Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya laju urbanisasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini menyebabkan
banyak masalah kesehatan di negara ini. Udara kota banyak dipenuhi asap kendaraan
bermotor, pemukiman kumuh yang tidak sehat, serta minimnya sanitasi dan ketersediaan air
bersih. Urbanisasi menjadi fenomena yang mengglobal. Bukan saja terjadi di negara
berkembang seperti Indonesia, perpindahan warga dari desa ke kota sudah biasa terjadi di
negara-negara maju sekalipun.
Pada 2009 tercatat lebih dari 43 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan.
Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah hingga lebih dari 60 persen pada tahun 2016."
kata Direktur Kesehatan Komunitas, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Bambang
Sardjono dalam jumpa pers jelang peringatan Hari Kesehatan seDunia ke-62, di Jakarta,
Senin (5/4).Menurut Bambang, dampaknya pemerintah kota menghadapi tantangan besar.
Akan tetapi keberhasilannya pun sangat berarti bagi kelangsungan bangsa Indonesia,
pertumbuhan ekonomi serta pengurangan kemiskinan.
Di Indonesia, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan
mencapai 68 persen pada 2025. Proyeksi itu mengacu kepada perbedaan laju pertumbuhan
penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (urban rural growth difference/URGD).
Dalam data itu terlihat, provinsi di Pulau Jawa dan Bali, tingkat urbanisasinya lebih tinggi
dariIndonesia secara total. Bahkan, tingkat urbanisasi di empat provinsi di Jawa pada 2025
sudah di atas delapan puluh persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan
Banten.
Secara teori, urbanisasi memang merupakan isu yang multisektor dan kompleks. Dari
aspek demografi, urbanisasi merupakan suatu proses adanya perubahan persebaran penduduk
di suatu wilayah. Hal ini menimbulkan dampak adanya kepadatan penduduk, yang
berimplikasi kepada masalah-masalah kesehatan. Secara ekonomi, urbanisasi terlihat dari
adanya perubahan struktural dalam sektor mata pencaharian. Dalam pengertian sosiologi,
terlihat adanya perubahan sikap hidup dari perdesaan menuju sikap hidup orang kota.

1
Dampak urbanisasi yang biasanya menjadi perhatian adalah masalah kemiskinan kota.
Potret ini umumnya terekam melalui wajah perkotaan, dengan sudut-sudut pemukiman
kumuh. Hal ini, dikarenakan sebagian besar kaum urban adalah tenaga tak terdidik yang
biasanya menjadi buruh kasar dan memperoleh penghasilan minim. Akibatnya, mereka hanya
mampu tinggal di kawasan kumuh dengan segala permasalahannya.
Dampak yang terkait kesehatan adalah masalah air bersih dan sanitasi. Berdasarkan
laporan UNESCAP, ternyata dua dari tiap lima penduduk kota tinggal di kawasan kumuh
atau sekitar empat puluh persen warga di tiap kota.Indonesia bersama Cina dan Filipina
adalah tiga negara yang mengalami penurunan secara signifikan, tingkat ketersediaan air
bersih bagi warga kota. Dan jelas, yang paling merasakan dampak ini adalah kaum miskin
kota.
Akhirnya urbanisasi adalah masalah bersama. Beberapa dampak positif, khususnya dalam
konteks ekonomi dapat terus dioptimalisasikan. Namun, dampak-dampak negatif yang
muncul mestinya menjadi perhatian serius. Bukan saja menjadi tanggung jawab kementerian
terkait di tingkat pusat, tetapi juga memerlukan dukungan dan kapasitas pemerintahan di
daerah. Apalagi, jika menyangkut masalah kaum miskin kota. Pemerintah daerah dituntut
untuk lebih responsif dalam menangani masalah ini tanpa diskriminasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat urban.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian masyarakat urban.
1.2.2.2 Mengetahui dampak dari masyarakat urban.
1.2.2.3 Mengetahui konsep komunitas.
1.2.2.4 Mengetahui proses asuhan keperawatan komunitas pada masyarakat urban.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Perawatan Kesehatan Komunitas


Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan
khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan
erorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh
karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga,
kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk,
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan
pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh
terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang
melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan
asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980)
didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan
dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar
mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2. Meerupakan bidang khusus keperawatan
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat)

3
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik
yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingfkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat
7. Bekerja secara team (bekerjasama)
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas
adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua
orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini
komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung
maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan
komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:

4
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh
semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus
ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan
kesehatan mereka sendiri.
2.2 Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
2.2.2 Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
msyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan

5
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkann
angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah
kesehatan.
2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris endiri oleh
suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

6
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
petumbuhannya, seperti:
a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan
serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin
lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu
kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan
muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian,
politik maupun kesehatan khususnya.

7
2.4 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan
kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah
upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.
2.4.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
2.4.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
2.4.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui

8
kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah
sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
2.4.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah
tulang mapun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
2.4.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat
untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan
tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jeals
dan dapat dimengerti.
2.5 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang
luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat,
tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

9
1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus
baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di
Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut
6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.6 Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan
adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam
proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan
upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat
melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya
dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat
keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga
berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak
lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah

10
pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei
mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang
keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
2.7.1 Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji
masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi,
studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya.
Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri
dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah
lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan;
pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam
langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam
suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang
kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya
dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah
tersebut terdiri dari:

11
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya.
Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu
ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara
keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu
tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber
daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul,
1995).
2.7.2 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan

12
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.7.3 Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil
stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
2.7.4 Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang
perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan

13
dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan
lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat
mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah
pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 KONSEP URBAN
3.1.1 Definisi
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
Jadi Masyarakat urban adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.
3.1.2 Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas
3.1.3 Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
3.1.4 Dampak Dari Urbanisasi
Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap
kesehatan, lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan

15
sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota antara lain:
1. Kesehatan
Masih tingginya penyakit menular seperti Malaria, Diare, Demam Berdarah diiringi
meningkatnya penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, stroke dan
diabetes, dan diikuti munculnya New Emerging Infectious Diseases, seperti Flu
Burung dan juga pada masalah air bersih dan sanitasi lingkungan.
2. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya
dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui.
ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan
tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau
(RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan
telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan,
dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan
untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang.
Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan
lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin
minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
3. Menambah polusi di daerah perkotaan.
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan
maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.
Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota
yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pencemaran seperti polusi
udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.
4. Penyebab bencana alam
Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan
lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS)
untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang
mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya
bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir.
Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.

16
5. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi
Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah
apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota.
Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki
keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh
pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam,
pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang sejenis.
Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya,
tunawisma, dan tunasusila.
6.Penyebab kemacetan lalu lintas
Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi
arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat
tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan,
sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit
para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas
jalan di kota.
7. Merusak tata kota
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya
urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-
gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada,
misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai
tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor
dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.
3.2 Pengkajian
1. Inti komunitas
a. sejarah perkembangan komunitas
b. data demografi Umur, jenis kelamin, suku bangsa, tipe keluarga, dan status perkawinan.
c. vital statistic angka kelahiran, angka kematian, dan penyebab kematian.
d. nilai dan keyakinan

17
2. Sub-sistem komunitas
a. Lingkungan fisik dan lingkungan perumahan
Tinggal di pinggiran sungai, kolong jembatan, di pinggir jalan, dan di pinggir-pinggir
pertokoan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial.
c. Ekonomi Karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat urban maka pekerjaan yang
sering dikerjakan seperti pedagang kaki lima, tukang becak, pemulung, pengamen,
pengemis, penjual Koran eceran, dan WTS.
d. Keamanan dan tranportasi Kurangnya air bersih karena tempat tinggal yang tidak sehat.
e. Politik dan pemerintahan
f. Komunikasi
g. Pendidikan Karena ketidaktahuan, kemauan, dan mampuan masyarakat urban cenderung
tingkat pendidikannya rendah.
h. Rekreasi
3. Persepsi.
Hidup di kota lebih menjanjikan dalam segi ekonomi dari pada hidup di desa.
3.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin biasa muncul
Pada ibu hamil beresiko
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (ANC)
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko gizi kurang pada balita
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

18
3.4 Intervensi

Diagnose Keperawatan Noc Nic


pada ibu hamil beresiko
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Hasil
00099 Ketidakefektifan Prevensi Primer Prevensi Primer
pemeliharaan 1810 Pengetahuan: kehamilan 5510 Pendidikan kesehatan
kesehatan 1823 Pengetahuan: promosi kesehatan 5520 Fasilitasi pembelajaran
(ANC) 1805 Pengetahuan: perilaku kesehatan 5604 Mengajar: kelompok
1806 Pengetahuan: sumber kesehatan 7320 Manajemen kasus
8500 Pengembangan kesehatan
komunitas
5510 Pendidikan kesehatan
8700 Pengembangan program
Prevensi Sekunder Prevensi sekunder
1603 Perilaku pencarian kesehatan 7330 Culture brokerage (strategi untuk
1607 Perilaku kesehatan prenatal menjembatani diantara budaya klien dan
1701 Kepercayaan kesehatan: merasa sistem yankes)
mampu untuk perform 5250 Dukungan pengambilan keputusan
1702 Kepercayaan kesehatan: merasa 7400 Panduan sistem kesehatan
mampu untuk mengontrol 6520 Skrining kesehatan
1703 Kepercayaan kesehatan: merasa 6610 Identifikasi risiko
mampu sebagai sumber
1704 Kepercayaan kesehatan: merasa
mampu mengatasi
2700 Kompetensi komunitas
2701 Status kesehatan komunitas
2807 Efektifitas skrining kesehatan
komunitas
2808 Efektifitas program komunitas

19
2810 Kontrol resiko kesehatan
komunitas: tradisi budaya tidak
sehat
00188 Perilaku keseh Prevensi Primer Prevensi Primer
Atan cenderung 1844 Pengetahuan; manajemen sakit akut. 5510 Pendidikankesehatan
Berisiko 1803 Pengetahuan; proses penyakit. 5520 Memfasilitasi pembelajaran
1805 Pengetahuan; perilaku sehat. 5604 Pengajaran kelompok
1823 Pengetahuan; promosi kesehatan. 5618 Pengajaran prosedur/ tindakan
1855 Pengetahuan; gaya hidup sehat. 6366 Triase; telepon
7320 Manajemen kasus
Prevensi Sekunder
1600 Kepatuhan perilaku.
1602 Perilaku promosi kesehatan.
Prevensi Sekunder
1603 Pencarian perilaku sehat
4350 Manajemen perilaku
1606 Partisipasi dalam pengambilan
4360 Modifikasi perilaku
keputusan perawatan kesehatan.
6650 Surveilance
1608 Kontrol gejala.
6550 Proteksi infeksi
1704 Health beliefs; perceived threat
7400 Panduan system kesehatan
1908 Deteksi factor resiko.
7560 Fasilitasi kunjungan rumah.
1934 Keamanan dan kesehatan serta
7620 Pengontrolan berkala
perawatan lingkungan.
7890 Transportasi; antar fasilitas kesehatan .
2606 Status kesehatan keluarga
8820 Manejemen penyakit menular
2700 Kompetensi komunitas
6489 Manajemen lingkungan; komunitas
2701 Status kesehatan komunitas
8880 Proteksi resiko lingkungan.
2806 Respon komunitas terhadap
6520 Skrining kesehatan.
disaster/KLB
2807 Efektifitas skrining kesehatan
komunitas
Prevensi Tersier;
2808 Efektifitas program komunitas
7040 Dukungan terhadap caregiver
2802 Kontrol resiko komunitas;
7140 Dukungan keluarga
Penyakit
7120 Mobilisasi keluarga
7910 Konsultasi
7920 Dokumentasi

20
Prevensi Tersier; 7980 Pencatatan insidensi kasus
2605 Partisipasi tim kesehatan dalam 8100 Rujukan
keluarga . 8180 Konsultasi telepon
2110 Penggunaan sumber yang ada di 8190 Tindak lanjut telepon
komunitas 8500 Pengembangan kesehatan masyarakat
8700 Pengembangan program
8750 Pemasaran sosial di masyarakat
00099 Ketidakefektifan Prevensi Primer 5510 Prevensi Primer
pemeliharaan 1823 Pengetahuan; promosi kesehatan 5520 Pendidikan kesehatan
kesehatan 1805 Pengetahuan; perilakusehat 5604 Memfasilitasi pembelajaran
1855 Pengetahuan; gayahidupsehat 5618 Pengajaran kelompok
Pengajaran prosedur/
Prevensi Sekunder
Tindakan
1600 Kepatuhan perilaku.
1602 Perilaku promosi kesehatan.
1603 Pencarian perilaku sehat
Prevensi Sekunder
1606 Partisipasi dalam pengambilan
4350 Manajemen perilaku
keputusan perawatan kesehatan.
4360 Modifikasi perilaku
1608 Kontrol gejala.
7320 Manajemen kasus
1902 Kontrol resiko
7400 Panduan system kesehatan
1908 Deteksi factor resiko.
7620 Pengontrolan berkala
1934 Keamanan dan kesehatan serta
7890 Transportasi; antar fasilitas kesehatan .
perawatan lingkungan.
6520 Skrining kesehatan.
2000 Kualitas hidup
2700 Kompetensi komunitas
2701 Status kesehatan komunitas
2807 Efektifitas skrining kesehatan
komunitas
2808 Efektifitas program komunitas
2802 Kontrol resiko komunitas;
Penyakit

21
Prevensi Tersier PrevensiTersier;
Penggunaan sumber yang ada di 8500 Pengembangan kesehatan masyarakat
2211
komunitas 8700 Pengembangan program
08 8750 Pemasaran sosial di masyarakat

22
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-
kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan
keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap
keluarga, kelompok dan masyarakat. Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat
meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Masyarakat urban adalah massa yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Pada asuhan keperawatan komunitas
masyarakat urban, dilakukan pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi hasil yang telah tercapai dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan.
4.2 Saran
1. Kerjasama antara petugas kesehatan dan masyarakat harus dijalin dengan kuat sehingga
masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat segera teratasi.
2. Bagi masyarakat yang ingin melakukan urbanisasi hendaknya memikirkan bagaimana
kelangsungan hidup di kota. Karena kota besar di Indonesia sudah banyak pengangguran,
sehingga banyak masyarakat yang terlantar yang tinggal di tempat-tempat kumuh.

23
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
2. Bataviase.co.id. Urbanisasi Meningkat, Problem Kesehatan Bertambah. 06 Apr 2010.
Hidayati, Nurul. Urban poverty dan keterkaitannya dengan informal activities dalam
masyarakat urban. March 20th, 2009.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: PENGEMBANGAN KOTA SEHAT
UNTUK MENGATASI MASALAH URBANISASI
4. Opini Pikiran Rakyat, Urbanisasi dan Kemiskinan Kota, 08 April 2010.
5. Stanhope, M & Lancaster, J. (1998). Perawatan Kesehatan Masyarakat: Suatu Proses dan
Praktik untuk Peningkatan Kesehatan. Alih Bahasa YIAPKP Bandung: Pajajaran.
6. Subekti, I; Harsoyo, S. (2005). Asuhan Keperawatan Komunitas Konsep Proses dan
Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat. Malang: Buntara Media.
7. Universitas Guna Darma Blog. Urbanisasi Dan Dampak Negatif Lingkungan Kota.
Selasa, 05 Januari 2010

24

Anda mungkin juga menyukai