Anda di halaman 1dari 10

PENETAPAN KADAR KURKUMINOID DI DALAM OBAT TRADISIONAL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menentukan kadar kurkuminoid di dalam obat tradisional seperti jamu
dengan metode KLT-Densitometri
B. DASAR TEORI
Kebutuhan akan obat-obatan semakin meningkat setiap tahunnya yang didukung
dengan jumlah tanaman obat yang digunakan sebagai ramuan tradisional. Sejumlah 19.871
tanaman dan sebanyak 16.218 diantaranya telah diidentifikasi. Sebanyak 9.600 spesies
tanaman memiliki efek pengobatan, di mana 200 di antaranya digunakan dalam obat
tradisional industri. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam setiap tanaman perlu
dianalisis untuk menjamin efek farmakologis yang diinginkan dan manfaat lainnya
(Yustinianus et.al, 2019). Setelah mengukur kandungan senyawa metabolit sekundernya,
tanaman obat bisa diubah jadi produk obat tradisional. Menurut BPOM tahun 2019, obat
tradisional mencakup bahan dari tumbuhan, hewan, mineral, atau campuran dari itu semua
yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan dan sesuai dengan norma
masyarakat. Obat tradisional terdiri dari jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka yang
diklasifikasi berdasarkan uji praklinik dan klinik, serta standardisasi bahan bakunya.
Kunyit merupakan salah satu tanaman yang biasa digunakan dalam obat tradisional
sebagai obat dismenore (Fitrilya et.al, 2015), perawatan pada kulit dan penyembuhan luka
(Kemenkes, 2022), pengobatan pada gangguan pencernaan, pembersih darah, penguat
jantung dan lambung, peluruh kencing, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol
(Disnakkeswan, 2022), dan menghilangkan bau badan (Prabowo et.al, 2019). Kurkuminoid
merupakan senyawa fenolik utama di dalam kunyit (salah satu tanaman dari keluarga
Zingiberaceae) yang digunakan sebagai bumbu, pigmen warna, dan bahan aditif pada
beberapa produk makanan (Amalraj et.al, 2017).
Kurkuminoid tergolong ke dalam senyawa fenolik yaitu polifenol yang memiliki ciri-ciri
antara lain warna kuning cerah (Sancho dan Salvado, 2017) dan kelarutannya yang sukar
larut dalam air dan eter, akan tetapi mudah larut dalam alkohol dan asam asetat glasial,
terutama etanol dan asam asetat (Ihsan et.al, 2018). Kurkuminoid terdiri dari kurkumin
(diferuloylmethane) yang memberikan karakteristik warna kuning, demetoksikurkumin,
bisdemetoksikurkumin, dan kurkumin siklik (Malahayati et.al, 2021). Komponen utama dari
kurkuminoid adalah kurkumin (kurkumin I) dengan konsentrasi sebesar 94%,
demetoksikurkumin (kurkumin II) sebesar 6%, dan bisdemetoksikurkumin (kurkumin III)
sebesar 0,3%) (Bagchi, 2012). Kurkuminoid memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi,
antioksidan, anti nosiseptif, proapoptotic, kemopreventif, kemoterapetika, antiparasit,
antimalaria, dan wound-healing agent atau penyembuhan luka (Urosevic et.al, 2022).
Kadar kurkuminoid dapat dianalisis dengan metode KLT-Densitometri berdasarkan
interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada pada plat KLT.
Densitometri digunakan dalam analisis kuantitatif kadar dengan jumlah yang sedikit.
Kelebihan dari metode ini adalah pengerjaan yang relatif singkat dan dapat dilakukan pada
penetapan beberapa kadar sampel secara simultan (Yustinianus et.al, 2019). KLT-
Densitometri harus memenuhi syarat dalam pengujian validasi yang dilakukan dengan
beberapa parameter seperti selektivitas, akurasi, linearitas, presisi, batas kuantitasi (BK),
dan batas deteksi (BD) (Ihsan et.al, 2018).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Bejana KLT
- Alat pengamat plat KLT
- White tip
- vortex
- Beaker glass 50 ml
- Sonikator
- Pipet volume
- Kertas saring
- Mortir dan stamper
- Kertas timbang
- Image J software

2. Bahan
- Sampel kunyit asam (Jamu)- Sido Muncul
- Etanol teknis
- Standar kurkumin
- Kloroform
- Asam asetat
- Plat KLT
- Pereaksi Semprot Borat-Methanol
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Standar Kurkumin
- Pembuatan standar kurkumin 0,2% b/v

- Pembuatan standar kurkumin 0,1%b/v

- Pembuatan standar kurkumin 0,05% b/v

- Pembuatan standar kurkumin 0,025% b/v

- Pembuatan standar kurkumin 0,0125% b/v


2. Penetapan Kadar Kurkuminoid di dalam Sampel Jamu

E. HASIL PENGAMATAN
1. Identitas sampel

Nama merk

Bentuk sediaan

Produsen

Expired Date

Nomor Registrasi BPOM

Komposisi

Khasiat

2. Pengamatan Organoleptis
Warna Kuning

Bentuk serbuk/butiran

Rasa khas kunyit, manis , sedikit asam

Bau/aroma

F. PENGOLAHAN DATA
1. Nilai Rf standar
Rf standar = Jarak yang ditempuh standar kurkumin/Jarak tempuh eluen
2. Nilai Rf kurkumin
Rf kurkumin = Jarak yang ditempuh kurkumin/Jarak tempuh eluen
3. Kadar senyawa aktif

G. PEMBAHASAN
1. Uji organoleptik (bandingin dengan penelitian lain)
2. Kenapa pake fase diam dan fase gerak tersebut
3. Kenapa menggunakan semprot borat
4. Kenapa menggunakan AlCl3 sebagai reagen semprot
5. Bedanya dengan borat dan alcl3
6. Nilai Rf standar dan sampel (bandingin dengan penelitian lain)

Praktikum ini menggunakan sampel obat tradisional yakni Jamu Kunyit Asam
yang diproduksi oleh PT Sido Muncul. Sampel mengandung ekstrak rimpang Kunyit
(Curcuma domestica), ekstrak Asam Jawa (Tamarindus indica) dan asam sitrat yang
berkhasiat untuk melancarkan haid dan menyegarkan badan. Berdasarkan hasil analisis
organoleptis, sampel jamu kunyit asam tersebut teramati berwarna kuning dengan rasa
khas kunyit, rasa yang manis dan sedikit asam disertai dengan bau khas kunyit yang
kecut. Bau dan rasa khas kunyit sendiri disebabkan oleh komposisi kunyit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan asam jawa. Warna kuning yang dihasilkan dari kunyit
berasal dari kandungan kurkumin di dalamnya (Malahayati et.al, 2021). Rasa khas
kunyit diketahui berasal dari zat -zat yang terkandung didalamnya seperti minyak atsiri
sebanyak 1 – 3%, lemak, protein, karbohidrat, pati, dan sisanya terdiri dari vitamin C,
garam-garam mineral seperti zat besi, fosfor, dan kalsium. Selain itu bau dan rasa
berasal dari beberapa zat yang terdapat didalam minyak tersebut. Zat-zat tersebut
meliputi keton sesquiterpen, termeron, zingeberen, borneol, dan sineol (Nugroho, 1998
in Dewi 2017). Rasa asam dari sampel diperoleh dari daging buah asam jawa yang
mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40% gula, sejumlah kecil asam sitrat dan kalium
bitartrat sehingga terasa sangat masam (Rukmana, 2005 in Dewi 2017).

Kurkumin (diferuloilmetan) memiliki turunan/derivat berupa demetoksikurkumin dan


bis-demetoksikurkumin. Ketiga senyawa ini disebut kurkuminoid secara keseluruhan.
Tingkat kepolaran senyawa kurkuminoid dari yang paling polar sampai yang non polar
adalah kurkumin, demetoksikurkumin, kemudian bis-demetoksikurkumin (Aggarwal,
et.al., 2006)
Analisis kurkuminoid dalam sampel jamu kunyit asam dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif menggunakan metode KLT- Densitometri. Fase diam yang digunakan
adalah lempeng silika gel F254 yang memiliki sifat relatif polar dan mengandung
indikator fluoresen yang dapat berfluoresensi, panjang plat adalah 10 cm dan lebar 4cm
dengan jarak totolan masing-masing 1 cm. Silika gel F254 tidak mengandung agen
pengikat dan pembentukan warna dapat diamati dibawah sinar UV (Firdaus and Pri,
2009). Kemudian fase gerak yang digunakan adalah kloroform: etanol: asam asetat
glasial (47,5: 2: 0,5) (v/v). Pemilihan eluen-eluen tersebut didasarkan pada sifat kelarutan
komponen atau senyawa terhadap pelarut yang digunakan. Fase gerak atau eluen yang
bersifat lebih polar digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa yang adsorpsinya kuat,
sedangkan fase gerak yang kurang polar digunakan untuk mengelusi senyawa yang
adsorpsinya lemah (Fath, 2016). selain itu, Fase gerak ini digunakan agar diperoleh
polaritas fase gerak yang sesuai sehingga dapat memisahkan senyawa kurkuminoid pada
sampel secara optimal (Almeyda & Widayanti, 2020) .
Larutan standar dibuat dengan konsentrasi 0,2; 0,1; 0,05; 0,025; 0,0125 %
sedangkan larutan sampel dengan konsentrasi 25 %, larutan sampel dibuat dengan
melarutkan 2,5 gram jamu kunyit asam menggunakan 10 ml etanol teknis. volume
penotolan masing-masing spot adalah sebanyak 5 μl. Sebelum dilakukan elusi,
Chamber KLT dijenuhkan terlebih dahulu menggunakan uap fase gerak untuk
mempercepat elusi dan memperoleh pemisahan sampel yang optimal (Yusuf &
Nurkhasanah, 2015). Pengamatan bercak atau noda pada plat dilakukan dengan
menggunakan cahaya UV dan sinar tampak pada panjang gelombang 254 nm dan 366
nm. plat diamati baik sebelum maupun sesudah penyemprotan menggunakan reagen
semprot AlCl3, Penggunaan AlCl3 dikarenakan reagan barot metanol tidak tersedia
dalam Laboratorium. penggunaan reagen ini bertujuan untuk memperjelas visualisasi
totolan plat agar lebih tampak di bawah sinar UV. Selanjutnya menganalisa nilai Rf pada
masing masing spot lalu membandingkan dengan standar teoritis dari Rf kurkuminoid.
Hasil pengamatan pada sinar tampak dan sinar uv pada panjang gelombang 254
hanya menunjukkan 1 noda sedangkan pada sinar UV dapat menunjukan 3 noda.
Namun pada konsentrasi 0,0125% hanya terbentuk 2 noda dikarenakan kadar
kurkuminoid pada konsentrasi tersebut sangat rendah sehingga sulit dianalisis
menggunakan KLT.
Nilai Rf dari sampel sebelum dan sesudah menggunakan reagen AlCl3 pada
panjang gelombang 254 adalah 0,65 (Noda 1), sedangkan pada panjang gelombang 366
nm adalah 0,65 (Noda 1), 0,4875 (Noda 2), dan 0,35 (Noda 3). Berdasarkan standar nilai
Rf kurkuminoid Pada pada konsentrasi 0,1 dan 0,05 % maka dapat diidentifikasi bahwa
noda dengan nilai Rf 0,65 (Noda 1) merupakan senyawa kurkumin, kemudian noda
dengan nilai Rf 0,4875 (Noda 2) merupakan senyawa metoksikurkumin, dan noda
dengan nilai Rf 0,35 (noda 3) merupakan senyawa bisdemetoksikurkumin.
Perbedaan nilai Rf pada senyawa kurkuminoid dikarenakan adanya gugus
metoksi. kurkumin sendiri memiliki dua gugus metoksi, demetoksi kurkumin memiliki
satu gugus metoksi dan bisdemetoksi kurkumin tidak memiliki gugus metoksi sehingga
bisdemetoksi kurkumin memiliki kepolaran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tingkat
kepolaran kurkumin secara berurutan dari yang terendah adalah kurkumin, demetoksi
kurkumin, dan bisdemetoksi kurkumin (Riyadi at al, 2022)

H. REFERENSI

Amalraj, A., Pius, A., Gopi, S., & Gopi, S. (2017). Biological activities of curcuminoids, other
biomolecules from turmeric and their derivatives–A review. Journal of traditional and
complementary medicine, 7(2), 205-233.

Almeyda, E., & Widayanti, E. (2020). Analisis Kadar Kurkuminoid dalam Filtrat, Residu dan
Campuran Filtrat-Residu Jamu Kunir Asem. Jurnal Ilmiah Sains, 21(1), 1.
https://doi.org/10.35799/jis.21.1.2021.30211
Bagchi, A. (2012). Extraction of curcumin. J Environ Sci Toxicol Food Technol, 1(3), 1-16.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun 2019. 2-3.

Dewi,l., Rosita,Y.(2017).UJI STABILITAS FISIK DAN HEDONIK SIRUP HERBAL KUNYIT ASAM
STABILITY AND HEDONIC TEST OF TUMERIC TAMARIND SYRUP.Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Tradisional,2(2),81-82

Husa, F., & Mita, S. R. (2020). Identifikasi Bahan Kimia Obat dalam Obat Tradisional Stamina
Pria dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Farmaka, 18(2), 16–25.
https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/view/25955

Ihsan, B. R. P., Maysaroh, I., & Nurhayati, I. P. (2018). Validasi Metode Ultra High Peformance
Chromatography Double Mass Spectrophotometry (UHPLC-MS/MS) Untuk Analisis Kurkumin
Pada Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma Longa) Dengan Berbagai Perbandingan Konsentrasi.
Pharmaceutical Journal of Indonesia, 4(1), 29-34.

Gracia-Sancho, J., & Salvadó, M. J. (2017). Gastrointestinal Tissue: Oxidative Stress and Dietary
Antioxidants. Academic Press.

Prabowo, H., Cahya, I. A. P. D., Arisanti, C. I. S., & Samirana, P. O. (2019). Standardisasi
Spesifik dan Non-Spesifik Simplisia dan Ekstrak Etanol 96% Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.). Jurnal Farmasi Udayana, 8(1), 29-35.

Kumar S, Jyotimaryee K, Sarangi M. 2013. Thin Layer Chromatography: A Tool of Biotechnology


for Isolation of Bioactive Compounds from Medicinal Plants. Int J Pharm Sci Rev Res. Vol. 18 (1):
126-132.

Lestari, A., Broto, S. (2021). ANALISIS KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ()KLT


DAN AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL BEBAS (PRB) EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG
EMPRIT (Zingiber americans) HASIL MASERASI SEKALI DAN BERULANG. Jurnal Universitas
Muhammadiya Surakarta. 13(1), 79
Urošević, M., Nikolić, L., Gajić, I., Nikolić, V., Dinić, A., & Miljković, V. (2022). Curcumin:
Biological activities and modern pharmaceutical forms. Antibiotics, 11(2), 135.

Malahayati, N., Widowati, T. W., & Febrianti, A. (2021). Karakterisasi Ekstrak Kurkumin dari
Kunyit Putih (Kaemferia rotunda L.) dan Kunyit Kuning (Curcuma domestica Val.). Agritech,
41(2), 134-144.

Permatasari, D. A. I., Iesvanditra, G., & Mahardika, M. P. (2022). Analisis Kadar Kurkumin Jamu
Kunyit Asam Menggunakan Metode KLT Densitometri. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan
Nasional, 264–269.

Yusuf, F. M., & Nurkhasanah. (2015). Evaluasi Kadar Kurkumin dalam Jamu Tradisional Kunir
Asam yang Dijual di Pasar Kota Gede Bulan Februari 2015. Original Article, 2(3).

Yustinianus, R. R., Wunas, J., Rifai, Y., & Ramli, N. (2020). Curcumin Content in extract of some
Rhizomes from Zingiberaceae Family. Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences, 4(1).
15-19.

Yusuf, F. M., & Nur Khasanah, N. (2015). Evaluasi kadar kurkumin dalam jamu tradisional kunir
asam yang dijual di pasar Kota Gede bulan Februari 2015. Pharmaceutical Sciences and
Research, 2(3), 115-123.

I. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan contoh obat tradisional lain selain jamu
obat tradisional selain jamu menurut BPOM adalah:
a. OHT
Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada
hewan percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.
OHT harus memenuhi kriteria :
- aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
- klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
- telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
- memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal,
MastiLelap, Diapet.

b. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji
klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Fitofarmaka memenuhi kriteria :

● aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.


● klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik
(pada manusia).
● telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi.
● Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
● Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.

Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,


Rheumaneer.

2. Sebutkan dan jelaskan metode analisis senyawa aktif pada obat tradisional selain
metode yang digunakan pada praktikum ini
a. Spektrofotometer UV-VIS
Metode spektrofotometri visible dapat digunakan untuk penetapan kadar
kurkumin, karena kurkumin memiliki gugus kromofor dan auksokrom,
merupakan persyaratan bahan yang dapat dianalisis dengan spektrofotometri
visible dengan panjang gelombang 400-800 nm. Penetapan kadar kurkumin dalam
sampel ekstrak kunyit dan temulawak dilakukan dengan penetapan kurva
kalibrasi. Ekstrak kunyit dan temulawak mengandung senyawa kurkumin,
sehingga penentuan kadar kurkumin pada sampel dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri visible(Gandjar dan Rohman, 2012).

b. HPLC
HPLC adalah instrumen yang menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan)
dengan fase gerak cair yang dialirkan melalui kolom (merupakan fase diam)
menuju ke detektor dengan bantuan pompa, dan sampel dimasukkan ke dalam
aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Analisis dengan HPLC atau KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) memiliki keuntungan yaitu analisis yang lebih
selektif dan waktu analisis yang lebih singkat. Kolom yang dapat digunakan
dalam analisis senyawa aktif pada obat tradisional adalah E-C18 pada suhu 40 C.
Fase gerak yang digunakan adalah asetonitril: asam asetat 2% (55:45), laju alir 0,5
mL/menit. Kondisi tersebut diuji pada sampel jamu gendong

3. Sebutkan dan jelaskan kekurangan metode KLT-densitometri untuk analisis senyawa


aktif pada obat tradisional
● Memiliki kemungkinan perbedaan intensitas noda dan Rf karena kandungan
kimia dalam ekstrak hasil maserasi kemungkinan memiliki konsentrasi yang lebih
kecil sehingga tidak dapat terdeteksi (Lestari, 2021).
J. LEMBAR KONTRIBUSI
Sampel yang digunakan yaitu Jamu Kunyit Asam yang diproduksi PT Sido Muncul dengan kandungan

ekstrak rimpang kunyit, ekstrak Asam Jawa dan asam sitrat untuk melancarkan haid.

Hasil uji organoleptis

sampel berwarna kuning yang berasal dari kurkumin yang dikandungnya (Malahayat et.al., 2021).

Rasa sampel manis, sedikit asam dan rasa khas kunyit. Rasa khas kunyit berasal dari komposisi kunyit

yang lebih tinggi dibandingkan bahan lain serta didalam kunyit terkandung beberapa zat seperti minyak

atsiri, lemak, protein, karbohidrat, pati, serta vitamin C (Nugroho, 1998). Rasa masam berasal dari

kandungan asam jawa seperti asam tartat dan asam sitrat (Rukman, 2005)

Anda mungkin juga menyukai