Anda di halaman 1dari 8

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun


2017

KELOMPOK 2

1. IRA APRILIA D 20.0602.0004


2. YANTI 20.0602.0005
3. HARDIAN DWI S 20.0602.0006
4. DWI ANDRI J 20.0602.0019
5. LISTIANA L 20.0602.0020
6. ANNISA DIAN P 20.0602.0021
BAB II
Persyaratan Pendirian
Bagian Kesatu (Umum)
 Pasal 3
 Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri sendiri atau
modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
 Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik modal
maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakuakan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
 Pasal 4
 Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
1. Lokasi
2. Bangunan
3. Sarana, prasarana, peralatan
4. Ketenagaan
BAB II
Persyaratan Pendirian
Bagian Kedua (Lokasi) 
 Pasal 5
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.

Bagian Ketiga (Bangunan) 


 Pasal 6
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan & keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia. Dan harus bersifat permanen.
BAB II
Persyaratan Pendirian
Bagian Keempat (Sarana, Prasarana, Peralatan) 

 Pasal 7  Pasal 8
Bangunan Apotek minimal memiliki Prasarana Apotek minimal terdiri
sarana ruang yangberfungsi: atas:

1. Penerimaan Resep 1. Instalasi air bersih


2. Pelayanan Resep dan peracikan 2. Instalasi listrik
(produksi sediaan secara 3. Sistem tata udara
terbatas) 4. Sistem proteksi kebakaran
3. Penyerahan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan
4. Konseling
5. Penyimpanan Sediaan Farmasi
danAlat Kesehatan
6. Arsip
BAB II
Persyaratan Pendirian

Bagian Keempat (Sarana, Prasarana, Peralatan) 


 Pasal 9
• Semua Peralatan Apotek yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian yang meliputi:
- Rak obat - Alat peracikan
- Bahan pengemas obat - Lemari Pendingin
- Meja, kursi - Sistem pencatatan mutasi obat
- Formulir catatan pengobatan pasien
- Peralatan lain sesuai dengan kebutuhan
 Pasal 10
• Sarana, prasarana, dan peralatan yang dimaksud dalam Pasal 7- Pasal
9 harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik
BAB III
Perizinan
Bagian Kesatu (Surat Izin Apoteker) 
 Pasal 12
• Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari menteri yang berupa
SIA yang berlaku selama 5 tahun.
• Menteri memberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota untuk memberikan SIA.
 Pasal 13
• Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis serta kelengakapan dokumen administratif kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota.
• Melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan Apotek - melaporkan hasil
pemeriksaan setempat yang dilengkapi BAP - jika sudah memenuhi
persyaratan, SIA diterbitkan - apabila belum memenuhi diberikan
Surat Penundaan – jika tidak memenuhi diberikan Surat Penolakan.
BAB III
Perizinan
Bagian (Surat Izin Apoteker) 
 Pasal 14
 Ketika SIA diterbitkan pemerintah juga menerbitkan SIPA Apoteker
pemegang SIA.

Bagian Kedua (Perubahan Izin)


 Pasal 15 
• Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai