 proses penyaringan Gambar 1.21 hasil penyaringan
Pengocokan
Gambar 1.21 proses pengambilan Gambar 1.22 proses penuangan Gambar 1.23 hasil sebanyak 2 ml
sebanyak 2 ml pada cawan uap

Gambar 1.24 tutup memakai Gambar 1.25 proses pengerakan Gambar 1.26 hasil setelah mengerak
alumunium foil

Gambar 1.27 berat setelah Gambar 1.28 berat setelah Gambar 1.29 berat setelah
dioven ke 1 dioven ke 2 dioven ke 3
PRAKTIKUM V
MASERASI

I. Tujuan praktikum
- Mahasiswa mampu membuat sediaan galenika dengan cara maserasi

II. Dasar teori


Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi
termasuk ekstraksi cara dingin dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi
pada keseimbangan. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Maserasi berasal dari bahasa latin macerace berarti mengairi dan melunakan.
maserasi merupakan cara ekstraksi paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk saat
penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada
bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telat tercapai makan proses difusi
segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan
berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi
yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu
maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar
perbandingan simlisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil
yang diperoleh.
Kerugiannya adalah pengerjaan lama dan penyaringan kurang sempurna.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan penyaringan
maserat pertama dan seterusnya.

III. Alat dan bahan


a. Alat b. Bahan
1. Kertas perkamen/biasa 1. Simplisia rajangan
2. Beaker glass 500 ml 2. Etanol 96%
3. Gelas ukur 3. aquadest
4. Batang pengaduk
5. Corong kaca
6. Labu erlenmeyer + tutup
7. Pipet tetes
8. Kertas saring
9. Penyaring
10. Cawan penguap
11. Spatel logam
12. Kassa kawat
13. Kompor
14. Pot salem
15. Kertas alumunium
16. Sudip

IV. Prosedur kerja


1. Siapka alat dan bahan praktikum
2. Ditimbang 50 gram simplisia, masukkan kedalam beaker glass 1000 ml
3. Tambahkan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
Larutan etanol Larutan etanol Etanol 96% + Air panas
96% 70% air
4. Kemudian diaduk selam 10 menit sekali selama 1 jam
5. Biarkan minimal selama 24 jam
6. Kemudian disaring, hitung volume yang didapatkan
7. Hasil maserasi dipekatkan dengan suhu 70 C hingga didapat ekstrak kental
8. Hitung rendemen

V. Hasil pengamatan
Bobot simplisia =
Volume air =
Volume akhir =
Hasil ekstrak etanol =

VI. Pembahasan
Pada praktikum yang di lakukan bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan
ekstrak dari daun
VII. Kesimpulan
1. Tujuan dari proses ekstraksi ialah untuk meningkatka konseentrasi zat
aktif, mengawetkan , identifikasi dan mempermudah untuk membentuk
berbagai sediaan farmasi karena dalam bentuk ekstraknya.
2. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip ekstraksi
sampai seimbang antara konsentrasi di dalam dan di luar sel.
3. Proses ektraksi dengan metode maserasi merupakan metode yang paling
mudah di lakukan karena memakai alat yang sederhana.
4. Salah satu cara untuk menentukkan proses maserasi sudah selesai dan
perlu di hentikan ialah dengan pemberian indikator ( biasanya indikator
warna ).
5. Pelarut yang digunakan dalam metode maserasi harus dapat melarutkan zat
aktif yang di ekstrak.
VIII. Lampiran

Gambar 1.2 Berat simplisia


yang digunakan
PRAKTIKUM VI

PEMBUATAN INFUS DAN DEKOK

I. Tujuan Praktikum
- Mahasiswa mampu membuatn sediaan galenika dengan cara infus dan dekok

II. Dasar Teori


Infus merupakan metode ekstraksi cara panas yaitu penyarian dengan cara
menyari simplisia pada air pada suhu 90 C yang dilakukan selama 15 menit,
metode infus ini merupakan penyarian yang umum dilakukan zat kandungan aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati
penyarian dengan metode ini, menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman, bakteri dan kapang. Oleh sebab itu sari atau ekstrak
yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih 24 jam, namun hal ini bisa dicegah,
apabila penggunaan wadah untuk hasil sari/ekstrak disimpan dalam wadah yang
kedap udara. Pada umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai
jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat-zat yang tidak tahan
pemanasan lama.
Cara kerja infus simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat
kehalusan yang telah ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah
rantang, kemudian dipanaskan dalam kompor/tangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu dalam rantang sudah mencapai 90 C saambil sesekali diaduk. Untuk
mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya
sedangkan infus simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah
dingin
Keuntungan penggunaan metode infus yaitu penggunaan alat yang sederhana
dan biaya oprasionalnya relatif murah, sedangkan kerugiannya yaitu zat-zat yang
tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali apabila kelarutannya
sudah mendingi atau lewat jenuh, menghilangkannya zat-zat atsiri yang
terkandung dan adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu
simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal
dan menyukarkan penarikan za-zat berkhasiat tersebut.
Dekok adalah metode ekstraksi cara panas yaitu penyarian dengan cara
menyari simplisia dalam air pada suhu 90C yang dilakukan lebih lama daripada
metode infus, pada praktikum ini dilakukan dengan waktu 30 menit. Cara kerja
metode dekok ini sama persis dengan metode infus, hal yang membedakannya
hanya penggunaan waktu saja, pada metode dekok waktu yang digunakan lebih
lama daripada metode infus. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kandungan
senyawa yang lebih banyak dalam sari yang terkandung dari bahan simplisia
Sediaan dari hasil metode dekok yaitu, dekokta merupakan sediaan cair yang
dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C. Metode
dekok ini baik digunakan untuk bahan simplisia keras, bahan yang tidak
mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap pemanasan

III. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Kompor
2. Rantang (2) + tutup
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Termometer
6. Stopwatch
7. Kaki tiga
8. Kertas saring
9. Beaker glas
10. Corong kaca
11. Spatel logam
12. Botol plastik

b. Bahan
1. Simplisia rajangan
2. Air bersih

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 50 gram simplisia rajangan, masukan kedalam rantang atas
kemudian ditambahkan air dengan volume terhitung, hingga simplisia
terendam
3. Masukan air kedalam rantang bawah, lalu letakan rantang atas yang sudah
berisi simplisia
4. Kemudian simpan rantang diatas kompor, panaskan pada suhu konstan 90 C
5. Setelah suhu konstan untuk infus ditimer selama 15 menit dan dekok selama
30 menit
6. Kemudian disaring. Ukur volume yang diperoleh
7. Hasilnya dijadikan ekstrak kental

V. Hasil Pengamatan
Bobot simplisia
Volume air
Volume akhir
Hasil ekstrak kental

VI. Pembahasan

VII. Kesimpulan

VIII. Lampiran
PRAKTIKUM VII

PERKOLASI

I. Tujuan praktikum
Mahasiswa mampu membuat sediaan galenika dengan cara perkolasi

II. Dasar teori


Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam satu perkolator, perkolasi
termasuk kedalam ekstraksi cara dingin, perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat
tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut : serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari
akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jatuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran
(friksi)
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang,
sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak
mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan
alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

III. Alat dan bahan


a. Alat
1. Corong pisah 500 ml
2. Corong pisah 250 ml
3. Batang statif
4. Klem corong pisah
5. Tissue/kapas
6. Pipet tetes
7. Beaker glas
8. Gelas ukur 100 ml
9. Batang pengaduk
10. Kertas perkamen
b. Bahan
1. Simplisia rajangan ( kayu secang )
2. Etanol 96%

IV. Prosedur kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Rangkai alat perkolator
3. Timbang 25 gram simplisia rajangan
4. Masukkan simplisia kedalam corong pisah 500 ml
5. Rendam dengan pelarut etanol 96% dengan volume terukur selama 15 menit
6. Simpan erlenmeyer yang sudah terisi etanol + simplisia pada klem corong
pisah. Pada statif bagian bawah
7. Kemudian masukkan etanol pada corong pisah 250 ml dengan volume yang
sama pada perendaman awal. Simpan klem corong pisah bagian atas
8. Setelah 15 menit, alirkan etanol sedikit demi sedikit sesuai aliran yang
menetes dibagian bawah
9. Hitung hasil volume akhir

V. Hasil pengamatan
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan

VIII. Lampiran
IX. Tujuan praktikum
X. Dasar teori
XI. Alat dan bahan
XII. Prosedur kerja
XIII. Hasil pengamatan
XIV. Pembahasan
XV. Kesimpulan
XVI. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai