Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI BENEDICT DAN UJI ROTHERA

Disusun Oleh:
Denny Fauzul Hakim (1810211015)
Mawar Izzati Nadilla (1810211044)
Merry Yustia Karim (1810211074)
Romadhonal Qodarul Akbar (1810211130)
Sarah Veronika Sianipar (1810211131)

Dosen Pembimbing:

Dra. Kristina Simanjuntak, M.Biomed

Ratna Puspita, S.Si., M.SI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

1. Uji Benedict............................................................................................................3
1.1 Tujuan...............................................................................................................3
1.2 Prinsip...............................................................................................................3
1.3 Cara Kerja........................................................................................................3
2. Uji Rothera.............................................................................................................4
2.1 Tujuan...............................................................................................................4
2.2 Prinsip...............................................................................................................4
2.3 Cara Kerja........................................................................................................4
3. Hasil dan Pembahasan............................................................................................5
3.1 Uji Benedict......................................................................................................5
3.2 Uji Rothera.......................................................................................................7
4. Kesimpulan.............................................................................................................11
5. Daftar Pustaka........................................................................................................12

2
1. UJI BENEDICT (semikuantitatif)
1.1 Tujuan

Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin.


1.2 Prinsip

Kupri sulfat dalam larutan tembaga alkali akan direduksi oleh glukosa dalam
urin menjadi kuprooksida membentuk endapan merah bata. Jumlah endapan merah
bata yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar glukosa dalam urin.
1.3 Bahan
1. Larutan benedict
2. Urin sendiri
1.4 Cara Kerja
1. Masukan larutan benedict sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi.
2. Masukan urin sendiri sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi.
3. Kemudian, panaskan selama 3 menit dalam air mendidih (100⁰C), lalu biarkan
dingin perlahan.
4. Bandingkan dengan seri pemeriksaan yang sudah disiapkan.
Tabung
Bahan
1
Larutan Benedict 2 mL
Urin sendiri 4 tetes
Panaskan selama 3 menit dalam air mendidih (100⁰C), lalu biarkan dingin perlahan
Hasil: Bandingkan dengan seri pemeriksaan yang sudah disiapkan.

Acuan kadar gula:


Warna Penilaian Kadar
Biru jernih - 0
Hijau + <0,5 %
Kuning kehijauan ++ (0,5-1) %
Jingga +++ (1,0-2,0) %
Merah bata ++++ >2 %
Keterangan: % = gram glukosa/dL
2. UJI ROTHERA
2.1 Tujuan

Memeriksa adanya zat keton dalam urin.


2.2 Prinsip

Pereaksi yang digunakan dalam praktikum ini (natrium nitroprusida 5%) dapat
bereaksi dengan senyawa keton membentuk kompleks berwarna ungu.
2.3 Bahan
1. Urin sendiri
2. Urin patologis
3. Kristal ammonium sulfat
4. Natrium nitroprusida 5% (segar)
5. Amonium hidroksida pekat
2.4 Cara Kerja
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi.
2. Masukan urin sendiri sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi pertama.
3. Masukan urin patologis sebanyak 3 ml ke dalam tabung reaksi kedua.
4. Teteskan kristal ammonium sulfat hingga jenuh pada kedua tabung.
5. Masukan larutan natrium nitroprusida masing-masing sebanyak 2-3 tetes pada
kedua tabung.
6. Masukan larutan ammonium hidroksida pekat masing-masing sebanyak 1 ml
pada kedua tabung.
7. Campur semua larutan dan diamkan selama 30 menit.
Tabung
Bahan
1 2
Urin sendiri 3 mL -
Urin patologis - 3 mL
Kristal ammonium sulfat Sampai jenuh Sampai jenuh
Larutan natrium
2-3 tetes 2-3 tetes
nitroprusida
Amonium hidroksida pekat 1 mL 1 mL
Campur dan diamkan selama 30 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 UJI BENEDICT (semikuantitatif)


 Hasil

BAHAN NO TABUNG
1 2
Larutan benedict 2 ml 2 ml
Urin Sendiri 4 tetes -
Urin Patologis - 4 tetes
Campurkan dan panaskan selama 3 menit dalam air mendidih (100 ℃), lalu biarkan
dingin perlahan
Hasil Tidak mengalami Terbentuk endapan
perubahan warna (warna berwarna merah bata. Hal
biru jernih). Hal ini ini menunjukkan adanya
menunjukkan tidak kandungan glukosa/gula
adanya kandungan pereduksi pada urin, maka
glukosa/gula pereduksi dapat dikatakan (++++)
pada urin, maka dapat atau senilai > 2 % gram
dikatakan (-) glukosa. glukosa/dL

Acuan kadar gula:

Warna Penilaian Kadar


Biru Jernih - 0
Hijau + < 0,5 %
Kuning kehijauan ++ (0,5-1) %
Jingga +++ (1,0-2,0) %
Merah bata ++++ >2%
Keterangan % (gram glukosa/ dl)

 Pembahasan

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi, yaitu karbohidrat yang didalamnya terdapat gugus aldehid. Gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti maltosa dan
laktosa. Adanya kandungan glukosa dalam urin dapat diketahui melalui perubahan
warna yang terjadi setelah urin ditetesi larutan benedict dan berubah warna menjadi
merah bata. Namun, apabila didapatkan setelah urin yang ditetesi benedict ternyata
berwarna hijau kebiruan, artinya urin yang diuji tidak mengandung glukosa.
Perubahan warna yang terjadi akibat adanya gugus aldehid atau keton bebas pada gula
reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+dari CuSO 4.5H2O dalam
suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis
diperoleh dari Na2CO3 dan natrium sitrat yang terdapat pada reagen Benedict. Pada
percobaan kali ini, tabung 1 yang berisi urin sendiri terlihat tidak adanya perubahan
warna (tetap berwarna biru), artinya dalam urin tersebut tidak mengandung adanya
gula pereduksi. Sedangkan pada tabung kedua yang berisi urin patologis terlihat
adanya perubahan warna menjadi jingga, artinya pada urin tersebut mengandung gula
pereduksi dan berdasarkan tabel kadar gula, warna jingga menunjukkan kandungan
gula pereduksi dalam urin sebesar (1,0 – 2,0) %. Dengan uji benedict, dapat diketahui
jika urin yang di uji menghasilkan endapan merah bata maka pasien tersebut
kemungkinan besar menderita diabetes. Hal ini berhubungan dengan adanya
gangguan pada pancreas, karena pancreas menghasilkan sedikit insulin bahkan tidak,
sehingga menyebabkan glukosa tidak bisa dimasukan kedalam sel, sehingga kadar
glukosa dalam darah tinggi. Saat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal maka
glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan melalui urin. Adanya glukosa dalam
urin disebut glukosuria
3.2 UJI ROTHERA
 Hasil

BAHAN NO TABUNG
1 2
Urine Normal 3 ml -
Urine Patologis - 3 mL
Kristal ammonium sulfat Sampai jenuh Sampai jenuh
Larutan natrium 2-3 tetes 2-3 tetes
nitroprusida
Larutan ammonium 1-2 mL 1-2 mL
hidroksida pekat
Campurkan dan diamkan selama 30 menit
Hasil Membentuk warna orange Membentuk warna ungu.
kekuningan. Hal ini Hal ini menunjukkan
menunjukan tidak terdapat badan keton pada
terdapat badan keton pada urine.
urine.
 Pembahasan

Badan Keton merupakan hasil dari metabolisme lipid. Terdapat tiga jenis
badan keton, yang jika di urutkan menurut kadarnya di tubuh, yaitu asam β-
hidroksibutirat (78%), asam asetoasetat (20%), dan aseton (2%). Badan keton
merupakan sumber energi sekunder pada tubuh jika terjadi kondisi dimana glukosa

