Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/310059059

Pregabalin as the Cornerstone of Treating Neuropathic Pain

Conference Paper · November 2015

CITATIONS READS

0 1,127

2 authors:

Thomas Eko Purwata Eka Widyadharma


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Udayana University
27 PUBLICATIONS   25 CITATIONS    104 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Neurological complication of HIV Infection View project

Sleep disorders and Cognitive Impairment View project

All content following this page was uploaded by Eka Widyadharma on 13 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

BUKU NASKAH LENGKAP

PENDIDIKAN KEDOKTERAN BERKELANJUTAN XXIII

―LEADING INTERNAL MEDICINE TO BEST CARE OF PATIENT:

BASED ON NOVEL RESEARCH‖

Inna Grand Bali Beach Sanur, 05 - 07 November 2015

Editor:

Prof. Dr. dr. I Made Bakta, SpPD-KHOM, FINASIM

Prof. Dr. dr. IDN Wibawa, SpPD-KGEH, FINASIM

Dr. dr. Ketut Suega, SpPD-KHOM, FINASIM

dr. I Nyoman Astika, SpPD-KGer, FINASIM

1 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Pregabalin as the Cornerstone of Treating Neuropathic Pain


Thomas Eko P, Putu Eka Widyadharma

SMF/Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-RSUP Sanglah Denpasar

Abstrak
Nyeri Neuropatik (NN) merupakan salah satu bentuk nyeri kronik
yang sulit diobati , obat-obatan penghilang rasa sakit dan anti inflamasi non
steroid pada umumnya kurang responsif untuk mengobati NN.
Penatalaksanaan NN masih merupakan tantangan , hanya sekitar
50% pasien yang diobati berkurang rasa nyerinya, itupun nyerinya tidak
hilang total dan seringkali efek samping obat tidak dapat ditoleransi oleh
pasien. Pendekatan terapi NN yang rasional adalah berdasarkan
mekanisme terjadinya NN. Menejemen NN kronik idealnya dilakukan
secara multidisiplin dan berdasarkan guideline (GL) dengan
memperhatikan untung dan ruginya. Obat-obatan untuk NN yang
mempunyai efikasi yang baik berdasarkan bukti klinik adalah analgesik
adjuvan seperti misalnya : anti-konvulsan, anti-depresan, anestesi lokal
dan lain-lainnya.
Pregabalin merupakan anti-konvulsan yang bekerja pada α2-δ
subunit dari voltage gated calcium channel. Mekanisme kerjanya adalah
memodulasi influks kalsium dan mengurangi pelepasan neuro-transmiter
eksitatorik presinap seperti glutamat, substansi P, dan calcitonin gene-
related peptide sehingga dapat mengurangi nyeri. Pregabalin memiliki
efikasi dan keamanan yang baik. Semua organisasi Internasional
merekomendasikan pregabalin sebagai obat lini pertama untuk terapi
farmakologik hampir semua NN, kecuali untuk neuralgia trigeminal obat lini
pertama adalah karbamasepin dan okskarbasepin.

Kata kunci : pregabalin, nyeri neuropatik, menejemen, guideline, terapi


farmakologik

9 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Pendahuluan
Nyeri Neuropatik (NN) merupakan salah satu bentuk nyeri kronik
yang sangat sulit ditangani, obat-obatan golongan analgesik dan anti
inflamasi non steroid kurang mempan untuk mengobati NN. Nyeri
neuropatik sering membuat frustasi baik pasien maupun dokternya, tidak
jarang terjadi gangguan tidur, kecemasan dan depresi, sebagai akibatnya
kualitas hidup pasien menurun.1 Survei epidemiologi menunjukkan bahwa
banyak pasien NN belum mendapatkan penatalaksanaan yang memadai.
Hal ini antara lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang
diagnosis yang tepat, pemilihan terapi dan efikasi dari obat-obatan untuk
NN.1-3
Gejala klinik NN sangat bervariasi dan individual. Pada penyakit
yang sama gejala kliniknya dapat berubah dari waktu ke waktu dan pada
individu yang satu gejalanya tidak selalu sama dengan individu yang lain,
demikian pula respon pengobatannya sangat individual sehingga hal ini
menyulitkan diagnosis dan terapinya.
Manajemen NN masih merupakan tantangan , hanya sekitar 50%
pasien yang diobati berkurang rasa nyerinya, itupun nyerinya tidak hilang
total dan seringkali efek samping obat tidak dapat ditoleransi oleh pasien. 4
Pendekatan terapi NN yang rasional adalah berdasarkan mekanisme
terjadinya NN.
Pregabalin merupakan anti-konvulsan yang bekerja pada α2-δ
subunit dari voltage gated calcium channel. Mekanisme kerjanya adalah
memodulasi influks kalsium dan mengurangi pelepasan neuro-transmiter
eksitatorik presinap seperti glutamat, substansi P, dan calcitonin gene-
related peptide sehingga dapat mengurangi nyeri. Pregabalin memiliki
efikasi dan keamanan yang baik
Manajemen NN kronik idealnya dilakukan secara multidisiplin dan
berdasarkan guideline (GL) dengan memperhatikan untung dan ruginya.
Semua organisasi Internasional merekomendasikan pregabalin sebagai
obat lini pertama untuk terapi farmakologik hampir semua NN, kecuali
untuk neuralgia trigeminal obat lini pertama adalah karbamasepin dan
okskarbasepin.5-8 Nyeri neuropatik pada HIV (Human Immunodeficiency
Virus), Chemotherapy Induced Peripheral Neuropathy dan Lumbasacral
radiculopathy seringkali refrakter terhadap obat-obatan dan sampai

10 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

sekarang masih belum ada obat-obatan yang memberikan hasil yang


memuaskan.9

Definisi Nyeri Neuropatik


Definisi baru dari NN adalah nyeri yang berasal dari lesi atau
penyakit yang mengenai sistem saraf somatosensoris.10 Prevalensi NN
berkisar antara 7-10% pada populasi umum di negara maju.11 Penyakit
yang termasuk NN antara lain : radikulopati servikal dan lumbal, neuropati
diabetik, cancer related neuropathy, neuralgia pasca herpes, HIV-related
painful polyneuropathy, cedera medula spinalis, central post stroke pain,
neuralgia trigeminal, complex regional pain syndrome tipe 2 , nyeri
phantom dan lain-lainnya.12

Pregabalin.
Pregabalin (PGB) adalah substansi yang secara struktural analog
gamma aminobutyric acid (GABA) yang bersifat lipofilik namun secara
fungsional tidak berhubungan dengan neuro-transmitter GABA.13
Berdasarkan bukti klinis PGB bermanfaat untuk mengobati epilepsi,
gangguan psikiatri, fibromialgia dan NN.

Mekanisme kerja
Pregabalin adalah anti-konvulsan yang memiliki afinitas tinggi
terhadap α2-δ subunit dari voltage gated calcium channel dan bertindak
sebagai ligand α2-δ subunit . Terdapat 4 subtipe protein α2-δ, PGB hanya
terikat dengan afinitas yang kuat pada subtipe 1 dan 2. Mekanisme utama
kerjanya adalah memodulasi influks kalsium dan mengurangi pelepasan
neuro-transmiter eksitatorik presinap seperti glutamat, substansi P, dan
calcitonin gene-related peptide sehingga dapat mengurangi nyeri. 13,14

Farmakokinetik
Penelitian menunjukkan bahwa PGB memiliki farmakokinetik linear
yang dapat diramalkan dengan variasi antar subjek yang rendah.13
Pregabalin diabsorbsi secara cepat setelah pemberian oral pada keadaan
puasa. Konsentrasi maksimal dalam plasma dicapai kurang lebih 1 jam

11 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

setelah pemberian dosis tunggal atau ganda dan keadaan steady state
dicapai dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian dosis ulangan. 13
Bioavailabilitas PGB secara oral tinggi > 90% dan tidak tergantung
dosis. Rerata waktu paruh PGB adalah 6,3 jam dan tidak tergantung dosis
dan pemberian obat ulangan sehingga menjamin tingkat kepercayaan
dosis-respon dalam praktek klinik. Efek klinik PGB tidak dipengaruhi oleh
makanan sehingga dosis obat tidak dipengaruhi oleh makanan.13,15

Efikasi Pregabalin
Pregabalin terbukti efektif untuk mengurangi skala nyeri,
memperbaiki gangguan tidur dan memperbaiki kualitas hidup penderita
NN. Studi klinik PGB telah dilakukan secara luas pada berbagai macam
penyakit antara lain: radikulopati servikal dan lumbal, neuropati diabetik,
cancer related neuropathy, neuralgia pasca herpes, HIV-related painful
polyneuropathy, cedera medula spinalis, central post stroke pain, neuralgia
trigeminal, complex regional pain syndrome tipe 2 , nyeri phantom dan lain-
lainnya.6 Dari 25 placebo-controlled randomized trials didapatkan 18 studi
PGB dengan dosis 150-600 mg/hari terbukti efektif dalam menurunkan
skala nyeri dan terdapat response gradient dosis ( dosis 600 mg/hari
responnya lebih tinggi daripada 300 mg/hari). Dua trial pada HIV-related
painful polyneuropathy dengan respon plasebo yang tinggi hasilnya negatif.
Gabungan number needed to treat (NNT) adalah 7.7 (95% CI 6,5-9,4)
seperti terlihat pada gambar 1.8
Efikasi PGB dalam mengurangi nyeri pada pasien Painful
Diabetic Neuropathy (PDN) dan PHN telah establish.7,16. Penurunan skala
nyeri sudah dapat terlihat setelah 1 minggu terapi. Perbaikan fungsional
dan kualitas hidup sebagai respon terhadap PGB berhubungan dengan
semakin berkurangnya keluhan nyeri. Studi terbaru juga menunjukkan
bahwa PGB memberikan efek pengobatan yang lebih baik dibandingkan
dengan amitriptilin pada pasien dengan PHN.17 Kombinasi antara PGB dan
Imipramin mempunyai efikasi yang lebih baik daripada obat tunggal.18
Pada HIV-related painful polyneuropathy tidak ada perbedaan yang
bermakna antara PGB dan plasebo dalam menurunkan skala nyeri.19

12 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

8
Gambar 1 Forest Plot Data dari Pregabalin.
NNT = number needed to treat. CPSP = central post-stroke pain. SCI = spinal
cord injury pain. PPN = painful polyneuropathy. FDA= US Food and Drug
Administration. PHN= postherpetic neuralgia. PNI = peripheral nerve injury.
PhRMA = Pharmaceutical Research and Manufacturers of America.

Keamanan Pregabalin
Pada umumnya PGB dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien,
efek samping yang paling sering dilaporkan adalah dizziness, ngantuk,
edema perifer, mulut kering, dan penambahan berat badan, efek samping
meningkat dengan peningkatan dosis.16,20 Disarankan untuk memulai dosis
awal kecil, 2-3 kali 50 mg sehari kemudian dititrasi sesuai dengan efikasi
dan respon pasien.6,15 Dosis maksimum yang dianjurkan pada pasien
dengan klirens kreatinin > 60 ml/menit adalah 300 mg/hari pada pasien
neuropati diabetik, sedangkan untuk neuralgia pasca herpes maksimal 600
mg/hari.21. Number needed to harm (NNH) PGB adalah 13.9 (11,6-17.4).8

13 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Pregabalin mempunyai kemampuan untuk menembus sawar darah


otak secara cepat, sehingga mampu mempengaruhi aktivitas susunan
saraf pusat. Metabolisme PGB dalam tubuh manusia hanya sedikit ( < 2% )
dan diekskresi dalam bentuk tidak berubah oleh ginjal. Pregabalin tidak
berikatan dengan protein plasma, tidak mengalami metabolism di hati, tidak
menginduksi atau menghambat enzim-enzim hati seperti sitokrom P450
sehingga PGB tidak menimbulkan farmakokinetik interaksi antar-obat.
Ekskresi PGB melalui ginjal sehingga perlu penyesuaian dosis pada pasien
yang mengalami penurunan fungsi ginjal, pada pasien dengan klirens
kreatinin < 60 ml/menit.13,15 Pada pasien dengan klirens kreatinin 30-60
ml/menit , dosis harian dikurangi 50%. Penurunan dosis harian sampai
50% dianjurkan setiap penurunan klirens kreatinin 50%. Tambahan dosis
PGB dianjurkan pada pasien yang menjalani hemodialis kronis. Dosis
harian harus segera segera ditambahkan setelah setiap 4 jam sesi
hemodialysis untuk menjaga konsentrasi plasma PGB stabil dalam rentang
yang diinginkan.15

Menejemen Nyeri Neuropatik


Nyeri neuropatik merupakan salah satu bentuk nyeri kronik yang
sangat sulit ditangani, meskipun pengetahuan kita tentang NN telah
berkembang sangat pesat dengan diketemukannya sistem sinyal multipel
dan peranan sel glia dalam mekanisme NN. Penemuan tersebut membawa
kemajuan dalam terapi tetapi masih banyak pasien NN yang tidak
mendapatkan pengurangan nyeri yang memadai dengan terapi yang ada
pada saat ini.22 Pada NN kronik jarang dapat dilakukan terapi kausal
sehingga pengobatan simtomatis masih merupakan pilihan yang terbaik.7
Menejemen NN kronik idealnya dilakukan secara multidisiplin. Pada
prinsipnya menejemen NN dibagi menjadi terapi farmakologik dan non
farmakologik. Terapi farmakologik sampai saat ini masih merupakan pilihan
utama untuk NN.7 Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal
diperlukan strategi pengobatan pasien NN seperti terlihat pada Tabel 1.

14 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

2,23
Tabel 1.Tahapan menejemen terapi farmakologik Nyeri Neuropatik.

Tahap 1
 Assesmen nyeri dan tegakkan diagnosis NN, bila ragu-ragu rujuk ke
ahli saraf atau spesialis nyeri.
 Bila mungkin cari dan obati kausa NN, bila ragu-ragu rujuk ke spesialis
terkait.
 Identifikasi komorbiditas yang relevan (misalnya penyakit jantung,
ginjal, hati, depresi dll.) yang dapat diperberat oleh NN.
 Berikan penjelasan diagnosis dan rencana pengobatan pasien.
 Berikan penjelasan kepada pasien bahwa pengobatan NN memerlukan
obat dengan awitan yang relatif lambat, berlangsung cukup lama dan
kemungkinan dapat terjadi efek samping.

Tahap 2
 Terapi awal penyebab NN bila mungkin.
 Terapi awal gejala NN sesuai dengan guideline : TCA/SSNRI dan atau
Gabapentin/Pregabalin.
 Pemilihan obat yang dipakai dengan memperhatikan jenis penyakit,
khasiat dan efek samping obat, misalnya pada penderita dengan
gangguan tidur dan cemas, obat pilihan adalah amitriptilin yang
diberikan pada malam hari, kecuali ada kontra indikasi dengan obat
tersebut.
 NN perifer terlokalisir : lidokain topikal secara tunggal atau kombinasi
dengan obat lini pertama.
 Dimulai dengan dosis rendah dan titrasi setiap beberapa hari.
 Dosis dinaikkan sampai dosis optimal bila respon pengobatan kurang
memadai dan efek samping obat dapat ditoleransi penderita.
 Untuk pasien NN akut, nyeri kanker, atau eksaserbasi episodik dari
nyeri hebat dipertimbangkan terapi analgesik opiat atau tramadol
secara tunggal atau kombinasi dengan obat lini pertama.
 Evaluasi pasien kemungkinan untuk mendapatkan terapi non
farmakologik.

15 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Tahap 3
 Assesmen ulang nyeri dan kualitas hidup pasien
 Bila terjadi penurunan nyeri yang memadai (misalnya rata-rata VAS
menjadi ≤ 3/10) dan efek samping obat dapat ditoleransi maka terapi
dilanjutkan.
 Bila nyeri berkurang sebagian (misalnya rata-rata VAS menjadi ≥ 4/10)
tambahkan salah satu obat lini pertama dan penambahan obat ini
dilakukan dengan titrasi dosis. Kombinasi obat kemungkinan lebih
efektif daripada obat tunggal meskipun interaksi obat seringkali
menimbulkan masalah.
 Untuk nyeri yang bersifat tajam dan menusuk, misalnya neuralgia
trigeminal, maka pengobatan dapat dimulai dengan obat golongan
antikonvulsan seperti karbamasepin atau okskarbasepin, gabapentin,
fenitoin dan lain-lain.
 Untuk nyeri yang bersifat tumpul seperti terbakar dan sulit dilokalisir
seperti neuralgia pasca herpes zoster maka pengobatan dapat dimulai
dengan anti depresan seperti amitriptilin, nortriptilin, desipramin,
duloksetin, venlafaksin, dan lain-lain.
 Bila respons tidak memadai ( misalnya penurunan skala nyeri < 30% )
ganti obat dengan obat lini pertama yang lain.

Tahap 4
 Bila obat tunggal dan kombinasi dari obat golongan lini pertama gagal
pertimbangkan obat lini 2 dan 3 atau rujuk ke spesialis nyeri atau pusat
nyeri multidisiplin.
____________________________________________________________
Keterangan : NN = nyeri neuropatik; TCA = tricyclic antidepressant; SSNRI =
selective serotonin norepinephrine reuptake inhibitor. VAS = visual analog
scale

Guideline (GL)
European Federation Neurological Society (EFNS), Canadian Pain
Society (CPS), Neuropathic Special Interest Group (NeuPSIG) of the
International Association for the Study of Pain (IASP), membuat GL terapi

16 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

farmakologik NN.5-8 , tetapi GL ini mempunyai keterbatasan karena hanya


fokus pada PDN dan PHN.

Terapi NN secara umum berdasarkan bukti klinis dan rekomendasi


klinik terbaru GRADE ( Grading of Recommendations Assesment,
Development, and Evaluation ) dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.8 GRADE
ini didasarkan pada systematic review dan meta-analysis dari seluruh
obat yang dipakai untuk terapi NN baik yang dipublikasi maupun yang
tidak dipublikasi dari Januari 1966 sampai April 2013.8

Tabel 2. Dosis dan rekomendasi terapi nyeri neuropatik berdasarkan


klasifikasi GRADE

17 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Tabel. 3 Ringkasan Rekomendasi GRADE

Pada semua GL yang dibuat oleh berbagai organisasi Internasional


tersebut diatas pregabalin direkomendasikan sebagai obat line pertama
untuk NN (kecuali pada neuralgia trigeminal).

RINGKASAN
Menejemen NN yang rasional adalah berdasarkan mekanisme
terjadinya NN dan GL yang direkomendasikan oleh beberapa organisasi
Internasional. Pregabalin merupakan anti-konvulsan yang bekerja pada α2-
δ subunit dari voltage gated calcium channel dengan mekanisme kerjanya
adalah memodulasi influks kalsium dan mengurangi pelepasan neuro-
transmiter eksitatorik presinap seperti glutamat, substansi P, dan calcitonin
gene-related peptide sehingga dapat mengurangi nyeri. Pregabalin
memiliki efikasi dan keamanan yang baik

18 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

Semua organisasi Internasional sepakat merekomendasikan


pregabalin sebagai obat lini pertama untuk terapi farmakologik NN, kecuali
untuk neuralgia trigeminal.

