Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KOMUNITAS

“Pembelajaran Di Komunitas Dan Kelompok”

Dosen Pembimbing:

Mohd. Jamil., SKp.,M.Bio.Med

Kelompok 2 :

1. Liza Mulyanti 1911316002


2. Dewi Rahayu Ningsih 1911316007
3. Elvina 1911316003
4. M. Nasrul Ramadhan 1911316009
5. Raffy Edwar 1911316010
6. Tiya Putri Yuni 1911316031
7. Annisa Sholihat 1911316032
8. Hoddy Firman Putra 1911316040
9. Dara Destri Wahyu Ningsih 1911316042
10. Fadiah Rilwahyuni 1911316047
11. Rifahatul Mahmudah 1911316048
12. Artisha Rizal 1911316054
13. Silmi Destriyani 1911316058
14. Nisa Hestyarini 1911316060

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah semua kesuksesan
ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Padang , 26 Februari 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas .......................................................... 3


B. Teori Belajar Mengajar Berhubungan Dengan Promosi Kesehatan ....................... 4
C. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat ............................................................ 7
D. Media Pendidikan Kesehatan Masyarakat .............................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar di komunitas dan kelompok merupakan suatu bentuk


pembelajaran yang ditunjukkan kepada individu, keluarga dan kelompok melalui upaya
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan
pelayanan keperawatan yang berkelanjutan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif.
Dalam proses belajar mengajar di komunitas, di upayakan dekat dengan masyarakat,
sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama mampu memotivasi masyarakat di
wilayah binaannya dengan alat edukatif sederhanan yang tersedia di wilayah tersebut.
Proses belajar dan mengajar di komunitas yang di berikan oleh perawat komunitas
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, ketidakmauan masyarakat dalam mengenal
masalah kesehatan kesehatan serta dengan menggunakan potensi lingkungan berusaha
memandirikan masyarakat dan meningkatkan kesehatannya berdasarkan asas
kebersamaan dan kemandirian.
Dalam proses belajar mengajar memerlukan proses yang harus di lewati tahap demi
tahap. Dalam menunjang proses belajar mengajar harus menggunakan metode dan
media. Metode yang di gunakan seperti ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat,
demonstrasi, sedangkan media yang digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik,
papan tulis.

B. RumusanMasalah

1. Apa pengertian dari Keperawatan komunitas ?

2. Apa saja teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi kesehatan ?

3. Apa saja metode pendidikan kesehatan masyarakat ?

4. Apa saja media pendidikan kesehatan masyarakat ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Para pembaca dapat mengetahui pengertian dari keperawatan komunitas.

2. Para pembaca dapat mengetahui teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi
kesehatan.

3. Para pembaca dapat mengetahui metode pendidikan kesehatan masyarakat.

4. Para pembaca dapat mengetahui media pendidikan kesehatan masyarakat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas


Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh
organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American Nurses
Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang
bersifat episodik.
Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public Health
Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan
profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas. Dimana setiap kata memiliki ari yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau
tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam system hayati tubuh
manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam system
hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat system tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuh keperluan barang dan jasa yan penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan

3
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal.

B. Teori Belajar Mengajar Berhubungan deangan Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
pandangan, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku
tertentu, ketika menghadapi suatu keadaan. Perubahan perilaku yang terjadi disebabkan
proses belajar sehingga relative menetap (Azwar, 1983:38).
Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki pengetahuan,
pandangan, keterampilan tertentu yang diajukan dalam suatu sikap dan perilaku tertentu
yang direncanakan sebelumnya (Azwar, 1983). Seorang promoter kesehatan dalam
melakukan tugasnya penting memiliki kemampuan mengajar agar mampu mengajak
orang lain untuk berperilaku sehat.
2. Proses Belajar
a. Latihan
Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang
aktivitas tersebut. Proses ini menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan
tepat. Dalam kegiatan itu, tampak adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai
kesempurnaaan.
b. Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam
tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan
aktivitas kejiwaan sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu
yang baru, yang dulu belum ada sekarang menjadi ada, yang belum diketahui
menjadi diketahui.
3. Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan
mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi.
Teori Stimulus Respons menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan
menggabungkan tanggapan karena rangsangan diberikan berulang – ulang. Semakin
banyak stimulus yang diberikan, respons yang diperoleh juga banyak. Konsep asosiasi
dikategorikan menjadi trial and error learning, conditioning dan imitasi & identifikasi

4
a. Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respons (perilaku) yang
ditampilkan bersikap coba-coba dan akan diperbaiki jika dianggap menemui
kesalahan. Secara umum, perilaku masyarakat termasuk kategori ini (misalnya,
perilaku merokok dan perilaku penyalahgunaan obat)
b. Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu, individu akan melakukan respons
tertentu pula. Mendidik pada dasarnya memberikan stimulus tertentu yang
menimbulkan respons yang dinginkan. Agar hubungan stimulus dan respons menjadi
kuat, hal tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
c. Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain atau
pengidentifikasian terhadap orang lain (misalnya, meniru perilaku tokoh idolanya).
4. Tipe – tipe Belajar
Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam proses belajar.
a. Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
b. Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
c. Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut
budaya)
d. Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara
atau mengendalikan diri).

Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan domain
perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perubahan sebagai
hasil proses belajar merujuk pada perilaku tertentu. Untuk mengetahui terjadinya
perubahan dalam proses tersebut, harus ditentukan terlebih dahulu kriteria ketercapaian
perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses belajar menyangkut nilai dan
norma.

Seorang pendidik atau petugas kesehatan cenderung akan memengaruhi


masyarakat untuk meniru normanya jika merasa normanya lebih baik dari norma
masyarakat. Masalahnya, apakah nilai dan norma petugas dan masyarakat sama? Pada
keyataannya, nilai dan norma yang diperkenalkan petugas belum tentu sama dengan
nilai dan norma yang selama ini diyakini masyarakat. Jika norma atau nilai yang
petugas anut tetap dipaksakan untuk diterima masyarakat, akan timbul ketidakpuasan,
bahkan dapat terjadi penolakan oleh masyarakat. Dalam mengantisipasi hal tersebut,
diperlukan pendekatan yang lebih lama, seksama, cermat dan hati-hati.

5
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di masyarakat
agar dapat menentukan metode yang sesuai dan tingkat ketercapaian perubahan
perilaku yang diharapkan. Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar
(FKM-UI, 1989) , yaitu:

a. Required.
Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk dipelajari.
Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena masyarakat
tidak diberi alternative lain, disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus
menerima apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan perilaku atau
tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau kelompok individu
(misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat yang
diserang wabah)
b. Recommended.
Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari perilaku tertentu.
Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang disarankan,
masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah memberikan
informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat menilai
sendiri program yang disarankan.
c. Self-directive.
Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya masalah
kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat atau sasaran pendidikan sendiri
yang menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini
adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi,
merencanakan, dan menyusun program mereka sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk,
pengarahan, bimbingan, dan daran kepada masyarakat.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk
pengetahuan, sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
b. Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan,
kebisingan, dan kondisi tempat belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan
segala interaksi dan statusnya).

6
c. Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar
dan alat peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan
metode belajar).
d. Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek belajar yang
terdiri atas kondisi fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan
penglihatan), dan kondisi psikologis (intelegensi, pengamatan, daya tangkap,
ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya kreativitas, dan persepsi).

C. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat


Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka
promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka
memperoleh pengetahuan kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan perilaku
sehat mereka. Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh peran perawat
komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan.
Sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga
dipengaruhi oleh bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan memerhatikan
aspek waktu, kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan, ketersedian
sarana dan fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan,
besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan kemampuan
masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok masyarakat,
tingkat pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran kelompok
dan masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, diskusi
kelompok, curah pendapat (brain storning), dan demonstrasi.
1. Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi oleh perawat
komunitas kepada masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian, atau pesan kesehatan
disertai diskusi dan tnya jawab secara langsung. Tujuan penyampaian cermah adalah
menyajikan satu pandangan tentang masalah yang menarik, secara langsung dan logis,
menyajikan satu masalah untuk dibahas melalui diskusi umum sehingga merangsang
masyarakat untuk berpikir dan belajar lebih lanjut tentang suatu masalah.

7
Keuntungan penggunaan metode ceramah, yaitu dapat diterapkan pada sekelompok
besar orang dewasa, tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu, mudah
diselenggarakan, dan dapat dilakukan pada masyarakat.
Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan dan harus dapat
memanfaatkan pendengarannya dengan menilai reaksi masyarakat baik verbal maupun
non verbal. Pandangan perawat harus tertuju pada semua sasaran masyarakat dan
perawat harus menggunakan suara yang cukup jelas dan menunjukan performa yang
menyakinkan serta menguasai seluruh topik materi yang disampaikan.
2. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang. Agar
semua peserta diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk berhadapan dan
saling memandang satu sama lain, seperti saat melakukan refleksi diskusi kasus (RDK).
Melalui diskusi, diharapkan terjadi keterbukaan dan kebebasan mengeluarkan pendapat.
Dengan demikian, diperlukan peran fasilator ataupemimpin diskusi untuk mengarahkan
dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang
sama untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi diantara mereka.
Keuntungan diskusi kelompok, yaitu dapat mendorong rasa kesatuan dan
menciptakan rasa kepemimpinan bersama dengan saling memberi dan menerima
pendapat. Kerungian diskusi kelompok adalah tidak dapat digunakan pada kelompok
besar karena dianggap kurang efektif dan dapat berlarut- larut, terutama bila didominasi
oleh orang- orang tertentu saja dan pemimpin diskusi tidak dapat mengarahkan jalannya
diskusi.
3. Curah Pendapat
Curah pendapat (brain storrning) merupakan proses pemecahan masalah melalui
penyampaian usul semua kemungkinan pemecaha masalah oleh anggota, tanpa krtik
dan evaluasi atas pendapat tersebut. Curah pendapat dapat dilakukan pada saat focus
group discussion (FGD). Prinsip pelaksanaan curah pendapat sama dengan diskusi
kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk memancing satu masalah yang
menarik untuk dibahas bersama dan menjadi kebutuhan masyarakat. Curah pendapat
bertujuan menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan
menggembangkan daya kreatif untuk berpikir dan menggali pendapat masyarakat
dengan merangsang partisipasi semua peserta diskusi.
Keuntungan curah pendapat, yaitu dapat digunakan pada kelompok besar maupun
kecil dengan membangkitkan dan merangsang pendapat baru tanpa memberikan

8
evaluasi atas pendapat yang disampaikan, merangsang semua peserta untuk berbicara
dan mengeluarkan pendapat, dan tidak menyita banyak waktu. Sedangkan kekuranga
curah pendapat, yaitu sangat sulit membuat anggota mengerti bahwa semua
pendapatnya dapat diterima dan ada kecendrungan peserta mengadakan evaluasi segera
setelah pendapat diajukan, bahkan terkadang diskusi “ lepas kendali”, terutama bila
pemimpin diskusi atau fasilator kurang mampu mengarahkan.
4. Demonstrasi
Demonstasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk
mengevaluasi perubahan psikomotor dengan memperlihatkan cara melaksanakan suatu
tindakan atau prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab. Demosntasi biasanya
dilakukan oleh perawat komunitas untuk memberikan gambaran tentang prosedur atau
langkah- langkah pelaksanaan terapi modalitas dan terapi pelengkap (terapi alternative)
di masyarakat.
Tujuan demonstasi adalah mengajarkan cara melaksanakan dan memperagakan satu
teknik baru, dengan menyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru tersebut telah
terbukti bermanfaat. Selain itu, demonstrasi juga bertujuan meningkatkan minat belajar
dengan mencoba sendiri prosedur yang di demonstrasikan.
Keuntungan demonstrasi, yaitu lebih menyakinkan masyarakat karena dapat segera
ditiru dan dibuktikan, tiak sekedar memberikan berita yang didegar dan dibaca saja.
Selain itu, peserta dapat memperoleh kesempatan memperagakan kembali apa yang
sudah di demonstrasikan. Kerungian, demonstrasi memerlukan waktu dan biaya yang
besar terkait pengadaan bahan atau alat peraga yang diperlukan karena menggunakan
bahan yang sesugguhnya.

Perbedaan utama keempat metode diatas terletak pada sasaran domain perubahan yan
ditimbulkan. Metode ceramah dan curah pendapat dilakukan dengan tujuan mengubah
pengetahuan (knowledge) masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu.diskusi kelompok
bertujuan mengubah sikap (attitude) masyarakat yang tidak mau menjadi mau. Sementara
itu, demonstrasi bertujuan mengubah tindakan (practice) masyrakat dari tidam mampu
menjadi mampu melakukan kegiatan kesehatan sesuai harapan.

Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dapat dilakukan secara langsung berhadapan


dengan masyarakat,seperti penyampaian pendidikan kesehatan melalui ceramah, diskusi,
curah pendapat, dan demonstrasi. Selain itu, kegiattan promosi kesehatan dapat dilakukan
secara tidak langsung (penyampaian pesan kepada masyarakat tanpa berhadapan

9
langsung), yaitu menggunakan perantara media cetak dan elektronik, seperti diskusi
interaktif yang membahas masalah kesehatan masyarakat melalui televise dan radio
ataupun tulisan di majalah, koran, atau internet tentang konsultasi dan tanya jawab
kesehatan. Selain itu, promosi kesehatan juga dapat dilakukan dengan melakukan
pemasangan spanduk atau poster yang dipasang di pinggir jalan, puskesma, rumah sakit,
pasar, sekolah, atau tempat umum lain yang sering dilalui dan menjadi tempat pertemuan
dan berkumpul masyarakat. Semua kesehatan tersebut bertujuan mengubah perilku
masyarakat kea rah yang lebih baik dan bermanfaat bagi kesehatan.

D. Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan Masyarakat


Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan dengan
menjelaskan fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin banyak indra
yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh.
Media dapat mempermudah penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat dapat
menghindari kesalahan persepsi dengan penampilan objek yang jelas sehingga
mengoptimalkan pencapaian sasaran belajar, sekaligus menumbuhkan minat terhadap
kelompok sasaran, membuat kelompok sasaran menyampaikan dan meneruskan pesan
kepada orang lain yang ada disekitar mereka.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau
kelompok/masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian sasaran,
pengetahuan dan pengalaman sasaran menerima pesan yang disampaikan, adat istiadat dan
kebiasaan sasaran, serta karakteristik sasaran, seperti pendidikan, umur, dan pekerjaan.
Dengan demikian, pembuatan alat peraga harus memenuhi kebutuhan masyarakat, sesuai
situasi dan kondisi sasaran. Masing- masing alat peraga mempunyai intensitas yang
berbeda- beda di dalam memfasilitasi pembentukan presepsi masyarakat. Menurut Elgar
Dale, alat peraga yang mempunyai intensitas yang paling tinggi adalah benda asli,
sedangkan yang mempunyai intesitas palieng rendah adalah kata- kata.
Alat peraga yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat antara
lain leafleat, poster, papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah. Media elektronik seperti
VCD, OHP, dan televisi juga dapat digunakan sebagai alat peraga pendidikan kesehatan di
masyarakat.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai alat peraga tersebut :

1. Leaflet

10
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah kesehatan tertentu
yang ingin disampaikan, bertujuan menambah pengetahuan sasaran, dan dapat
digunakan sebagai bahan diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas. Leaflet
dapat disebarkan kepada sasaran oleh perawat komunitas sebelum atau sesudah
penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami informasi yang
disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan dimanfaatkan untuk menybarkan
informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada
di lingkungan sasaran.
Leaflet harus dibuat semanarik mungkin dengan warna dan gambar yang
mendukung pesan yang ingin disampaikan, dan harus menerangkan pesan kesehatan
selekap mungkin. Isi leaflet harus dapat ditangkap dengan sekali baca dan leaflet harus
dapat menerangkan dirinya sendiri. Leaflet memilki ukuran kurang lebih 20-30 cm.
2. Poster
Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi
seseorang agar tertarik pada pesan yang disampaikan. Poster dibuat dengan gambar dan
warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas,
dibuat tidak lebih dari 7 kata, dan dapat dibaca dengan jarak 6 meter.
Poster biasanya di pasang di tempat umum atau ditempat orang banyak, seperti di
halte, pasar, persimpangan jalan, rumah sakit, puskesmas ataupun sekolah. Poster harus
dapat menggungah emosi masyarakat yang melihatnya sehingga mudah mengubah
perilaku masyarakat. Poster memiliki ukuran 50x70 cm atau 35x50 cm.
3. Papan Tulis
Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan pendidikan
kesehatan di tatanan sekolah. Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk
mengungkapkan berbagai macam informasi yang akan disampaikan. Pemanfaatan
papan tulis harus di letakkan sejajar dengan mata sasara agar sasaran tidak menengadah
atau terlalu menunduk.
Papan tulis diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan tidak terdapat pantulan
sinar yang menganggu pandangan sasaran. Tulisan yang ingin disampaikan harus jelas,
singkat, dan mudah dibaca.
4. Lembar Balik
Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam urutan tertentu, dengan
ukuran sama dengan poster. Lembar balik dapat dibawah kemana- mana penulisan dan

11
jumlah lembar balik bergantung pada pesan yang ingin disampaikan dan waktu
penyampaian. Urutan penyaji lembar balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.

Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan media cetak,
dengan fungsi terutama memberi informasi kesehatan melalui gambar, kata- kata dan foto,
menggunakan kombinasi warna yang menarik. Media cetak tidak dapat menstimulasi efek
suara dan gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik, dan dapat dibawah kemana saja.
Sedangkan media elektronik, seperti televisi, OHP, dan VCD merupakan media bergerak,
dapat dilihat dan di dengar.

Media elektronik lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dan


mengikutsertakan semua panca indra, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara,
dan jangkauan relatif lebih luas. Selain faktor media, faktor individu subjek sasaran juga
memengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi usia, tingkat
pendidikan, kejayaan, dan adat istiadat yang terkadang menghambat proses berubah,
lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak memungkinkan perubahan perilaku, kondisi
fisik, dan psikologis sasaran, seperti ketajaman pengamatan, intelegensi, daya tangkap dan
motivasi (notoatmodjo,1993).

Faktor pemberi pesan kesehatan atau petugas kesehatan juga mempengaruhi


keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi kurang persiapan dan penguasaan
materi yang akan disampaikan, bahasa yang disampaikan kurang dapat dimengerti,
penampilan kurang menyakinkan, suara terlalu kecil serta pemilihan tempat dan penetapan
waktu yang tidak sesuai dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi yang sudah di sampaikan dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa
Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi. Secara umum belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan, dan keterampilan
yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku tertentu, ketika menghadapi
suatu keadaan. Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki
pengetahuan.
Teori dalam belajar yaitu trial and error learning, conditioning, Imitasi dan
identifikasi. Dalam proses belajar mengajar dituntut untuk terjadi perubahan secara
perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan), perubahan motivasi (lebih suka atau
tidak suka), perubahan group belong ingness atau ideologi kelompok (sering
menyangkut budaya), dan perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot
tubuh (belajar berbicara atau mengendalikan diri). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai faktor materi, faktor lingkungan, faktor
instrumental, dan faktor individu atau subjek belajar. Dalam menunjang proses belajar
mengajar harus menggunakan metode dan media. Metode yang digunakan seperti
ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media yang
digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik, papan tulis.

B. Saran
Perawat dalam proses belajar mengajar harus menguasi apa yang disampaikan
dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan,
model, dan teknik agar masyarakat tertarik dan mudah memahami apa yang
disampaikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.

Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayati. 2009. Ilmu keperawatan Komunitas Pengantar
Teori. Jakarta : Selemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayati, dan Bambang Adi Santosa. 2012. Ilmu Keperawatan
Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Komunitas.


Jakarta : CV. Trans Info Media.

14

Anda mungkin juga menyukai