Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH OBAT BAHAN ALAM

FARMAKOLOGI OBAT HERBAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Obat Bahan Alam
Dosen pembimbing : Banu Kuncoro M.Farm.,Apt

Disusun Oleh :
1. Christian Aditya Nainggolan
2. Edi Hartono
3. Febriyani Kholifah
4. Fikri Syaifullah
5. Masum
6. Yuli yanti

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG


Jln. Syech Nawawi ( Raya Pemda Tigaraksa ) Matagara KM.14 No.13 Tangerang
Telp : (021) 29867307 www.stfm.ac.id- email : akademik@stfm.ac.id
2016

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-NYA
kepada kami semua sehingga kami bisa menyusun makalah ini dengan tepat waktu.
Terimakasih kepada Bapak Banu Kuncoro M.Farm.,Apt selaku dosen mata kuliah
Obat Bahan Alam yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan kami ucapakan terimakasih kepada rekanrekan

yang

telah

membantu baik fisik maupun pikiran untuk dapat terselesaikannya

makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, oleh karena dari itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb

Tangerang, 03 Oktober 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di
antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh
industri jamu tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama
pada daun lontar Husodo(Jawa),Usada(Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
dokumen Serat Primbon Jampi.
Dengan melihat jumlah tanaman di Indonesia yang berlimpah dan baru 180
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri maka peluang
bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran sediaan herbal dalam
pembangunan kesehatan masih terbuka lebar. Standardisasi bahan baku dan obat jadi,
pembuktian efek farmakologi dan informasi tingkat keamanan obat herbal merupakan
tantangan bagi farmasi agar obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat luas.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian
masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini
digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga
maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena
menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih
bisa dicerna oleh tubuh. Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang
dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah
akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak
dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet. Obat yang
beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu. Perlu kita ketahui
bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh
manusia purba. Biasanya di sebut, "EMPIRIS". Empiris berarti berdasarkan
pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul
apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan

Tradisional Jamu. Akan tetapi, tidak semua obat memulai sejarahnya sebagai obat
anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti
strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman
Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan
sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker. Sudah banyak
zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang
Ephedra vulgaris), digoksin (digitalis lanata), genistein (dari kacang kedelai) dan
lainnya. Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai
menampakkan diri. Aspirin salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis saat
itu. Pada tahun 1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan
kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin pada tahun 1940. Seperti
diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat disembuhkan
dengan menutupinya dengan kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi baru sekitar
tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr. Alexander Fleming. Dari
hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin. Sejak saat itu, beriburibu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar 500 zat per tahun-nya). Hal ini
membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat pesat. Secara umum,
kebanyakan obat kuno telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih modern.
Tapi bukan berarti obat modern bisa santai, sebab persaingan selanjutnya adalah
antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat terganti dengan obat modern
yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih efektif. Meski begitu, diperkirakan
lebih dari 78% obat yang beredar sekarang adalah merupakan hasil dari penemuan
tiga dasawarsa terakhir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Obat Herbal ?
2. Apa yang dimaksud dengan Dasar Farmakologi Herbal?
3. Bagaimana cara Uji Obat herbal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian obat herbal
2. Untuk mengetahui pengertian dasar farmakologi herbal
3. Untuk mengetahui uji obat herbal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Herbal
(Fikri, Christyah, Edi)
1. Pengertian Obat Herbal
Obat herbal adalah obat yang bersifat organik atau alami,
sama seperti tubuh kita. Obat herbal murni diambil dari saripati
tumbuhan

atau

hewan

yang

mempunyai

manfaat

untuk

pengobatan, tanpa ada campuran bahan kimia buatan (sintetis).


Obat Herbal yang berasal dari tumbuhan (nabati) misalnya jahe,
bawang putih, kurma, jintan hitam (Habbatussauda). Yang
berasal dari hewan (hewani) diantaranya Teripang (Gamat),
Madu, Propolis, minyak ikan hiu. (Wikipedia, 2016).
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi
3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical
based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara
tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan
secara tradisional (Lestari, 2007).
2. Pengolongan Obat Herbal
Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:
a. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Ketentuan logo Jamu


1. Kelompok jamu harus mencantumkan logo dan tulisan jamu
a. Logo berupa

- Ranting daun terletak dalam lingkaran


- Ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/
brosur
b. Warna logo
- Hijau diatas dasar warna putih
- Atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo
2. Tulisan jamu harus :
- Jelas dan mudah dibaca
- Dicetak dengan warna hitam atas dasar warna putih
3. Atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara
tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya
cukup banyak, berkisar antara 5 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan
keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Jamu harus memenuhi kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
1. Harus sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat umum dan medium
2. Harus diawali dengan kata-kata: Secara tradisional digunakan untuk
atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran
b. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Ketentuan Logo Obat Herbal Tersandar


1. Obat herbal tersandar harus mencantumkan logo dan tulisan obat herbal
terstandar
2. Logo berupa
- Jari-jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran
- Ditempatankan pada bagian atas sebelah

kiri

dari

wadah

/pembukus/brosur
3. Warna logo
- Hijau diatas dasar warna putih atau
- Warna lain yang menyolok kontrak dengan warna logo
4. Tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR harus :
- Jelas dan mudah dibaca
- Warna hitam diatas dasar warna putih atau
- Warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan OBAT HERBAL
TESTANDAR
Obat Herbal terstandar Adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik
seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak
tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji
toksisitas akut maupun kronis.
Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria:
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan
secara ilmiah/praklinik
2. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi
3. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan
medium
c. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang


dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang
telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia.. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga
bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas
dengan pembuktian secara ilimiah.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:
a. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat harus
dibuktikan berdasarkan uji klinik
b. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan
medium.
3. Keuntungan dan Kelebihan obat tradisonal
a. Keuntungan
Keuntungan Obat Tradisional Dibandingkan obat-obat modern, memang
OT/TO memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif
rendah, dalam suatu ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling
mendukung, pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi
serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
1. Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan tepat, baik
takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta penyesuai
dengan indikasi tertentu.

2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat


tradisional/komponen bioaktif tanaman obat. Dalam suatu ramuan OT
umumnya terdiri dari beberapa jenis TO yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar
tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih jenis ramuan
yang saling menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki. Sebagai
ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu formulasi terdiri dari komponen
utama sebagai unsur pokok dalam tujuan pengobatan, asisten sebagai
unsur pendukung atau penunjang, ajudan untuk membantu menguatkan
efek serta pesuruh sebagai pelengkap atau penyeimbang dalam formulasi.
Setiap unsur bisa terdiri lebih dari 1 jenis TO sehingga komposisi OT
lazimnya cukup komplek.
3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder,
sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder;
sehingga memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek
farmakologi. Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada
herba timi dan daun kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan
saling berlawanan atau kontradiksi (sperti pada akar kelembak). Sebagai
contoh misalnya pada rimpang temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang
disebutkan memiliki beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagai anti
inflamasi (anti radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah),
cholagogum

(merangsang

pengeluaran

produksi

cairan

empedu),

hepatoprotektor (mencegah peradangan hati) dan juga stomakikum


(memacu nafsu makan).
4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif. Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia
(bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang
terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik
degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan
laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai
penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan

kesejahteraan umat manusia.Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak


terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat
dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada saat itu jika hanya
mengunakan OT atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna
dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya
hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru
yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai
penyebab penyakit infeksi. Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan
disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh
akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta
gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit ini
dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang
termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis),
hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis;
sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian),
asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir)
dan pikun (Lost of memory).

