Anda di halaman 1dari 8

“ FARMAKOKINETIKA OBAT SEDATIF DAN HIPNOTIK PADA HEWAN

UJI MENCIT”
LAPORAN INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM
MATA KULIAH FARMAKOLOGI
DOSEN PENGAMPU :
Setiyo Budi Santoso, M.Farm.,Apt

Disusun Oleh:
Suci Karunia Dewi 20.0602.0003
Hardian Dwi Saputra 20.0602.0006
Ulfa Nurjanah 20.0602.0014
Dwi Azzahro 20.0602.0015

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021/2022
KETERAMPILAN 3
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu menerapkan keterampilan dalam uji farmakokinetika obat sedatif


dan hipnotik terhadap hewan uji mencit

B. DASAR TEORI

Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari perjalanan obat di dalam tubuh,


mulai dari absorpsi, distribusi obat ke seluruh tubuh, dan eiiminasi melalui proses
inetabolisme dan atau ekskresi. 
Sedatif dan hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf pusat
sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif adalah senyawa
yang menimbulkan sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya penurunan kepekaan terhadap
rangsangan dari luar karena ada penekanan sistem saraf pusat yang ringan. Dalam dosis
besar, sedatif berfungsi sebagai hipnotik, yaitu dapat menyebabkan tidur pulas. Sedatif
digunakan untuk menekan kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan emosi dan
tekanan kronik yang disebabkan oleh penyakit atau faktor sosiologis, untuk menunjang
pengobatan hipertensi, untuk mengontrol kejang dan untuk menunjang efek anestesi
sistemik. Sedatif mengadakan potensial dengan obat analgesik dan obat penekan sistem
saraf pusat yang lain (Siswandono dan Soekardjo, 2000).
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respon
terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan
kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur
fisiologis. Diazepam merupakan salah satu golongan senyawa benzodiazepin yang
biasanya disalahgunakan oleh masyarakat karena memiliki efek depresan atau obat
penenang. Efek penenang disebabkan karena diazepam tergolong dalam obat sedatif
yang memiliki efek yang kuat pada sistem saraf otonom perifer, maka senyawa-senyawa
ini dikenal sebagai obatobat sedatif-otonomik. Diazepam juga dapat digunakan untuk
kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. Diazepam digunakan sebagai
obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain. Diazepam yang
disalahgunakan oleh perorangan dapat mengakibatkan kegelisahan, kurang tanggap
terhadap rangsang dari luar, dan gangguan pada sistem saraf. Efek diazepam adalah
menekan sistem saraf pusat, akibatnya kerja organ terganggu sehingga mengakibatkan
kerja organ terutama hepar akan terganggu (Katzung, 2002).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Spuit 1 ml
b. Sonde
c. Timbangan analitik
d. Beaker glass

2. Bahan
a. Diazepam (yang sudah dilarutkan)
b. Larutan plasebo
c. Hewan uji sebanyak 3 ekor per kelompok

D. METODE PRAKTIKUM
 siapkan alat dan bahan
 siapkan hewan uji
 hitung obat yang akan digunakan
 ambil obat yang akan digunakan
 suntikan obat sesuai jenis dan sesuai mencit yang telah ditentukan
 amati mencit yang telah diberi obat pada menit ke 5,10,15,20,25dan 30.
 Tuliskan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan
E. HASIL SIMULASI
Identitas Berat Konversi Sediaan Diazepam dalam Larutan Stock
Hewan Uji Badan Dosis 5mg/100 mL
(Gram) Diazepam

Mencit 1 49,5 0,01287 mg 0,55 mg


Mencit 2 42,4 0,02756 mg 0,26 mg
Mencit 3 40,2

Identitas Menit Hewan


Hewan Uji Tidur
Uji Pada
Menit Ke
5 10 15 20 25 30
Mencit 1 Berdiam Mengantuk Mengantuk Tidur Bangun Berjalan-
diri jalan
mengelili
ngi
tempat
Mencit 2 Belum Berdiam Tidur Tidur Tidur Bangun
terjadi diri
apa-apa
Mencit 3

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan, karena proses
metabolisme dalam tubuh mencit jika diberikan injeksi diazepam diabsorpsi cepat
sehingga menghasilkan efek yang sangat cepat dan sangat cocok untuk dijadikan
sebagai objek pengamatan

Injeksi diazepam menggunakan rute pemberian secara intraperitonial pada mencit


yaitu disuntikkan kedalam ronggga perut, penyerapan cepat karena rongga perotonium
mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke
sirkulasi sistemik secara cepat. Kecepatan absorbsi obat berbeda pada masing-masing
cara pemberian sehingga dapat menunjukkan keefektifan obat tersebut dalam pembuluh
darah.

Obat dengan kadar tinggi dimetabolisme serempak dan akan berikatan dengan
reseptor. Sehingga akan langsung berefek tetapi efek yang dihasilkan durasinya cepat
karena setelah itu tidak ada obat yang berikatan lagi dengan reseptor.

Mekanisme Kerja Diazepam, Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan


memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh
sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak
frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini,
benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas
farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.

Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan


meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor
GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang
mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk
dirangsang berkurang. Efek obat hipnotik sedatif terhadap aktivitas system saraf pusat
dapat dinilai melalui pengaruh obat terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku,
koordinasi, reflek sensoris dan motorik serta suhu tubuh.

Dosis obat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu :


Mencit 1 (obat ansietas)

= 49,5 gram/ 20 x 0,0052 = 0,01287 mg/ 5 x 100 = 0,26 ml

Mencit 2 (obat insomnia)

= 42,4gram / 20 x 0,0130 = 0,02756 mg / 5 x 100 = 0,55 ml

Percobaan pertama mencit 1 yang diberikan obat ansietas sebanyak 0,26ml yaitu
mendapatkan hasil mencit yang telah disuntik atau diberi injeksi obat tersebut pada
menit ke 5 mencit masih berdiam diri, menit ke 10 mencit mulai mengantuk, menit ke
15 mencit semakin mengantuk, lalu pada menit ke 20 mencit tidur, dan pada menit ke
25 mencit bangun, dan pada menit ke 30 mencit sudah bergerak, berjaln-jalan
mengelilingi tempat seperti biasanya.

Pada percobaan kedua mencit ke 2 yang diberikan obat insomnia sebanyak 0,55ml
mendapatkan hasil mencit yang telah disuntik atau diber injeksi obat insomnia pada
menit ke 5 mencit masih dalam keadaan seperti biasa dan belum terjadi apa-apa, pada
menit ke 10 mencit mulai lemas dan berdiam diri, dan pada menit ke 15 mencit tdur,
menit ke 20 mencit masih tidur, dan hingga menit ke 25 mencit juga masih tidur,
kemudian pada menit ke 30 mencit bangun.

G. KESIMPULAN
Mekanisme Kerja Diazepam, Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan
memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan
bekerja sebagai agonis. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA
terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat.
Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion
klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya
jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai
akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. Efek obat hipnotik sedatif
terhadap aktivitas system saraf pusat dapat dinilai melalui pengaruh obat terhadap
aktivitas motorik, perubahan perilaku, koordinasi, reflek sensoris dan motorik serta
suhu tubuh.
Percobaan pertama mencit 1 yang diberikan obat ansietas sebanyak 0,26ml yaitu
mendapatkan hasi pada menit ke 5 mencit masih berdiam diri, menit ke 10 mencit
mulai mengantuk, menit ke 15 mencit semakin mengantuk, lalu pada menit ke 20
mencit tidur, dan pada menit ke 25 mencit bangun, dan pada menit ke 30 mencit
sudah bergerak, berjaln-jalan mengelilingi tempat seperti biasanya.Pada percobaan
kedua mencit ke 2 yang diberikan obat insomnia sebanyak 0,55ml mendapatkan
hasil pada menit ke 5 mencit masih dalam keadaan seperti biasa dan belum terjadi
apa-apa, pada menit ke 10 mencit mulai lemas dan berdiam diri, dan pada menit ke
15 mencit tdur, menit ke 20 mencit masih tidur, dan hingga menit ke 25 mencit juga
masih tidur, kemudian pada menit ke 30 mencit bangun.

H. DAFTAR PUSTAKA
Siswandono, dan Soekardjo, 2000, Kimia Medisinal, Jilid II, Edisi II, 207-222,
Airlangga University Press, Surabaya.
Katzung, B. G. 2002. Basic and Clinical Pharmachology. alih bahasa :Dripa
Sjabana, Endang Isbandianti, Achmad Basori, Moch. Sudjak N, Indriyatni,
Ramadhani RB, Sunarni Zakaria. Salemba Medika. Surabaya.
Mohamed Aslam, C. K. (2003). FARMASI KLINIS. Jakarta : Gramedia.
I. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai