DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2021
1. Karbohidrat
a. Cara Kerja dan Tabel Reaksi
1) Isolasi Karbohidrat: Isolasi Pati dari umbi-umbian
Isolasi karbohidrat dilakukan dengan cara mengekstraksi dari tanaman maupun
hewan.
Cara Kerja Reaksi
Rendemannya ditentukan.
Diperoleh:
Jenis Hasil Jenis Hasil
Karbohidrat Uji Karbohidrat Uji
Glukosa + Arabinosa +
Laktosa + Maltosa +
Fruktosa + Amilum +
Sukrosa + Galaktosa +
2. 2. Tes Seliwanoff
Digunakan untuk mengidentifikasi gula ketosa dan aldose dimana terdapat
perbedaan waktu dalam mengidentifikasinya. Ketosa, pembentukkan
kompleks berwarna merah dengan cepat. Sedangkan aldose membutuhkan
waktu agak lama untuk membentuk kompleks merah.
Cara Kerja Reaksi
Diperoleh:
Jenis Hasil Jenis Hasil
Karbohidrat Uji Karbohidrat Uji
Glukosa - Arabinosa -
Laktosa - Maltosa -
Fruktosa + Amilum -
Sukrosa + Galaktosa -
2. 3. Tes Bial
Digunakan untuk membedakan pentosa dan heksosa.
Cara Kerja Reaksi
2. 4. Tes Barfoed
Digunakan untuk uji gula pereduksi dengan temabaga sulfat.
Cara Kerja Reaksi
2. 5. Tes Benedict
Untuk mendeteksi gula pereduksi dalam suasana basa.
b. Ringkasan Pembahasan
Pada praktikum kali ini, pemisahan dan hidrolisis karbohidrat dilakukan untuk mengetahui
karakteristik umum dari berbagai jenis karbohidrat melalui uji kuantitatif dan kualitatif.
c. Daftar Pustaka
Tim KBI Biokimia. (2015). Diktat Penuntun Praktikum Biokimia. Depok: Departemen
Kimia FMIPA UI.
Dreywood, R., (1946). Qualitative test for carbohydrate material. Journal Industrial &
Engineering Chemistry Analytical Edition, 18, 499-499.
Fatoni, A. (2018). Isolasi Pati dari Tepung Ubi Jalar Ungu. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi,
3(2), 1-6.
Struktur lesitin:
Ditambahkan 30 mL aseton
perlahan lalu diaduk.
Ditambahkan 50 mL eter.
Diperoleh:
Dilakukan hal yang sama dengan
menggunakan pelarut aseton,
kloroform, alkohol, dan eter.
2. 2. Tes Kelarutan
Umumnya lipid membentuk suatu emulsi apabila ke dalamnya ditambahkan
beberapa tetes air. Emulsi yang terbentuk mempunyai penampilan seperti susu
dan hal ini sangat sensitif untuk digunakan sebagai tes lemak.
2. 3. Penyabunan
Apabila lemak atau minyak dipanaskan dengan penambahan alkali, maka akan
terbentuk garam asam lemak atau sabun dan gliserol. Proses ini dikenal dengan
saponifikasi.
Cara Kerja Reaksi
Reaksi penyabunan:
3 mL larutan KOH dalam alkohol
ditambahkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 2 tetes minyak.
2. 4. Tes Gliserol
Cara Kerja Reaksi
2. 6. Tes Liebermann-Burchard
Cara Kerja Reaksi
Akan timbul variasi warna dari merah ke biru
Ditambahkan 6 tetes asam asetat anhidrida dan hijau tergantung pada kondisi reaksinya.
dan 2 tetes asam sulfat pekat ke dalam
tabung reaksi yang berisi 10 mg kolesterol
dalam 2 mL kloroform.
2. 7. Tes Salkowski
Cara Kerja Reaksi
Campuran dalam tabung reaksi dikocok Uji menunjukkan hasil +, Ketika terbentuk
sampai homogen. cincin coklat.
Bst On: 8
Lapisan bawah dipisahkan dan
absorbansinya pada = 560 nm dibaca. Bilangan peroksida: mg O2 dalam 100 gram
minyak
b. Ringkasan Pembahasan
1) Isolasi Lipid
Isolasi lipid didasarkan pada perbedaan kelarutan lipid dengan senyawa lain yang
berada di dalam sampel. Dalam prosesnya, campuran lipid akan dipisahkan
berdasarkan aspek perbedaan kelarutan dalam berbagai pelarut organik. Sampel yang
digunakan berupa kuning telur, kemudian dilakukan siolasi untuk memperoleh lesitin
dan kolesterol. Pertama-tama, kuning telur ditambahkan etanol dan eter untuk
memisahkan lipid dengan senyawa nonlipid yang terkandung di dalam kuning telur.
Karena perbedaan kelarutan, lipid akan melarut di dalam pelarut eter dan nonlipid akan
melarut dalam pelarut etanol. Penggunaan eter dan etanol sebagai pelarut
mengharuskan kita melakukan setiap tahapan dikerjakan di lemari asam karena etanol
dan eter bersifat mudah menguap. Dipilihnya kuning telur sebagai sampel dalam
pengujian isolasi lipid adalah karena di dalam kuning telur, terkandung senyawa lipid,
nonlipid, protein, dan karbohidrat, sehingga pengujiannya dapat berlangsung luas.
Setelah itu, campuran disaring dengan kertas saring. Filtrat dan endapan akan
memisah. Filrat ditampung dan endapan dibilas dengan campuran etanol dan eter
dengan perbandingan 2:1. Pencucian ini ditujukan untuk menghilangkan pengotor yang
masih terkandung di dalam endapan, sehingga diharpakan diperoleh endapan yang
murni. Kemudian, filtrat diuapkan di dalam penangas air dan dikerjakan di lemari asam
untuk menghasilkan filtrat yang lebih murni dengan menguapkan eter. Setelah dingin,
ditambahkan aseton yang ditujukan untuk memisahkan senyawa polar-nonpolar serta
mengurangi kelarutan lipid terhadap pelarut dan diperoleh endapan berupa lesitin.
Selanjutnya, filtrat ditambahkan larutan KOH 15% dalam alkohol, sehingga
kemampuan melarutnya lipid meningkat kemudian berlangsung reaksi saponifikasi.
Dalam reaksi saponifikasi, hanya trigliserida yang akan mengalami proses ini. setelah
mengendap, terbentuk sabun (lipid tersabunkan). Setelah disaring, filtrat diketahui
mengandung kolesterol. Filtrat ini diuapkan dan ditambahkan alkohol untuk ekstraksi
endapan. Terbentuklah 2 fasa setelah dilakukan ekstraksi, lapisan atas diisi oleh alkohol
dan lapisan bawah diisi oleh kolesterol. Maka, lipid yang terkandung dalam kuning
telur dapat dipisahkan (diisolasi) dengan prinsip dasar perbedaan kelarutan (kepolaran).
2.2. Emulsi
Emulsi adalah campuran dua cairan yang biasanya tidak saling melarut atau tidak
saling bergabung. Beberapa zat yang berperan sebagai pengemulsi harus ditambahkan
agar kedua larutan dapat melarut secara stabil dan seragam. Pada tes uji kualitatif
dengan metode pembentukkan emulsi ini, digunakan sampel minyak dan lesitin yang
berupa fosfolipid dan memiliki bagian polar (kepala) serta nonpolar (ekor) dimana
lesitin dapat berperan sebagai emulsifier. Dalam pengamatannya, satu tabung reaksi
berisi minyak dan tabung lainnya berisi lesitin, keduanya ditambahkan air untuk
mengidentifikasi adanya lipid. Diketahui bahwa terhadap pelarut air, minyak tidak akan
melarut, melainkan membentuk 2 lapisan berbeda dimana lapisan atas diisi oleh
minyak dan lapisan bawah diisi dengan air. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan kelarutan dan massa jenis dari kedua material. Pada pengamatan lainnya,
ditunjukkan bahwa terhadap air, lesitin yang ditambahkan akan membentuk emulsi
karena salah satu cairan pada sistem 2 fasa terdispersi dalam cairan lainnya.
2.3. Penyabunan
Reaksi penyabunan, dikenal juga sebagai reaksi saponifikasi merupakan reaksi
hidrolisis minyak dengan menggunakan basa kuat (umumnya digunakan NaOH atau
KOH) sehingga diperoleh gliserol dan sabun. Di dalam kimia, sabun merupakan garam
dari asam lemak. Minyak disusun atas komponen utama berupa trigliserida dan dengan
adanya KOH di dalam alkohol, minyak akan mengalami hidrolisis membentuk
garamnya, yakni R-COOK dan gliserol sebagai produk sampingan. Pada reaksi
saponifikasi, ditambahkan HCl untuk mengubah K+ pada R-COOK menjadi R-COOH,
dimana H pada R-COOH diperoleh dari HCl. Sabun kemudian menjadi bersifat lebih
polar dalam bentuk asam lemak bebasnya, kemudian dilakukan ekstraksi dengan
CHCl3 atau eter, sehingga terbentuklah 2 lapisan, dimana asam lemak dan campuran
terpisah. Asam lemak bebas berada di lapisan CHCl3 dan ketika ditambah NaCl
berlebih, sabun mengendap akibat dari feel salting out dari NaCl.
Reaksi penyabunan:
c. Daftar Pustaka
Tim KBI Biokimia. (2015). Diktat Penuntun Praktikum Biokimia. Depok: Departemen
Kimia FMIPA UI.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. (2009). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Ketaren, S., (1986), Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Winarno, F. G., (2002), Kimia Pangan dan Gizi, P.T. Gramedia Utama, Jakarta.
Sopianti, D.S, Herlina, Saputra, H.T. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas pada
Minyak Goreng. Jurnal Katalisator. Volume 2 No 2.
Suroso, A.S. (2013). Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan
Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air.
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ketaren, S. (1986). Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
Jakarta.