Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Uji kandungan kimia dilakukan melalui analisis kualitatif. Analisis
fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari
metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan
atau hewan secara keseluruhan atau bagianbagiannya, termasuk cara isolasi
atau pemisahannya. Uji fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi
bioaktif yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat
dengan cepat memisahkan antara bahan alam yang memiliki kandungan
fitokimia tertentu dengan bahan alam yang tidak memiliki kandungan
fitokimia tertentu (Saragih & Arsita, 2019).

Lengkuas atau laos (Alpinia galanga L.) merupakan jenis tumbuhan umbi-
umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Berdasarkan etnofarmakologinya tanaman lengkuas sering digunakan
sebagai bahan ramuan tradisional dan peyembuh berbagai penyakit
diantaranya penyakit perut, diare, penyakit kulit, radang tenggorokan,
sariawan, menghilangkan bau mulut dan herpes. Selain rimpangnya,
biasanya buah lengkuas juga sering digunakan untuk menghilangkan rasa
dingin, kembung, sakit pada ulu hati, muntah, mual, diare, kecegukan, dan
untuk menambah nafsu makan serta dapat pula digunakan untuk
menyembuhkan bisul (Anggreinea et al., 2015).

Berdasarkan warna rimpangnya, lengkuas dibedakan menjadi lengkuas


putih dan lengkuas merah. Rumpun dan bentuk lengkuas merah lebih kecil
serta serat lebih kasar jika dibandingkan dengan lengkuas putih. Rimpang
lengkuas mengandung paling sedkit 0,5% minyak atsiri, yang di dalamnya
terdapat metil sinamat, sineol, kanferdpinen, galangin dan eugenol yang
meyebabkan rasa pedas pada lengkuas. Kandungan lain pada lengkuas
adalah sesquiterpen, kamferid, galangol, kadinen, meksahidrokadalen
hidrat, dan kristal kuning (Rahmi & Kusuma, 2020).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tumbuhan


II.1.1 Klasifikasi Tumbuhan

Sumber: (Lianah, 2019)


(Gambar 2.1 Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga L. Willd)

Klasifikasi rimpang lengkuas putih menurut (Pamungkas & Alamsyah,


2020) tersusun dalam sistematika berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberale
Familia : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galangal

II.1.2 Morfologi Tumbuhan


Tanaman lengkuas memiliki batang semu yang tingginya dapat
mencapai 2 meter dengan daun yang cukup rimbun dan panjang.
Biasanya tumbuh dengan merumput dan juga sangat rapat, selain itu
batang tumbuh dengan tegak yang tersusun dari beberapa pelepah-
pelepah daun yang membentuk batang semu, berwarna hijau muda
hingga tua. Batang muda ini akan keluar dengan bentuk tunas baru dari
pangkal bawah hingga pangkal atas. Daun tanaman ini berwarna hijau
bertangkai pendek yang tersusun dengan selang seling serta buah
berbentuk bulat dan keras, selagi masih muda berwarna hijau dan
setelah tua berwarna merah kehitaman. Bunga lengkuas merupakan
bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih
kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang
panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran
perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian
bawah tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan
tampak berbentuk piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm,
berwarna putih dengan garis miring warna merah muda pada tiap sisi.
Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna
putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Bunga agak berbau
harum. Buahnya buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih
muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam
kecoklatan, berdiameter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya
berwarna merah. Bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna
hitam. Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris,
diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna
coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-
sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan
bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua
berserat kasar. Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak
kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat (Siregar, 2021).

II.1.3 Nama-Nama Daerah Tumbuhan


Di Indonesia, tanaman rimpang lengkuas memiliki beragam nama di
beberapa wilayah di antaranya laos (jawa), laja (Sunda), lengkuasa,
aliku dan lingkui(Sulawesi), dan lengkueueh, kelawas, dan lawas
(Sumatra) (Sudarmo & Mulyaningsih, 2014).
II.1.4 Kandungan Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga L. Willd)
Berdasarkan penelitian dari (Sidabutar et al., 2022) menyatakan bahwa
golongan senyawa yang terkandung dalam ekstark rimpang lengkuas
putih adalah flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid. Sedangkan pada
penelitian menurut (Sangadjia et al., 2021) menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Willd)
mengandung senyawa kimia pada uji alkaloid, fenol, flavonoid, dan
terpenoid yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada esktrak
rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Willd). Rimpang lengkuas putih
merupakan tanaman yang memiliki khasiat di antaranya sebagai
antifungi dan antibakteri. Rimpang Lengkuas putih mengandung
golongan senyawa aktif yaitu golongan senyawa flavonoid, fenol dan
terpenoid yang dapat menghambat mikroba (Shintia et al., 2019).

II.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan
herbal/tradisional yang belum diolah dengan segala macam cara, kecuali
berupa bahan yang melalui proses pengeringan. Simplisia dapat dibagi atas 3
golongan yakni: Simplisia nabati Berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan,
eksudat tumbuhan atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tumbuhan sendiri
merupakan isi sel dari tanaman yang keluar secara spontan atau dengan suatu
cara sengaja dilepaskan dari sel. Simplisia nabati biasa dikenal masyarakat
awam dengan tanaman obat. Tanaman obat sendiri adalah tanaman yang
memiliki khasiat menyembuhkan maupun pencegahan penyakit.Simplisia
Hewani Merupakan hewan utuh atau zat bermanfaat yang diproduksinya dan
masih berupa bahan kimia campuran. Simplisia Pelikan atau Mineral
Merupakan bahan mineral atau pelikan yang belum mengalami proses
pengolahan atau yang telah mengalami proses pengolahan sederhan dan masih
berupa bahan kimia campuran (Lutfiah & Taurusta, 2022).

II.4 Metode Ekstraksi


Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan suatu pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi
menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran . Dalam mengekstrak suatu sampel, harus
diperhatikan tolak ukur kualitas simplisia terlebih dahulu (Saputra, et al.2020).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang
akan diisolasi. Ekstraksi merupakan suatu proses dalam upaya penarikan
senyawa kimia dari suatu tumbuhan, dimana senyawa tersebut akan terlarut
dalam cairan pelarut yang sesuai. Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstraksi
tersebut yang biasanya merupakan sediaan kental. Ekstrak tersebut dapat
menjadi sediaan kental karena sebelumnya telah terjadi proses penguapan
pelarut dan massa yang tidak diperlukan. Dalam analisis fitokimia, harus
digunakan jaringan tumbuhan segar yang kemudian dikeringkan sebelum
diekstraksi. Bila ini dilakukan, pengeringan tersebut harus dilakukan dalam
keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu
banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu
tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah betul-betul kering,
tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama sebelum digunakan untuk
dianalisis. Tata cara ini telah dilakukan pada herbarium yang telah disimpan
bertahun-tahun untuk analisis flavonoid, alkaloid, kuinon, dan terpenoid.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan cara
dingin misalnya pemerasan, maserasi dan perkolasi serta dapat pula dilakukan
dengan cara panas seperti soxhlet, infusa, refluks, dan digesti. Pemilihan
metode dan jenis cairan penyari yang akan digunakan tergantung dari zat aktif
yang akan disari. Metode pemerasan digunakan untuk simplisia segar yang
diawali dengan penghancuran bahan dengan penambahan air, diperas
kemudian disaring. Metode infundasi merupakan cara sederhana untuk
menyari kandungan aktif dari simplisia yang larut dalam air panas. Perkolasi
umumnya digunakan untuk mengekstraksi serbuk kering terutama simplisia
yang keras seperti kulit batang, kulit buah, biji, kayu dan akar. Digesti adalah
metode ekstraksi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 40°-50°C.
Metode ini sangat tepat untuk bahan yang memiliki kandungan zat aktif tahan
terhadap panas
Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam proses
ekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat menyari sebagian
besar metabolit sekunder yang diinginkan dalam simplisia Ekstraksi dengan
pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi.
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol,
butanol dan air. Senyawa nonpolar juga hanya akan larut pada pelarut nonpolar,
seperti eter, kloroform dan n-heksana. Jenis dan mutu pelarut yang digunakan
menentukan keberhasilan proses ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus dapat
melarutkan zat yang diinginkan, mempunyai titik didih yang rendah, murah,
tidak toksik dan mudah terbakar Pelarut yang bersifat polar mampu
mengekstrak senyawa alkaloid kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin,
gula, asam amino dan glikosida. Pelarut semipolar mampu mengekstrak
senyawa fenol, terpenoid, alkaloid, aglikon dan glikosida. Pelarut nonpolar
dapat mengekstrak senyawa kimia seperti lilin, lipid dan minyak yang mudah
menguap. Metode ekstraksi yang sering digunakan dalam penelitian adalah
maserasi dan remaserasi. Alasan metode tersebut sering digunakan adalah
perlakuan lebih sederhana karena tidak membutuhkan peralatan yang mahal,
kandungan kimia dalam simplisia yang akan ditarik aman karena tidak
menggunakan pemanasan. Kondisi percobaan seperti waktu ekstraksi, jenis
pelarut dan sampel pelarut akan mempengaruhi efektivitas proses ekstraksi.
Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang tidak menggunakan proses pemanasan
atau disebut juga ekstraksi dingin. Proses pemisahan senyawa dalam simplisia
menggunakan pelarut tertentu berdasarkan prinsip like dissolved like, di mana
suatu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar yang terdapat dalam
simplisia tersebut. Cairan penyari yang menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar
sel ( Febria, 2020).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Waktu dan tempat praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2023. Tempat praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan di
Laboratorium Penelitian, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.

III.2 Alat dan bahan


III.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi, gelas
kimia, corong pisah, batang pengaduk, mangkuk, pipet tetes,
timbangan analitik, blender, gunting, pisau, toples, gegep, mistar,
tabung reaksi, rak tabung, cawan porselen, wadah simplisia dan
kamera Hp.

III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Rimpang lengkuas
putih (Alpinia galangal L. Willd), aquadest, etanol, kertas saring,
dan kertas label.

III.3 Tahapan praktikum


III.3.1 Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan diambil dari Desa Torue, Kecamatan parigi
moutong, Sulawesi tengah. Sampel yang diambil adalah bagian
rimpang Lengkuas putih.

III.3.2 Preparasi sampel


Pada tahap awal sampel rimpang Lengkuas putih ditimbang dengan
berat 13kg. Selanjutnya dicuci dibawah air mengalir dengan tujuan
untuk menghilangkan pengotor. Sampel kemudian dirajam sebelum
dikeringkan. Pengeringan sampel dilakukan dengan cara di
keringkan dibawah sinar matahari. Selanjutnya sampel diblender
hingga menjadi serbuk dan ditimbang. Serbuk yang dihasilkan di
ayak dengan ayakan, hingga diperoleh serbuk halus.

III.3.3 Pembuatan ekstrak


Serbuk rimpang lengkuas putih (Alpinia galangal L. Willd) sebanyak
465,56 gram dimaserasi menggunakan pelarut metanol, dimana
perbandingan bahan dan pelarut yaitu 1:5 (b/v). proses penyarian
dilakukan selama 3x24 jam, sambil sekali-kali diaduk, kemudian
disaring untuk dipisahkan ekstraknya. Ekstrak yang di dapat lalu
diuapkan di rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 (𝑔)
%Rendamen = (𝑔)
x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
III.3.4 Pembuatan Pratisi Cair-Cair
Ekstrak kental rimpang lengkuas putih (Alpinia galangal L. Willd)
sebanyak 21,4 gram selanjutnya dipartisi dengan ekstrak cair-cair
dari pelarut non-polar hingga pelarut polar yaitu n-heksana,
kloroform, dan etil asetat. Ekstrak yang tidak larut n-heksan
kemudian dimasukkan kedalam corong pisah kembali lalu
ditambahkan etil asetat. Dikocong hingga homogen dan diulangi
hingga pelarut jernih. Fraksi etil yang didapat kemudia dimasukkan
kedalam mangkok terpisah dan ditutup dengan aluminium foil serta
diberi label.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Hasil Identifikasi Simplisia
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-
Fitokimia Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako Kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah. Hasil identifikasi tumbuhan menyatakan bahwa tumbuhan
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rimpang lengkuas
putih (Alpinia galangal L. Willd) yang diperoleh dari Desa Torue,
Kecamatan parigi moutong, Sulawesi tengah.
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Simplisia
Berat awal Berat akhir % Rendemen
13 kg 465,56 gram 3,58 %

4.1.2 Hasil Identifikasi Ekstrak


Hasil ekstraksi sampel daun Temulawak menggunakan metode
maserasi dengan pelarut metanol 2.000 ml.
Table 4.2 Hasil Identifikai Ekstrak
Berat awal Berat akhir % Rendemen

143 21,4 gram 14,96%


4.2.1 Pembahasan
Lengkuas merupakan rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu masak,
selain itu lengkuas juga banyak digunakan sebagai obat-obatan tradisional,
dipercaya untuk mencegah asamasam urat dan mempunyai manfaat sebagai
antikanker. Rimpang lengkuas mengandung paling sedkit 0,5% minyak atsiri,
yang di dalamnya terdapat metil sinamat, sineol, kanferdpinen, galangin dan
eugenol yang meyebabkan rasa pedas pada lengkuas. Kandungan lain pada
lengkuas adalah sesquiterpen, kamferid, galangol, kadinen, meksahidrokadalen
hidrat, dan kristal kuning (Rahmi & Kusuma, 2020).

Cara kerja pada saat pembuatan simlisia yaitu sampel rimpang lengkuas (Alpinia
galanga L.) yang telah disiapkan ditimbang kemudian dilakukan sortasi basah
pada sampel dan dilakukan pencucian di bawah air mengalir hingga
menghilangkan komponen-komponen yang tidak diperlukan setelah itu
dilakukan pengubahan bentuk dengan memotong sampel menjadi bagian yang
kecil dan sampel di angin-anginkan hingga kadar air pada sampel berkurang dan
dilakukan sortasi kering setelah pengeringan kemudian sampel disimpan pada
wadah yang tertutup baik.

Cara kerja maserasi yaitu disiapkan alat dan bahan, lalu dimasukkan ke dalam
toples kaca dan ditambahkan pelarut metanol ke dalam toples sampai sampel
terendam, lalu diaduk dan ditutup dengan tutup toples dan dilakbantutup toples.
Kemudian ditunggu hingga 3 hari sambil dilakukan pengecekan dan pengadukan
selama 3 hari. Kemudian disaring dan filtratnya dipekatkan dengan rotavapor
dan dimasukkan ke dalam botol kaca.

Alasan pengumpulan bahan karena tahapan proses pembuatan simplisia yaitu


mulai dari pengumpulan bahan baku yang dilakukan dengan cara memanen atau
mengumpulkan bahan segar langsung dari tanamannya. Faktor yang paling
berperan dalam tahap ini ialah masa panen.
Alasan dilakukan sortasi basah yaitu untuk memisahkan cemaran (kotoran dan
bahan asing lain) dari bahan simplisia. Penyortiran basah bertujuan untuk
memisahkan benda asing dan bagian tumbuhan lain dari benda simplisia.

Alasan dilakukan pencucian simplisia untuk membersihkan kotoran terutama


bahan dari tanah dan terkontaminasi pestisida.

Alasan dilakukan perajangan bahan simplisia untuk mempermudah pengeringan,


pengepakan, dan penggilingan.

Alasan dilakukan proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air dan
bahan tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Adanya air dalam sampel dapat memicu tumbuhnya kapang dan mikroba
lainnya. Pengeringan simplisia dapat dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan alat pengering.

Alasan dilakukan sortasi kering adalah untuk memisahkan benda-benda asing,


seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal. Proses ini dilakukan sebelum
simplisia dibungkus atau dikemas dan disimpan.

Alasan dilakukan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar


simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari
dalam maupun dari luar, seperti cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi,
penye- rapan air, kotoran, atau serangga.

Alasan dilakukan pemeriksaan mutu adalah untuk memenuhi persyaratan umum


untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam buku Farmakope Indonesia,
Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia. Secara umum,
simplisia harus memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak
mengandung lendir, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak terserang
serangga.
Hasil yang didapatkan pada pembuatan simplisia yaitu berat awal atau berat
basah yang didaptkan yaitu 13000 g dan untuk berat akhir atau bobot kering
didaptkan 1500 g. Untuk hasil % rendemen didapatkan 3,58 % dan % susut
pengeringan didaptkan 88,46%. Hasil ini kurang sesuai menurut Shintia, dkk
(2019) yang menyatakan bahwa hasil randemen dari rimpang lengkuas putih
adalah 7.5%.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil rendemen ekstrak dari rimpang


lengkuas 0,83%. Hal ini kurang sesuai dengan literatur yang didapatkan sebesar
20,5% berupa ekstrak kental pekat (Shintia, dkk, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Anggreinea, H., Heryani, H., & Susi. (2015). Potensi Buah Tanaman Lengkuas
Putih (Alpinia Galanga L.) sebagai Bahan Obat Topikal Terhadap Penyakit
Panu. Universitas Lambung Mangkurat.
Lianah. (2019). Biodiversitas Zingiberaceae Mijen Kota Semarang. Deepublish.
Lutfiah, L., & Taurusta, C. (2022). Aplikasi Kamus Simplisia Dan Resep Obat
Tradisional (Sidota) Berbasis Android. Jurnal Sains Dan Informatika,
Volume 8,.
https://jsi.politala.ac.id/index.php/JSI/article/download/369/167/2429
Pamungkas, S. J., & Alamsyah, M. R. N. (2020). Keanekaragaman Zingiberaceae
& Rutaceae di Kebun Sidotopo. Pustaka Rumah Cinta.
https://www.google.co.id/books/edition/Keanekaragaman_Zingiberaceae_Ru
taceae_di/4RJoEAAAQBAJ?hl=jv&gbpv=1&dq=klasifikasi+tanaman+rimp
ang+lengkuas+putih&pg=PA40&printsec=frontcover
Rahmi, Y., & Kusuma, T. S. (2020). Ilmu Bahan Makanan. UB Press.
Sangadjia, T., Elyb, I. P., & Husainc, W. (2021). Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Rimpang Lengkuas (Alphinia purpurata k. Schum) Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dengan Menggunakan
Metode Difusi Sumuran. Jurnal JRIK, 1 no 2.
SARAGIH, D. E., & ARSITA, E. V. (2019). Kandungan fitokimia Zanthoxylum
acanthopodium dan potensinya sebagai tanaman obat di wilayah Toba
Samosir dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara. PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON, 5.
Shintia, A., Fatimawali, & Siampa, J. P. (2019). UJI AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANGLENGKUAS PUTIH
(Alpinia galanga L. Willd) TERHADAPBAKTERI Klebsiella pneumoniae
ISOLAT URIN PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH.
PHARMACON, 8 no 4.
Sidabutar, D. C., Darmayasa, I. B. G., & Hardini, J. (2022). DAYA HAMBAT
EKSTRAK LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Escherichia coli O157:H7 dan Staphylococcus
epidermidis. SIMBIOSIS X, 2.
https://doi.org/https://doi.org/10.24843/JSIMBIOSIS.2022.v10.i02.p10
Siregar, R. S. (2021). Tanaman Obat; Imunitas Ekonomi Subsektor Hortikultura
Di Provinsi Sumatra Utara. UMSU Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Tanaman_Obat/YENTEAAAQBAJ?
hl=jv&gbpv=1&dq=klasifikasi+tanaman+rimpang+lengkuas+putih&pg=PT3
0&printsec=frontcover
Sudarmo, S., & Mulyaningsih, S. (2014). Mudah Membuat Pestisida Nabati
Ampuh.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan

Rendemen

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
%Rendamen = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

465,56 𝑔
= x 100%
13.000𝑔

= 3,58%

Lampiran 2 Skema Kerja

Skema kerja

1. Identifikasi ekstrak
Alat dan Bahan
- Disiapkan
Pengambilan bahan baku rimpang lengkuas putih
(Alpinia galangal L. Willd)

Sortasi basah

Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Sortasi kering

Penghalusan
- Ditimbang
Penyimpanan
2. Ekstraksi

Alat dan Bahan


-Disiapkan
Toples Kaca

Saringan

Rotary Evaporator

Botol Kaca

Dokumentasi
Lampiran 3 Dokumentasi Praktikum
Dokumentasi praktikum
1. Identifikasi Simplisia
Keterangan Gambar
Pengambilan sampel
Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza
Roxb)

Sortasi basah

Penimbangan berat awal


Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza
Roxb)
Pencucian

Perajangan

Pengeringan

Sortasi kering

Penghalusan
Penimbangan berat akhir
rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza
Roxb) yang telah
dihaluskan.

2. Ekstraksi

Keterangan Gambar
Dimasukkan sampel
Temulawak ke dalam toples,
serta dimasukkan pelarut
metanol 1 liter sampai
merendam sampel

Diaduk dan dibiarkan sampel


terendam selama 3 x 24 jam
Disaring hasil ekstrak yang telah
diaduk dan didiamkan selama 3 x
24 jam menggunakan saringan kain

Dilakukan pemekatan ekstrak


dengan set alat rotary evaporator

Ditimbang wadah toples kecil


kosong

Dimasukkan ekstrak kental ke toples


kecil dan ditimbang beratakhir
ekstrak kental

Anda mungkin juga menyukai