1. Landasan Teori
Menurut definisi Standar Nasional Indonesia (SNI), selai buah adalah
produk pangan semi basah, yang merupakan pengolahan bubur buah dan gula yang
dibuat dengan campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan yang diizinkan. Proses
pengolahan selai menggunakan prinsip evaporasi. Evaporator merupakan alat yang
biasa digunakan untuk proses pengolahan selai dalam skala industri, sedangkan
skala rumahan dapat menggunakan alat masak biasa, tentunya dengan prinsip yang
sama. Evaporasi adalah proses penghilangan air yang terdapat dalam bahan pangan
cair dengan mengaplikasikan panas (pendidihan) untuk menghasilkan cairan pekat
(concentrated liquid). Pemekatan terjadi karena terdapat perbedaan volatilitas
antara air dengan bahan terlarut. Menurut Food & Drug Administration (FDA)
USA, total kandungan padatan pada produk akhir selai minimal 65%. Selai sendiri
termasuk dalam golongan makanan semi basah berkadar air sekitar 15-40%
dengan tekstur yang lunak dan plastis. Peningkatan total padatan pada proses
evaporasi akan menurunkan nilai aktivitas air (Aw sekitar 0,75) sehingga dapat
memperpanjang umur simpan selai. Umur simpan selai juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti, kandungan gula yang tinggi (65-75% bahan terlarut),
keasaman tinggi (pH 3,1-3,5), suhu tinggi pada proses pemanasan sekitar 105-
106°C (kecuali pada proses evaporasi vacuum), dan proses hot filling saat
pengisian ke dalam wadah kedap udara. Meskipun begitu, kadang-kadang masih
ditambahkan pengawet anti kapang, seperti Natrium benzoat.
Proses pembuatan selai secara umum dilakukan dalam beberapa tahap.
Pertama tahap persiapan bahan, meliputi proses pengolahan buah yang diinginkan
(nanas, mangga, strawberry, dll) hingga menjadi bubur buah. Kemudian bahan
dihomogenisasi bersama dengan gula, pektin, asam sitrat, dan pengawet tertentu
jika diperlukan. Homogenisasi bertujuan untuk pemerataan komponen bahan dan
memperoleh struktur gel. Proses homogenisasi tidak boleh terlalu cepat agar tidak
menimbulkan gelembung yang merusak struktur gel. Setelah homogen, bahan
dimasukkan kedalam evaporator. Suhu yang digunakan dalam evaporator biasanya
berkisar antara 103-105°C tergantung pada jenis buah dan komposisi
perbandingan gula yang diinginkan. Perlu diingat bahwa penggunaan panas yang
tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai nutrisi pada komponen yang tidak tahan
terhadap panas, seperti vit A, vit C, vit B1, dan lainnya. Oleh karena itu, evaporasi
biasanya dilakukan pada kondisi vakum menggunakan Vacuum evaporators untuk
menurunkan titik didih larutan sehingga dapat meminimalkan kerusakan bahan.
Proses evaporasi dihentikan setelah total padatan terlarut mencapai target yang
diinginkan, biasanya 65-68%. Pengukuran total padatan dilakukan menggunakan
refraktometer.
2. Target Praktikum
Setelah pelaksanaan praktikum mahasiswa diharapkan mampu :
1. Bisa menggunakan dengan cakap satuan dimensi massa, dan dapat mengukur
dengan sistem metrik (cgs dan MKS)
2. Mengerti konsep pindah panas (heat transfer) dan aplikasinya pada proses
pengolahan
3. Memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan evaporasi, tujuan evaporasi,
faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi
4. Mengerti prinsip kesetimbangan massa dan aplikasi kesetimbangan massa untuk
mendesain suatu proses pengolahan pangan.
Pencucian
Penimbangan
Bubur
Buah
Penimbangan
Penimbangan
▪ Rendemen
Rendemen selai dihitung dengan persamaan berikut :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑖
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑏𝑢𝑟 𝑏𝑢𝑎ℎ
▪ Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik. Uji hedonik dilakukan dengan
menggunakan panelis tidak terlatih dari mahasiswa dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap selai. Uji organoleptik dilakukan
terhadap rasa dan tingkat kesukaan. Pengujian menggunakan skala 1-6, skala 1
untuk sangat tidak suka dan skala 6 untuk sangat suka. Keterangan skor yaitu 1=
sangat tidak suka, 2= agak tidak suka, 3= tidak suka, 4= suka, 5= agak suka, 6=
sangat suka.