Anda di halaman 1dari 61

Farmakognosi

ENDRA PUJIASTUTI
• “Pharmacognosy is a
multidisciplinary subject which
comprises parts of botany, organic
chemistry, biochemistry, and
pharmacology” (Samuelssofl, 1991).
• “The subject of pharmacognosy deals
with natural products used as or for
the production and discovery of
drugs” (Samuelsson, 1999).
• Berasal dari perkataan latin
- Pharmacon : Bahan obat yang
berasal dari tumbuhan, hewan
dan mineral
- Gnosis : pengetahuan
• Jadi Pharmacognosi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki
bahan–bahan baik berasal dari
tumbuh-tumbuhan maupun hewan
dan juga beberapa mineral yang
mempunyai khasiat sebagai obat.
SEJARAH
• 78 A.D. Dioscorides, dokter Yunani
menulis “De Materia Medica” , 600
tumbuhan dan kegunaannya.
• Galen (131-200 A.D.) dokter-farmasis
Yunani menyusun resep ramuan dari
tumbuhan dan hewan.
• Kata “pharmacognosy” dikenalkan oleh
C.A. Seydler , mahasiswa kedokteran
Halle/Saale, Austria, tahun 1815. Asal
kata pharmakon berarti obat ,
sedangkan gnosis berarti pengetahuan.
• Berkembang dari peradaban kuno 
digunakan bagian dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan untuk penyembuhan,  dari mantera,
ilmu sihir, dan berkembang terus sebagai
resep rahasia yang tak tertulis .
• Berkembang terus dari zaman ke zaman
berdasarkan pengalaman (empiris) sampai
sekarang di kenal theraputik agents.
• Pelajaran farmakognosi sekarang tidak
berdasarkan tukang sihir/mistik melainkan
suatu spesialisasi dari ilmu pendidikan
farmasi.
• Hippocrates (460–370 SM)  sebagai Bapak
pengobatan dan banyak karangannya
mengenai anatomi, fisiologi manusia.
• Aristotle (370–322 SM) murid Plato, berusaha
memisahkan tahayul dari kenyataan dalam
tulisannya mengenai dunia hewan.
• Theophrastus (370–287 SM) murid Aristotle 
mengenai dunia tanaman.
• Dioscorides seorang dokter Yunani (78 SM)
menulis “ De Materia Medica “. Di dalamnya di
tulis 600 tumbuh-tumbuhan yang mengandung
obat. Hal ini sangat menakjubkan dan penting
bagi pengobatan modern.
• Galen (131–200 M) seorang dokter dan juga
farmasis Yunani menulis tentang cara-cara
penyediaan dari bahan obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sebagai
penghormatan atas jasa-jasany penyelidikannya
 disebut Galenika. Dari sini ilmu farmasi di
mulai dan di pisahkan dari tugas dokter. Dokter
mendiagnosa dan menulis obat-obat
farmasis/apoteker mengkoleksi, menyediakan
dan mencampur bahan-bahan obat.
• C. A Seydler (1815) Pharmacognosy mulai di
kembangkan oleh Seydler. Pharmacognosi
memegang peranan penting sebagai penghubung
antara farmakologi, kimia farmasi, farmasetika.
Proses penemuan senyawa obat dari tanaman :
proses yang cukup panjang, melalui

1.Etnofarmakologi, (adanya informasi-informasi penggunaan


suatu tumbuhan untuk pengobatan suatu penyakit)
2. Diikuti dengan percobaan eksperimental untuk membuktikan
khasiat/ aktifitas biologi
3. Isolasi dan beberapa tahap fraksinasi yang diiiringi dengan
monitoring khasiat sehingga diperoleh senyawa murni
4. Elusidasi struktur guna menentukan struktur molekul.
5.Tahap selanjutnya adalah uji khasiat hasil isolasi
6. Mencari formula :suatu bentuk sediaan farmasi yang dapat
diterima oleh konsumen. Upaya lain yaitu dengan
melakukan sintesis beserta modofikasi-modifikasi molekul
untuk memperoleh senyawa obat tersebut, ataupun
senyawa lain yang serupa yang kemungkinan mempunyai
khasiat lebih potensial dan efek samping yang lebih sedikit.
Perkembangan obat herbal
Indonesia
• Beberapa publikasi tanaman obat
antara lain De Indiae Utriusquere
Naturalis et Medika (1665),
Herbarium Amboinense (1741), Jamu
asli Indonesia (1940), Apotik Hijau
(1980), Materia Medika I – VI,
Tanaman obat keluarga sampai pada
Fitofarmaka (2005).
• Farmakope Herbal Indonesia (2009)
Faktor yang mendorong masyarakat
Indonesia menggunakan obat Herbal
• Efek samping yang lebih kecil
• Ketidakpuasan terhadap obat modern,
• Timbulnya kesadaran akan gaya
hidup sehat yang lebih cenderung
pada unsur pencegahan dan harga
relative lebih murah,
• Persepsi masyarakat bahwa karena
berasal dari bahan alam, maka obat
tradisional itu aman perlu
diluruskan
• Dalam Industri obat herbal ada 3 pihak
yang terkait erat :petani, industri dan
konsumen.
• Peran petani sangat menentukan untuk
menghasilkan suatu simplisia yang
memenuhi standar mutu sebagai bahan
baku.
• Mengingat bahwa kandungan kimia aktif
dalam tanaman dipengaruhi oleh faktor
eksternal (tempat tumbuh meliputi: tanah,
suhu, iklim, cuaca panen dan pasca
panen) dan internal.
Istilah Obat tradisional
• a. Obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau
campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. (menurut
Permenkes 246/Menkes/Per/V/1990).
• b. Obat tradisional berlisensi adalah
obat tradisional asing yang
diproduksi oleh suatu industri obat
tradisional (lOT) atas persetujuan
dari perusahaan yang bersangkutan
dengan memakai merek dan nama
dagang perusahaan tersebut.
• c. lndustri Obat Tradisional (lOT)
adalah perusahaan OT dengan total
aset di atas Rp 600 juta tidak
termasuk harga tanah dan bangunan.
• tradisional pada umumnya.
• d. Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT) adalah perusahaan OT
dengan total aset di bawah Rp 600
juta tidak termasuk harga tanah dan
bangunan.
• e. Jamu adalah nama asli Indonesia
untuk obat tradisional. Ada beberapa
macam jenis usaha secara
perorangan, misalnya Usaha Jamu
racikan, Usaha Jamu Gendong atau,
Jamu Bagolan. Tulisan ”JAMU” di
dalam lingkaran hitam digunakan
sebagai penanda produk obat
• f. Sediaan herbal adalah sediaan OT
yang bahan dasarnya berupa
ekstrak. Merupakan jembatan antara
jamu dengan fitofarmaka.
• g. Fitofarmaka adalah sediaan obat
yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya, bahan bakunya terdiri
dari simplisia atau sediaan galenik
yang telah memenuhi persyaratan
yang berlaku. Fitofarmaka setaraf
dengan obat modern. (Permenkes
nomor 76OIMenkesIPerIlXIl 992).
• h. Fitoterapi sama dengan
fitofarmaka.
• I. Herbal medicine merupakan istilah
Anglo-Saxon untuk obat tradisional.
• j. Homoeopati adalah sistem
pengobatan dengan menggunakan
bahan obat dalam bentuk
pengenceran yang besar, jadi kadar
bahan obat sangat kecil.
• k. Aromaterapi adalah pengobatan
atau pemeliharaan kesehatan
dengan menggunakan minyak atsiri.
Hal ini sangat erat hubungannya
dengan Spa (Sano par aqua), yaitu
pemeliharaan kesehatan atau
kebuugaran dengan air dan minyak
atsiri.
• I. Etnobotani adalah ilmu yang
mengkaji tentang tanaman yang
terkait dengan kehidupan suku
bangsa tertentu untuk digunakan
utamanya untuk pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan atau
keperluan lain. lImu ini sangat
berguna untuk mempelajari tanaman
tertentu guna dikembangkan menjadi
komoditi yang berguna bagi orang.
• m. Etnofarmakologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang kegunaan
tumbuhan yang memiliki efek
farmakologi dalam hubungannya
dengan pengobatan dan pemeliharaan
kesehatan oleh suatu suku bangsa.
• n. Fitokimia adalah ilmu yang
mempelajari seluk-beluk kandungan
kimia dalam tumbuhan atau
bagiannya.
• a. Sediaan galenik adalah bentuk
penyarian tumbuhan atau bagiannya
yang berupa ekstrak (infusa, ekstrak,
dan tingtur).
• p. Obat gubal atau simplisia adalah
sama dengan crude drugs.
• q. Zoofarmaka adalah sama dengan
fitofarmaka tetapi bahan dasarnya
berasal dari hewan.
• Biofarmaka adalah obat yang
berasal dari makluk hidup, gabungan
antara fitofarmaka dan zoofarmaka.
Tatanama (Nomenclatur)
• Kebanyakan simplisia berasal dari
tumbuhan. Nama tumbuhan obat sering
dalam bahasa Latin (Farmasi). Di negara
yang menggunakan bahasa Inggris,
biasanya sering digunakan nama Inggris.
• Nama Latin biasanya menurut sistem
binomial (dua kata), kata pertama
menun-jukkan marga (genus) dan kata
kedua me-nunjukkan jenis (species)
tumbuhan, demiki-an pula bagian
tumbuhan yang digunakan. Kata ini yang
digunakan untuk menunjukkan bagian
tumbuhan. Bagian tumbuhan dlm bhs
Latin (ditulis italic = huruf miring)
.
 Radix : akar (root), sering tidak sama dengan
konsep botani. Namanya radix ternyata
merupakan rhizomes (akar tinggal). Misalnya
Ipecacuanhae Radix (akar ipekak)

 Rhizoma : akar tinggal (rhizome), batang di


dalam tanah, biasanya mempunyai akar
lateral; mis. Zingiberis Rhizoma (rimpang
jahe)
 Tubera: bagian di dalam tanah yang
mengandung nutrisi, yang secara botani
merupakan akar/rhizoma. Tubera adalah
bagian tumbuhan yang menebal, utamanya
terdiri dari parenkim tempat menyimpan
makanan (biasanya pati/amilum) dan dengan
sedikit bagian yang berkayu; mis. Merremiae
mammosae Tubera (Umbi bidara upas)

 Bulbus: onion, umbi lapis. Secara botani umbi


lapis adalah batang, yang diselimuti dengan
daun bernutrisi yang biasanya hanya sedikit
mengandung klorofil; mis. Allii sativi Bulbi
(Umbi bawang putih).
 Lignum: wood, kayu. Secara botani adalah bagian
xilem yang berkayu. Namun sering keliru, misalnya
Quassiae lignum juga mengandung kulit batang
yang tebal, walaupun hanya sebagian kecil; mis.
Sappan Lignum (kayu secang).

 Cortex: bark, kulit kayu. Berupa seluruh jaringan di


luar kambium. Dapat berasal dari akar, batang, dan
cabang; Chinae Cortex (kulit kina)

 Folium: leaf, daun terdiri dari daun tengah pada


tumbuhan; Sonchi Folium (daun tempuyung)

 Flos: flower, bunga yang terdiri dari bunga tunggal


atau seluruh karangan bunga; Jasmini sambacis
Flos (bunga melati).
 Fructus: fruit, buah yang berupa buah yang
belum masak, sudah tua belum masak, sudah
masak; mis. Piperis albi Fructus (lada putih)

 Pericarpium: fruit peel, kulit buah; mis.


Aurantii Pericarpium (kulit buah jeruk)

 Semen: seed , biji terdiri dari seluruh biji atau


biji tanpa kulit; mis. Parkiae Semen (biji
kedawung)

 Herba: herb. Bagian tumbuhan di atas tanah


(aerial parts) terdiri dari batang, daun, bunga,
dan buah, mis. Phyllanti Herba (herba
meniran)
Aetheroleum: essential oil, volatile oil. Minyak
atsiri (minyak menguap, minyak terbang)
adalah produk yang berasal dari tumbuhan
atau bagiannya yang berbau khas yang terdiri
banyak komponen yang komplek dan bersifat
menguap.
Oleum: oil, minyak lemak (fixed oil) yang
berasal dari tumbuhan yang dipisahkan
dengan pengepresan.
Pyroleum: tar, dibuat dengan destilasi kering
bahan tumbuhan.
Resina: resin, yaitu produk dari sekret
tumbuhan tertentu atau hasil destilasi balsam,
yaitu residu penyulingan balsam.
Balsamum: balsam , larutan resin dalam
minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan
tertentu.
Beberapa contoh:
Nama obat gubal (simplisia) terdiri
dari dua patah kata, misalnya Digitalis
folium (daun digitalis) berasal dari
tanaman jenis Digitalis purpurea, Digitalis
lanata
Untuk Chinae cortex berasal dari tanaman
Cinchona ledgeriana, Cinchona spp.
Beberapa simplisia hanya dinamai
dengan satu kata, misalnya Opium,
Gallae, Aloe, Benzoe, Colophonium, dsb.
Oleum cocos, Oleum cacao, Oleum
menthae piperitae.
Adeps lanae, Cetaceum, Cera flava, Cera
alba, dsb.
Produksi Obat Gubal

Simplisia (obat gubal) dapat berasal dari


tumbuhan liar atau tanaman yang
dibudidaya. Metode yang digunakan
dalam produksi untuk setiap jenis
simplisia sangat tergantung dari faktor
ekonomi.

Di masa mendatang untuk simplisia yang


banyak diminta dan alasan faktor
lingkungan serta kualitas yang seragam
(terstandardisasi) maka langkah
budidaya sangat diperlukan. Obat akan
dikumpulkan atau dibudidaya di seluruh
dunia. Ingat GAP (Good Agriculturing
Practices), yaitu budidaya tanaman obat
dengan metode pertanian organik.
PENYIAPAN SIMPLISIA
Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia,
tahapan yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.

(a) bahan baku simplisia,

(b) proses pembuatan simplisia, dan

(c) cara pengepakan/pengemasan dan


penyimpanan simplisia.
1).Bahan baku simplisia
Dalam pembuatan simplisia, sekali lagi
perlu ditekankan bahwa kualitas bahan
baku simplisia merupakan faktor yang
penting yang perlu diperhatikan.
Sumber bahan baku dapat berupa
tetumbuhan, hewan, maupun mineral.
Dalam uraian ini dibatasi yang berasal
dari bahan nabati (tetumbuhan) saja.
Tetumbuhan merupakan sumber alami
yang dapat diperbaharui (renewable
resources).
kandungan kurkuminoid serta minyak
atsirinya tinggi.
Sifat simplisia yang berasal dari
tanaman budidaya bersifat (a) berkualitas,
(b) hampir seragam atau homogen , (c)
simplisia yang bermutu mendekati ajeg
atau konsisten.
Dari simplisia tersebut akan
dihasilkan produk obat tradisional yang
“reproducible” atau ajeg khasiatnya.
Perlu diperhatikan pula bahwa tanaman
budidaya dapat bervariasi kualitasnya
bila ditanam secara monokultur (tanaman
tunggal) dibanding tumpangsari
(polikultur).
b). Tetumbuhan liar
Tetumbuhan liar artinya tetumbuhan
tersebut tidak/belum dibudidaya atau
tumbuh liar. Sebetulnya, tetumbuhan liar
tersebut dapat dibudidayakan. Namun hal
ini jarang dilakukan oleh petani karena
tradisi, kebiasaan, kesulitan, dan
pertimbangan ekonomi.
Pengumpulan tetumbuhan liar dapat
berakibat a.l. kebenaran tetumbuhan tidak
terjamin, mutu tidak ajeg, kelangkaan,
terancamnya keberadaan (kemungkinan
akan terjadi kelangkaan).
Upaya yang paling rasional adalah
budidaya tumbuhan liar secara in situ
atau ex situ.
Apabila tumbuhan obat liar ini melangka,
padahal permintaan pasar tinggi, maka
sering terjadi pemalsuan (adulteration).
Dari pengalaman, dapat kita lacak
kemudian dicatat asal-usul bahan
tumbuhan yang berasal dari tumbuhan
liar tersebut, kita periksa kadar bahan
berkhasiat, sehingga kita dapat memilih
bahan simplisia serupa untuk pengadaan
di masa mendatang.
Pekerjaan terakhir ini dalam dunia botani
disebut “mapping” artinya membuat peta
mengenai habitat (tempat tumbuh)
tumbuhan tertentu. Misalnya untuk
mendapatkan kayuangin (Usnea spp.)
sekarang harus mendatangkan dari Jawa
Timur (Banyuwangi) di daerah rawa pada
hutan bakau (mangrove), karena di Jawa
Tengah sudah mulai jarang ditemukan.
Sudah saatnya pegagan (Centella asiatica
(L.) Urban) dibudidayakan karena banyak
jamu racikan yang mengandung herba
pegagan. Di Jatim juga telah dibudidaya
tanaman meniran (bahan baku Stimuno®)
Sumber bahan simplisia
Bahan simplisia diperoleh dari
“pengepul”.

Dalam hal ini ada yang berbentuk segar


atau sudah merupakan simplisia (sudah
dikeringkan). Untuk itu perlu penanganan
yang khusus tergantung dari bentuk
bahan tadi. Sayang, sampai saat ini belum
ada industri simplisia yang dapat
diandalkan sehingga industri jamu dapat
memperoleh simplisia yang bermutu dari
pengolah bahan simplisia tersebut serta
yang telah mendapatkan sertifikat,
misalnya berasal dari pertanian organik
dan telah diuji memenuhi persyaratan
menurut Materia Medika Indonesia (MMI).
Ageratum conyzoides L.
(Agerati Folium)
(Bandotan)
Asteraceae (Compositae)
Centella asiatica (L.) Urban.
(Lamiaceae/Labiatae)
Centellae asiaticae Herba
(Pegagan)
Phyllanthus niruri L.
(Oxalidaceae)
Phyllanthi niruri Herba
Meniran
Evaluasi Simplisa
• Mengidentifikasi kualitas, kemurnian dari bahan
obat.
• Identifikasi dalam prakteknya dapat di lakukan :
– Menurut cara yang telah ada
– Dapat juga dengan membandingkan suatu
simplek yang di periksa dengan bahan baku
yang telah diketahui kualitas/kemurniannya.
Kualitas terutama di tujukan terhadap nilai/kadar
dalam bahan obat tersebut.
Biasanya di sebut “intensive value”
 
Evaluasi dapat di lakukan menurut beberapa metode/cara
sbb:
• Makroskopis dan mikroskopis untuk identifikasi.
• TLC untuk identitas
• Bahan anorganik dan inorganik asing untuk uji pengotor.
• Susut pengeringan dan kadar air
• Kadar abu
• Kadar serat
• Kadar sari
• Kadar senyawa aktif
• Kontaminasi mikroba dan tidak adanya mikroba patogen
• Residu pestisida
Organoleptik
• Pengamatan dilakukan dengan mempergunakan
organ-organ termasuk perasa, bau, peraba.
• Pemeriksaan meliputi :
– Bentuk dan ukuran
– Warna luar dan bentuk permukaan
– Warna dalam
– Bau dan rasa.
Makroskopik, mikroskopik
• Cara ini di lakukan terhadap bahan obat di mulai 1847: C.A.Seydler
memeriksa Sarsaparilla.
• Pemeriksaan meliputi mikroskopik
– Untuk mengetahui adanya jenis pengotoran/pemalsuan, misal :
Orthosiphonis Folia biasanya di campur Eupatorini Folia.
– Untuk mengetahui kemurnian serbuk bahan obat
– Untuk mengetahui mikrophologi/histologi dari suatu bagian
tumbuhan.
• Prinsip pemeriksaan : bahwa untuk bagian tertentu dari suatu
species atau varietas mempunyai ciri khas.
 
Ragam pereaksi yang digunakan:
– Hydras Chlorali / Kloral Hidrat 70% untuk clearing
agent yang fungsinya melarutkan amylum dan
chlorophyl sehingga bentuk sel jelas
– Gliserin murni
– Anilin sulfat : mewarnai lignum → kuning
– Floroglucin HCl :mewarnai lignum → merah
– Sudan III : untuk minyak → merah
– Gabus dengan suberin → merah
– H2SO4 pekat, FeCl3, HCl, HAc
• Organoleptis
– Rasa
– Warna
– Bau
– Tekstur, dll
Mikroskopis
Mikroskopis
• Hitunglah, berapa banyak simplisia yang terdapat pada gambar!
Terdapat 12 jenis simplisia pada gambar
Sebutkan nama simplisia yang
ditunjukkan oleh panah!
Ekstrak
• Sediaan yang diperoleh dengan menyari simplisia ukuran
tertentu dengan media ekstraksi (menstrua) yang cocok.
• Ekstrak air
– Tujuan:
• untuk digunakan langsung
• disimpan untuk digunakan pada periode tertentu.

– Metode :
• Decoction
• Infusion
• Maceration
Proses-proses dalam pengolahan
bahan
• Pengecilan bahan atau penyerbukan
• Ekstraksi
• Pemekatan ekstrak
• Pengeringan ekstrak
• Pembuatan serbuk ekstrak
Tugas Kelompok
• Masing-masing kelompok menghasilkan naskah farmakognosi tentang 2 buah
tanaman penghasil simplisia.
• Isi:
– Nama Simplisia
– Deskripsi Simplisia
– Kandungan utamanya.
– Deskripsi Tumbuhan Penghasil
– Ciri khas simplisia (Makroskopis dan Mikroskopis)
– Khasiat termasuk cara penggunaan dan dosisnya
– Cara panen
– Produk yang sudah ada di pasaran dengan kandungan simplisia atau ekstraknya
– Keterangan lain (bila ada)
– Pustaka

Anda mungkin juga menyukai