tidak dapat diubah

menjadi energi.
Dalam kondisi dimana tubuh kekurangan energi (ATP) dan glukosa Ketogenesis
terjadi di hepar. Ketogenesis dimulai dengan proses lipolisis β-oksidatif asam lemak
bebas (Free Fatty Acid) menjadi asetil KoA. Dua senyawa Asetil KoA akan disatukan
menjadi asetoasetil KoA oleh enzim tiolase. Setelahnya oleh enzim HMG-KoA
Sintase, asetoasetil KoA akan disatukan dengan asetil KoA lain menjadi HMG-KoA
(3- Hidroksi-3-metil-glutaril-KoA). HMG-KoA ini akan di pisahkan dengan senyawa
asetil KoA oleh enzim HMG-KoA liase menjadi asam asetoasetat, salah satu jenis dari
badan keton.
Asam asetoasetat merupakan produk awal dari sintesis badan keton, dimana darinya
bisa terbuat badan keton lainnya. Asam β-hidroksibutirat adalah hasil hidrogenasi
asam asetoasetat yang dikatalisir oleh enzim β-hidroksibutirat dehidrogenase.
Sedangkan aceton merupakan hasil dari reaksi spontan dekarboksilasi asam
asetoasetat yang dikatalisir oleh enzim asetoasetat dekarboksilase.
Ketogenesis terjadi jika tubuh dalam kondisi kurang asupan karbohidrat (kelaparan /
puasa dalam jangka panjang, muntah persisten pada anak, dan diet rendah
karbohidrat), peningkatan proses metabolisme (Kehamilan, demam pada anak, dan
tirotoksikosis), dan juga ditemukan pada individu dengan gangguan metabolisme
karbohidrat (Diabetes ketoasidosis dan Penyakit von Gierke). Kadar badan keton yang
tinggi dalam tubuh merupakan petanda atas kondisi-kondisi yang telah disebutkan,
Uji Rothera merupakan pemeriksaan kualitatif yang bertujuan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya badan keton pada urin. Reagen pereaksi dari Uji Rothera dalah senyawa
Sodium nitroprusida (Na2[Fe(CN)5NO]) yang dalam kondisi basa dapat bereaksi
dengan gugus keton metil (CH3CO-) yang ada di asam asetoasetat dan aseton untuk
menghasilkan senyawa yang bewarna ungu. Reaksi dari Uji Rothera tercantum seperti
dibawah ini.
𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖
𝐶𝐻3𝐶𝑂- + 𝑁𝑎2[𝐹𝑒(𝐶𝑁)5𝑁𝑂] → 𝑆𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑈𝑛𝑔𝑢
Kondisi alkali pada larutan urin didapatkan dengan menambahkan zat Ammonium
Sulfat dan Ammonium Hidroksida.

Uji Rothera dapat mendeteksi badan keton dengan kadar 1-5 mg/dL asam asetoasetat
dan 10-25 mg/dL aseton. Sehingga jika ditemukan kadar asam asetoasetat dan aseton
yang lebih dari nilai yang disebut, akan terjadi reaksi dimana akan terbentuk cinin
bewarna ungu di sampel urin. Jika cincin bewarna ungu ini terbentuk, hasil dari ujian
Rothera dibilang positif dan dinyatakan bahwa pada urin pasien ditemukan badan
keton. Namun jika tidak ditemukan cincin ini pada sampel urin, hasil Uji Rothera
dinyatakan negative karena tidak ditemukan asam asetoasetat dan aseton dengan
kadar adekuat pada urin.
Namun, pada Uji Rothera bisa ditemukan hasil positif palsu dan negative palsu. Hasil
positif palsu dapat ditemukan pada sampel urin pada pasien yang terlalu banyak
mengonsumsi vitamin C atau mengonsumsi obat levodopa, asam askorbat, isopropyl,
paraldehida dan insulin. Selain itu sampel urin yang tidak segar, mempunyai pH yang
rendah dan berat jenis yang tinggi juga bisa menyebabkan hasil Uji Rothera menjadi
positif palsu. Sedangkan, hasil negative palsu dapat ditemukan pada pasien yang
sedang infeksi, karena adanya mikroorganisme pada sampel urin pasien.
SIMPULAN

1. UJI BENEDICT (semikuantitatif)

Pada urin yang normal atau yang tidak mengandung glukosa jika diteteskan larutan
benedict tidak terjadi perubahan warna (merah bata) sedangkan pada urin yang
mengandung glukosa ditemukan adanya perubahan warna menjadi merah bata. Hal ini
disebabkan karena glukosa yang ada pada urin mereduksi larutan benedict yang
mengandung kupri sulfat sehingga membentuk kuprosulfat yang terlihat dengan
adanya perubahan warna menjadi merah bata.

2. UJI ROTHERA

Pada urin normal dari hasil pemeriksaan uji rothera tidak ditemukan cincin ungu. Ini
dapat disimpulkan bahwa pada urin orang tersebut tidak terdapat badan keton yang
mengindikasi bahwa orang tersebut tidak mengalami kondisi ketogenesis sedangkan
dari hasil pemeriksaan pada urin patologis, ditemukan cincin ungu. Hal ini disebabkan
karena sodium nitroprusida (Na2[Fe(CN)5NO]) yang dalam kondisi basa dapat
bereaksi dengan gugus keton metil (CH3CO-) yang ada di asam asetoasetat dan aseton
untuk menghasilkan senyawa yang bewarna ungu yang menandakan bahwa pada urin
orang tersebut mengandung badan keton.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F. 2000. Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC.
Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan
Klinis. Pendit BU, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Basic Medical
Biochemistry: a Clinical Approach.
Rodwell, V. Bender, D. Botham, K. Kennelly, P. Weil, P. Biokimia Harper. Ed 30. Jakarta;
EGC. 2018. p 237-245
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai