Dosen Pembimbing:
Kelompok 2 :
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah semua kesuksesan
ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RumusanMasalah
1
C. Tujuan Penulisan
2. Para pembaca dapat mengetahui teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi
kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal.
4
a. Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respons (perilaku) yang
ditampilkan bersikap coba-coba dan akan diperbaiki jika dianggap menemui
kesalahan. Secara umum, perilaku masyarakat termasuk kategori ini (misalnya,
perilaku merokok dan perilaku penyalahgunaan obat)
b. Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu, individu akan melakukan respons
tertentu pula. Mendidik pada dasarnya memberikan stimulus tertentu yang
menimbulkan respons yang dinginkan. Agar hubungan stimulus dan respons menjadi
kuat, hal tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
c. Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain atau
pengidentifikasian terhadap orang lain (misalnya, meniru perilaku tokoh idolanya).
4. Tipe – tipe Belajar
Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam proses belajar.
a. Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
b. Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
c. Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut
budaya)
d. Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara
atau mengendalikan diri).
Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan domain
perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perubahan sebagai
hasil proses belajar merujuk pada perilaku tertentu. Untuk mengetahui terjadinya
perubahan dalam proses tersebut, harus ditentukan terlebih dahulu kriteria ketercapaian
perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses belajar menyangkut nilai dan
norma.
5
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di masyarakat
agar dapat menentukan metode yang sesuai dan tingkat ketercapaian perubahan
perilaku yang diharapkan. Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar
(FKM-UI, 1989) , yaitu:
a. Required.
Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk dipelajari.
Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena masyarakat
tidak diberi alternative lain, disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus
menerima apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan perilaku atau
tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau kelompok individu
(misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat yang
diserang wabah)
b. Recommended.
Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari perilaku tertentu.
Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang disarankan,
masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah memberikan
informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat menilai
sendiri program yang disarankan.
c. Self-directive.
Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya masalah
kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat atau sasaran pendidikan sendiri
yang menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini
adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi,
merencanakan, dan menyusun program mereka sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk,
pengarahan, bimbingan, dan daran kepada masyarakat.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk
pengetahuan, sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
b. Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan,
kebisingan, dan kondisi tempat belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan
segala interaksi dan statusnya).
6
c. Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar
dan alat peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan
metode belajar).
d. Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek belajar yang
terdiri atas kondisi fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan
penglihatan), dan kondisi psikologis (intelegensi, pengamatan, daya tangkap,
ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya kreativitas, dan persepsi).
7
Keuntungan penggunaan metode ceramah, yaitu dapat diterapkan pada sekelompok
besar orang dewasa, tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu, mudah
diselenggarakan, dan dapat dilakukan pada masyarakat.
Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan dan harus dapat
memanfaatkan pendengarannya dengan menilai reaksi masyarakat baik verbal maupun
non verbal. Pandangan perawat harus tertuju pada semua sasaran masyarakat dan
perawat harus menggunakan suara yang cukup jelas dan menunjukan performa yang
menyakinkan serta menguasai seluruh topik materi yang disampaikan.
2. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang. Agar
semua peserta diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk berhadapan dan
saling memandang satu sama lain, seperti saat melakukan refleksi diskusi kasus (RDK).
Melalui diskusi, diharapkan terjadi keterbukaan dan kebebasan mengeluarkan pendapat.
Dengan demikian, diperlukan peran fasilator ataupemimpin diskusi untuk mengarahkan
dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang
sama untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi diantara mereka.
Keuntungan diskusi kelompok, yaitu dapat mendorong rasa kesatuan dan
menciptakan rasa kepemimpinan bersama dengan saling memberi dan menerima
pendapat. Kerungian diskusi kelompok adalah tidak dapat digunakan pada kelompok
besar karena dianggap kurang efektif dan dapat berlarut- larut, terutama bila didominasi
oleh orang- orang tertentu saja dan pemimpin diskusi tidak dapat mengarahkan jalannya
diskusi.
3. Curah Pendapat
Curah pendapat (brain storrning) merupakan proses pemecahan masalah melalui
penyampaian usul semua kemungkinan pemecaha masalah oleh anggota, tanpa krtik
dan evaluasi atas pendapat tersebut. Curah pendapat dapat dilakukan pada saat focus
group discussion (FGD). Prinsip pelaksanaan curah pendapat sama dengan diskusi
kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk memancing satu masalah yang
menarik untuk dibahas bersama dan menjadi kebutuhan masyarakat. Curah pendapat
bertujuan menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan
menggembangkan daya kreatif untuk berpikir dan menggali pendapat masyarakat
dengan merangsang partisipasi semua peserta diskusi.
Keuntungan curah pendapat, yaitu dapat digunakan pada kelompok besar maupun
kecil dengan membangkitkan dan merangsang pendapat baru tanpa memberikan
8
evaluasi atas pendapat yang disampaikan, merangsang semua peserta untuk berbicara
dan mengeluarkan pendapat, dan tidak menyita banyak waktu. Sedangkan kekuranga
curah pendapat, yaitu sangat sulit membuat anggota mengerti bahwa semua
pendapatnya dapat diterima dan ada kecendrungan peserta mengadakan evaluasi segera
setelah pendapat diajukan, bahkan terkadang diskusi “ lepas kendali”, terutama bila
pemimpin diskusi atau fasilator kurang mampu mengarahkan.
4. Demonstrasi
Demonstasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk
mengevaluasi perubahan psikomotor dengan memperlihatkan cara melaksanakan suatu
tindakan atau prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab. Demosntasi biasanya
dilakukan oleh perawat komunitas untuk memberikan gambaran tentang prosedur atau
langkah- langkah pelaksanaan terapi modalitas dan terapi pelengkap (terapi alternative)
di masyarakat.
Tujuan demonstasi adalah mengajarkan cara melaksanakan dan memperagakan satu
teknik baru, dengan menyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru tersebut telah
terbukti bermanfaat. Selain itu, demonstrasi juga bertujuan meningkatkan minat belajar
dengan mencoba sendiri prosedur yang di demonstrasikan.
Keuntungan demonstrasi, yaitu lebih menyakinkan masyarakat karena dapat segera
ditiru dan dibuktikan, tiak sekedar memberikan berita yang didegar dan dibaca saja.
Selain itu, peserta dapat memperoleh kesempatan memperagakan kembali apa yang
sudah di demonstrasikan. Kerungian, demonstrasi memerlukan waktu dan biaya yang
besar terkait pengadaan bahan atau alat peraga yang diperlukan karena menggunakan
bahan yang sesugguhnya.
Perbedaan utama keempat metode diatas terletak pada sasaran domain perubahan yan
ditimbulkan. Metode ceramah dan curah pendapat dilakukan dengan tujuan mengubah
pengetahuan (knowledge) masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu.diskusi kelompok
bertujuan mengubah sikap (attitude) masyarakat yang tidak mau menjadi mau. Sementara
itu, demonstrasi bertujuan mengubah tindakan (practice) masyrakat dari tidam mampu
menjadi mampu melakukan kegiatan kesehatan sesuai harapan.
9
langsung), yaitu menggunakan perantara media cetak dan elektronik, seperti diskusi
interaktif yang membahas masalah kesehatan masyarakat melalui televise dan radio
ataupun tulisan di majalah, koran, atau internet tentang konsultasi dan tanya jawab
kesehatan. Selain itu, promosi kesehatan juga dapat dilakukan dengan melakukan
pemasangan spanduk atau poster yang dipasang di pinggir jalan, puskesma, rumah sakit,
pasar, sekolah, atau tempat umum lain yang sering dilalui dan menjadi tempat pertemuan
dan berkumpul masyarakat. Semua kesehatan tersebut bertujuan mengubah perilku
masyarakat kea rah yang lebih baik dan bermanfaat bagi kesehatan.
1. Leaflet
10
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah kesehatan tertentu
yang ingin disampaikan, bertujuan menambah pengetahuan sasaran, dan dapat
digunakan sebagai bahan diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas. Leaflet
dapat disebarkan kepada sasaran oleh perawat komunitas sebelum atau sesudah
penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih memahami informasi yang
disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan dimanfaatkan untuk menybarkan
informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada
di lingkungan sasaran.
Leaflet harus dibuat semanarik mungkin dengan warna dan gambar yang
mendukung pesan yang ingin disampaikan, dan harus menerangkan pesan kesehatan
selekap mungkin. Isi leaflet harus dapat ditangkap dengan sekali baca dan leaflet harus
dapat menerangkan dirinya sendiri. Leaflet memilki ukuran kurang lebih 20-30 cm.
2. Poster
Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi
seseorang agar tertarik pada pesan yang disampaikan. Poster dibuat dengan gambar dan
warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas,
dibuat tidak lebih dari 7 kata, dan dapat dibaca dengan jarak 6 meter.
Poster biasanya di pasang di tempat umum atau ditempat orang banyak, seperti di
halte, pasar, persimpangan jalan, rumah sakit, puskesmas ataupun sekolah. Poster harus
dapat menggungah emosi masyarakat yang melihatnya sehingga mudah mengubah
perilaku masyarakat. Poster memiliki ukuran 50x70 cm atau 35x50 cm.
3. Papan Tulis
Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan pendidikan
kesehatan di tatanan sekolah. Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk
mengungkapkan berbagai macam informasi yang akan disampaikan. Pemanfaatan
papan tulis harus di letakkan sejajar dengan mata sasara agar sasaran tidak menengadah
atau terlalu menunduk.
Papan tulis diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan tidak terdapat pantulan
sinar yang menganggu pandangan sasaran. Tulisan yang ingin disampaikan harus jelas,
singkat, dan mudah dibaca.
4. Lembar Balik
Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam urutan tertentu, dengan
ukuran sama dengan poster. Lembar balik dapat dibawah kemana- mana penulisan dan
11
jumlah lembar balik bergantung pada pesan yang ingin disampaikan dan waktu
penyampaian. Urutan penyaji lembar balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.
Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan media cetak,
dengan fungsi terutama memberi informasi kesehatan melalui gambar, kata- kata dan foto,
menggunakan kombinasi warna yang menarik. Media cetak tidak dapat menstimulasi efek
suara dan gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik, dan dapat dibawah kemana saja.
Sedangkan media elektronik, seperti televisi, OHP, dan VCD merupakan media bergerak,
dapat dilihat dan di dengar.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang sudah di sampaikan dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa
Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi. Secara umum belajar
adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan, dan keterampilan
yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku tertentu, ketika menghadapi
suatu keadaan. Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki
pengetahuan.
Teori dalam belajar yaitu trial and error learning, conditioning, Imitasi dan
identifikasi. Dalam proses belajar mengajar dituntut untuk terjadi perubahan secara
perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan), perubahan motivasi (lebih suka atau
tidak suka), perubahan group belong ingness atau ideologi kelompok (sering
menyangkut budaya), dan perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot
tubuh (belajar berbicara atau mengendalikan diri). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai faktor materi, faktor lingkungan, faktor
instrumental, dan faktor individu atau subjek belajar. Dalam menunjang proses belajar
mengajar harus menggunakan metode dan media. Metode yang digunakan seperti
ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media yang
digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik, papan tulis.
B. Saran
Perawat dalam proses belajar mengajar harus menguasi apa yang disampaikan
dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan,
model, dan teknik agar masyarakat tertarik dan mudah memahami apa yang
disampaikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayati. 2009. Ilmu keperawatan Komunitas Pengantar
Teori. Jakarta : Selemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayati, dan Bambang Adi Santosa. 2012. Ilmu Keperawatan
Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
14