Disusun Oleh :
Kelompok : 4 ( Empat )
Nama : 1. Farahdyla
2. Deviani Dameliani
3. Awalia Milla Basmala
4. Melisyah Hermawati
5. Aulia Nurul Azizah
6. Alda Vista
7. Diki Wahyudi
Kelas : PSIK Kelas B
Dosen : Ibu Suratun S. Kep,. Ns,.M.Kep
MK : Falsafah Teori Keperawatan
B. Tujuan
Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan menurut Roy
dalam manajemen asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model konsep Roy
dengan proses keperawatan, selain itu juga kami berharap makalah ini bisa memenuhi tugas
mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan( KDK)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filosofi
Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak digunakan sebagai
falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Roy menjelaskan bahwa
manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi
kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga
dituntut untuk melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri,
adalah berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri
dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Jadi ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan
keperawatan yang saling terkait, yaitu sbb:
1. MANUSIA
Sistem adaptasi dengan proses koping menggambarkan secara keseluruhan bagian – bagian
terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga, organisasi, masyarakat, bangsa dan
masyarakat secara keseluruhan) sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem
bertindak untuk memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan saling ketergantungan.
2. LINGKUNGAN
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh perkembangan dan
tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa pertimbangan saling menguntungkan
individu dan sumber daya alam. Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi,
dan residual stimulasi. Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk
perkembangan keluarga dan budaya.
3. SEHAT-SAKIT
Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan refleks individu
dan lingkungan yang saling menguntungkan. Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan
berfikir dan merasakan seperti individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan
memilih untuk membuat kesatuan individu dan lingkungan. Respon adaptif : respon yang
meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan,
tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan lingkungan.
Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan pencapaian tujuan
Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang menggambarkan tiga
perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi dan kompromi.
4. KEPERAWATAN
Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi dan
mempertinggi perubahan individu dan lingkungan. Tujuan adalah meningkatkan adaptasi
untuk individu dan kelompok dalam empat adaptasi model yang berkontribusi untuk
kesehatan, kualitas hidup dan kematian dengan bermartabat. Ini adalah pekerjaan pengkajian
tingkah laku dan faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk
mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi lingkungan.
B. Asumsi Dasar Teori Model
Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan asumsi dasar
model teori ini adalah :
1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif.
Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu ; penyebab utama
terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan adaptasi.
Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas tubuh akan
menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut berespon melalui upaya
atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha menanggulangi perubahan status
kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadap
perubahan ini.
Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;
a. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.
b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik internal maupun
eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara
subyektif.
c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai
dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
1. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan
balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.) Model Fungsi Fisiologi.
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan
struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi
dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).
a. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari
proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependen.
4. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keprawatan
adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh,
reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang
diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
5. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona
adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini
menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan
dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah
diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.
penutup
KESIMPULAN