MODUL II
Nama/NIM Asisten :
Adzra Rahmadina/118260108
Kelompok A1
2021/2022
I. Tujuan Praktikum
1. Melakukan uji analisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan percobaan
dialisis
2. Melakukan uji analisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan percobaan isolasi
kasein dari susu
3. Melakukan uji analisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan percobaan uji
aktivitas enzim amilase.
II. Metodologi
a. Dialisis
Pertama, dibuat larutan uji benedict (tabung 1 air, tabung 2 starch, dan
tabung 3 glukosa). Kemudian, ketiga tabung tersebut diletakkan di atas
hotplate dan diamati dari ketiga tabung tersebut. Kedua, ditambahkan larutan
iodine ke masing-masing tabung reaksi (tabung 1 starch, tabung 2 air, dan
tabung 3 glukosa). Ketiga, tabung dialisis diikat salah satu ujungnya, lalu
dimasukkan larutan glukosa dan starch ke dalam tabung tersebut. Selanjutnya,
disiapkan air sebanyak 150 mL ke dalam gelas beaker dan ditambahkan iodine
ke dalam gelas beaker tersebut. Setelah itu, dimasukkan tabung dialisis ke
dalam gelas beaker dan dilihat perubahan yang terjadi.
b. Isolasi Kasein dari Susu
Pertama-tama, dimasukkan 100 mL susu dan 100 ml buffer asetat
(dapar asetat) ke dalam beaker gelas dan dipanaskan pada suhu 40 °C .
Kemudian, ditambahkan dapar asetat kedalam susu secara perlahan sambil
diaduk menggunakan magnetic stirrer (pH campuran sekitar 4,8). Setelah
larutan berubah menjadi suspensi, dimatikan pemanasnya dan didinginkan
larutan pada suhu ruangan. Lalu, disaring suspensi dengan menggunakan
kertas saring. Selanjutnya, padatan dicuci beberapa kali dengan sedikit air dan
kemudian disuspensikan kembali padatan dalam 30 mL etanol. Setelah itu,
suspensi disaring menggunakan corong Buchner dan padatan dicuci dengan
etanol : eter (1 : 1). Terakhir, padatan dicuci pada kertas saring menggunakan
50 mL eter dan disedot hingga kering (padatan dikeringkan menggunakan
oven), lalu dipisahkan padatan dan ditempatkan dalam kaca arloji, dibiarkan
eter menguap, kemudian ditimbang kasein yang diperoleh serta dihitung
rendemennya.
Berat (gram)
massa kasein dalam susu massa kasein teoritis
=
volume susu 1 kotaknya (ml) volume susu yang digunakan
Kasein
teoritis 8 gram massa kasein teoritis
=
(dalam 250 ml 100 ml
100 mL 8 gram × 100ml
susu) = massa kasein teoritis
250 ml
3.2 gram = massa kasein teoritis
Kaca 24.1570 gram
arloji
Kaca 27.1452 gram
Arloji +
Kasein
Bobot = (Kaca Arloji + Kasein) – Kaca Arloji
kasein = 27.1452 – 24.1570
hasil = 2.9882 gram
isolasi
massa percobaan
= × 100%
% massa teoritis
2.9882 gram
rendemen = × 100%
kasein 3.2 gram
= 93.38%
massa percobaan − massa teoritis
= × 100%
massa teoritis
|2.9882 gram − 3.2 gram|
= × 100%
% galat 3.2 gram
0.2118 gram
= × 100%
3.2 gram
= 6.62%
Waktu
Sampel
5 menit 10 menit 15 menit
IV. Pembahasan
Isolasi protein adalah suatu cara yang digunakan untuk memisahkan protein
dari makromolekul lain yang tidak diinginkan atau isolasi satu protein di antara
beberapa protein dari suatu campuran yang sangat kompleks, seperti dari sel, jaringan,
maupun organisme. Isolasi protein perlu dilakukan sebelum mempelajari komposisi,
struktur, dan fungsi protein tersebut. Isolasi protein didasarkan pada sifat dan karakter
protein yang ditentukan berdasarkan gugus R pada rantai sampingnya. Secara umum
tahapan dalam proses isolasi protein, yaitu : memecahkan sel, menghilangkan debris
sel dengan sentrifugasi, pengendapan, pemurnian, dan analisis aktivitas serta berat
molekul (Sismindari, dkk., 2021)
Tahap pertama adalah pemecahan sel. Beberapa molekul biologi penting seperti
protein berada di dalam sel sehingga perlu dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam sel
untuk mendapatkannya, caranya adalah dengan merusak atau melisiskan sel. Terdapat
dua metode pemecahan sel, yaitu metode mekanik dan nonmekanik. Beberapa cara
pemecahan sel di antaranya adalah :
Setelah pemecahan sel dilakukan, tahap selanjutnya adalah penghilangan debris sel dan
memisahkannya dari protein terlarut dengan cara sentrifugasi. Dalam prosesnya dapat
digunakan buffer fosfat yang mengandung proteolytic enzyme inhibitors, contohnya
EDTA dan pepstain (Sismindari, dkk., 2021).
Pengukuran kadar protein dapat dilakukan dengan metode biuret. Metode biuret
didasarkan pada pengukuran serapan cahaya berwarna violet dari protein yang bereaksi
dengan pereaksi biuret membentuk kompleks dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam
pereaksi biuret dalam suasana basa menjadi Cu+, semakin tinggi intensitas cahaya yang
diserap oleh spektrofotometer maka semakin tinggi pula kandungan protein yang
terdapat dalam zat tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah bahan yang digunakan
relatif murah, namun sensitivitas terhadap bahan yang diidentifikasi rendah sehingga
diperlukan bahan dalam jumlah yang tidak sedikit (Jubaidah, dkk., 2016).
Prinsip kerja penentuan kadar protein dengan metode Lowry, yaitu terjadinya
reaksi kompleks protein dengan reagen folin (fosfomolibdat tungstat). Tahapan
kerjanya terdiri dari 2 reaksi yang berbeda. Pertama, protein pada sampel direaksikan
dengan ion Cu pada kondisi alkalis selama 10 menit menghasilkan kompleks Cu -
tetradentat. Kedua, terjadi reaksi reduksi terhadap larutan asam fosfomolibdat-
fosfotungstat menghasilkan warna biru. Warna yang diperoleh diukur absorbansinya
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum (Botutihe, 2016).
Enzim bersifat spesifik baik terhadap substrat yang dikatalisis maupun produk
reaksinya. Semua enzim berupa protein, yang kadang dilengkapi dengan komponen
non-protein yang disebut kofaktor. Kofaktor berupa molekul organik (koenzim) atau
ion logam. Apoenzim adalah protein inaktif karena kehilangan kofaktor. Holoenzim
adalah enzim yang tersusun dari apoenzim dan kofaktor. Gugus prostetik adalah
kofaktor yang terikat dalam enzim, susah dipisahkan tanpa merusak aktivitasnya.
Hanya holoenzim yang aktif sebagai katalis (Chaplin and Bucke, 1990).
Berdasarkan tipe reaksi yang diketahui, enzim dibagi menjadi 6 kelompok ; (Sri
Risnoyatiningsih, 2008)
1. Oksidoreduktase
Enzim oksidoreduktase adalah enzim yang dapat mengkatalis reaksi oksidasi atau
reduksi suatu bahan. Dalam golongan enzim ini terdapat 2 macam enzim yang paling
utama yaitu oksidase dan dehidrogenase. Oksidase adalah enzim yang mengkatalis
reaksi antara subtract dengan molekul oksigen. Dehidrogenase adalah enzim yang aktif
dalam pengambilan atom hidrogen dari subtrat.
2. Transferase
Enzim transferase adalah enzim yang ikut serta dalam reaksi pemindahan ( tranfer )
suatu radikal atau gugus.
3. Hidrolase
Enzim hidrolase merupakan kelompok enzim yang sangat penting dalam pengolahan
pangan, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu subtrat atau pemecahan
subtrat dengan pertolongan molekul air. Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan
ini diantaranya adalah amilase, invertase, selulase dan sebagainya.
4. Liase
Enzim liase adalah enzim yang aktif dalam pemecahan ikatan C-C ikatan C-O dengan
tidak menggunakan molekul air.
5. Isomerase
Enzim isomerase adalah enzim yang mengkatalisasi reaksi perubahan kon figurasi
molekul dengan cara pengaturan kembali atom atom subrat , sehingga dihasilkan
molekul baru yang merupakan isomer dari subtrat, atau dengan dengan perubahan
isomer posisi misalnya mengubah aldosa menjadi ketosa.
6. Ligase
b. Enzim meningkatkan laju reaksi tanpa ada perubahan dalam kesetimbangan kimia
d. Enzim memiliki bobot molekul tinggi, berbentuk koloid dan laju difusi rendah
Enzim dapat berfungsi di luar sel hidup sebagai katalis biologis secara in vitro.
Aktivitas enzimatik terkait dengan struktur protein karena enzim memiliki sisi aktif
yang mengikat substrat. Secara umum, enzim pencernaan adalah struktur protein murni
misalnya urease. Pepsin, tripsin dan kimotripsin dikenal sebagai enzim pencernaan.
Lisozim adalah enzim aktif yang ditemukan dalam air mata, air liur, dan putih telur
yang mencerna dinding sel beberapa bakteri. Struktur lisozim dalam bentuk kristal,
diamati dengan kristalografi sinarX. Aktivitas enzim ditentukan oleh struktur protein
tiga dimensi (Najafpour, 2015).
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zatzat yang
bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena
enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis
enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini
disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh,
enzim a-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi
glukosa (Kulkarni dkk, 2007).
Ada dua cara kerja enzim, yaitu: model kunci gembok dan induksi pas. Model
kunci gembok (block and key). Enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki
sebuah bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat bagian terse but disebut sisi
aktif. Substrat dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan sisi
aktif enzim (gembok). Induksi Pas (Model Induced Fit) Pada model ini sisi aktif enzim
dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substratnya (Kulkarni dkk, 2007).
Pada percobaan yang pertama yaitu dialisis dengan menguji glukosa dan larutan
iodin di dalam kantong dialisis. Langkah pertama pada proses dialysis, yaitu Pertama,
dibuat larutan uji benedict (tabung 1 air, tabung 2 starch, dan tabung 3 glukosa).
Kemudian, ketiga tabung tersebut diletakkan di atas hotplate dan diamati dari ketiga
tabung tersebut. Kedua, ditambahkan larutan iodine ke masing-masing tabung reaksi
(tabung 1 starch, tabung 2 air, dan tabung 3 glukosa). Ketiga, tabung dialisis diikat
salah satu ujungnya, lalu dimasukkan larutan glukosa dan starch ke dalam tabung
tersebut. Selanjutnya, disiapkan air sebanyak 150 mL ke dalam gelas beaker dan
ditambahkan iodine ke dalam gelas beaker tersebut. Setelah itu, dimasukkan tabung
dialisis ke dalam gelas beaker dan dilihat perubahan yang terjadi. Fungsi larutan iodin,
yaitu untuk mengetahui kandungan karbohidrat atau pati. Sedangkan, Fungsi larutan
benedict yaitu untuk menguji keberadaan kandungan glukosa yang memberikan warna
merah bata. Larutan benedict biasanya untuk menguji keberadaan suatu gula pereduksi
seperti glukosa karena didalam larutan ini terdapat natrium karbonat (Na 2CO3 ), natrium
sitrat (C6H5O7Na3) dan tembaga (II) sulfat 5H2O. Uji Benedict didasarkan pada reduksi
dari Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O) dalam larutan basa alkali sitrat oleh gula pereduksi.
Tembaga (I) oksida memiliki sifat tidak larut dalam air sehingga akan mengendap.
Warna dari Cu2O tergantung pada jumlah sampel yang akan menunjukkan perubahan
warna oranye, kuning, dan merah bata, serta fungsi dari kantong dialisis ini adalah
sebagai membran semipermeabel.
Pada praktikum ini, ketika amilum dan glukosa dimasukkan ke dalam membran
dialisis lalu diberikan iodine pada bagian luar membran dialisis yaitu pada larutan di
dalam gelas kimia maka akan terjadi perubahan. Di dalam bagian membran dialisis
terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu kehitaman sedangkan bagian di luar
membran menjadi berwarna kuning. Perubahan warna di dalam membran dialisis
menjadi ungu kehitaman menandakan adanya amilum. Walaupun secara teori diatas
dijelaskan bahwa apabila amilum diberikan iodine maka akan menghasilkan warna biru
kehitaman tetapi perbedaan warna ini terjadi mungkin akibat perbedaan interpretasi
terhadap warna. Namun, apabila sudah terbentuk warna kehitaman maka terdapat
amilum di dalamnya. Bagian luar membran berwarna kuning sehingga menunjukkan
tidak adanya amilum. Ketika larutan bagian luar membran diberikan larutan benedict
maka terjadi perubahan warna menjadi jingga. Larutan Benedict dibuat dengan
melarutkan natrium sitrat (Na3C6H5O 7. 11H2O) dan zat anhidrous. Berdasarkan teori,
jika tidak terdapat gula pereduksi, maka larutan jernih tetapi jika terdapat gula
pereduksi, maka akan terbentuk endapan Cu 2O yang berwarna merah bata (Setiawan,
2015). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat glukosa di bagian luar membran dalam
konsentrasi yang sedikit sehingga warna reaksi terhadap larutan benedict yang
ditimbulkan pun tidak seperti merah bata. Dengan demikian, membran selofan bersifat
semipermeable yang hanya bisa dilewati oleh molekul berukuran kecil seperti glukosa
dan iodine tetapi amilum tidak dapat melewatinya karena ukuran yang lebih besar.
Selanjutnya pada percobaan kedua dilakukan isolasi kasein dari susu. Langkah
pertama pada percobaan ini dilakukan dengan, dimasukkan 100 mL susu dan 100 ml
buffer asetat (dapar asetat) ke dalam beaker gelas dan dipanaskan pada suhu 40 °C.
Pada proses pemanasan ini, suhu harus tetap terjaga, karena suhu yang tinggi akan
mengakibatkan protein terdenaturasi atau rusak. Protein sangat rentan terdenaturasi
pada suhu yang tinggi, yaitu 60°C keatas. Kemudian, ditambahkan dapar asetat
kedalam susu secara perlahan sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer (pH
campuran sekitar 4,8). Setelah larutan berubah menjadi suspensi, dimatikan
pemanasnya dan didinginkan larutan pada suhu ruangan. Lalu, disaring suspensi
dengan menggunakan kertas saring. Selanjutnya, padatan dicuci beberapa kali dengan
sedikit air dan kemudian disuspensikan kembali padatan dalam 30 mL etanol. Setelah
itu, suspensi disaring menggunakan corong Buchner dan padatan dicuci dengan etanol
: eter (1 : 1). Etanol ini bertujuan untuk memisahkan larutan dan endapan zat-zat
pengotor yang terdapat dalam larutan tersebut atau melarutkan protein lain selain
kasein, sehingga nantinya akan didapat endapan atau kasein yang murni, serta eter juga
bertujuan untuk pemurnian yang akan menghilangkan lemak-lemak tersebut. Terakhir,
padatan dicuci pada kertas saring menggunakan 50 mL eter dan disedot hingga kering
(padatan dikeringkan menggunakan oven), lalu dipisahkan padatan dan ditempatkan
dalam kaca arloji, dibiarkan eter menguap, kemudian ditimbang kasein yang diperoleh
serta dihitung rendemennya.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian aktivitas enzim amilase yang ada di
dalam saliva terhadap amilum. Terdapat 4 tabung reaksi yang telah berisi amilum dan
diteteskan reagen iodine untuk mengidentifikasi adanya amilum di dalam larutan
sampel. Kemudian satu tabung diberikan air sebagai kontrol negatif sedangkan ketiga
tabung lainnya diberikan saliva dengan volume yang berbeda (1 ml, 3 ml, dan 5 ml).
Setelah diamati, pada kontrol negatif tetap berwarna biru kehitaman seperti keadaan
awal yang berlangsung selama 10 menit tetapi ketika 15 menit terjadi perubahan warna
menjadi biru tua. Hal ini diakibatkan terjadinya pengendapan pada sampel. Pada 1 ml
saliva, selama 10 menit terjadi perubahan warna menjadi biru tua dan ketika 15 menit
warna berubah menjadi biru muda. Hal ini menandakan bahwa terdapat enzim amilase
yang akan mengubah amilum menjadi monosakarida sehingga warna berubah menjadi
lebih muda. Pada 3 ml saliva, terjadi perubahan menjadi biru medium selama 5 menit
awal lalu berubah kembali menjadi biru muda dalam waktu 10 menit kemudian menjadi
bening ketika mencapai 15 menit. Hal ini menandakan adanya aktivitas enzim amilase
yang mengubah amilum menjadi monosakarida sehingga warna yang dihasilkan
menjadi lebih muda dan berakhir bening (menunjukkan tidak adanya amilum). Pada 5
ml saliva, terjadi perubahan warna menjadi biru muda ketika 5 menit awal kemudian
menjadi bening yang menandakan amilum tidak ada karena semua amilum telah
diuraikan menjadi monosakarida oleh enzim amilase. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak volume saliva maka akan semakin cepat terjadi
penguraian amilum menjadi monosakarida sehingga dapat diserap oleh tubuh. Hal ini
disebabkan saliva mengandung enzim amilase yang dapat memecah zat tepung dan
polisakarida lainnya menjadi monosakarida.
Salah satu parameter mutu ekstrak adalah rendemen ekstrak yang dihasilkan.
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan bobot awal.
Rendemen menggunakan satuan persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak. Rendemen suatu
ekstrak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode ekstraksi
yang digunakan(Heri, 2018). Pada percobaan kali ini % rendemen yang dihasilkan
cukup tinggi. % Galat yang dihasilkan sebesar 6.62%.
Terapi yang berkaitan dengan protein dan enzim diantaranya yaitu : Pada terapi di
mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan senyawa-senyawa
untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit
yang dapat diobati dengan terapi ini adalah:
c. Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzim
renin-EKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk
angiotensin II, sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas
angiotensin II. Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi terhadap
kerja enzim khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian obat penghambat
EKA (ACE Inhibitor).
d. Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan dua
enzim, yaitu siklooksigenase I dan II (COX 1 dan COX II). Ada obat atau senyawa
tertentu yang mempengaruhi kinerja COX 1 dan COX II sehingga dapat digunakan
untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit. 9e. Dengan menggunakan prinsip
pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yang berfungsi untuk memecah AMP
siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa,
antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan sildenafil. Teofilin
digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin digunakan untuk
menambah kelenturan membran sel darah merah sehingga dapat memasuki relung
kapiler, sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah penis sehingga
aliran darah yang masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa saat. 10f.
Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya.
Salah satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis
sel ganas. Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru
(purin dan pirimidin). Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang
melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi.
Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga sintesis
DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat
biosintesis purin yang membutuhkan asam glutamate. 6-aminomerkaptopurin juga
dapat menghambat adenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah
satu bahan DNA).g. Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi
(senyawa) inhibitor monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim
monoamina oksidase yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal
dari hasil dekarboksilasi asam amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan
enzim yang mengalami peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit
kejiwaan.Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja,
digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang
sama atau menjadi bagian dari proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu.
Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas
terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim mikroorganisme, maka penyakit yang
dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan
menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain: 8a. Pada penyakit
tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya dengan menghambat
mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan pirimidin baru).
Proses ini membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh
mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat
(PABA), pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan
turunannya dapat dimanfaatkan untuk menghambat pemakaian PABA untuk
membentuk asam folat. (Tiwuk, 2014).
V. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum “Isolasi Protein dan Uji Aktivitas Enzim” dapat
disimpulkan bahwa :
1. Di dalam kantung dialisis terjadi perubahan warna menjadi ungu kehitaman
karena iodine bereaksi dengan amilum. Iodine masuk ke dalam membrane
akibat memiliki ukuran molekul yang kecil, sedangkan amilum yang memiliki
ukuran molekul besar akan tertahan di dalam membrane. Di luar kantung
dialisis berwarna jingga karena glukosa dari dalam membrane keluar akibat
ukuran molekulnya yang kecil, sehingga bereaksi dengan larutan benedict.
2. Dari hasil percobaan ke-2 yaitu isolasi kasein dari susu diperoleh % rendemen
sebesar 93,38% dan % galat sebesar 6,62%.
3. Setelah dilakukan pengujian aktivitas enzim amilase terlihat bahwa di dalam
saliva terdapat enzim amilase yang mengubah amilum menjadi monosakarida
sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih muda dan berakhir bening.
Semakin banyak volume saliva maka akan semakin cepat terjadi penguraian
amilum menjadi monosakarida
VI. Daftar Pustaka
Botutihe, D. N. 2016. Kandungan Protein pada Daging Ikan Roa Asap yang Diperoleh
dari Pasar Tradisional Gorontalo. Jurnal Entropi. 11(2) : 232-234.
Chaplin, M.F. and Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press.
Cambridge, Great Britain. Chibata, I. 1978. Immobilized of enzyms.
Choirunnisa, U., Yanti, A., & Boedijono, E. (2017). Karakteristik Amilum Biji Durian
(Durio zibethinus L.) Dan Uji Aktivitas Antioksidan Secara In-Vitro. Jurnal
Esa Unggul, 1-7.
Jubaidah, S., Nurhasnawati, H., dan Wijaya, H. 2016. Penetapan Kadar Protein Tempe
Jagung (Zea Mays L.) Deangan Kombinasi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)
Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2(1) : 111-
119.
Mardiyah, S., Kunsah, B., Rini, N. K., dan Samsudin, R. R. 2019. Petunjuk Praktikum
Biokimia. Surabaya: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Rahmi, H., Hariyanti, Putri, R., & Wulandari, D. (2020). Analisis Hasil Fraksinasi
Protease Dan Lipase Yang Berasal Dari Saluran Pencernaan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia, 7(2),
194-202.
Ratna, A., & Yulistiani, F. (2015). Pembuatan Gula Cair Dari Pati Singkong Dengan
Menggunakan Hidrolisis Enzimatis . Jurnal Fluida, 11(2), 9-14.
Sari, D. K. 2012. Karakterisasi Lipase Pada Sintesis Biodiesel. MJoCE. 2(2) : 78-84.
Sarip, M., Nugroho, T. T., dan Teruna, H. Y. 2014. Isolasi, Uji Aktifitas, dan Aktivitas
Spesifik Enzim Selulase Pennicillium sp. LBKURCC27 Semimurni Melalui
Pengendapan (𝑁𝐻4 )2 𝑆𝑂4 . Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 1(1) : 1-6.
Sri Risnoyatiningsih. 2008. Yellow Sweet Potato Starch Hydrlysis Into Glucose
Enzymatically. Jurnal Teknik Kimia, Vol.3, No.1.
Tazkiah, N., Rosahdi, T., & Supriadin, A. (2017, Juni). Isolasi Dan Karakterisasi
Enzim Amilase Dari Biji Nangka (Artocarpus heterophillus). al-Kimiya, 4(1),
17-22.
VII. Tabel Pengerjaan
Pembahasan
Pembahasan
Pembahasan