A. PRE-LAB
1. Bagaimana prinsip penetapan kadar gula total dengan metode anthrone?
Prinsip penetapan kadar gula total dengan metode anthrone, yaitu menghidrolisis sampel
karbohidrat menjadi monosakarida. Gula pereduksi atau non pereduksi yang akan bereaksi
dengan asam sulfat pekat, dimana reaksi tersebut akan membentuk furfural atau
hidroksimetilfurfural. Senyawa tersebut akan membentuk kompleks yang berwarna kuning
kehijauan atau biru kehijauan dari adanya pemberian reagen anthrone. Hasil analsisis
tersebut, kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotrometer dengan panjang
gelombang 620 nm (Al-kayyis & Susanti, 2016).
2. Apa perbedaan antara kadar gula pereduksi dengan kadar gula total?
Kadar gula total adalah jumlah gula secara keseluruhan yang terhitung di dalam sampel,
baik gula pereduksi maupun gula non pereduksi. Adapun gula pereduksi adalah gula yang
mampu mereduksi senyawa-senyawa yang menerima elektron. Gula tersebut mampu
mereduksi senyawa penerima elektron karena memiliki gugus aldehid atau keton bebas, yaitu
gugus hidroksil (-OH bebas). Contoh gula pereduksi, antara lain glukosa dan fruktosa,
sedangkan contoh gula non pereduksi adalah sukrosa (Ridhani dkk., 2021).
3. Apa kelebihan dan kelemahan penetapan kadar gula total dengan metode anthrone?
Metode anthrone merupakan analisis kadar gula total menggunakan reagen anthrone,
metode ini memiliki beberapa kelebihan maupun kekurangannya. Kelebihan dari metode
anthrone antara lain, uji analisanya sederhana, sensitif pada karbohidrat dalam jumlah kecil,
tidak membutuhkan keterampilan khusus, limbah yang dihasilkan dari metode anthrone
sedikit, dan standar errornya rendah (Asmorowati, 2019).
Adapun kelemahan dari metode anthrone adalah reagen yang digunakan tidak stabil
sehingga harus membuat reagen baru kembali sebelum melakukan pengujian metode
anthrone. Reagen anthrone juga bersifat berbahaya sehingga membutuhkan kehati-hatian
yang tinggi dalam pelaksanaannya. Hasil akhir dari analisa ini tidak spesifik, adapun limbah
dari metode anthrone dapat menjadi masalah terhadap lingkungan dan menyebabkan korosi
pada alat laboratorium walaupun dalam jumlah sedikit (Prini dkk., 2017).
4. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetapan kadar gula total dengan
metode anthrone!
Berhasil atau tidaknya pengujian kadar gula total menggunakan metode anthrone
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal tersebut meliputi, sifat reagen anthrone itu sendiri,
dimana reagen ini bersifat tidak stabil dan hanya mampu bertahan selama kurang lebih 24
jam, jika tidak diganti menggunakan yang baru maka hasil peritungan menjadi kurang akurat.
Adapun jumlah dari asam sulfat yangdigunakan harus sesuai. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah proses pemanasan dan kesesuaian pengukuran absorbansi menggunakan
spektrofotometer (Pontis, 2017).
5. Jelaskan prinsip penetapan kadar pati dengan metode hidrolisis asam!
Penetapan kadar pati dengan metode hidrolisis asam memiliki prinsip, yaitu menghidrolisis
pati menggunakan asam klorida (HCl), dimana akan terjadi proses pemecahan molekul pati
komponen sakarida yang lebih sederhana, seperti glukosa, , atau lainnya akibat dari
penambahan asam klorida. Hasil reaksi tersebut akan dilakukan pengukuran absorbansinya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 560 nm (Sutamihardja dkk.,
2015).
6. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetapan kadar pati dengan metode
hidrolisis asam!
Efektifitas penetapan kadar pati dengan metode hidrolisis asam dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Hal tersebut antara lain, jenis substrat atau sampel yang digunakan, dimana semakin
tinggi kadar pati maka akan semakin mudah untuk ditentukan kadar patinya, dan semakin
halus permukaan substrat maka akan semakin mudah asam tersebut bereaksi dengan substrat.
Adapun rasio bahan yang digunakan juga dapat mempengaruhi, seperti jumlah asam klorida,
reagen, maupun bahan lainnya. Waktu, suhu, dan konsentrasi asam juga dapat mempengaruhi
proses penentuan kadar pati menggunakan hidrolisis asam (Salsabila & Fahriroji, 20121).
Ditimbang 3 gr
20 ml alkohol 80%
Alkohol 80%
Dicuci padatan
Fungsi: Mengendapkan
gula pereduksi ( Filtrat
Filtrat
Ambil 1 ml dalam labu ukur 100 ml
Aquades hingga tanda batas
Filtrat pengenceran
Diaduk
untuk 2 tabung reaksi
Hasil
NB: perbandingan bubuk anthrone dan H 2SO4 = 0,01 gr Bubuk Anthrone untuk 10 ml
H2SO4
Pembuatan larutan glukosa standar
Padatan glukosa 200 mg
100 ml aquades
Diambil 10 ml
aquades
aquades
Hasil
Penetapan sampel
Filtrat pengenceran
Hasil
2. Kadar Pati Metode Hidrolisis Asam
Persiapan sampel
Persiapan sampel Preparasi
Sampel
Fungsi:
Dihaluskan Membersihkan residu
dari adanya hidrolisis
Ditimbang sebanyak 5 gram yang berupa gula
(Sadimo dkk., 2016).
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
50 ml etanol 80%
Diaduk dalam shaker selama 1 jam
Fitrat dibuang
Disaring
Filtrat
Didinginkan ± 25 menit
1 ml reagen arsenomolibdat
Hasil
Penetapan sampel Metode Somogyi
1 ml filtrat
Didinginkan ± 25 menit
1 ml reagen rsenomolibdat
Hasil
2.5 ml nelson A
0.1 ml nelson B
Diaduk
Hasil
Al-kayyis, H. K., & Susanti, H. 2016. Perbandingan Metode Somogyi-Nelson dan Anthrone-
Sulfat pada Penetapan Kadar Gula Pereduksi Dalam Umbi Cilembu (Ipomea batatas
L.). Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas (Journal of Pharmaceutical Sciences and
Community). Vol. 13. No. 2. Hal: 81-89
Anggraini, D. I., & Damayanti, D. 2019. Studi Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Etanol Kubis
(Brassica oleracea L.) Dan Tomat (Solanum lycopersicum L.) Secara In Vitro. As-
Syifaa Jurnal Farmasi. Vol. 11. No. 1. Hal: 30-37
Azmi, A. S., Malek, M. I. A., & Puad, N. I. M. 2017. A Review on Acid and Enzymatic
Hydrolyses of Sago Starch. International Food Research Journal. Vol. 24. No. 1.
Hal: 265-273
Fasya, A. G., Dinasti, A. R., Shofiyah, M., Rahmawati, L. M. dkk. 2016. Ekstraksi, Hidrolisis
dan Partisi Metabolit Sekunder dari Mikroalga Chlorella sp. ALCHEMY: Journal of
Chemistry. Vol. 5. No. 1. Hal: 5-8
Pontis, Horacio. 2017. Methods For Analysis Of Carbohydrate Metabolism In Photosynthetic
Organisms: Plants, Green Algae And Cyanobacteria. London: Academic Press
Prini, R., Dwi, S. K., & Prihartara, D. R. 2017. Produksi Gula Pereduksi Dari Degradasi
Onggok Limbah Tapioka Menggunakan Metode Sonikasi Dan Hidrotermal Dengan
Penambahan Katalis Asam Oksalat. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Pusdyawati, K. 2019. Penetapan Kadar Gula Total Jus Buah Apel Rome Beauty (Malus
Sylvestris Mill) Dengan Metode Anthrone-Sulfat. Skripsi. Surakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nasional
Ridhani, M. A., Vidyaningrum, I. P., Akmala, N. N., dkk. 2021. Potensi Penambahan
Berbagai Jenis Gula terhadap Sifat Sensori dan Fisikokimia Roti Manis. Pasundan
Food Technology Journal (PFTJ). Vol. 6. No.3. Hal: 61-68
Sadimo, M.M., Irwan S. dan Kasmudin M. 2016. Pembuatan Bioetanol Dari Pati Umbi Talas
(Colocasia Esculenta [L] Schott) Melalui Hidrolisis Asam Dan Fermentasi. Jurnal
Akademika Kimia. Vol. 5. No. 2. Hal: 79-84
Salsabila, A. L., & Fahruroji, I. 2021. Hidrolisis Pada Sintesis Gula Berbasis Pati
Jagung. EDUFORTECH. Vol. 6. No. 1. Hal: 33-37
Sutamihardja, R. T. M., Srikandi, S., & Herdiani, D. P. 2015. Hidrolisis Asam Klorida
Tepung Pati Singkong (Manihot esculenta Crantz) dalam Pembuatan Gula
Cair. Jurnal Sains Natural. Vol. 5. No.1. Hal: 83-91
.
SS LITERATUR