Dasar Teori :
Sediaan cair merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saaat
diaplikasikan. Sediaan cair ada bermacam-macam mulai dari larutan, suspensi hingga emulsi.
Menurut FI IV, larutan adalah sediaan cair yang memgandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahannya, cara
peracikannya atau penggunannya tidak dimasukkan dalam golongan produk lain. Contoh :
larutan penyegar cap kaki tiga.
Suspensi yaitu sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Contohnya : suspensi oral, topikal, tetes
telinga, injeksi (Anief, 2004).
Emulsi yaitu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan kecil yang
terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur (Ansel, 2005). Emulsi terdiri dari
oral, topika dan injeksi. Emulsi terbagi menjadi beberapa type yaitu : minyak sebagai fase
interal, air sebagao fase eksternal dan minyak sebagai fase eksternal, air fase internal
(Syamsuni, 2006).
Alasan Membuat Emulsi :
Sediaan liquid (cair) banyak diminati dan dinikmati oleh kalangan dan usia lansia,
sehingga keunggulan sediaan cair ini adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan. Dengan
demikian pembuatan emulsi dengan aneka fungsi sudah banyak digeluti oleh sebagian besar
produsen. Pemilihan pembuatan emulsi ini bertujuan untuk menutupi rasa tidak enak pada
obat, memudahkan proses pencernaan dan memudahkan dalam pemakaian.
Tanaman Jarak :
Tanaman jarak atau Ricinus Communis, L sudah cukup lama dikenal diIndonesi dan
dahulu umumnya tumbuh secara alami (tanpa dipelihara), biji jarak ini dapat diolah menjadi
minyak. Minyak jarak (oleum ricini) termasuk golongan pencahar rangsang karena
merangsang otot polos usus sehingga meningkatkan peristaltic dan sekresi lendir usus.
Minyak Jarak :
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemanasan dingin biji
Ricinius Communis, L yang telah dikupas. Minyak jarak 90% terdiri dari asam risinoleat,
sedikit mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat dan stearat. Minyak jarak bersifat
emollient yaitu dapat melunakkan feses dan memudahkan pengeluarannya.
Pembuatan Emulsi Minyak Jarak :
Minyak jarak merupakan bahan dasar dan berbasis minyak sehingga cocok dalam
pembuatan emulsi. Dan juga fungsi dari minyak sebagai pencar rangsang yang mampu
merangsang otot polos usus yang dapat melunakkan feses dan memudahkan pengeluarannya.
Pada pembuatan emulsi ini diperlukan emulgator yaitu selulosa yang merupakan hidrokoloid
yaitu suatu koloid yang mempunyai afinitas terhadap air dalam hal kemampuannya untuk
berinteraksi dengan air, larut dan terbagi merata didalamnya (Dini, 2005).
Asam Risinoleat
Asam risinoleat (asam 12 hidroksi as 9 oktadikenoat) merupakan asam lemak yang
paling banyak terkandung dalam minyak jarak. Kandungan asam risinoleat sebesar 87%
(Swem, 1979). Asam risinoleat pada minyak jarak memiliki ikatan rangkap dan dua gugus
aktif yaitu gugus hidroksil dan gugus karboksil (Ramamurti, 1998). Asam risinoleat bersifat
toksik, hal ini ditunjukkan oleh aktifitas pencahar yang ditimbulkan jika di konsumsi
(Manurung, 2008).
Sifat Fisika dan Kimia :
- Rumus kimia : C18H34O3 - Densitas uap : 10,3
- Berat molekul : 298,46 - Titik nyala : 2240C
- Physical state : cairan bening viscous - Bilangan asam : 175 min
- Titik lebur : 5,50C - Bilangan hidroksil : 150 min
0
- Titik didih : 245 C - Bilangan iod : 80-91
- Spesific grafity : 0,94 - Bilangan penyabunan : 180 min
- Daya larut dala air : tidak larut - Colour gardner : 8 max
Evaluasi Mutu :
Pada pembuatan emulsi minyak jarak ini diperlukan evaluasi mutu yang bertujuan untuk :
- Untuk mengetahui keseragaman volume pada emulsi
- Mengetahui mutu fisik dari emulsi minyak jarak
- Mengetahui mutu kimia dari emulsi minyak jarak
Rancangan Formulasi
Formulasi standart :
Emulsum olei ricini (CMN 156)
R/
- Olei Ricini 40g
- Pulu cummi arab 12g
- Sacchari 15g
- Aq Laurocer 5g
- Aq Comm 178
- m.f.i.a cmulsum (+/- 240 cm3)
Penyederhanaan Formulasi
Tiap 100mL mengandung
- OI. Ricini 16,67 g
- PGA 5g
- Syr Simplex 6,25 g
- OI. Citri 3 gtt
- Aquadest add 100 ml
Nb : Dibutuhkan 10 botol untuk pengujian
Perhitungan bahan
- OI Citri : 3 gtt
- Aquadest : add 100ml
Prosedur pembuatan Menurut Vandwin :
Emulsi olei ricini C.M.N., dimana minyak diemulsikan dengan Gom yang 3/10 kali
banyaknya; disinipun sekaligus ditambahkan air 2 setengah kali banyak Gom.
Prosedur Pembuatan Penyederhanaan Fomulasi :
Alat :
- Gelas ukur - Pipet tetes
- Batang pengaduk - Sudip
- Mortar dan stamper - Labu ukur
- Timbangan - Erlenmeyer
Bahan:
- Ol. Ricini
- PGA
- Sirup simplex
- Aquadest
Prosedur Pembuatan :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disetarakan timbangan
3. Dikalibrasi botol yang akan digunakan
4. Diukur sirup simplex 6,25 gram
5. Ditimbang 3/10 GOM (1,5 gram) dan ditambah dengan 2 setengah aquadest (3 mL)
6. Diukur Ol. Ricini sebanyak 16,67 gram
7. Diambil GOM ditambahkan sirup simplex dan ditambahkan 2 setengah atau 3 mL
aquadest dan diaduk ad homogen
8. Diambil Ol. Citri dimasukkan dalam mortar sebanyak 3 tetes
9. Masukkan dalam botol yang telah dikalibrasi
10. Tambahkan sisa aquadest ad 100 mL
11. Kocok ad homogen
Prosedur Uji Mutu Fisika Raw Material
1. Titik Lebur (FI III, 1995)
Tujuan : Mengetahui titk lebur suatu bahan
Cara Kerja :
a. Siapkan zat uji dan masukkan kedalam pipa kapiler
b. Panaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10º dibawah suhu lebur yang
diperkirakan, dan naikkan suhu dengan kecepatan 1º ± 0,5º/menit.
c. Masukkan kapiler , bila suhu mencapai 5º dibawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna.
d. Catat jarak lebur.
Rumus :
T1 = Suhu awal
T2 = Suhu melebur sempurna
2. Berat Jenis (FI IV, 1995)
Tujuan : Menentukan bobot jenis suatu zat
Cara kerja :
a. Dipersiapkan piknometer 10 ml.
b. Dikeringkan dengan cara di hairdryer
c. Ditimbang piknometer kosong yang sudah bersih dan kering
d. Di ukur suhu aquadest
e. Diisi piknometer kosong dengan aquades hingga penuh dan tutup perlahan
jangan sampai berisi udara
f. Ditimbang masa piknometer berisi aquades.
( ) ( )
( ) ( )
3. Indeks Bias (FI IV, 1995)
Tujuan : Menetapkan indeks bias suatu zat untuk mengetahui kadar kemurniannya
Cara kerja
a. Refraktometer Abbe
1. Bersihkan permukaan prisma dengan menggunakan kertas lensa
2. Diteteskan sampel secukupnya di bagian prisma dengan menggunakan pipet
3. Kencangkan sekrup pengunci prisma. Pastikan sampel bebas dari gelembung
dan mencakup bidang pandang sepenuhnya
4. Amati melalui teropongnya
5. Putar pemutar untuk mendapat medan pengukuran yang berupa tanda silang
(diagonal) nampak setengah terang dan setengah gelap
6. Bacalah garis memanjang vertikal yang memotong skala, skala yang terbaca
merupakan nilai indeks bias sampel yang diamati
b. Refraktometer PRA dan PRF
1. Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu
2. tetesi refraktometer dengan aquades pada bagian prisma dan daylight plate
3. keringkan refraktometer yang telah di tetesi aquades
4. sampel cairan di teteskan ke prisma dengan pipet tetes sebanyak 1-3 tetes
5. Skala kemudian dilihat di tempat yang bercahaya dan dibaca skalanya
6. Setelah selesai digunakan, bilas kaca dan prisma dengan aquades kemudian
keringkan
Rumus : n
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya diruang hampa (m/s)
v = kecepatan cahaya dalam bahan
4. Rotasi Optik (FI IV, 1995)
Tujuan : Mengukur sudut putar bidang polarisasi suatu bahan
Cara kerja :
a. Untuk memulai penggunaan polarimeter pastikan tombol power pada posisi on
dan biarkan selama 5-10 menit agar lampu natriumnya siap digunakan.
b. Selalu mulai dengan menentukan keadaan nol (zero point) dengan mengisi tabung
sampel dengan pelarut saja. Keadaan nol ini perlu untuk mengkoreksi pembacaan
atau pengamatan rotasi optik. Tabung sampel harus dibersihkan sebelum
digunakan agar larutan yang diisikan tidak terkontaminasi zat lain.
c. Pembacaan/pengamatan bergantung kepada tabung sampel yang berisi
larutan/pelarut dengan penuh. Perhatikan saat menutup tabung sampel, harus
dilakukan hati-hati agar di dalam tabung tidak terdapat gelembung udara.
d. Bila sebelum tabung diisi larutan didapat keadaan terang, maka setelah tabung
diisi larutan putarlah analisator sampai didapat keadaan terang kembali.
Sebaliknya bila awalnya keadaan gelap harus kembali kekeadaan gelap.
e. Catat besarnya rotasi optik yang dapat terbaca pada skala. Tetapi jangan hanya
besar rotasi optiknya, arah rotasinya juga harus dicatat searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam.
f. Lakukan pembacaan berkali-kali sampai diperoleh nilai yang dapat dirata-
ratakan.
Rumus
Keterangan :𝛼 = rotasi jenis
ɑ
[ α ]𝑡𝑥 = ɑ = pengamatan rotasi (⁰)
𝑙𝑐 𝑙 = panjang tabung (dm)
𝑐 = kadar larutan (g/100ml)
Kesimpulan