Anda di halaman 1dari 18

TEMA 3

PRAKTIKUM NON HAYATI


ADSORBEN CANGKANG TELUR (CaCO3) UNTUK ADSORPSI METHYL
ORANGE

Kelompok : 5
Anggota : 1. Naqqiya Sabrina 21035031
2. Nara Dafista 21035032
3. Shil hidayati 21035038
4. Balqis Love Epros 21035054
Dosen : 1. 1. Trisna Kumala Sari, M.Si., Ph.D
2. 2. Romy Dwipa Yamesa Away, S.Si., M.Eng., Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
ADSORBEN CANGKANG TELUR (CaCO3)
UNTUK ADSORPSI METHYL ORANGE

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk membuat adsorben dari cangkang telur
2. Untuk mengekstrak hidroksiapatit dari cangkang telur menggunakan metode
kalsinasi sebagai adsorpsi zat warna methyl orange dengan parameter proses
meliputi massa adsorben, waktu kontak, dan kosentrasi

B. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : Jum’at / 13 Oktober -17 November 2023
Waktu : 07.00 – 09.40 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fisik Universitas Negeri Padang

C. Teori Dasar
Potensi limbah cangkang telur di Indonesia cukup besar. Produksi telur ayam
ras petelur dan buras di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 1.337.030 ton per
tahunnya (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Sekitar 10% dari telur merupakan
cangkangnya, sehingga dihasilkan sekitar 133.703 ton cangkang telur per tahunnya.
Cangkang telur mengandung sekitar 98 % CaCO3 (calcium carbonat) dan memiliki
10.000 - 20.000 pori-pori sehingga diperkirakan dapat menyerap suatu solute dan
dapat digunakan sebagai adsorben (Ahmed & Ahsan, 2008).
Dalam konsumsi sehai-hari, kulit telur lebih banyak tersedia seca umum.
Diperkirakan produksi global liimbanh cangkan telur adalah sekitar 250.000 ton per
tahun (H. Faridi, 2018). Salah satu senyawa yang sedang gencar disintesis adalah
hidroksiapatit (HAp). Selain itu, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
penggunaan sisa makanan sebagai sumber potensial untuk produksi HAp dapat
digunakan seagai pengganti tulang, pembentukan tulang dan terapi (A. Szozes ddk,
2017). Komponen urama 94% kalsium karbonat (CaCO 3) pada cangkang telur
menjadikannya potensi yang besar (Abdulrahman, 2014).
Kulit telur ayam tersusun dari 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan
1% magnesium karbonat (Saputra, 2005). Penelitian mengenai cangkang telur sebagai
adsorben telah dilakukan oleh Nurlaili et al. (2017) yakni pemanfaatan limbah
cangkang telur ayam sebagai adsorben zat warna methyl orange dalam larutan dengan
perolehan hasil adsorpsi terbaik pada massa adsorben 11 gram dengan waktu kontak
60 menit dan pH 1 memiliki efisiensi adsorpsi yang diperoleh sebesar 41,46 % dan
kapasitas adsorpsi sebanyak 59,55 mg/g. Ratnasari et al. (2017) juga telah melakukan
penelitian terkait penggunaan cangkang telur sebagai adsorben untuk menurunkan
kadar tembaga (Cu) pada limbah cair industri elektroplating yang terlebih dahulu
telah diaktivasi secara fisika dengan hasil yang didapat adalah konsentrasi serbuk
cangkang telur ayam 30 g/L yang menunjukkan penurunan tertinggi pada kadar Cu
sebesar 69,23%. Selain itu Lestari et al. (2021) juga telah melakukan penelitian
tentang adsorpsi methylene blue dengan memanfaatkan cangkang telur dan sekam
padi sebagai bioadsorben pada limbah tekstil yang diperoleh kondisi optimal untuk
mengadsorpsi 20 ppm methylene blue adalah 0,2:0,8 dalam 1 gram rasio adsorben
CaO:C, waktu kontak 80 menit, dan pH 3 dengan adsorpsi kapasitas yang diperoleh
sebesar 98,817% dan dapat menurunkan konsentrasi methylene blue menjadi 0,237
ppm.
Berdasarkan penelitian Nurlaili et al. (2017), Ratnasari et al. (2017), dan
Lestari et al. (2021) membuktikan bahwa penggunaan CaO dari cangkang telur dapat
digunakan sebagai adsorben. Kelemahan pada penelitian Nurlaili et al. (2017) adalah
adsorben yang digunakan belum teraktivasi sehingga hasil efisiensi adsorpsi yang
diperoleh belum mencapai maksimal dan penggunaan massa adsorben yang terlalu
besar sehingga mengakibatkan kepadatan adsorben, kepadatan yang terjadi
mengakibatkan luas permukaan pada adsorben menjadi lebih kecil dan sisi aktif
adsorben berkurang. Pada penelitian Ratnasari et al. (2017) kelemahannya terdapat
pada massa adsorben yang digunakan terlalu sedikit. Menurut Nurlaili et al. (2017),
semakin banyak massa adsorben maka semakin banyak pula jumlah zat terlarut yang
terserap sehingga proses adsorpsinya akan berlangsung secara optimal.
Limbah tekstil bila dibuang ke perairan dapat menyebabkan air mempunyai
tingkat warna yang tinggi dan juga akan menyebabkan kenaikan BOD (Gupta dkk,
1988). Senyawa azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah
tekstil, yaitu sekitar 60 - 70 % (Endang, 2009). Senyawa azo bila terlalu lama berada
di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogenik dan
mutagenik. Oleh karena itu perlu dicari alternatif efektif untuk menguraikan limbah
tersebut (Christina dkk., 2007). Salah satu zat warna azo yang banyak digunakan
dalam proses pencelupan adalah methyl orange.
Methyl Orange ( MO ) atau metil jingga adalah senyawa organik dengan
rumus C14H14N3NaO3S dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa.
Metil orange merupakan indikator pH karena mengubah warna yang jelas dan sangat
sering digunakan dalam titrasi. Metil orange dibuat dari asam sulfanilat dan N, N-
dimethylaniline. Metil orange merupakan pewarna yang digunakan untuk
memberikan warna pada zat, terutama kain. Metil orange berbahaya untuk kesehatan
karena bersifat toksik dan mutagenik.
Upaya penanganan limbah tekstil hingga saat ini telah banyak dilakukan.
Pengolahan limbah cair industri tekstil dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa proses yaitu kimia, fisika dan biologi maupun kombinasi antara ketiga
proses tersebut. Beberapa metode yang telah dikembangkan diantaranya metode
adsorpsi, koagulasi, sedimentasi dan lumpur aktif. Cara yang paling mudah diterapkan
adalah cara adsorpsi, yaitu suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan
tipis) pada permukaan padatan tersebut (Widjajanti, 2011). Salah satu metode
alternatif untuk menghilangkan zat warna dari air yang tercemar oleh metil orange
adalah adsorpsi dengan menggunakan adsorben yang murah dan mudah di dapatkan,
seperti cangkang telur ayam.
D. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Lumpang dan alu Cangkang telur


