Anda di halaman 1dari 16

“Penetapan Kadar Total Golongan Metabolit”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR


2021
BAB 1
LATAR BELAKANG
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan dan ditemukan dalam
bentuk unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan
penyakit, menarik pollinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya (Federsen, 2011).
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Meng dkk., (2018), metabolit sekunder pada kunyit yang telah berhasil
diisolasi dan diidentifikasi diantaranya adalah senyawa terpenoid yang terkandung dalam minyak atsiri (seperti
monoterpenoid, seskuiterpenoid, diterpenoid, dan triterpenoid), senyawa kurkuminiod (seperti kurkumin, bisdemotoksi
kurkumin, dan demotoksi kurkumin), senyawa fenolik, steroid, asam lemak, flavonoid, dan alkaloid. Rimpang kunyit
memiliki beberapa kandungan kimia yang terdapat didalamnya (El-kenawy dkk., 2019).
Maka dari itu hal diatas melatarbelakangi penulis dalam melakukan percobaan penetapan kadar metabolit
sekunder yaitu flavonoid dan fenolik dari tumbuhan rimpang kunyit (Curcuma domestica L.) dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis.
Rumusan Masalah Maksud Percobaan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini
Bagaimana cara menentukan yaitu untuk mendapatkan Untuk mengetahui cara
kadar flavonoid dan fenolik nilai kadar metabolit menentukan kadar senyawa
total yang terkandung dalam sekunder pada rimpang flavonoid dan fenolik total
simplisia rimpang kunyit kunyit (Curcuma domestica yang terkandung dalam
(Curcuma domestica L.)? L.) yang ditentukan samplisia simpang kunyit
menggunakan instrument (Curcuma domestica L.).
Kromatografi Lapis Tipis
(KLT)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman

Kunyit (Curcuma domestica val.) mempunyai warna kuning dan digunakan sebagai bahan
memasak, pewarna, kosmetik dan juga pengobatan. Selain itu kunyit dapat mengobati gatal, jerawat,
dan luka kecil (Gupta et al., 2012).
Klasifikasi tanaman kunyit (Kumar dan Sunnil, 2013) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma Curcuma domestica
Species : Curcuma domestica val.
Kandungan Kimia Manfaat

Kunyit mengandung protein (6,3%), lemak (5,1%), Kunyit mempunyai kandungan kurkumin yang

mineral (3,5%), karbohidrat (69,4%), dan moisture memiliki efek farmakologi diantaranya sebagai

(13,1%). Terdapat minyak esensial (5,8%) yang antikanker, antiinflamasi,antiulser, antifertili,

diperoleh melalui distilasi uap dari rhizome/rimpang antibakteri, antikoagulan,

tanaman kunyit yang mendandung phellandrene (1%), antihiperpatotoksik,antidiabetik, dan anrirematik.

sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%), Efek farmakologi itu membuat kunyit memiliki efek

zingiberene (25%) dan sesquiterpenes (53%). Curcumin yang menguntungkan untuk manusia dalam

(diferuloylmethane) (3– 4%) membuat warna rhizoma mengatasi penyakit hati, kanker, aterosklerosis,

kunyit menjadi kuning dan terdiri dari curcumin I (94%), gangguan pencernaan, osteoarthritis, infeksi

curcumin II (6%) dan curcumin III (0.3%). Derivat dari bakteri dan juga masalah haid pada wanita (Yadav

curcumin berupa demethoxy, bisdemethoxy, dan et al., 2017).

curcumenol juga diperoleh melalui distilasi uap


rhizomanya (Prasad et al., 2014).
Instrument Faktor Yang Mempengaruhi
Metabolit Sekunder Produksi Metabolit Sekunder

 Spektrofotometri UV-Vis
 Eksplan
 High Perfomance Liquid Chromatography
 Genetik
(HPLC)
 Jenis Kultur
 Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance
 Komposisi Media Kultur
(NMR)
 Gas Chromatography Mass Spectrometry
(GCMS)
Klasifikasi Metabolit
Sekunder

Klasifikasi metabolit sekunder secara sederhana


terdiri atas tiga kelompok utama: 1) terpen (misalnya
volatil, glikosida kardiak, karotenoid, dan sterol; 2)
fenolik (misalnya asam fenolat, kumarin, lignan,
stilbena, flavonoid, tanin, dan lignin); dan 3) senyawa
yang mengandung nitrogen (misalnya alkaloid dan
glukosinolat) (S. Agostini-Costa et al., 2012).
BAB 3
METODE KERJA
Hasil dan Pembahasan

No. Senyawa Jarak Jarak Nilai Rf


Noda Pelarut
1. Flavonoid 4,2 cm 5,0 cm 0,84 cm

Dari hasil kromatogram akan terlihat noda senyawa kurkumin yang terpisahkan dari analit
dan selanjutnya dihitung nilai Rfnya. Nilai Rf yang diperoleh pada plat KLT senyawa flavonoid
yaitu 0,84 menurut Rohman (2009) nilai Rf telah memenuhi ketentuan yang baik yaitu antara
0,2-0,8. Sesuai teori senyawa flavonoid (kurkumin) berada pada nilai Rf 0,84 (Suharsanti,2020).
Nilai absorbansi sampel rimpang kunyit

Replikasi Absorbansi
1 0,284
2 0,270
3 0,227

Nilai serapan larutan baku kuersetin


0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.0827 x − 0.0406
0.6 R² = 0.996889498486291
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pembahasan
Hasil perhitungan kadar rimpang kunyit
Replikasi 1 = 7,85%
Replikasi 2 = 7,51%
Replikasi 3 = 6,47 %
Rata-rata = 7,27 %
Dengan prinsip penetapan kadar flavonoid metode aluminium klorida adalah pengukuran berdasarkan
pembentukan warna dan terjadinya pembentukan kompleks antara aluminium klorida dengan gugus keto pada
atom C- 4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometriUv-Vis karena flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi
sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak
(Harborne, 1987).
Pada pembuatan kurva kalibrasi dengan metode alumunium klorida digunakan kuersetin sebagai
pembanding karena kuersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus keto pada C-4
dan memiliki gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari flavon dan flavonol. Sebelum
melakukan penetapan kadar sampel, maka terlebih dahulu melakukan penetapan panjang gelombang
maksimum. Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan pembacaan serapan seminimal mungkin, karena
pengukuran didapatkan pada panjang gelombang serapan maksimum.
Pengukuran larutan uji dari ekstrak etanol rimpang kunyit ditambahkan dengan etanol P
sebagai peningkat kelarutan, kemudian tambahkan 0,1 mL aluminium (III) klorida P 10 % yang
dapat membentuk kompleks sehingga terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah visible
(tampak) yang ditandai dengan larutan menghasilkan warna yang lebih kuning (Chang et al.,
2002). Setelah itu ditambahkan 0,1 mL kalium asetat yang berfungsi sebagai penstabil,
kemudian dicukupkan dengan etanol sebanyak 5 Ml diamkan selama 30 menit pada suhu ruang.
Hal tersebut dimaksudkan agar reaksi antara larutan uji dengan pereaksi-pereaksi yang
ditambahkan dapat berlangsung dengan sempurna. sehingga intensitas warna yang dihasilkan
lebih maksimal (Azizah & faramayuda, 2004).
Berdasarkan kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi y= 0,0827x - 0,0406. Koefisien
korelasi r = 0,9969, angka ini mendekati 1 yang berarti terdapat korelasi yang sangat tinggi
antara absorban dan kadar senyawa serta menunjukkan hubungan antara keduanya.
Pada perhitungan kadar konsentrasi senyawa flavonoid pada sampel ekstrak rimpang kunyit
didapatkan sebesar 7,27% hal ini tidak sesuai dengan monografi ekstrak tumbuhan obat
Indonesia yang menyatakan ekstrak yang dibuat dari rimpang tumbuhan Curcuma domestica
suku Zingebeaceae mengandung kurkuminoid tidak kurang dari 33,9%.
BAB 5
Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa

Kurkumin merupakan senyawa flavonoid.

2. Nilai Rf yang didapatkan dari ekstrak rimpang kunyit pada senyawa flavonoid dan

kadar yang didapatkan sebesar 7,27%


DAFTAR PUSTAKA
Ela Nurlaila. 2017. Analysys Of Spektrofotometri UV-Vis And FT-IR From Isolation Of Compounds
Chloroform Extract Of Plant Salam Bark (Syzygium Polyanthum). Department Of Chemistry : Faculty
Mathematics And Natural Sciences States University Of Surabaya

El-kenawy, A. E., S. M. A. Hassan, dan H. H. Osman. 2019. Mangosteen (garcinia mangostana l.).
Nonvitamin and Nonmineral Nutritional Supplements. (2005):313–319.

Gupta E, Purwar S, Sundaram S, Rai GK. 2013. Nutritional and therapeutic values of Stevia J. Med. Plants
Res

Illing, I., Safitri, W. dan Erfiana. 2017. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. Jurnal Dinamika, 8(1), hal.
66–84.
 
Kumar, Nitesh dan Sunil Kumar Sakhya. 2013. Ethnopharmacological Properties Of Curcuma Longa: A
Review. IJPSR. Vol. 4(1): 103-112. Kunyit. Jakarta: Lentera. Kunyit. Jakarta: Lentera.
 
Kusbiantoro, D. Y. Purwaningrum. 2018. Pemanfaatan kandungan metabolit sekunder pada tanaman
kunyit dalam mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. Department of Crop Science : Padjadjaran
University
Oktaviana, P. R. dan W. Atmaka. 2015. Kadar kurkuminoid , total fenol dan aktivitas antioksidan
ekstrak temulawak ( curcuma xanthorrhiza ) pada berbagai teknik pengeringan dan proporsi
pelarutan. Biofarmasi. 13(2):41–49.
 
Pereira, D.M., P. Valentao, J.A. Pereira danP.B. Andrade. 2015. Phenolics: From Chemistry to Biology.
Molecules, 14, 2202-2211.
 
Prasad, S., Gupta., Tyagi, A. K and Aggarwal, B.B. 2014. Curcumin a component of golden spice: from
bedside to bench and back. Biotechnology Advance.32(6) : 64 – 66.
 
Rafi, M., N. Widyastuti, E. Suradikusumah, dan L. K. Darusman. 2012. Aktivitas antioksidan, kadar
fenol dan flavonoid total dari enam tumbuhan obat indonesia. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 8(3)
Rohman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis. Cetakan I. Graha Ilmu
 
Rahman, A. A., N. Yulia, dan E. D. Kosasih. 2018. Optimalisasi pemanfaatan kunyit dalam
peningkatan status kesehatan dan kemandirian ekonomi masyarakat kelurahan kahuripan kota
tasikmalaya. Journal of Character Education Society. 1(1):82–88.
 
Rohman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis. Cetakan I. Graha Ilmu
 
Rukmana, Ir. Rahmat. 2014. Kunyit. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 1-25.
Terima kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai