Anda di halaman 1dari 10

Nilai Paraf

PENETAPAN KADAR TANIN DALAM SIMPLISIA


Modul 6 Praktikum Farmakognosi
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Modul 6)

Disusun Oleh :
Kelas : FA1
Grup Gelombang : G1/K3

Gilang Ramadhan 221FF03002


Putri Rivana Febriani 221FF03008
Verrent 221FF03014
Aghnia Nurvianti N 221FF03018
Vina Amaliasari 221FF03020

Dosen : Bapak Dr. apt. Dadang Juanda, M. Si.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI (S1)
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2023
I. Tujuan
1. Memahami cara penentuan kadar tanin dalam simplisia
2. Mengetahui manfaat dari penentuan kadar tanin dalam simplisia
II. Prinsip
Prinsip penentuan didasarkan pada sifat tanin yang bereaksi dengan kulit (kolagen)
membentuk hasil reaksi yang tidak larut dan dikuantifikasi dengan cara gravimetri.
III. Dasar Teori
Tanin merupakan senyawa bahan alam yang dapat menyamak kulit dengan
cara mengikat protein agar tahan terhadap enzim proteolitik. Reaksi antara tanin dan
jaringan hidup disebut astringent dan dijadikan dasar penggunaan dalam
pengobatan. Beberapa khasiat tanin, yaitu sebagai astringen, antidiare, antibakteri
dan antioksidan.
Struktur tanin
Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul yang cukup tinggi lebih dari 1000 dan dapat membentuk kompleks dengan
protein. Berdasarkan strukturnya, tanin diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu tanin
terhidrolisis (galo tanin) dan tanin terkondensasi (tanin katekat).
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan
terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi kebanyakan
terdiri dari polimer Flavonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan nama Proanthocyanidin
yang merupakan polimer dari flavonoid dihubungkan dengan melalui C8 dengan C4,
contohnya Sorghum procyanidin yang tersusun dari catechin dan epicatechin.
Tanin terhidrolisis biasanya berkaitan dengan karbohidrat yang dapat
membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan
asam sulfat atau asam klorida.
1. Gallotanin merupakan salah satu contoh tanin terhidrolisis, di mana
gallotanin ini merupakan senyawa berupa gabungan dari karbohidrat
dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya adalah ellagitanin yang
tersusun dari asam heksa hidroksidifenil. Secara singkat, apabila tanin
mengalami hidrolisis, akan terbentuk fenol polihidroksi yang
sederhana, misalnya pirogalol, yang merupakan hasil dari terurainya
asam galat dan katekol yang merupakan hasil dari hidrolisis asam
protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa senyawa amorf,
higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air terutama air
panas yang membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya.
Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin
mudah diperoleh dalam bentuk kristal.
Secara kimia, tanin merupakan campuran polifenol yang sukar dipisahkan
dan sukar mengkristal, mudah teroksidasi dan berpolimerisasi dalam larutan serta
memiliki kelarutan yang terendah dalam pelarut.
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat
dilihat dari sulfat tanin itu sendiri. Sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika:
● Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan
memiliki rasa asam dan sepat.
● Apabila tanin dicampur dengan alkaloid dan gelatin, maka akan terbentuk
endapan. Tanin tidak dapat mengkristal dan tanin dapat mengendap
protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga
tidak dipengaruhi oleh enzim proteolitik.
2. Sifat Kimia dari tanin adalah bahwa merupakan senyawa kompleks yang
memiliki bentuk campuran polifenol yang sulit untuk dipisahkan sehingga sulit
membentuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan
kromatografi. Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai sifat astringent
dan antiseptik.

Metode penetapan kadar tanin


Kadar tanin dapat ditetapkan dengan menggunakan berbagai macam
metode. Metode yang biasanya digunakan untuk menentukan kadar tanin
total adalah :
1. Metode Gravimetri
Analisis dengan menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis
kuantitatif berdasarkan berat tetap (konstan). Reagen atau pereaksi
yang ditambahkan adalah berlebih untuk menekan kelarutan
endapan.
2. Metode Volumetri / Permanganometri
Berdasarkan reaksi kimianya, metode volumetri dikelompokkan
menjadi 4 jenis reaksi, yaitu reaksi asam basa, reaksi redoks, reaksi
pengendapan, dan reaksi pembentukkan kompleks.
3. Metode Kolorimetri
Reaksi kolorimetri yaitu penetapan kadar tanin dari dengan volumetri
prinsipnya yaitu reaksi reduksi senyawa besi (III) menjadi senyawa
besi (II) oleh tanin membentuk warna biru kehitaman. Selanjutnya
dengan penambahan pereaksi biru prusia, akan membentuk suatu
kompleks berwarna biru tinta yang dapat diukur menggunakan
spektrofotometer pada daerah sinar tampak.

IV. Alat dan bahan


Alat:
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Gelas kimia 500 mL
3. Labu takar 250 mL
4. Corong saring
5. Gelas ukur 100 mL
6. Pemanas
7. Cawan uap 100 mL
8. Oven 105 derajat celcius
9. Pipet volume 25 mL, 50 mL

Bahan :
1. Simplisia ( pinang, daun jambu biji, dll)
2. Aquadest
3. Kertas saring
4. Serbuk kerupuk kulit

V. Prosedur Kerja
a. Ekstrak simplisia

Timbang 2 g simplisia,tambahkan air panas dan didihkan


selama 30 menit

Dinginkan dan pindahkan ke dalam labu takar 250 ml dan


genapkan dengan aquadest
Biarkan padatan mengendap, saring melalui kertas saring dan
buang 50 ml filtrat pertama

b. Pengujian

Tentukan bahan terekstraksi dengan mengeringkan 50 ml


ekstrak sampai kering dan dikeringkan pada suhu 105 C
hingga bobot tetap (T1)

Ambil 80 ml ekstrak dan tambahkan 6 g serbuk kerupuk kulit


dan kocok selama 60 menit.Saring dan uapkan 50 ml
filtrat,hingga kering dan keringkan pada 105 C hingga bobot
tetap (T2)

Tentukan kelarutan serbuk kerupuk kulit dengan mencampur 6


g serbuk kulit dengan 80 ml air dan kocong selama 60
menit.Saring dan uapkan 50 ml filtrat hingga kering dan
keringkan pada 105 C hingga bobot tetap (To)
VI. Hasil Pengamatan
Nama bahan : Daun jambu biji
Nama latin bahan : Psidium guajava
Nama simplisia : Psidii Folium
Bobot simplisia : 2 gram

Penimbangan
T1 (cawan kosong)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan T1 1 2 3
66,17 66,17 66,14

T1 (Cawan isi)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan T1 1 2 3
66,17 66,20 66,18

Bobot T1: 66,18 g - 66,16 g= 0,02 g

T2 (Cawan Kosong)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan T2 1 2 3
55,15 55,31 55,28

T2 (Cawan isi)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan T2 1 2 3
55,64 55,62 55,54

Bobot T2: 55,6 g - 55,24 g = 0,36 g

T0 (Cawan Kosong)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan To 1 2 3
51,50 51,58 51,57

To (Cawan isi)

Penimbangan ke-(gram)
Cawan To 1 2 3
52,11 52,04 52,00

Bobot T0: 52,05 g - 51,55 g = 0,5 g


Kadar tanin (%)= T1-(T2-To) x 500 /W
= 0,02 - (0,36 - 0,5) x 500 / 2
=0,02 - (-0,14) x 500 / 2
= 40 %

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar pada tanin. Tanin memiliki
kemampuan sebagai antioksidan dan antimikroba yang selektif, gugus –OH pada
tanin mampu berfungsi sebagai antioksidan karena dapat meredam radikal bebas
superoksida, hidroksil, peroksil, hidrogen peroksida, singlet oksigen, oksida nitrit,
peroksinitrit, yang terdapat di dalam tubuh. Metode yang kami gunakan untuk
menetapkan kadar tanin ini adalah dengan metode gravimetri. Analisis dengan
menggunakan metode gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat
tetap (berat konstan)-nya, dengan menggunakan sampel daun jambu biji (Psidii
folium) karena daun jambu biji memiliki kandungan tanin yang dipercaya mampu
mengobati diare. Klasifikasi daun jambu biji adalah sebagai berikut:
● Kingdom: Plantae
● Divisi : Magnoliophyta
● Kelas : Magnoliopsida
● Ordo : Myrtales
● Famili : Myrtaceae
● Genus : Psidium
● Spesies : Psidium guajava L.
Untuk langkah pertama dilakukan membuat ekstraksi pada sampel simplisia
daun jambu biji sebanyak 2 gram, lalu didihkan air panas selama 30 menit, setelah
itu masukkan air panas yang telah mendidih ke dalam wadah bersama dengan
simplisia agar simplisia larut dan dibiarkan mengendap agar terjadi proses
pemisahan bahan dari campurannya, kemudian saring menggunakan kertas saring
ke dalam labu ukur 500 mL, tujuannya adalah untuk membuang pengotor yang ikut
terbawa dalam proses ekstraksi, setelah disaring ke dalam labu ukur add aquades
sampai tanda batas, ekstrak yang telah diperoleh berwarna coklat.Semakin lama
waktu ekstraksi maka cairan ekstrak yang akan dihasilkan akan semakin kecoklatan,
bahwa semakin coklat warna ekstraknya, semakin banyak juga mengekstraksi
senyawa target termasuk senyawa target yaitu tanin,namun hal itu belum
membuktikan hasil dari analisa kadar tanin. Pada prinsipnya, proses ekstraksi dapat
dipengaruhi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk menerima konten tanin
optimal. Tujuan dilakukannya ekstraksi yaitu untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia, dimana ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Langkah selanjutnya yaitu pengujian T1, pertama timbang cawan kosong
dengan cara panaskan cawan kosong lalu dinginkan dan ditimbang lakukan
sebanyak 3x, saat penimbangan pertama pada cawan kosong seberat 66,17 g, ke
dua 66,17g dan ketiga 66,14 sehingga bobot rata-ratanya yaitu 66,16 g, tujuan
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu untuk menentukan bobot konstannya. Kemudian
cawan isi di timbang sebanyak 3 kali, dimana pada penimbangan pertama yaitu
66,17 g, ke dua 66,20 g dan ketiga 66,18 g, sehingga rata-rata yang didapatkan yaitu
66,18 g. Maka dapat diperoleh nilai bobot ekstrak dari daun jambu biji (Psidii Folium)
yang sudah dikeringkan yaitu 0,02 g
Langkah selanjutnya yaitu pengujian T2, diperoleh 80 mL ekstrak dari daun
jambu biji ( Psidii Folium) yang ditambahkan 6 gram kerupuk kulit ke dalam
erlenmeyer yang sudah dikeringkan kemudian kocok selama 60 menit sambil ditutup
menggunakan plastik wrap, kemudian di saring dan diuapkan diatas kompor pada
suhu 105 derajar celcius sebanyak 50 mL. Hasil dari penimbangan pada cawan
kosong diperoleh bobot penimbangan yaitu, yang pertama 55,15 g, ke dua 55,31 g,
dan ketiga 55,28 g, sehingga rata-rata yang didapatkan yaitu 55,24 g. Kemudian
penimbangan menggunakan cawan isi diperoleh, yang pertama 55,64 g, ke dua
55,62 g, dan ketiga 55,54 g, sehingga rata-rata yang didapatkan yaitu 55,6 g. Maka
dapat diperoleh nilai bobot ekstrak dari daun jambu biji (Psidii Folium) dan kerupuk
kulit yaitu 0,36 g
Langkah terakhir yaitu pengujian To, yang diperoleh dari 80 mL aquadest
dan tambahkan kerupuk kulit sebanyak 6 gram dan dikocok selama 60 menit
menggunakan plastik wrap, setelah dikocok selama 60 menit kemudian disaring ke
dalam wadah menggunakan kertas saring dan corong, setelah itu masukkan
sebanyak 50 mL filtrat kedalam cawan kosong yang telah ditimbang dan diuapkan
diatas kompor denan suhu 105 derajat celcius, sampai airnya menyusut, lalu
ditimbang sebanyak 3x hingga bobot konstan. Hasil dari penimbangan cawan
kosong diperoleh,pertama 51,50 g, kedua 51,58 g, dan ketiga 51,57 g, sehingga
rata-rata yang didapatkan yaitu 51,55 g. Kemudian penimbangan menggunakan
cawan isi diperoleh, yang pertama 52,11 g, kedua 52,04 g dan ketiga 52,00 g.
sehingga rata-rata yang didapatkan yaitu 52,05 g. Maka dapat diperoleh nilai bobot
aquadest dan kerupuk kulit yaitu 0,5 g.
Kegunaan penambahan kerupuk kulit yaitu untuk melihat efek tanin terhadap
sel hidup karena kerupuk kulit dapat menyamak protein dengan baik dengan cara
mengikat protein agar tahan terhadap enzim proteolit. Dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan bahwa % kadar tanin yang diperoleh yaitu 40 %
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa tanin senyawa
campuran fenol yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal mudah teroksidasi dan
berpolimerasi dalam larutan. % kadar tanin yang di perpleh yaitu 40 %.
IX. Daftar Pustaka
Yustami Eliza Putra. 2015. Penetapan Kadar Tanin . Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung
Nani Ayu Lestari. 2015. Laporan Farmakognosi Tanin . Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung
Arinta, A, dan Kusdani, J. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Gambir
(Uncaria gambir) Metode Microwave- Assisted Extraction Terhadap Bakteri
Patogen. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

X. Lampiran
1. Ekstraksi
Simplisia di timbang untuk dijadikan ekstraksi simplisia.

Hasil ekstraksi simplisia dibiarkan mengendap dan disaring.

2. Pengujian T1
Cawan kosong dipanaskan terlebih dahulu, tunggu dingin dan dilakukan
penimbangan sebanyak 3 kali

3. Pengujian T2
Ekstrak diambil sebanyak 80 ml dan di tambahkan 6 gram kerupuk kulit lalu
dimasukan ke dalam cawan. Dipanaskan terlebih dahulu lalu di timbang
dilakukan sebanyak 3 kali.
Dikocok, kemudian disaring
Hasil penyaringan

Hasil diuapkan 50 ml filtrat dan ditimbang hingga bobot konstan

4. Pengujian T0
Aquades sebanyak 80 ml dan 6 gram kerupuk dimasukan ke cawan, lalu di
panaskan dan di timbang, dilakukan sebanyak 3 kali dan di kocok

Hasil penyaringan kemudian diuapkan 50 ml filtrat dan di timbang hingga


bobot konstan

Anda mungkin juga menyukai