Aluminium foil Metil Oren
Erlemenyer 100 mL
Asam Fosfat
Termometer
Etanol 96%.
Oven
Spatula
Batang pengaduk
Kaca arloji
Gelas kimia 50 mL 1 buah
Ayakan
Neraca analitik
Blender (national)
Botol kaca
Labu ukur 250 mL 1 buah
Gelas ukur 200mL 1 buah
Gelas ukur 50 mL 1 buah
Corong kaca
Cawan porselen
Magnetic stirrer
Gelas kimia 100 mL
Hot plate
E. Prosedur Kerja

a. Preparasi Cangkang Telur


Cangkang telur
- Dibersihkan
- Digiling sampai halus
- Keringkan pada suhu 800C selama 30
menit dalam oven
- Diayak dengan 180 mesh
- Dikalsinasi suhu 9000C selama 2,5 jam
- Didinginkan.
bubuk cangkang telur
- Ambil sebanyak 2,8 g
- Larutkan dalam 50 mL aquades
- Ditambahkan 50 mL H3PO4 0,6 M
- pH 8,5
Campuran

- Aduk selama 30 menit


- Dibilas dan dicuci dengan air
- Panaskan dengan oven suhu 1000C
selama 2 jam
- Kalsinasi suhu 9000C selama 2 jam
- Di simpan di tempat teduh pada suhu
kamar selama 5 hari

Hasil
b. Pembuatan Metil Oren

0,1 g metil oren


- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
50 mL
- Dihomogenkan dengan aquades
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL ditambahkan aquades sampai
tanda batas dan homogen
Larutan metil orange 1000 ppm

- Encerkan larutan

Larutan metil oren 100 ppm


- Encerkan larutan sesuai variasi

metil oren 10 ppm metil oren 20 ppm metil oren 30 ppm

c. Adsorpsi Metil Oren Oleh Campuran Serbuk Cangkang Telur

Adsorben + larutan metil oren 100 ppm


- masukkan kedalam Erlenmeyer 100
mL
- aduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 150 rpm selama
40 menit

Campuran serbuk cangkang telur dengan


larutan metil oren 100 ppm
- disaring

Larutan

- larutn di masukkan ke botol fial


- uji serapan dengan
spektrofotometer UV-vis (464,5
nm)
 Variasi Massa

Metil oren 10 ppm

-masukkan kedalam Erlenmeyer


sebanyak 25 mL pada setiap sampel

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E


0,05 gram 0,1 gram 0,15 gram 0,2 gram 0,25 gram
adsorben adsorben adsorben adsorben adsorben

- aduk dengan magnetic stirrer


dengan kecepatan 150 rpm selama
40 menit
- saring larutan

filtrat

- uji serapan dengan


spektrofotometer UV-vis (464,5
nm)
 Variasi Konsentrasi

Adsorben 0,1 gram

-masukkan kedalam Erlenmeyer


sebanyak 25 mL pada setiap sampel

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E


10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm

- aduk dengan magnetic stirrer


dengan kecepatan 150 rpm selama
40 menit
- saring larutan

filtrat - uji serapan dengan


spektrofotometer UV-vis (464,5
nm)
 Variasi Waktu Kontak

Adsorben 0,1 gram

-Masukkan kedalam Erlenmeyer pada


setiap sampel
-Tambahkan metil oren 20 ppm
sebanyak 25 mL pada setiap sampel
- Aduk dengan magnetic stirrer dengan
kecepatan 150 rpm

Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E


10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm

- Saring larutan dengan kertas saring

filtrat
- uji serapan dengan
spektrofotometer UV-vis (464,5
nm)
F. Pembahasan

1. Nilai Variasi Waktu Dengan Uji Spektrofotometer UV-Vis

Konsentrasi Kapasitas
Variasi Konsentrasi Konsentra %
Setelah Serapan
Waktu Awal si Terserap Serapan
Dikontakkan (Q)
30 10,6990 10,4350 0,2640 2,468 0,066
45 10,6990 10,4080 0,2910 2,720 0,073
60 10,6990 10,4870 0,2120 1,981 0,053
75 10,6990 10,3950 0,3040 2,841 0,076
90 10,6990 10,5930 0,1060 0,991 0,027

Tabel 1. Variasi Waktu Dengan Uji Spektrofotometer UV-Vis


Data hasil variasi waktu kontak dapat dilihat pada tabel 1 dengan
waktu 30, 45, 60, 75, 90 menit. Pada variasi waktu kontak ini digunakan 0,2
gram hidroksiapatit. Variasi waktu kontak dilakukan pada metil oren dengan
konsentrasi 10 ppm sebanyak 25mL.
Pada saat variasi konsentrasi dilakukan dengan 0,1 gram hidroksiapatit
dimana setiap sampel sebanyak 25 ml. Saat proses shaker setiap variasi di
shaker dengan kecepatan 166 rpm.
Saat pengujian dengan alat spektrofotometer Uv- vis didapatkan
kapasitas serapan, % serapan, dan konsentrasi terserap. Setelah dilakukan
pengujian maka di dapatkan kapasitas serapan yang paling tinggi pada sampel
ke 4 yaitu pada waktu kontak 75 menit, dimana konsentrasi terserapnya adalah
0,3040; % serapannya adalah 2,841; dan kapasitas serapanya adalah 0,076.
2. Nilai Variasi Kosentrasi Dengan Uji Spektrofotometer UV-Vis

Konsentrasi Kapasitas
Variasi Konsentrasi Konsentrasi %
Setelah Serapan
Waktu Awal Terserap serapan
Dikontakkan (Q)
30 9,1960 8,9190 0,2770 3,012 0,069
45 7,1140 6,6180 0,4960 6,972 0,124
60 5,3560 4,8150 0,5410 10,101 0,135
75 6,2110 5,3160 0,8950 14,410 0,224
90 7,5710 5,8500 1,7210 22,731 0,430

Tabel 2. Variasi Kosentrasi Dengan Uji Spektrofotometer UV-Vis

Variasi konsentrasi dapat dilihat datanya pada tabel 2. Pada variasi


konsentrasi ini dilakukan pengenceran sebanyak 2 kali untuk 15 ppm dan 4
kali pengenceran untuk 20, 25, dan 30 ppm. Pengenceran ini dilakukan agar
saat dilakukan uji spekrofotometri didapatkan nilai adsorbansi yang baik.
Menurut Lambert-Beer angka adsorbansi yang baik yaitu berada pada kisaran
0,2-0,8.
Pada saat variasi konsentrasi dilakukan dengan 0,1 gram hidroksiapatit
dimana setiap sampel sebanyak 25 ml. Saat proses shaker setiap variasi di
shaker dengan kecepatan 166 rpm.