b. Kelemahan obat tradisonal


Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki
beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat
tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan
kesehatan formal). Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain :
1. efek farmakologisnya yang lemah
2. bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines
3. belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme.
4. Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh
berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan
bentuk OT yang telah teruji khasiat dan keamanannya,
5. bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi
medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk
melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji

farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa menjawab dan


mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
6. Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar
senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa
banar yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan
ekstrak terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya
menyari senyawa-senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin
zat balast yang ikut tersari.
4. Bentuk Sediaan Obat Tradisional
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau
ditempelkan pada permukaan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam
bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat- obat tradisional ini
dapat berbentuk serbuk yang menyerupai bentuk sediaan obat modren, kapsul,
tablet, larutan, ataupun pil (BPHN, 1993).

a. Larutan
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair atau
cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang
diberikan. Cara melarutkan zat cair ada dua cara yakni zat-zat yang agak sukar
larut dilarutkan dengan pemanasan (Anief, 2000).
b. Serbuk
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang
disebukkan. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama serbuk nabati, digerus
terlebih dahulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu
tidak lebih 500C.
Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap
dikeringkan dengan pertolongan bahan pengering yang cocok, setelah itu
diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk
yang mempunyai derajat halus serbuk (Anief, 2000).
c. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cempung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan. Zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin,
zat pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin (Anief, 2002).
d. Pil
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung
satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg.
untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi untuk
memperbesar volume, zat pengikat dan pembasah dan bila perlu ditambah
penyalut (Anief, 2002).
e. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat
juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul
keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000),
dan ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang
( dikenal sebangai usuran OE), yang memberikan kapasitas isi yang lebih
besar tanpa peningkatan diameter. Contohnya kapsul pacekap (Farmakope IV,
1995).

B. Dasar Farmakologi Herbal


( Yuli, Febri, Masum)
Farmakologi adalah pelajaran interaksi antara zat aktif biologi dengan sistem
kehidupam. Farmakologi

meliputi

farmakodinamik

dan

farmakokinitik.

Farmakodinamik adalah pengetahuan tentang efek dari zat aktif di dalam tubuh.
Farmakokinitik adalah pengetahuan tentang efek tubuh terhadap obat dan terutama
mengenai kosentrasi yang dapat meningkatkan aktifitas.
Farinakologi adalah pengetahuan tentang kunci dari grup senyawa kimia
dalam tanaman, tanaman mengandung banyak senyawa kimia.
Fitokimia adalah pengetahuan tentang senyawa kimia alami dan klasifikasi
pola dasar kandungan zat dalam tanaman. Tanaman mengandung zat bergizi antara
lain vitamin, mineral dan zat lain sebagai zat aktif efek farmakologi dari tanaman.
Pola dasar kandungan zat dalam tanaman terdiri dari metabolit primer dan metabolit
sekunder. Metabolit primer adalah penopang kehidupan tanaman meliputi enzim,

protein lain, lemak, karbohidrat, dan klorofil. Metabolit sekunder (alkaloid, glukosida,
tannin dan lainnya) adalah kandungan zat yang didak menopang kehidupan tanaman,
kemungkinan untuk mempertahankan kehidupan di lingkungannya.
Fitoterpis atau herbalis adalah dokter, apoteker, dan pengobat yang mengobati
pasien dengan menggunakan obat herbal. Pada umumnya fitoterapis menggunakan
formulasi obat herbal yang mengandung banyak senyawa kimia sedangkan dokter
konvensional (dokter modern) menggunakan obat tunggal.
Obat herbal dapat dibandingkan dengan makanan yang mengandung bahan
kimia yang sangat kompleks sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Missal obat
herbal selain dapat untuk obat antinyeri dapat pula digunakan untuk meningkatkan
imunitas. Oleh karena kompleksnya kandungan zat kimia, maka obat herbal sukar
berkembang karena bukti secara ilmiah sukar dilakukan.
Saling meningkatkan khasiat adalah konsep penting dalam farmakologi herbal.
Dari hasil penelitian di luar negeri ternyata ramuan jamu lebih berkhasiat
dibandingkan sediaan tunggal. Misal cabe-puyang jamu berasal dari Jawa adalah
tepat karena Cabe Jawa yang mengandung senyawa piperin yang dapat meningkatkan
kelarutan zat berkhasiat dalam puyang atau lempuyang. Lempuyang adalah tanaman
famili Zingeberaceae terdiri dari kunir, temulawak, kencur, bengle dan lainnya. Dari
hasil uji klinik Shoba G., dkk (1998 1999) kunir ditambah cabe jawa (1%)
meningkatkan bioavaibilitas pada jam pertama 2000% dan tidak menunjukkan adanya
efek samping.. Karena zat aktif dalam lempuyang larut dalam lemak hanya 2 % yang
larut dalam air. Begitu pula kunir-asam, asam dapat meningkatkan kelarutan zat dalam
air dari kunir. Oleh karena itu ramuan jamu dapat menurunkan dosis. Sinergistik
merupakan dasar farmakokinetik.
Saran untuk pembuat jamu yaitu pembuat jamu harus banyak belajar tentang
ramuan jamu nenek- moyang, pilihlah tanaman obat yang tidak beracun, dan khasiat
tanaman obat, agar dapat memformulasi jamu yang berkhasiat. Harap pemerintah
melakukan penelitian lebih lanjut tentang zat yang dapat meningkatkan khasiat dan
menurunkan dosis.

C. Macam-Macam Uji Obat Herbal


1. Uji Toksisitas

Toksisitas didifenisikan sebagai segala hal yang memiliki efek bebahaya dari zat
kimia atau obat pada organisme target. Uji toksisitas terdiri dari dua jenis, yaitu
toksisitas umum (akut, subakut/subkronik, kronis) dan toksisitas khusus
(teratogenik, mutagenik, karsinogenik).
a. Uji Toksisitas Umum
1. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal
dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena). hasil
uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia.
(LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari total
100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut).
2. Uji Toksisitas Sub Akut
Uji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran
tempat kerja dari obat tersebut, pengujian selama 1-3 bulan, menggunakan
2 spesies hewan uji, menggunakan 3 dosis yang berbeda.
3. Uji Toksisitas Kronik
Uji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut,
tapi pengujian ini dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat)
dan non-rodent (bukan hewan pengerat). uji ini dilakukan apabila obat itu
nantinya diproyeksikan akan digunakan dalam jangka waktu yang ckup
panjang.
b. Uji Toksisitas Khusus
1. Uji Efek Pada Organ Reproduksi
Pengujian ini dilakukan untuk melihat perilaku yang berhubungan dengan
reproduksi (perilaku kawin), perkembangan janin, kelainan pada janin,
proses kelahiran, dan perkembangan janin setelah dilahirkan.
2. Uji Karsinogenik
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan obat
jika dikonsumsi dalam jangka panjang apakah dapat menimbulkan kanker.
dilakukan pada 2 spesies hewan uji selama 2 tahun, pengujian ini
dilakukan apabila nanti obat ini diproyeksikan digunakan pasien dalam
jangka yang panjang.
3. Uji Mutagenik

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah efek obat dapat


menyebabkan perubahan atau mutasi pada gen pada pasien.
2. Uji aktivitas Obat Herbal
1. Sebagai obat antikanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian. Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui
secara pasti, karena merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan
lingkungan. Adapun mekanisme obat anti kaner yaitu :
1. Menghambat sintesis DNA ( hambatan dihidrofolic acid reduktase,
hambatan basa purin dan pirimidin).
2. Merusak DNA (merusak nucleic acid).
3. Antimitosis (Alkaloid)
4. Rekayasa genetik (inhibisi faktor pertumbuhan).
Berikut ini adalah contoh tanaman berkhasiat anti kanker yaitu :
1. Kunir (Curcuma longa)
2. Kunir putih (Curcuma zesoaria)
3. Temu putih (Curcuma zesoria)
4. Sambung Nyawa (Gyrura procumbens)
5. Sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
6. Pegagan (Centella asiatica)
7. Daun Dewa (Typhonium divaricatum)
8. Jarong (Achyranthes aspera linn)
9. Mengkudu ( Morinda Citrifolia)
10. Meniran (Phyllanthus niruri)
11. Tapak dara (Vinca rosea)
12. Kealdi tikus (Typhonium divaricatum)
2. Antidiabetes Militus
Diabetes Melitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Penyebab diabetes
militu yaitu :
a. Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem
imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel
penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa
yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang

ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti


infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1
berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak
berperan pada kejadian diabetes tipe 2.
b. Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang
juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang
berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi,
tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik,
Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita
diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko
menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita seharihari.
Berikut ini adalah mekanisme kerja obat diabetes militus menur tipe tipennya
yaitu :
a. Diabates militus tipe 1 umunya di berikan pada pendirita meliputi supalai
insulin buatan. Suplai insulin butan ini nantiya akan berfungsi sebagai
insulin pengganti bagi insulin alami yang dihasilkan oleh tubuh.
b. Diabetes militus tipe 2 meknisme kerja obatnya yaitu memperbaiki
transportasi glukosa kedalam sel, mempercepat pemecahan glukosa dalam
mitokondria, mengurangi pembentukan oksidan dan mempercepat proses
proliferasi sel pankreas.
Berikut ini adalah contoh tanaman berkhasiat antdiabetes

yaitu sebagai

berikut:
a. Kunir (Curcuma domestika) yang di gunakan rimpang
b. Temulawak (Curcuma xanthorriza) yang di gunakan rimpang
c. Jambu biji (Psydium guajava linn yang digunakan daun, kulit batang, buah
d. Gambir (Uncaria gambir) yang digunakan daun dan ranting
e. Delima (Punica granatum) yang digunakan kulit buah, kulit akar
f. Kemukus ( Piper cubeba linn) yang digunakan buah
3. Antidiare
Diarea adalah sebuah penyakit diamana penderita akan mengalami rangsangan
buang air besar yang terus menerus dengan tinja atau akan mengalami
rangsangan buang air besar terus menurus dengan tija atau feses yang masih
memiliki kandungan air berlebihan. Penyebab diare ada dua yaitu :
a. Faktor infeksi

Terjadinya infeksi saluran pencernaan utamanya merupakan penyebab


penyakit diare pada anak. Jenis -jenis infeksi yang umumnya menyerang
antara lain:
1. Infeksi internal, yaitu infeksi yang terjadi pada saluran pecernaan yang
merupakan penyebab utama dari penyakit diare.
1. Infeksi oleh bakteri yaitu infeksi pada tubuh yang diakibatkan adannya
bakteri seperti Escherichia coli, Salmonella thyposa , Vibriocholerae
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan
patogenik seperti pseudomonas.
2. Infeksi virus, virus yang mungkin menjadi penyebab dari diare seperti
Entero virus (virus echo, coxhchasi dan poliomyelitis), andeno viru,
rota virus dan astrovirus
3. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides).
4. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis , dan radang
tenggorokan , dan sebagainnya. Keadaan ini terutama pada bayi dan
anak di bawa 2 tahun.
Berikut ini adalah contoh tanaman yang berkhasiat antidiare yaitu :
a. Kunir (Curcuma domestika) bagaian yang digunakan rimpang
b. Temulawak (Curcuma xanthorriza) bagian yang digunakan impang
c. Jambu biji (Psydium guajava linn) bagian yang digunakan daun, kulit
batang, buah
d. Gambir (Uncaria gambir) bagian yang digunakan daun dan ranting
e. Delima (Punica granatum) bagian yang digunakan kulit buah, kulit
akar
f. Kemukus ( Piper cubeba linn) bagian yang digunakan buah
4. Antifertilitis
Fertilisasi adalah pembentukan gamet yaitu perpaduan spermatozoa dari sistm
reproduksi pria dengan ovum ( sel telur ) dari sistem reproduksi wanita.
Sedangkan antifertilitis yaitu Obat untuk mengurangi ke suburan (kontrasepsi)
metode yang digunakn yaitu Sterilisasi jantan dan betina, kondom, IUD, obat
abortivum, spermisidal, dan obat kontrasepsi. Cara kerja obat antifertilitis
yaitu :
a. Mencegah pematangan sel telur
b. Mencegah terjadi ovulasi

c. Mencegah pertemuan sel telur dan spermatozoa


d. Mencegah proses inflantasi
e. Menghambat spermatogenesis.
Berikut ini adalah tanaman yang berkhasiat sebagi antifertilitis yaitu :
a. Bayam duri (Amaranthus spinosus Linn) yang digunakan akar
b. Pepaya (Carica papaya Linn) yang digunakan biji
c. Sadamala (Artemisin vulgaris Linn) yang diunakan daun
d. Blustru (Luffa cilindrica Linn) yang digunakan daun
e. Rumput teki (Ciperus rotundus Linn) yang digunakan rimpang
f. Daun manggis (Garsenia mangostana Lin)
g. Kembang spatu (Hibiscus rosasinensis Linn) yang digunakan daun
h. Remek getik (Achyranthes aspera linn) yang digunakan daun
i. Nanas (Ananas comosus Merr) yang digunakan buah muda
j. Sere (Andropogon nardus Linn) yang digunakan akar, daun muda.
k. Jambu biji (Psidium guajava Linn) yang digunakan Kulit dan akar.
5. Hepatoprotektor
Hepatoprotektor (pelindung hati) adalah istilah yang diberikan pada
produk yang dipasarkan untuk melindungi hati dan/atau memulihkan hati yang
telah dirusak oleh racun, obat atau penyakit.
Hepatoprotektor

merupakan

suatu

senyawa

obat

yang

dapat

memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh


racun, obat, dan lain-lain. Sebagai indikator kerusakan hati dapat dilakukan
pemeriksaan kandungan senyawa-senyawa dalam tubuh sperti kadar SGOT,
SGPT, atau pemeriksaan imunokimia (bila diduga disebabkan oleh virus) dan
pemeriksaan lainnya.
Beriut ini adalah contoh obat yang berkhasiat Hepatoprotektor yaitu
sebagai berikut :
a. Sambiloto (Andrgafis paniculata) yang digunakan daun
b. Kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan rimpang
c. Bawang putih (alium sativum L) yang digunakan Umbi
d. Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) yang digunakan rimpang
e. Meniran (Phylanthus niruri L.) yang digunakan tanaman
f. Daun sendok (Plantogo mayor) yang digunakan Daun.
g. Pegagan (Centella asiatica L.) yang digunakan daun.

BAB III
KESIMPULAN

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam
(tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu,
jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka.
Keuntungan Obat Tradisional Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO
memiliki beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu
ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik dan degeneratif.
Macam-macam Uji Obat Herbal :
1.

Uji Toksisitas
a.Toksisitas umum
- Akut
- Sub akut
- Kronik
b. Toksisitas Khusus
- Uji Efek pada organ reproduksi
- Uji Karsinogenik
- Uji Mutagenik

2.

Uji Aktifitas Obat herbal


1). Sebagai obat anti kanker
2). Sebagai obat anti diabetes militus
3). Sebagai obat antidiare
4). Sebagai obat anti fertilisasi
5). Sebagai Obat hepatoprotektor

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia, 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Herbal. Diakses pada tanggal
28 Oktober 2016 Pukul 11.00

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV .Mentri Kesehatan Republik


Indonesia.
Sriana

aziz,

2011.

Dasar

Farmakologi

Herbal.

http://milliherb.blogspot.co.id/2011/04/dasar-farmakologi-herbal.html.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016 Pukul 9.30 WIB
Fauzi
Btb,
2013.
Uji
Toksisitas
kefarmasian.blogspot.co.id/2013/04/uji-toksisitas.html
tanggal 29 Oktober 2016 Pukul 10.00 WIB

http://ilmu. Diakses pada

Anda mungkin juga menyukai