1. I Made Sumiartha
2. Meilani Ratna Mayasari
3. Kurnia Hariani
4. Baiq Yayang Solihah
5. Dedi Sukawan
6. Nazamudin
JURUSAN KEPERAATAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya
makalah tentang asuhan keperawatan gangguan hubungan sosial ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Harapan kami atas selesainya makalah ini adalah agar masyarakat
mendapat pengetahuan baru dan informasi yang lebih luas khususnya tentang asuhan
keperawatan gangguan hubungan sosial.
Kami menyadari walaupun sudah berusaha semampu kami dalam menyusun makalah
ini masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan mamupun dalam
penyusunan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai
yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang
menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan
pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan.
Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan
dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam
keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi.
Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga
perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang
dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Contohnya:
Nightingale dalam mendefinisikan Modern Nursing.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori
pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995)
dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat
di uji secara empiris. Contohnya yaitu Teori Roy (manusia sebagai sistem yang
adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode.
The Roys Adaptation Model, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial dalam
model adaptasi keperawatan yaitu: Manusia, lingkungan, Kesehatan dan
Keperawatan. (Roys menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi terhadap
berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping merupakan proses
penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub system kognator dan sub
system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan menghasilkan respon adaptive atau
maladaptive. Secara spesifik Roys menyebutkan dengan istilah Manusia sebagai
system Adaptive. Asuhan keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode
Prosses Keperawatan merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari. Makalah ini
akan menjelaskan Aplikasi The Roys Adaptation Model dalam pelayanan asuhan
keperawatan dengan metode Proses Keperawatan.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah model konsep keperawatan menurut Roy ?
2) Bagaimanakah aplikasi teori Roy dalam penerapan proses keperawatan ?
3) Bagaimanakah penerapan teori Roy pada pelayanan Asuhan Keperawatan ?
3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1) Memahami secara mendalam tinjauan teoritis model konsep keperawatan
menurut Roy ( The Roys Adaptation Model)
2) Mamahami Aplikasi Teori Roy dalam penerapan Proses Keperawatan.
3) Mengidentifikasi penerapan teori Roys pada pelayanan Asuhan Keperawatan.
4) Menyusun rencana perawatan teori Roy.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TINJAUAN TEORITIS THE ROY ADAPTATION MODEL
Sistem adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan
keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari
beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-
bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control,
serta proses feedback.
a. Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk,
dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari
suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi
yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh
manusia.
b. Mekanisme Koping.
c. Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah
respon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat
menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau
meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu
integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi
Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh
subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua
diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim
adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi
(Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
4) Perubahan Interdependensi
2. Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor)
lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan diluar (external)
manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal adalah keadaan proses
mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian
dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang
diterima individu sebagai ancaman(dikutip oleh Nursalam;2003).
3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3
(tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi
seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus
merupakan masukan (Input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut
stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus
fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
a. Stimulus Fokal
Yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya
infeksi
b. Stimulus Kontektual.
Yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti
keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya
penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
c. Stimulus Residual
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan
pada kondisi baik. Dalam model adaptasi keperawatan konsep sehat dihubungkan
dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang
tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.
Mengurangi dan tidak menggunakan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan
dan mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi yang dihubungkan
dengan konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalam
model adaptasi keperawatan didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem
yang dapat menyesuaikan diri . Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping
terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi
holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan
integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua
bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan-
perubahan itu adalah stressor-strassor atau stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-
faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang
biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang
merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif . Produk adaptasi adalah hasil
dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan
tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan
dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi
adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat
yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah
suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi
yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistim adaptasi.
5. Keperawatan.
Hospitalisasi adalah masuknya seorang penderita ke dalam Rumah Sakit atau masa
selama di Rumah Sakit itu (Dorland, 1996). Hospitalisasi merupakan pengalaman yang
mengancam bagi setiap orang.Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor baik
terhadap anak itu sendiri maupun terhadap keluarga.Stres pada anak disebabkan karena
mereka tidak mengerti mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka.Lingkungan
yang asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan
pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Stres akibat Hospitalisasi akan
menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada anak maupun pada keluarga, hal ini akan
memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping dalam menangani stress. Jika anak
tidak mampu menangani stress dapat berkembang menjadi krisis.
a. Lingkungan
Saat dirawat di Rumah Sakit klien akan mengalami lingkungan yang baru bagi dirinya
dan hal ini akan mengakibatkan stress pada anak.
Klien yang dirawat di Rumah Sakit akan merasa sendiri dan kesepian, jauh dari
keluarga dan suasana rumah yang akrab dan harmonis.
c. Kurang Informasi
Anak akan merasa takut karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh perawat
atau dokter. Anak tidak tahu tentang penyakitnya dan kuatir akan akibat yang
mungkin timbul karena penyakitnya.
d. Masalah Pengobatan
Anak takut akan prosedur pengobatan yang akan dilakukan, karena anak merasa
bahwa pengobatan yang akan diberikan itu akan menyakitkan.
Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan mampu
memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat mengurangi stress akibat hospitalisasi dan
dapat meningkatkan perkembangan anak kearah yang normal.(Whaley & Wongs, 1999).
2. Faktor resiko yang meningkatkan anak lekas tersinggung pada stress hospitalisasi
4. Reaksi keluarga terhadapa anak yang sakit dan di rawat di Rumah sakit
Seriusnya penyakit baik akut atau kronis mempengaruhi tiap anggota dalam keluarga :
a. Reaksi orang tua
Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat dirumah
sakit. Kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang prosedur
dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak. Orang tua
bereaksi dengan tidak percaya terutama jika penyakit ananknya secara tiba-tiba
dan serius. Setelah menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena tidak mampu
merawat anak sehingga anak menjadi sakit
b. Reaksi Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah
marah, cemburu, benci dan bersalah.Orang tua seringkali mencurahkan
perhatiannya lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak
yang sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat
dan anak merasa ditolak.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengkajian Perilaku
a. Pengakajian Fisiologis.
4) Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
d. Pengkajian Interdpendensi.
2. Pengkajian Stimulus.
c. Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.
3. Diagnosa Keperawatan.
a. Metode Pertama
b. Metode Kedua
c. Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh
nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam.
Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan
diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan
keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.
4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat
merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan
masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang
diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan
individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan
lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan
kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator
dan kognator.
5. Rencana Tindakan
Kriteria:
Kriteria :
Kriteria :
Kriteria :
Kriteria :
Kriteria :
1) Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.
7) Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
8) Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.
e. Evaluasi :
Selama lebih dari 30 tahun Model Adaptasi Roy telah digunakan untuk memahami
dan menuntun praktik keperawatan dalam perawatan pasien. Para perawat menggunakan
model ini sebagai framework untuk mengkonseptualisasi dan merencanakan intervensi
keperawatan pada pasien atau menggunakan model ini untuk menciptakan intervensi untuk
pemisahan populasi klinik.
Peran perawat yang diharapkan berdasarkan teori Roy. Perawat harus mampu
meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil
tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan
melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu
bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan
regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan
untuk membantu pasien agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga
integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat
mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami
kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk
menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap
perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah
keadaan yang mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka
pasien dapat bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out
come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh
penulisnya sebagai konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat
dalam mekanisme luar yang beraturan roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang
berasal dari system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan
penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem
adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan
suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara
sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan
antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun
eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan
selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni
merawat
B. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep
dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan
model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan
dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada
situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli
fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada
pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien
mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang
lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui
tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami
kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk
menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan
yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang
mudah untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat
bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth
Edition. USA : Appleton & Lange.
2. Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia:
Lippincott: Raven Publisher.
3. Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London,
William Heinemann Medical Book.
4. Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby :
Elsevier.
5. Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. Ed.
USA : Mosby Inc.