Daftar Pustaka

1. Attal N, Lanteri-Minet M, Laurent B, Fermanian J, Bouhassira D.The


specific disease burden of neuropathic pain: Results of a French
nationwide survey. Pain 2011; 152: 2836–43.
2. Dworkin RH, Panarites CJ, Armstrong EP, Malone DC, Pham SV. Is
treatment of postherpetic neuralgia in the community consistent with
evidence-based recommendations? Pain 2012; 153: 869–75.
3. Torrance N, Ferguson JA, Afolabi E, et al. Neuropathic pain in the
community: more under-treated than refractory? Pain 2013; 154: 690–
99.
4. O‘ Connor AB. Neuropathic Pain : a review of the quality of life impact.
Cost and cost effectiveness of therapy.
Pharmacoeconomic.2009;(3):143-9
5. Attal N, Cruccu G, Baron R, Haanpaa M et al, EFNS Guidelines on The
Pharmacological Treatment of Neuropathic Pain, European J of Neurol
2010:17:1113-1123.
6. Attal N, Finnerup NB, Pharmacologic Management of Neuropathic
Pain, Pain Clinical Updates 2010, 28(9).
7. Finnerup NB, Sindrup SH, Jensen TS . The evidence for
pharmacological treatment of neuropathic pain. PAIN 2010;150 : 573–
581
8. Finnerup NB, Attal N., Haroutounian S, McNicol E, Baro R., Dworkin
RH, et al. Pharmacotherapy for neuropathic pain in adults: a systematic
review and meta-analysis. Lancet Neurol. 2015; 162–7
9. Dworkin RH, O‘Connor AB, Audette J et al, Recommendations for the
Pharmacological Management of Neuropathic Pain: An Overview and
Literature Update.Mayo Clin Proc 2010;85(3)(suppl):S3-S14.
10. Treede RD,Jensen TS, Campbell JN, Gruccu G, Dostrovsky JO et al.
Neuropathic pain redefinition and a grading system for clinical and
research purposes. Neurology 2008;70:1630-5

19 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

11. van Hecke O, Austin SK, Khan RA Smith BH, Torrance N. Neuropathic
pain in the general population : a systematic review of epidemiological
studies. Pain 2014:155;654-62
12. Gilron I, Watson CP, Cahill CM, Moulin DE. Neuropathic pain : a
practical guide for the clinician. CMAJ 2006;175:265-75
13. Ben-Menachen E. Pregabalin Pharmacology and Its Relevance to
Clinical Practice. Epilepsia 2004;45;(Suppl.6):13-18
14. Chen SR, Xu Z, Pan HL. Stereospecific Effect of Pregabalin on Ectopic
Afferent Discharged and Neuropathic Pain Induced by Sciatic Nerve
Ligation in Rats. Anesthesiology 2001;95:1473-9
15. Cada DJ, Levien T, Baker DE. Pregabalin, Hospital
Pharmacy.2006;41(2):157-72
16. Freeman R, Durso-Decruz E, Emir B. Efficacy, safety, and tolerability of
pregabalin treatment for painful diabetic peripheral neuropathy: findings
from seven randomized, controlled trials across a range of doses.
Diabetes Care 2008;31:1448–54.
17. Achar A, Chakraborty P, Bisai S. Comparative Study of Clinical Efficacy
of Amytriptiline and Pregabalin in Postherpetic Neuralgia. Acta
Dermatovenerol Croat, 2011; 20(2): 89-94.
18. Jakob VH, Flemming WB, Finnerup N , Brøsen K, Jensen TS, Sindrup
SH. Imipramine and pregabalin combination for painful polyneuropathy:
a randomized controlled trial.
Pain 2015;156 : 958–966
19. Simpson DM , Rice ASC, Emir B, Landen J, Semel D, Chew ML, Sporn
J. A randomized, double-blind, placebo-controlled trial and open-label
extension study to evaluate the efficacy and safety of pregabalin in the
treatment of neuropathic pain associated with human immunodeficiency
virus neuropathy Pain 2014;155:1943–1954
20. Kim JS, Bashford G, Murphy TK, Martin A , Dror V, Cheung R. Safety
and efficacy of pregabalin in patients with central post-stroke pain
.
Pain 2011;152: 1018–1023
21. Chong MS. Pregabalin in Painful Diabetic Peripheral Neuropathy. Drug.
2004;64(24):2821
22. Jensen TS, Finnerup NB. Management of Neuropathic Pain. In : Mogil
F, editor. Pain 2010 An updated review Refresher Course Syllabus.
Seattle: IASP Press, p 283-9.

20 Denpasar, 05-07 November 2015


PKB XXIII
Leading Internal Medicine to Best Care of Patient: Based on Novel Research

23. Konsensus Nasional 1 Kelompok Studi Nyeri Perdossi. Diagnostik dan


Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Dalam : Suryamiharja A dkk editor.
Penuntun Penggunaan obat-obat analgesik dan analgesic adjuvant.
Edisi pertama, Airlangga University Press 2011, p 53-60

21 Denpasar, 05-07 November 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai