Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 3 orang. Data demografi

responden meliputi Inisial keluarga, inisial pasien, jenis kelamin pasien, umur

keluarga, umur pasien, pendidikan keluarga, dan agama, penyakit pasien, dan

pengalaman masuk rumah sakit. Penjelasan tentang karakteristik responden

dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia N Persentase (%)


2 tahun 1 bulan 1 33.33 %
2 tahun 11 bulan 1 33.33 %
8 tahun 1 33.33 %
Total 3 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat rentang usia antara 2-8 tahun untuk masing-masing responden.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase (%)


Laki-Laki 3 100 %
Perempuan 0 0%
Total 3 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat keseluruhan responden berjenis kelamin laki-laki N=3 orang (100%).

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman masuk rumah sakit

Pengalaman Rawat N Persentase (%)


Pertama kali 1 25 %
Kedua kali 2 75 %
Lebih dari 2 kali 0 0%

31
32

Total 3 100 %
Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat 2 responden (75%) sudah pernah dirawat sebanyak 2 kali dan 1 orang

responden (25%) baru pertama kali dirawat.

b. Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan

tingkat kecemasan responden sebelum dan setelah diberikan terapi bermain lilin (plastisin),

kemudian menganalisa pengaruh terapi bermain lilin (plastisin) terhadap tingkat kecemasan

anak. Perlakuan terapi bermain lilin (plastisin) dilakukan selama 2 hari, dan dinilai sebelum

dan sesudah perlakuan untuk setiap harinya. Hasil tingkat kecemasan responden sebelum dan

setelah diberikan terapi bermain lilin (plastisin) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan terapi bermain lilin
(plastisin)

Tingkat Kecemasan Hari Pertama Hari Kedua


N Persentase (%) N Persentase (%)
Tidak Cemas - 0% - 0%
Kecemasan Ringan - 0% 2 75 %
Kecemasan Sedang - 0% - 0%
Kecemasan Berat 2 75 % 1 25 %
Kecemasan Amat Berat 1 25 % - 0%
Total 3 100 % 3 100 %
Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat 2 hasil yang berbeda, perbedaan ini dikarenakan pada hari pertama telah

dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Sehingga didapatkan hasil, pada hari pertama

tingkat kecemasan tertinggi adalah kecemasan berat sebanyak 2 responden (75%), dan

pada hari kedua kecemasan tertinggi adalah kecemasan ringan sebanyak 2 responden

(72 %).
33

Tabel 4.5 Tingkat kecemasan responden setelah dilakukan terapi bermain lilin
(plastisin)

Tingkat Kecemasan Hari Pertama Hari Kedua


N Persentase (%) N Persentase (%)
Tidak Cemas - 0% 2 75 %
Kecemasan Ringan 2 75 % - 0%
Kecemasan Sedang - 0% 1 25 %
Kecemasan Berat 1 25 % - 0%
Kecemasan Sangat Berat - 0% - 0%
Total 3 100 % 3 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat 2 hasil yang berbeda, perbedaan ini dikarenakan pada hari pertama telah

dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Sehingga didapatkan hasil, pada hari pertama

tingkat kecemasan tertinggi setelah perlakuan adalah kecemasan ringan sebanyak 2

responden (75%), dan pada hari kedua tingkat kecemasan tertinggi setelah perlakuan

adalah tidak mengalami cemas sebanyak 2 responden (72 %).

Tabel 4.6 Tingkat kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan terapi
bermain lilin (plastisin)

Variabel Hari Pertama Hari Kedua


Pre (N) Post (N) Pre (N) Post (N)
Tidak Cemas - - - 2
Kecemasan Ringan - 2 2 -
Kecemasan Sedang - - - 1
Kecemasan Berat 2 1 1 -
Kecemasan Sangat Berat 1 - - -
Total 3 3 3 3

Berdasarkan tabel 4.7 diatas didapatkan data bahwa dalam penelitian ini

terdapat perbedaan dalam hasil akhir. Dimana pada hari pertama sebelum diberikan

perlakuan kecemasan anak tertinggi pada kecemasan berat sebanyak 2 orang, dan

pada hari kedua kecemasan anak tertinggi pada kecemasan ringan sebanyak 2 orang.

Sedangkan setelah diberikan perlakuan, tingkat kecemasan anak pada hari pertama

tertinggi pada tingkat kecemasan ringan sebanyak 2 orang, dan pada hari kedua

kecemasan tertinggi ialah tidak ada cemas sebanyak 2 orang.


34

Setelah didapatkan data kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan

terapi bermain lilin (plastisin), maka dilakukan analisa untuk mengetahui adanya

pengaruh terapi bermain lilin (plastisin) untuk menurunkan tingkat kecemasan anak

yang mengalami hospitalisasi. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kecemasan

responden menggunakan kuesioner Face Image Scale (FIS) untuk anak usia 2-3

tahun, dan kuesioner Spence Children Anxiety Scale (SCAS) untuk anak usia 7-12

tahun. Maka diperoleh hasil bahwa terapi bermain lilin (plastisin) dapat menurunkan

tingkat kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi setelah dilakukan 2 kali

perlakuan selama 2 hari.

B. Pembahasan

a. Karakteristik Responden

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berusia 2 tahun sebanyak 2 orang dan berusia 8 tahun

sebanyak 1 orang. Usia 2 tahun merupakan anak dalam tahap tumbuh kembang

toddler dan 8 tahun tahap sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Spence,

et al, 2001 dalam Supatro (2017) yang menyatakan bahwa Anak usia toddler

lebih mungkin mengalami stress akibat perpisahan karena kemampuan kognitif

anak yang terbatas untuk memahami hospitalisasi. Sedangkan untuk anak usia

sekolah telah memiliki sedikit kemampuan dalam beradaptasi terhadap

lingkungannya (Supatro dan Fazrin, 2017)

Anak dengan tahap tumbuh kembang usia sekolah lebih ringan

mengalami kecemasan, berdasarkan pendapat Wong (2009) menyatakan bahwa

semakin muda usia anak semakin sulit bagi anak untuk beradaptasi dengan

pengalaman dirawat dirumah sakit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas
35

maka peneliti berpendapat bahwa semakin muda usia anak maka semakin tinggi

kemungkinan seorang anak untuk mengalami kecemasan saat dilakukan

perawatan.

2. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian karakteristik menunjukkan keseluruhan responden

berjenis kelamin laki-laki (100%), hal ini dikarenakan kebanyakan pasien yang

dirawat dan sesuai dengan kriteria penelitian peneliti adalah anak laki-laki.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Saputro dan Fazrin (2017) bahwa

anak perempuan yang menjalani hospitalisasi memiliki tingkat kecemasan yang

lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Tetapi dalam penelitian kali ini peneliti

tidak dapat menyimpulkan hal tersebut dikarenakan keseluruhan responden

adalah anak laki-laki.

3. Pengalaman Dirawat

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden yang sudah pernah

dilakukan perawatan 2 kali sebanyak 2 orang (75%) dan pertama kali dirawat 1

orang (25%). Menurut Tsai, (2007) menyatakan bahwa anak yang mempunyai

pengalaman hospitalisasi sebelumnya akan memiliki kecemasan yang lebih

rendah dibandingkan dengan anak yang belum memiliki pengalaman sama

sekali. Respon anak menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap lingkungan

dan mengingat dengan detail kejadian yang dialaminya dan lingkungan

disekitarnya.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian yang didapatkan peneliti

dapat menyimpulkan bahwa tidak selamanya pengalaman anak yang pernah

dirawat sebelumnya membuat anak terhindar dari efek hospitalisasi, yaitu


36

kecemasan. Hal ini juga tergantung dari bagaimana pengalaman anak tersebut

dan tingkat keparahan anak dalam menjalani perawatan.

4. Tingkat Kecemasan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan anak

sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan berbeda-beda, dan berbeda juga antara

pengukuran dihari pertama dan hari kedua. Pada hari pertama sebelum diberikan

perlakuan kecemasan anak tertinggi pada kecemasan berat sebanyak 2 orang

(75%), dan pada hari kedua kecemasan anak tertinggi pada kecemasan ringan

sebanyak 2 orang (75%). Sedangkan setelah diberikan perlakuan, tingkat

kecemasan anak pada hari pertama tertinggi pada tingkat kecemasan ringan

sebanyak 2 orang (75%), dan pada hari kedua kecemasan tertinggi ialah tidak

ada cemas sebanyak 2 orang (75%).

Kecemasan yang dialami oleh anak diruangan merak 1 infeksi RSUD

Arifin Achmad provinsi Riau diakibatkan dari kontak antara pasien dengan

tenaga kesehatan, tindakan medis seperti pemberian obat injeksi, pengambilan

sampel darah, dan pemasangan infus, kemudian lingkungan yang memaksakan

anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dan berpisah dengan

lingkungan awalnya. Temuan yang peneliti dapatkan sesuai dengan pendapat

Afiyanti (2007) yang menyatakan bahwa kecemasan anak yang mengalami

hospitalisasi lebih disebabkan karena perlukaan bagian tubuh, prosedur medis,

dan tindakan medis.

b. Pengaruh Terapi Bermain Lilin (Plastisin) terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh dari terapi

bermain lilin (plastisin) terhadap penurunan tingkat kecemasan anak yang mengalami
37

hospitalisasi diruangan Merak 1 Infeksi RSUD Arifin Achmad provinsi Riau.

Penurunan tingkat kecemasan anak tidak hanya terlihat pada hari kedua setelah

perlakuan, melainkan sudah terlihat sejak hari pertama setelah perlakuan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori dari Nursalam dkk (2008), dimana bermain dapat

mengurangi tekanan pada anak atau stres pada anak dari lingkungan sekitar anak.

Dengan adanya aktivitas bermain, maka anak akan mengekspresikan emosi dan

ketidakpuasannya dengan permainan tersebut.

Hasil penelitian ini juga didukung dengan evidence based utama yang peneliti

terapkan, yaitu rata-rata kecemasan anak sebelum diberikan terapi bermain plastisin

adalah 14.07, sedangkan rata-rata kecemasan anak setelah diberikan terapi bermain

plastisin adalah 4.47, dan hasil akhir yang didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian

terapi bermain plastisin terhadap perubahan kecemasan pada anak usia prasekolah (3-

6 tahun) yang mengalami hospitalisasi dibuktikan dengan uji T-Test dependen dengan

P Value 0.00 (P < 0.05).

Terapi bermain lilin (plastisin) dapat menurunkan kecemasan anak

dikarenakan bermain plastisin dapat membantu anak untuk mengekspresikan

perasannya melalui kegiatan bermain sehingga anak akan merasakan kenyamanan

(Sujatmiko, 2013). Dalam penelitian ini terapi bermain lilin (plastisin) diberikan

perlakuan selama 2 kali selama 15-20 menit, perlakuan diberikan dengan bentuk

observasi selama 2 hari, sehingga penilaian dapat dilakukan secara objektif dan

terukur, karena menurut Potter and Perry (2006) bahwa sifat anak bisa berubah-rubah

tergantung keinginan hatinya, sehingga peneliti menyimpulkan hal ini akan mampu

mempengaruhi hasil pegukuran.

Tingkat kecemasan anak dapat berubah dalam sewaktu-waktu, dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa kecemasan tertinggi pada anak sebelum dilakukan
38

perlakukan adalah kecemasan berat yairu 2 orang (75%), setelah dilakuan perlakuan

kecemasan tertinggi pada anak adalah kecemasan sedang 2 orang (75%). Kemudian

saat setelah dilakuan perlakuan untuk kedua kalinya dihari yang berbeda tingkat

kecemasan anak tertinggi adalah tidak ada cemas, yaitu 2 orang (75%).

Berdasarkan pendapat Suryanti, dkk (2012) bahwa terdapat perbedaan tingkat

kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan terapi mewarnai, artinya tingkat

kecemasan anak mengalami penuruan. Kemudian menurut Potter and Perry (2006)

menyatakan bahwa sifat dan kondisi anak bisa berubah dalam sewaktu-waktu,

sehingga mempengaruhi tingkat kecemasan anak. Dari hasil penelitian dan teori yang

ada peneliti dapat berpendapat bahwa tingkat kecemasan anak dapat turun dan tidak

akan meningkat kembali setelah diberikan lebih dari sekali perlakuan, sehingga hasil

yang didapatkan akan optimal dalam proses adaptasi anak selama menjalani

perawatan.

C. Keterbatasan Penellitian

Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menemukan

keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian ini. Keterbatasan yang

peneliti alami dalam penelitian ini adalah waktu pelaksanaan penelitian yang singkat.

Selain singkatnya waktu penelitian, pelaksanaan penelitian ini juga terpotong akibat cuti

bersama, akibatnya waktu penelitian ini kurang efektif dilaksanakan, akibat lainnya

jumlah pasien yang dirawat diruangan Merak 1 Infeksi RSUD Arifin Achmad provinsi

Riau juga berkurang, sehingga calon responden juga sedikit. Kemudian dalam

menentukan calon responden harus disesuaikan dengan kriteria inklusi yang sudah

ditetapkan, namun dengan jumlah pasien yang sedikit kebanyakan tidak sesuai dengan

kriteria inklusi yang ada, sehingga peneliti harus memodifikasi beberapai kriteria untuk

menyempurnakan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai