Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“Penetapan kadar tanin & Indeks Pengembangan”

KELOMPOK 2

GELOMBANG 4

ANGGOTA :

Aa Rosidin 191FF01057

Reni Siregar 191FF01059

Silvi Aulia A. 191FF01055

Novera Elfaringga 191FF01069

Silmi Nur Alam 191FF01086


I . TUJUAN
- Memahami cara penentuan kadar tanin dalam simplisia
- Mengetahui manfaat dari penentuan kadar tanin pada simplisia

II. PRINSIP DASAR


Berdasarkan sifar tanin yang bereaksi dengan kulit (kolagen) yang membentuk hasil reaksi
yang tidak larut dengan cara gravimetri
III. DASAR TEORI
Tanin merupakan suatu subtansi yang sering di temukan dalam tanaman senyawa tanin
sendiri memiliki khasiat di antaranya sebagai :
- Astringen
- Anti diare
- Anti bakteri
- Anti oksidan

Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul yang
cukup tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya tanin
di klasifikasikan menjadi dua yaitu
- Tanin terhidrolisis : tanin terhidrolisis dengan berikatan pada karbohidrat
yang akan membentuk jembatan oksigen, tanin ini dapat di hidrolisis dengan
menggunakan asam sulfat.
- Tanin terkondensasi : tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis tetapi
tanin jenis ini teerkondensasi yang menghasilkan asam klorida. Tanin yang
terkondensasi biasanya terdiri dari polimer flavonoid.

Tanin banyak di temukan di daun,tunas, biji, akar, batang, dan jaringan. Jaringan ini
misalnya pada jaringan xilem dan floem dan pada lapisan korteks dengan epidermis.
Senyawa tanin memiliki dua sifat yaitu sifat kimia dan sifat fisika.
Sifat kimia dari tanin yaitu:
a. Merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol
yang sulit untuk di pisahkan
b. Senyawa tanin ini di identifikasi dengan menggunakan kromotografi
c. Senyawa yg terdapat dalam tanin mempunyai aksi adstrigensia dan anti
septik,.

Sifat fisika dari tanin yaitu :


a. Apabila di campur dengan alkaloid dan glatin akan terbentuk endapan
b. Tanin tidak dapat mengkristal
c. Dapat mengendapkan protein
d. Jika di larutkan ke dalam air senywa ini akan membentuk koloid dan memiliki
rasa asam dan sepan
Kadar tanin sendiri di tetapkan dengan menggunakan beberapa macam metode,
di antaranya :
a. Metode gravimetri
b. Metode volumetri
c. Metode kalorimetri

IV. ALAT DAN BAHAN


 Alat
- Erlemeyer
- Gelas ukur
- Labu takar
- Kertas saring
- Pemanas
- Labu ukur
- Cawan
- Pipet
- Oven
 Bahan
- Aquadest
- Kerupuk kulit
- Biji pinang

V. PROSEDUR
a. Ekstraksi simplisia
Timbang 2 gram simplisia

Tambahkan air panas dan didihkan selama 30 menit

Diginkan dan pindahkan ke dalamlabu ukur 250 ml

Genapkan dengan menambahkan aquadest

Biarkan padatan mengendap kemudian saring

Buang 50 ml filtrat pertama kemudian saring

b. Pengujian
Tentukan bahan terekstrasi dengan mengeringkan 50 ml ekstrak sampai kering
dengan suhu 105˚C hingga bobot tetap (T1)

Ambil 80 ml ekstrak dan tambahkan 6 gram serbuk kerupuk kulit dan kocok
selama 60 menit, kemudian saring dan uapkan 50 ml filtrat hingga kering
dengan menggunakan suhu 105˚C hingga bobot tetap (T2)

Tentukan kelarutan serbuk kerupuk kulit dengan mencampur 6 gram serbuk
kulit dengan 80 ml air dan kocok selama 60 menit, kemudian saring dan
uapkan 50 ml filtrat hingga kering dan keringkan pada suhu 105˚C hingga
bobot tetap (T0)

VI. HASIL PENGAMATAN


 Bobot terekstrasi 32,33 gram dengan Cawan kosong 31,30 gram
 Campuran ekstrak dan k kulit 35,66 gram dengan cawan kosong 34,79 gram
 Kelarutan kerupuk kulit 33,42 gram dengan cawan kosong 33,36 gram
 Berat biji pinang yang digunakan adalah 2,05 gram

Perhitungan
Diketahui T1 = 32,33 – 31,30 = 1,03 gram
T2 = 35,66 – 34,79 = 0,87 gram
T0 = 33,42 – 33,36 = 0.06 gram
W = 2,05 gram
T 1−( T 2−T 0 ) ×500
Kadar tanin %=
W

1,03−( 0,87−0,06 ) ×500 110


kadar tanin %= = =53,65 %
2,05 2,05
 Indeks Pengembangan

Volume yang ditempati Simplisia daun cincau


Menit 0 10 20 30 40 50 60 180
ke-
Tabung 2,1 2,2 2,2 2,4 2,6 2,9 3,1 3,4
1
Tabung 2,1 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0 3,0 3,3
2
Tabung 2,2 2,2 2,3 2,4 2,7 2,9 3,1 3,2
3
Rara- 2,13 2,2 2,3 2,46 2,7 2,93 3,06 3,3
rata
Volume
Rata−rata pengembangan
 Perhitungan Indeks Pengembangan :
Interval Waktu
2,13
 Menit ke-0 Indeks Pengembangan= =2,13
0
2,2
 Menit ke-10 Indeks Pengembangan= =0,22
10
2,3
 Menit ke-20 Indeks Pengembangan= =0,115
20
2,46
 Menit ke-30 Indeks Pengembangan= =0,082
30
2,7
 Menit ke- 40 Indeks Pengembangan= =0,067
40
2,93
 Menit ke-50 Indeks Pengembangan= =0,058
50
3,06
 Menit ke-60 Indeks Pengembangan= =0,051
60
3,3
 Menit ke-180 Indeks Pengembangan= =0,018
180

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum tentang pentapan kadar tanin dan
indeks pengembangan, tanin sendiri yaitu senyawa campuran polifenol yang sukar di
pisahkan dan sukar mengkristal dan mudah teroksidasi dan perpolimerasi dalam larutan.
Dalam praktikum kali ini kami menggunakan metode gravimetri yang berdasarkan berat tetap
atau berat konstan nya. Simplisia yang digunakan untuk sampel dalam praktikum kali ini
yaitu biji pinang. Senyawa polifenol mendominasi biji pinang adalah flavonoid dan tanin
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004). Salah satu senyawa aktif yang terkandung pada
biji pinang adalah tanin.Tanin merupakan senyawa fenol yang mempunyai rasa sepat dan
memiliki kemampuan menyamak kulit (Robinson 1995). Menurut Evans (2002), tanin adalah
senyawa yang mudah larut dalam air dan etanol, jadi ekstraksi tanin dapat menggunakan
cairan penyari yaitu air, etanol, atau kombinasi air-etanol. Semakin besar kepolaran cairan
penyari, semakin besar pula tanin yang dapat diperoleh dari proses ekstraksi. Tanin
merupakan senyawa polifenol yang bersifat polar. Tanin adalah senyawa polifenol yang
sangat kompleks. Karena gugus fenol, tanin dapat bereaksi dengan formaldehida membentuk
produk thermosetting yang bisa digunakan sebagai perekat. Tanin banyak digunakan dalam
industri kulit karena kemampuannya mengikat bermacam–macam protein, sehingga dapat
digunakan sebagai pengawet dan penyamak kulit (Danarto dkk, 2011).
Pada penetapan kadar tani dipraktikum pertama dilakukan ekstraksi terlebih dahulu simplisia
sebanyak 2 gram dan ditambahkan air panas lalu didihkan selama 30 menit lalu didinginkan
sehingga tanin yang terkandung dapat keluar atau terlepas dari biji pinang. Lalu dipindahkan
kedalam labu ukur 250 ml dan di ad dengan aquadest lalu dibiarkan padatan mengendap ,
setelahnya disaring dan buang 50 ml filtrat pertama tujuannya untuk membuang pengotor
yang terbawa dalam proses ektraksi biji pinang ini. Setelah itu dilakukan pengujian untuk
mendapatkan bobot konstan dari ekstrak yang telah dilakukan. Hasil yang didapatkan adalah
T1 sebanyak 1,03 gram ,T2 sebanyak 0,87 gram T0 sebanyak 0.06 gram maka hasil
perhitungan yaitu diperoleh kadar tanin dalam biji pinang sebanyak 53,65%. Menurut Nana
Wildiana (2002) dalam W Kusmaryani (2016),semakin muda biji pinang maka semakin
tinggi kandungan taninnya. Anlisis secara gravimetri dimana kadar air yang terdapat didalam
kulit sapi mempengaruhi kadar tanin yang juga terdapat pada kulit tersebut.
Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari
pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu. Penelitian didasarkan pada penambahan
air terhadap simplisia (rajangan atau serbuk). Dengan menggunakan gelas ukur berskala
bahan dikocok berulang selama satu jam dan biarkan selama waktu tertentu. Volume
campuran dalam mL kemudian dibaca.
Penelitian berdasarkan pada penambahan air terhadap simplisia (rajangan atau serbuk)
dengan glass ukur berskala, bahan di kocok berulang sampai 1 jam, kemudian dibiarkan
selama wakru tertentu. Kemudian dibaca volume campuran dalam mL. Setelah dilakukan
pengocokan berulang selama 1 jam, dan didiamkan dengan interval waktu yang berbeda,
yaitu dari menit ke-0 hingga menit ke-180. Didapatkan rata-rata tabung 1, tabung 2, dan 3
dari menit ke-0 hingga 180 yaitu 2,13 2,2 2,3 2,46 2,7 2,93 3,06 dan 3,3. Dan setelah dibagi
dengan interval waktu nya didaptakan hasil 2,13 0,22 0,115 0,082 0,067 0,058 0,051 dan
0,018. Dari hasil perhitungan indeks pengembangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
indeks pengembangan terbesar adalah pada menit ke-0 dengan hasil perhitungan rata-rata
pengembangan dibagi interval waktu yaitu 2,13.

VIII. KESIMPULAN

Dalam praktikum kali ini disimpulkan bahwa tanin adalah senyawa campuran polifenol yang
sukar di pisahkan dan sukar mengkristal dan mudah teroksidasi dan perpolimerasi dalam
larutan. Dalam pembuatan kadar tanin ini menggunakan metode gravimetri. Manfaat dari
tanin sendiri yaitu banyak manfaatnya di antaranya sebagai adstrigensia,antidotum, dan
sebagainya. Pada praktikum hasil tanin yang didapat sebanyak 53,65 %.
1. Cara penetapan indeks pengembangan dengan mengocok kuat simplisia yang sudah
ditambahkan aquadest selama 1 menit dan dihitung rata-rata dari setiap penentuan.
2. Manfaat penetapan indeks pengembangan yaitu untuk mengetahui pengembangan
simplisia dalam mL.
IX. DAFTAR PUSTAKA
 Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Depkes RI, Jakarta
 Bruneton,J.,1999, Pharmacognosy – Phytochemistry – Medicinal Plants,Second,
Lavoisier Pub.
 2010, kimia farmasi analisis, pustaka pelajar : jogjakarta
 Inc. c/o Springen Verlag, Secaucus USA.
 Tyler,V.E., Brady,L.R., Robbers,J.E., 1988, Pharmacognosy, Ninth Edition, Lea &
Febiger, Philedephia.
 Sumarni, Helen Firda Tomanda, dan Yunita Safitri A. Lakuba. 15 September 2018.
EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI BAHAN PENYAMAK
NABATI. Yogyakarta : Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X.

Anda mungkin juga menyukai