BAB I
PENDAHULUAN
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima
Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan
Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika
dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi
yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu : focal stimuli, kontekstual stimuli dan residual stimuli.
1
2
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan
Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun
1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum
sarjana muda keperawatan di Mount Saint Marys College. Sejak saat itu lebih dari
1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi,
menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi
keperawatan.
Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah
dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan
uraian yang baru dari Roy Adaption Model (RAM) yang diterbitkan di buku The
Roy Adaptation Model merupakan ungkapan yang pasti.
3
Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima
hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing
Standars. Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari
Humane Letters oleh Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan
dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi
buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa wanita itu ?
kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American Academy of
Nurshing.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
5
2.1.3 Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping,
dimana tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Sundeen; 1995). Manusia sebagai
suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melalui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus
yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan integritas dalam
batasan yang sesuai dengan tujuan human system.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi
yang sesuai dengan tujuan human system.
Dua Mekanisme Koping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistem
Regulator dan Susbsistie Kognator. Regulator dan Kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau
cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Fisiologis, Konsep Diri, Fungsi Peran, dan
Interdependensi.
Dapat dijelaskan bahwa semua input stimulus yang masuk diproses oleh
subsistem Regulator dan Kognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua
diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistem
adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk
mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar
adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid,
bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan nor epinefrin), sirkulasi dan
oksigen.
b. Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi,
perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi
pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
c. Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
d. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing
komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah.
8
2.1.4 Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistem adaptive
adalah respon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive
(tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu
mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon
maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-
respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia
sebagai suatu sistem.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau
tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien
masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan
adaptasi (Nursalam; 2003).
2.1.4.1 Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau
keutuhan manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan
9
Stimuli Respons :
internal dan
external Mekanisme Fs. Fisiologi
Tkt. Adaptasi koping Konsep Diri Adaptif
Fokal
Regulator Fs. Peran Maladaptif
Kontextual
Residual Kognator Interdependen
Umpan Balik
11
2.1.5 Keperawatan.
Roy menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek
. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi,mengklarifikasi dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan (1983). Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan
pada orang-orang (1983).
Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan
praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok
dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang
berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan
manusia yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban
terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi.
Ketika stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping
mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi
koping yang tidak efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak
harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas
tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy menyetujui
pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk
mempertahankan keadaan yang baik dan tingkat fungsi yang tinggi .
Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan . Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia
dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara
12
menyesuaikan diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan
interdependensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian
yang bermanfaat.
Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam
suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut
tidak ada dalam area , manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau
respon efektif. Adaptasi tidak memerlukan energi dari upaya koping yang
tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang
lain . Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan . Jadi , peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep
ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas
keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi
pengkajian,diagnosa keperawatan, intervensi,dan evaluasi.
Adaptasi model keperawatan ditetapkan data apa yang
dikumpulkan,bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan utama,
pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas
proses keperawatan. Unit- unit analisis dari pengkajian keperawatan
adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian . Tingkat
pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat
cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil observasi
penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut
perawat membuat alasan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah
mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat
pertama.
13
Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi
manusia dan subsistem regulator dan kognator digunakan untuk mempertahankan
adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam
area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi dan energi dibebaskan untuk
berespon terhadap stimulus lain.
Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan
mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan
meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar dari model adaptasi
keperawatan digambarkan berikut ini:
Keperawatan
Lingkungan
1. Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian
pengkajian perawat yaitu;
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki
kondidi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat
dan tidur.
e. Intergritas kulit: menggambarkan pola fisiologis kulit.
f. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan
dengan panca indra.
g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan
dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan
dan intelektual.
16
4. Pengkajian Interdependensi.
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau mengidentifikasi
pola nilai manusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi
melalui hubungan interpersonal terhadap individu maupun kelompok.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan
pendekatan sistimatis dan holistic.
Pengkajian itu diklarifikasikan, difokuskan oleh perawat atau Team
keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Secara ideal keseluruhan data pasien tersebut saling berhubungan
dan pengkajian keperawatan dicatat dalam format empat model adaptive
keperawatan. Dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi tim asuhan
keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan keahlian dalam praktek
keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan
membandingkan kriteria evaluasi spesific respon perilaku manusia bahwa
adaptive atau inefefektive (maladaptive).
17
2) Metode Kedua
19
3) Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada saat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah
atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini
disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran
berkaitan dengan keterbatasan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksanakan perannya.
KONSEP DIRI
keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan
kognator.
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna
bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikatif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif
dari klein.
2.3.6 Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi
perilaku. Tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang
dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki
tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn.T Usia 47 tahun masuk perawatan tanggal 10 Oktober 2016 dirawat sudah 3
hari, memiliki riwayat menderita Diabetes Mellitus selama 10 tahun terakhir.
TTV Suhu 38C, Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 84 x/menit, dan respirasi 20
x/ mnt,. Hasil lab. terbaru Hb 10 gr/dl, leukosit 19 ribu/Ul, hematokrit 29% dan
trombosit 150.000/ul, Gula darah sewaktu 500 gr/dl, terdapat Ulcus Diabetic di
kaki kiri dan harus menjalani amputasi.
DATA DEMOGRAFI
Nama Tn.T
Usia 47 Tahun
JenisKelamin Laki-laki
NomorIP xxx
Pendidikan Sarjana
Pekerjaan Petugas Bank
StatusPernikahan Menikah
Agama Hindu
Informan Pasien dan istri
Tanggal masuk 10/10/2016
FISIOLOGIS-FISIK
Oxygenasi
24
25
Nutrisi
Eliminasi:
Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada nyeri selama mikturasi dan defekasi.
Pola kandung kemih normal. menggunakan urinal untuk mikturasi.
Feces keras dan ada keluhan konstipasi.
Istirahat cukup.
Pola tidur terganggu pada malam hari karena lingkungan yang tidak familiar.
Tidak melakukan cara relaxasi yang aneh.
Menyukai film dan membaca.
Berjalan dari rumah ke kantor pada pagi dan malam hari.
Sekarang, aktivitas berkurang karena luka yag diamputasi. Mobilitas berkurang.
Berjalan dengan tongkat (crutches).
Nyeri dari sendi ada. Tidak ada paralisis.
ROM terbatas pada kaki kiri karena luka.
Tidak ada kontraktur. Tidak ada bengkak pada persendian.
Pasien membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas.
Proteksi:
Semua denyut perifer ada dengan jumlah, irama, dan kedalaman normal sekitar
kaki kanan.
Indera:
Tidak ada sensasi nyeri dari lokasi luka. Secara relatif, pengurangan sensasi
sentuhan dan nyeri pada periferi bawah; dikarenakan neuropati. Menggunakan
kacamata untuk membaca. Indra penglihatan dan pendengaran normal.
Minum sekitar 2000 ml air. Intake out put seimbang. Nilai Serum electrolyte
dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda asidosis atau alkalosis. Glukosa
darah sewaktu 500.
Fungsi neurologis:
Fungsi Endokrin
Menggunakan insulin. Tidak ada tanda dan gejala kelainan endokrin, kecuali
peningkatan kadar gula darah. Tidak ada pembesaran kelenjar.
KONSEP DIRI
Physical self:
Personal self:
Kepercayaan diri terganggu karena beban finansial dan perawatan rumah sakit.
Percaya pada Tuhan dan melakukan budaya Hindu.
27
FUNGSI PERAN
INTERDEPENDENSI
Memiliki hubungan baik dengan tetangga. Interaksi yang baik dengan teman.
Tetapi beliau percaya tidak ada yang dapat membantunya sekarang. Beliau
mengatakan semua juga dalam batasan finansial.
STIMULUS FOKAL
Luka yang tidak sembuh setelah amputasi pada ibu jari dan telunjuk jari kaki
kiri- 4 minggu. Satu luka pertama ditemukan antara ibu jari dan telunjuk kaki- 4
bulan yang lalu. Lukanya tidak sembuh dan perlahan bertambah besar dan
bernanah disekitar area luka
Pertama kali berkonsultasi pada Rumah Sakit Daerah. kemudian dirujuk ke
rumah sakit Pusat; dimana beliau dirawat selama 1 bulan. Selama perawatan di
rumah sakit, ibu jari dan telunjuk kaki diamputasi. Tetapi luka pembedahan
berubah menjadi tidak bisa sembuh dengan nanah dan warna hitam. Jadi dokter
menyarankan untuk amputasi di bawah lutut. Beliau menjalani operasi 3 minggu
sebelumnya.
STIMULUS KONTEKSTUAL
STIMULUS RESIDUAL
KESIMPULAN
Tn.T yang menderita DM selama 10 tahun. Ulkus Diabetic pada kaki kiri dan
amputasi baru-baru ini membuat hidupnya lebih stress. Pelayanan keperawatan pasien
28
ini berdasarkan pada Roy's adaptation model yang digunakan memberikan perubahan
dramatis terhadap kondisinya. Luka mulai sembuh dan berencana untuk dapat pulang
pada 4 hari yang akan datang. Beliau belajar menggunakan crutches dan bergerak
paling sedikit dua kali sehari. Kekhawatiran pasien berkurang banyak dengan
penjelasan yang sesuai dan meyakinkan. Beliau mendapat pengetahuan pada beberapa
aspek ulkus diabetic dikaki untuk melakukan perawatan diri di masa mendatang.
29
proses penyembuhan.
Aktivitas yang Focal stimuli: 2. Gangguan Long term Objective: - Assess tingkatan Short term goal:
terganggu dalam Selama perawatan mobilitas fisik Pasien akan mendapat keterbatasan pergerakan Tercapai:crutches
mode fisik- di RS ibu jari dan berhubungan mobilitas maksimal - Sediakan latihan aktif digunakan dg benar
psikologis telunjuk kaki dengan amputasi yang memungkinkan dan pasif kepada semua pada 22/11/16.
diamputasi, tetapi kaki kiri dan selama 6 bulan. ekstrimitas untuk Dia termotivasi
lukanya menjadi keberadaan luka meningkatkan tonus otot sendiri untuk
tidak sembuh yang belum dan kekuatannya. melakukan latihann
dengan nanah dan sembuh. Short term objective: - Buat pasien untuk lebih banyak
warna hitam. i. Perbaiki penggunaan mengerjakan latihan
crutches sampai pada ROM pada ektrimitas
tgl 22/11/16 bagian bawah yang akan Tercapai sebagian :
ii. Berjalan menguatkan otot. mampu berjalan
menggunakan bantuan - Pijat ekstrimitas atas dengan bantuan
minimal-22/11/16 dan bawah yang minimal.
membantu meningkatkan
iii. Pasien akan sirkulasi. Long term goal:
termotivasi sendiri - Sediakan artikel dekat Tidak Tercapai :
dalam aktivitas- dengan pasien untuk mobititas fisik tidak
20/11/16. memberikan semangat tercapai secara
untuk melakukan maksimal
aktivitas dalam batas
yang membantu Lanjutkan rencana.
memberikan perasaan Kaji kembali tujuan
lebih baik. dan intervensi
- Berikan bantuan
positif bahkan untuk
kemajuan kecil untuk
meningkatkan frekuensi
dari aktivitas yang
diinginkan.
31
- Tindakan untuk
pengurangan rasa sakit
harus diberikan sebelum
aktivitas dimulai karena
rasa sakit dapat
menghalangi aktivitas
tersebut.
Perubahan diri Contextual 3. Cemas Long term Objective: - Izinkan dan Short term goal:
secara fisik stimuli: berhubungan Klien bebas dari cemas semangati klien dan Tercapai:
dalam Self- Kasus yang dengan perawatan keluarga untuk bertanya. Menunjukkan cara
concept mode diketahui DM di RS dan hasil Short term objective: Tunjukkan perhatian menghadapi masalah
selama 10 tahun yang belum i. menunjukkan cara- yang sama yang effective dalam
(Pasien cemas terakhir dan dalam diketahui dari cara menghadapinya treatmen
akan perubahan treatmen insulin penyakitnya dan dengan efektif dalam - Izinkan klien dan Dapat beristirahat
fisik yang terjadi) selama 8 tahun. hambatan treatmen keluarga mengutarakan dengan tenang.
finansial. ii. Dapat beristirahat kecemasannya
Residual stimuli: iii. Bertanya lebih - Tekankan bahwa Long term goal:
tidak ada sedikit assessment adalah hal Tidak tercapai: klien
pengetahuan rutin dan jangan tidak sepenuhnya
khusus mengenai memberitahu kondisi bebas dr kecemasan
masalah kesehatan yang memburuk jika karena masalah
tidak diperlukan. finansial- Lanjutkan
- Ulangi informasi jika rencana Tinjau ulang
perlu dikarenakan tujuan dan intervensi
berkurangnya perhatian
pasien dan keluarga
- Sediakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
untuk klien dan keluarga
32
Contextual 4.Kurang Long term Objective: - Menjelaskan tindakan Short term goal:
stimuli: pengetahuan Pasien akan mendapat treatmen kepada pasien Tercapai: Verbalisasi
Perubahan pada Kasus yang mengenai pengetahuan yang dan keuntungannya dan demonstrasi foot
Role performance diketahui DM perawatan kaki, cukup dengan bahasa yang care.
mode. (Beliauselama 10 tahun perawatan luka, mengenaiperawatan sederhana dan dapat Dengan ketat
adalah tulangterakhir dan dalam diet diabetic, dan kaki, perawatan luka, dimengerti.-- - Jelaskan mengikuti rencana
punggung treatmen insulin kebutuhan akan diet diabetic, dan mengenaiperawatan diet diabetic
keluarga. selama 8 tahun. perawatan kebutuhan akan dirumah. Masukkan
Perubahan selanjutnya perawatan lanjutan dan poin-poin mengenai Tidak Tercapai:
perannya tidak Residual stimuli: latihan dalam aktifitas perawatan luka, nutrisi, Demonstrasi
terkompensasi) tidak ada sehari-hari. aktifitas dll perawatan luka
pengetahuan
khusus mengenai - Hilangkan keraguan Long term goal:
masalah kesehatan Short term objective: pada pasien karena Tidak tercapai: Tidak
i. Verbalisasi dan pasien mungkin memiliki sepenuhnya
demonstrasi foot care. suatu masalah yang memahami dan
ii. Secara ketat penting mengerjakan
mengikuti diabetic diet pengetahuan yang
plan - Ulangi informasi jika didapatkan. Lanjutkan
iii. Demonstrasi diperlukan untuk rencana Tinjau ulang
wound care. membantu pembelajaran. tujuan dan intervensi
33
BAB IV
KEKUATAN DAN KELEMAHAN
Model Adaptasi Roy
4.1 Kekuatan
Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada
individu, yang dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan individu
mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan effektor
sebagai upaya individu mengatasi stressor dan terakhir timbulnya respon prilaku
individu terhadap stressor yang dihadapinya.
4.2 Kelemahan
33
34
Overlaping yang terjadi pada psikososial adaptif mode yaitu pada konsep diri, fungsi
peran dan interdependen. Konsep diri terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah
fungsi peran. Bagaimana perawat dapat membedakan antara konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi.
sulit diaplikasikan pada pasien umur < 12 tahun terutama untuk pengkajian konsep
diri, fungsi peran danInterdepandensi.
Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi penilaian tersebut, salah satunya adalah sistem nilai yang dianut
perawat.
Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku caring perawat ketika melakukan asuhan
keperawatan. Pada prinsipnya pemecahan masalah pasien sangat penting dalam
keperawatan, tetapi prilaku caring juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak mempunyai
prilaku caring akan menjadi stressor baru bagi pasiennya.
35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari aplikasi kasus Diabetes Mellitus yang mengalami amputasi kaki kiri pada
pasien Tn T, dirasakan sesuai dalam penggunaan teori Model Adaptasi Roy mengingat
dalam kasus ini Tn T yang kehilangan kaki kirinya dan saat ini dia harus mampu
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan dirinya, mampu berjalan dan
mobilisasi dengan menggunakan crutches.
Dalam kasus ini penulis mengaplikasikan teori Model Adaptasi Roy dalam
melakukan asuhan keperawatan terhadap Tn. T ,mulai dari tahap pengkajian, perumusan
diagnose keperawatan, menyusun rencana intervensi sampai evaluasi.
Tahap pertama penulis melakukan pengkajian terhadap Physiologic Mode yang meliputi
Oksigenasi, Nutrisi, Eliminasi, Aktivitas dan istirahat, Proteksi,Indera, Cairan dan
elektrolit, fungsi neurologi, dan fungsi endokrin. Pengkajian kemudian dilakukan terhadap
Self Concept Mode atau Konsep Diri, Fungsi Peran dan Interdependensi. Pada tahap kedua
pengkajian dilakukan terhadap Focal Stimulus, Contextual Stimulus dan Recidual
Stimulus.
Dalam tahap pengkajian dari Model Adaptasi Roy perawat harus mampu melakukan
pengkajian dengan lengkap mulai dari pengkajian terhadap prilaku pasien, dalam tahap ini
perawat harus mampu mengkaji tingkat adaptasi dan koping mekanisme dari pasien dan
mampu menganalisa stimulus yang diterima pasien baik stimulus yang berasal dari dalam
maupun dari luar dan sejauh mana perubahan lingkungan yang diterima pasien dapat
mempengaruhi empat fungsi pada dirinya, diantaranya fungsi fisik, konsep diri pasien,
fungsi peran dan interdependensi dari pasien. Kemampuan seorang perawat dalam
menganalisa hal-hal tersebut akan memudahkannya dalam proses asuhan keperawatan
yang diberikannya kepada pasien tersebut. Dari mana seorang perawat hendak memulai
peranannya untuk membantu pasien tersebut supaya mudah dan mampu mengoptimalkan
35
36
mekanisme koping pasien yang adaptif dalam menerima perubahan pada dirinya yang
ditimbulkan dari berbagai stimulus untuk segera mampu beradaptasi, karena pada dasarnya
seorang individu adalah system yang adaptif.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerapuhan kulit karena ketidak cukupan
aliran vaskuler
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan amputasi kaki kiri dan adanya luka yang
belum sembuh
3. Cemas berhubungan dengan perawatan di RS dan hasil yang belum diketahui dari
penyakitnya dan hambatan financial
4. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan kaki, perawatan luka, diet diabetic dan
perawatan selanjutnya.
Dalam tujuan penulis membagi menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang untuk keempat giagnosa keperawatan tersebut.
Dari keempat diagnose keperawatan dan tujuan yang di susun, dalam evaluasi
perawat mendapatkan beberapa tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang tercapai,
tapi ada juga yang belum tercapai diantaranya : Dalam tujuan jangka panjang,
penyembuhan luka pada area amputasi belum sepenuhnya sembuh dan pasien belum
mampu merawat luka secara mandiri, dan diagnose cemas juga belum sepenuhnya pasien
terbebas dari cemas karena masalah financial. Sehingga dalam evaluasi perawat harus
mengkaji ulang tujuan dan rencana intervensi, supaya semua diagnose keperawatan yang
terjadi pada Tn. T dapat teratasi seluruhnya, seperti pada gangguan mobilitas fisik, saat ini
pasien telah mampu berjalan menggunakan crutches dengan bantuan yang sangat minimal,
artinya pasien mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Dalam mengaplikasikan teori Model Adaptasi Roy, seorang perawat berarti
memberikan asuhan keperawatan yang holistic, mulai dari fisik, psikologis, dan sosia dari
pasien.
37
5.2 Saran
Model Adaptasi Roy sebagai landasan dasar dalam praktik pelayanan keperawatan
dan dijadikan dalam penentuan kurikulum pendidikan keperawatan, agar jenjang
pendidikan dan skill yang dimiliki oleh peserta didik bisa berbanding lurus dan
seimbang sesuai dengan bodyknowlage.
38
DAFTAR PUSTAKA
George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth Edition. USA :
Appleton & Lange.
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raver
Publisher
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba
Medika
Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William
Heinemann Medical Books
Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application. Mosby : Elsevier.
Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6 Ed. USA :
Mosby Inc.