PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
organik padat yang diisolasi dari reaksi organik jarang berbentuk murni. Senyawa
didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran
pelarut. Bila suatu kristal sangat larut dalam satu pelarut dan sangat tak larut dengan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
Penggunaan teknik rekristalisasi adalah senyawa organik padat yang diisolasi dari
dengan sedikit senyawa lain (impuritis) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung.
kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Bila suatu kristal sangat
larut dalam satu pelarut dan sangat tak larut dengan pelarut lain maka akan
perubahan. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan padat, pada
tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian mendidih. Disini terjadi
perubahan fase dari padat ke cair lalu ke fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu
kamar berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada titik
didihnya) akan berubah menjadi fase gas. Jika zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan dan temperature tertentu akan lansung berubah
menjadi fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil
reaksi biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip proses ini
atau leburan dari material yang ada. Sebenarnya rekristalisasi hanyalah sebuah proses
lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini hasil kristalisasi)
memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan pada pelarut pada suhu
kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan supaya
zat tidak murni dapat menerobos kertas saring dan yang tertinggal hanyalah kristal
merupakan faktor penting pada proses kristalisasi. Kelarutan suatu komponen dalam
senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar (Ahmadi,
2010).
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 100
ml, batang pengaduk, corong, pipet tetes, gelas ukur, kain kasa, labu alas bulat
dan elektromatel
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah
whatman.
B. Prosedur Kerja
1. Rekristalisasi
Asam Benzoat
- Ditimbang
- Dimasukan dalam gelas
kimia 30 ml
- dilarutkan dengan metanol
sedikit demi sedikit
- ditambahkan karbon
- dipanaskan
- disaring
- didingingkan
dengan air es
- disaring
Kristal asam Pelarut
benzoat
2. Sublimasi
Kapur Barus
alas bulat.
kain kasa.
- dipanaskan
A. Data Pengamatan
.
1. Rekristalisasi: Terbentuk kristal
dipanaskan.
B. Perhitungan
1. Rekristalisasi
Diketahui :
% Rendemen = .......?
Berat praktek
% Rendemen = x 100 %
Berat teori
22 gram
= x 100 %
2 gram
= 1100%
2. Sublimasi
Diketahui :
% Rendemen = .......?
berat praktek
% Rendemen = x 100 %
berat teori
22 gram
= x 100 %
2 gram
= 1100%
C. Pembahasan
Terdapat beberapa cara dalam proses pemisahan dan pemurnian zat yaitu
penukaran ion. Tetapi yang dilakukan yaitu Rekristalisasi dan Sublimasi yang
bertujuan melakukan kristalisasi dengan baik, memilih pelarut yang sesuai untuk
zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin.
Kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan Kristal yang identik dan teratur
Dimulai dengan penambahan senyawa yang akan dimurnikan (asam benzoat ) dalam
pelarut panas (metanol). Pelarut panas digunakan karena senyawa padat akan lebih
mudah terlarut atau larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin.
Karena semakin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam
Tahap awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu dilakukan proses
pelarutan asam benzoat yang berbentuk padatan agar menjadi suatu larutan. Asam
benzoat yang digunakan dalam percobaan ini merupakan asam benzoat yang belum
murni atau masih kotor. Maka dari itu dilakukan pemurnian terhadap asam benzoat
agar terbebas dari zat pengotor. Asam benzoat ini dilarutkan dengan metanol yang
telah didihkan sedikit demi sedikit. Saat pelarutan asam benzoat dengan metanol
panas, teramati bahwa asam benzoat lebih mudah melarut pada metanol dengan suhu
yang relatif tinggi. Peristiwa ini disebabkan oleh kecepatan reaksi dari asam benzoat
kurang reaktif pada metanol yang memiliki suhu rendah dan juga sifat-sifat fisis dari
zat ini yang selalu berada dalam bentuk padat pada suhu yang relatif rendah, sehingga
karbon telah berada didalam larutan, maka karbon tersebut akan mengikat pengotor
yang ada dalam larutan tersebut. Hal ini terjadi karena sifat karbon reaktif yang
mudah membentuk ikatan dengan atom-atom tertentu yang ada didalam larutan
tersebut.
Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan antara zat yang telah larut dengan zat
pengotornya agar diperoleh zat yang lebih murni, namun untuk memperoleh hasil
yang maksimal maka perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang
dikenal dengan nama corong Bunchen. Jika kristal belum terbentuk, maka dilakukan
pada rekristalisasi, asam benzoat ini pula tidak murni artinya masih terdapat pengotor.
Sublimasi merupakam suatu perubahan wujud dari padat menjadi gas tanpa melalui
fase cairnya. Pada percobaan ini asam benzoat akan diuapkan dan menjadi kristal
kembali. Bila telah mencapai titik lelehnya, asam benzoat akan meleleh. Sehingga
terbentuk kristal didinding gelas kimia dan alas labu bulatnya. Kain kasa disumbatkan
pada mulut gelas kimia untuk menahan uap asam benzoat agar tidak keluar.
tinggi rendemen suatu zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi sedangkan
semakin kecil nilai rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat kemurnian
semakin rendah. Dari hasil percobaan ini diperoleh rendemen kristal asam benzoat
sebesar 1100 %. Hal ini terjadi karena kesalahan-kesalahan yang tak terduga yang
seperti para praktikan sebelumnya, kesalahan yang dilakukan kelompok kami bisa
dibilang fatal. Karena menghasilkan rendemen 1100% pada rekristalisasi dan hasil
V. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan pada percobaan ini maka dapat
disimpulkan.
1. Rekristalisasi adalah salah satu cara pemurnian zat padat dari campuran
dikristalkan kembali.
2. Pelarut yang tepat dalam rekristalisasi adalah mempunyai daya pelarut yang
tinggi pada suhu tinggi dan daya pelarut semakin turun seiring dengan
menurunnya suhu, dapat melarutkan pengotor dengan mudah walaupun
4. metode dari proses rekristalisasi adalah didasarkan pada perbedaan daya larut
antara zat yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Day R.A., dan Underwood, A.L. 1981. Analisa Kimia Kuantitati. Jakarta: Erlangga
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka
Zaini, E., Auzal H., Sundani N. S. Dan Dwi S. 2011. Peningkatan Laju Pelarutan
Trimetoprim Melalui Metode Ko-Kristalisasi Dengan Nikotinamida. Jurnal
Farmasi Indonesia. 5(4)