Saat pengujian dengan alat spektrofotometer Uv- vis didapatkan


kapasitas serapan, % serapan, dan konsentrasi terserap. Berdasarkan data
didapatkan nilai kapasitas serapan, % serapan, dan kapasitas terserap tertinggi
pada sampel ke 5 dengan konsentrasi metil oren 30 ppm, dimana konsentrasi
terserapnya adalah 1,7210; % serapannya adalah 22,731 dan kapasitas
serapannya adalah 0,430.

3. Nilai Variasi Massa Dengan Uji Spektrofotometer UV-Vis

Absorbansi
Konsentrasi Kapasitas
Variasi Konsentrasi Setelah Konsentrasi
setelah % serapan Serapan
Massa Awal Dikontakka Terserap
dikontakkan (Q)
n
0,05 10,6990 0,829 9,7280 0,9710 9,0756 0,486
0,1 10,6990 0,773 9,0710 1,6280 15,2164 0,407
0,15 10,6990 0,818 9,5990 1,1000 10,2813 0,183
0,2 10,6990 0,498 5,8440 4,8550 45,3781 0,607
0,25 10,6990 0,814 9,5520 1,1470 10,7206 0,115
Tabel 3. Variasi massa dengan uji spektrofotometer Uv-Vis
Pada variasi masa dapat dilihat pada tabel 3 dimana terdapat lima buah
sampel yaitu 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25 gram hidroksiapatit yang
dikontakkan dengan larutan metil oren pada konsentrasi 10 ppm sebanyak 25
mL.
Pada saat variasi massa dilakukan, setiap sampel dilarutkan sebanyak
25 ml. Saat proses shaker setiap variasi di shaker dengan kecepatan 166 rpm.
Berdasarkan data diatas bahwa sampel ke 4 memiliki nilai kapasitas
serapan, % serapan, dan kapasitas terserap tertinggi maka didapatkan
kosentrasi terserapnya 4,8550 , % serapan kapasitas adalah 45,3781 serapan
(Q) adalah 0,607.
G. Kesimpulan
Dari semua data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa cangkang telur
sebagai limbah yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk menyerap
zat warna. Pada praktikum ini cangkang telur yang telah di aktifasikan dengan H 3PO4
0,6M dengan metode pengendapan dan kalsinasi dengan suhu 900 0C dapat
menghasilkan Hidroksiapatit (HAp) yang menjadi adsorben yang baik terhadap zat
warna metylen orange.
Pada variasi massa didapatkan kapasitas serapan terbaik pada 0,2 gram, pada
variasi waktu kontak didapatkan waktu terbaik pada 75 menit dan konsentrasi terbaik
pada 30 ppm. Yang mana setiap variasi pengadukkannya menggunakan alat shaker
dengan 166 rpm
DAFTAR PUSTAKA
A. Szczes´, L. Hołysz, E. Chibowski, Synthesis of hydroxyapatite for biomedical
applications, Adv. Colloid Interface Sci. 249 (2017) 321–330

Abdulrahman, HI Tijani, BA Mohammed, H. Saidu, H. Yusuf, M. Ndejiko Jibrin, S.


Mohammed, From garbage to biomaterials : An overview on egg sel based
hydroxyapatite, J . Mater, (2014), 1-6

Ahmed S., & Ahsan M. (2008). Synthesis of Ca - hydroxiapatite Bioceramic from Egg Shell
and its Characterization, Bangladesh Journal of Scientific and Industrial

Christina P.M., Mu’nisatun S., Saptaaji R., dan Marjanto D. (2007). “Studi Pendahuluan
Mengenai Degradasi Zat Warna Azo (Metil Orange) Dalam Pelarut Air Menggunakan
Mesin Berkas Elektron 350 Kev/10 Ma”, JFN, No.1, Vol.1. 31-44

Direktorat Jenderal Peternakan, (2013). Ketersediaan Konsumsi Telur, Info :


www.deptan.go.id diakses pada 24 Oktober 2023.

Endang Widjajanti. (2009). Kajian Penggunaan Adsorben Sebagai Alternatif Pengolahan


Limbah Zat Pewarna Tekstil, Proseding Seminar Nasional Kimia, 17 Oktober 2009

Gupta G.S., Prassad G., Panday K.K. and Singh V.N. (1988). Removalof Chrome Dyes from
Aqueous Solution by fly Ash, J.Water, Air and Soil Pollution, 32, 384 – 395

H.. Farid, A. Arabhosseini, Aplication if eggshell wastes as valuable and utilizable product :
A review, Res, Agrc, Eng, 64 (2018) 104- 114

Lestari, N.C., Budiawan, I. & Fuadi, A.M. 2021. Pemanfaatan cangkang telur dan sekam padi
sebagai bioadsorben metilen biru pada limbah tekstil. Jurnal Riset Kimia, 12(1), 36–43.
doi: 10.25077/jrk.v12i1.396.

Nurlaili, T., Kurniasari, L. & Ratnani, R.D. 2017. Pemanfaatan limbah cangkang telur ayam
sebagai adsorben zat warna methyl orange dalam larutan. Jurnal Inovasi Teknik Kimia,
2(2):11-14

Ratnasari, N.D., Moelyaningrum, A.D. & Ellyke, E. 2017. Penurunan Kadar Tembaga (Cu)
pada Limbah Cair Industri Elektroplating Menggunakan Cangkang Telur Ayam Potong
Teraktivasi Termal. Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 9(2):56–62

Saputra, W. H. (2005). Sifat Fisik Dan Organoleptik Minuman Instan Madu Bubuk Dengan
Penambahan Efek Effervescent Dari Tepung Kerabang Telur. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor

Widjajanti Endang, Regina Tutik P, dan M. Pranjoto Utomo. (2011). Pola Adsorpsi Zeolit
Terhadap Pewarna Azo Metil Merah Dan Metil Jingga, Jurusan Pendidikan Kimia,
FMIPA, Universitas Negeri Yogyakart
H. Lampiran

Perhitungan
CaO + H2O →Ca(OH)2
Molaritas CaO 1 M
 Menghitung Massa Cangkang telur
M = (gr / mr).(1000 / V)
1M = (X /56).(1000 / 150 mL)
X = (8400 / 1000)
X = 8,4 gram
 Mol (n) cangkang telur
N =M. V
= 1 M . 0,15
= 0,15 mol
10Ca(OH)2 + 6H3PO4 →Ca10(PO4)6(OH)2 + 18H2O
0,15 mol 0,09 mol

Mol H3PO4
n H3PO4 = (6 /10) . (0,15)
= 0,09 mol
Volume H3PO4
V =n/M
= 0,09 mol / 0,6 M
= 0,15 L
= 150 mL
H3PO40,6 M 50 mL
M1 = (10. ρ.%) / mr
= (10 . 1,71 g/mL .85 %) / 98 g/mol
= 14,8 M
M1.V1 = M2.V2
14,8 M.V1 = 0,6 M .150 mL
= 90 / 14,8
= 6, 08 mL
 Perhitungan metyl orange
1. 0,1 gram 1000 ppm metyl orange
2. Perhitungan metyl orange dari 1000 ppm menjadi 100 ppm

V1.M1 = V2.M2
X.1000 ppm = 100 mL .100 ppm
X = 10.000 mL ppm / 1000 ppm
= 10 mL

3. Perhitungan metyl orange dari 100 ppm menjadi 20 ppm dalam 250 mL
V1.M1 = V2. M2
X . 100 ppm = 250 mL . 20 ppm
X = 5000 mL ppm / 100 ppm
= 50 mL
4. Perhitungan metyl orange dari 100 ppm menjadi 30 ppm dalam 25 mL aquades
V1.M1 = V2. M2
X .100 ppm = 25 mL .30 ppm
X = 750 / 100
= 7,5 mL
5. Perhitungan pembuatan larutan standar metyl orange dari 30 ppm dengan deret 5 ppm,
10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm dalam 10 mL aquades
a. 5 ppm
V1. M1 = V2. M2
X .30 ppm = 10 mL .5 ppm
X = 50 / 30
= 1,67 mL
b. 10 ppm
V1.M1 = V2. M2
X . 30 ppm = 10 mL .10 ppm
X = 100 / 30
= 3,33 mL
c. 15 ppm
V1. M1 = V2. M2
X. 30 ppm = 10 mL .15 ppm
X = 150 / 30
= 5 mL
d. 20 ppm
V1. M1 = V2. M2
X . 30 ppm = 10 mL .20 ppm
X = 200 / 30
= 6,67 mL
e. 25 ppm
V1 . M1 = V2. M2
X .30 ppm =10 mL .25 ppm
X = 250 / 30
= 8,33 mL
 Perhitungan Kapasitas Adsorpsi
= ((25/1000) x kosentrasi terserap) / massa adsorben
Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai