Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALLISTA ROY”

Disusun Oleh:

Petrona Surlily

Wenti Nur Wulan

Dosen Pembimbing: Nina Nurjanah S.Kep

STIKES BINA PERMATA MEDIKA

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “ TEORI ASUHAN KEPERAWATAN” ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan di Jurusan Keperawatan S1Keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Tangerang, 16 Oktober 2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Model konseptual Roy mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik.

Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak belakang dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam
keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat
macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan,
dan keperawatan.

1.2 Rumusan masalah

1 Bagaimana biografi Sister Callista Roy?

2 Bagaimana konsep model adaptasi Calista roy di profesi keperawatan ?

1.3 Tujuan penulisan

1) Mengetahui bagaimana konsep model dan teori Calista roy di bidang keperawatan

2) Mengetahui teori dan konsep model adaptasi Calista roy di profesi keperawatan

1.1 Tujuan Masalah praktek

1) Bagi Penulis

Agar memenuhi salah satu tugas sebagai Mahasiswa dalam mata pelajaran KDK (Konsep dasar
keperawatan) serta menumbuhkembangkan wawasan terkait dengan KDK (Konsep dasar
keperawatan).

2) Bagi Pembaca

Agar mengetahui serta menambah wawasan tentang Konsep dasar keperawatan dan praktiknya
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Kajian Pustaka

Sister Callista Roy, anggota susteran Saint Ioseph, Carondelet, dilahirkan pada tanggal 14
Oktober 1939 di Los Angeles, California. Ia mendapatkan gelar sarjana keperawatan dari Mount
Saint Mary’s College di Los Angeles tahun 1963 dan gelar magister dari University of
California, Los Angeles, tahun 1966. Setelah mendapatkan gelar keperawatan, Roy mengawali
pendidikannya di bidang sosiologi, menerima gelar master sosiologi tahun 1973 dan gelar doktor
sosiologi tahun 1977 dari University of California. Pada waktu menjalani program masternya,
dalam sebuah seminar, Roy ditantang oleh Dorothy E. Johnson untuk mengembangkan model
konseptual keperawatan. Ketika ia bekerja sebagai perawat di bagian pediatrik, Roy menyadari
bahwa anak-anak memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik dalam menghadapi
perubahan fisik dan psikologis yang besar. Roy terkesan dengan “adaptasi” sebagai suatu
kerangka kerja konseptual yang sesuai bagi keperawatan. Roy mengembangkan konsep dasar
model ini pada saat ia menjadi mahasiswa pascasarjana di University of California, Los Angeles,
dari tahun 1964 sampai 1966. Roy mulai mengoperasionalisasikan modelnya pada tahun 1968
ketika Mount Saint Mary's College mengadopsi kerangka kerja adaptasi sebagai landasan
filosofis pada kurikulum keperawatannya. Model Adaptasi Roy pertama kali diterbitkan
dalam bentuk artikel di jurnal Nursing Outlook tahun 1970 dengan judul “Adaptation: A
Conceptual Framework for Nursing”.
Roy adalah profesor asosiet dan ketua Departemen Keperawatan di Mount Saint Mary's College
sampai tahun 1982. Ia diangkat menjadi profesor pada tahun 1983 oleh Mount Saint Mary's
College dan University of Portland. Roy membantu merintis dan mengajar program magister
musim panas di Universitas Portland. Tahun 1983 hingga 1985, ia mengikuti program pasca
doktoral di Universitas California, San Fransisco, sebagai perawat klinis di bidang
neurosains. Pada saat itulah ia menjalankan riset tentang intervensi keperawatan untuk
pemulihan kognitif pada kasus cedera kepala dan tentang pengaruh model keperawatan terhadap
pengambilan keputusan klinis. Pada tahun 1987, Roy mulai menjadi seorang teoris
keperawatan di Sekolah Keperawatan Boston College. Roy telah menerbitkan banyak buku,
bab buku, dan artikel rutin serta memberikan berbagai kuliah atau lokakarya yang berfokus pada
teori adaptasi keperawatan. Perbaikan dan pernyataan kembali Model Adaptasi Roy diterbitkan
tahun 1999 dalam bukunya, The Roy Adaptation Model (Roy & Andrews, 1999.
Roy merupakan anggota Sigma Theta Tau, dan pada tahun 1981 ia menerima Penghargaan
dari Pendiri Bangsa atas prestasinya dalam mengembangkan standar keperawatan profesional.
Pencapaian lainnya termasuk gelar Doktor Kehormatan Humane Letters dari Alverno College
(1984), Doktor Kehormatan dari Eastern Michigan University (1985) dan St. Ioseph's College di
Maine (1999), dan penghargaan Buku Tahun Ini dari American journal of Nursing untuk
Essentials of the Roy Adaptation Model (Andrews & Roy, 1986). Roy pun mendapatkan
pengakuan sebagai World Who’s Who of Women Personalities of America (1978), fellow of the
American Academy of Nursing (1978), menerima Penghargaan Ilmuwan Senior Fulbright dari
Yayasan Pendidikan Australia-Amerika (1989), dan menerima penghargaan Martha Rogers
Award untuk ilmu keperawatan lanjut dari National League for Nursing (1991).

2.1.1 Teori Model Keperawatan Sister Callista Roy


Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari Harry
Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap


2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek Dari focal
stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah :


1) Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan
2) Konsep lingkungan
3) Konsep sehat dan
4) Keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena merupakan
suatu sistem.
1) Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif
System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
2) Lingkungan
Lingkungan ,menurut Roy, adalah “ semua kondisi, keadaan,dan pengaruh yang
melingkupi dan berdampak pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok,
dengan pertimbangan khusus pada hubungan timbal balik antara manusia dan sumber-
sumber bumi yang meliputi stimulus fokal, kontekstual, dan residual’’ (Roy & Andrews,
1999). Atau positif Akan tetapi, perubahan lingkungan apapun membutuhkan peningkatan
energi untuk beradaptasi terhadap situasi tersebut. Faktor –faktor dalam lingkungan yang
mempengaruhi seseorang dapat dikategorikan sebagai stimulus fokal,kontekstual, dan
residual.

3) Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an
integrated and whole person”. Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan
model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon
adaptifnya.
4) Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi
sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan
juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan damai.Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada
individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

2.1.2 KONSEP UTAMA DAN DEFINISI


Sistem adalah “seperangkat bagian yang terhubung dengan fungsi secara keseluruhan
untuk tujuan tertentu dan masing-masing bagian memiliki saling ketergantungan satu sama lain”
(Roy & Andrews, 1999). Sebagai tambahan dari sifat keseluruhan dan bagian yang terhubung,
“sistem juga memiliki masukan, luaran, dan kontrol serta proses umpan balik” (andrew&roy
1991).
Tingkat Adaptasi adalah yang menggambarkan kondisi dari proses kehidupan pada tiga
tingkat yaitu tingkat terpadu, terkompensasi, dan dikompromikan” (Roy &Andrews, 1999).
Tingkat adaptasi sesorang adalah “suatu titik yang berubah secara terus-menerus, dibangun dari
stimulus fokal, kontekstual, dan residual, yang mewakili standar seseorang terhadap suatu
rentang stimuli di mana Satu orang dapat berespons dengan respons adaptif yang biasa” (Roy.
1984).
Regulator adalah “proses koping utama yang melibatkan sistem syaraf, kimiawi, dan
hormonal" (Roy & Andrew, 1999).
Kognator adalah “proses koping utama yang melibatkan" empat saluran kognitif emosi:
proses persepsi dan informasi, belajar, menilai, dan emosi"' (Roy&Andrews, 1999).
Respons adaptif adalah respons yang “meningkatkan-' integritas dalam mencapai tujuan
sistem manusia” (Roy&Andrews, 1999, hal. 31).
Respons inefektif adalah respons yang “tidak turut meningkatkan integritas dalam
mencapai tujuan sist manusia" (roy dan andrews 1999).

Mode fisiologis - fisik


Mode fisiologis "adalah berhubungan dengan proses fisik dan kimia yang terlibat dalam fungsi
dan aktivitas organisme hidup” (Roy & Andrews, 1999. hal. 102). Lima kebutuhan yang
diidentifikasi dalam mode fisiologis-fisik berhubungan dengan ke, butuhan dasar integritas
fisiologis yaitu: (1) oksigenasi, (2) nutrisi, (3) eliminasi, (4) aktivitas dan istirahat, dan (5)
perlindungan. Proses rumit yang meliputi penginderaan; cairan, elektrolit, dan keseimbangan
asam-basa, fungsi neurologis, dan fungsi endokrin berkontribusi pada adaptasi fisiologis.

Mode Identitas Konsep Diri-Kelompok


Mode Identitas Konsep Diri-Kelompok adalah satu dari tiga mode psikososial; “yang berfokus
pada aspek psikologis dan spiritual sistem manusia. Kebutuhan dasar yang mendasari mode
konsep diri individu telah diidentifikasi sebagai integritas psikospiritual, atau kebutuhan untuk
mengetahui diri sendiri sehingga seseorang dapat menjadi atau merasakan keberadaan yang utuh,
bermakna, dan bermanfaat di alam semesta ini” (Roy & Andrews, 1999). Komponen konsep diri
meliputi: ( l) fisik diri, termasuk di dalamnya sensasi dan citra tubuh, dan (2) personal diri, yang
mencakup konsistensi diri, ideal diri atau harapan diri, dan moral-etik-spiritual diri. Mode
identitas kelompok “mencerminkan bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok memandang
diri mereka sendiri berdasarkan umpan balik dari lingkungan. Mode identitas kelompok
terbentuk dari hubungan interpersonal, citra diri kelompok, lingkungan sosial, dan budaya” (Roy
& Andrews, 1999). Kebutuhan dasar dari mode identitas kelompok yaitu integritas identitas (Roy
& Andrews, 1999).

Mode Fungsi Peran


Mode fungsi peran yaitu “satu atau dua mode sosial yang berfokus pada peran seseorang di
masyarakat. Suatu peran, sebagai unit fungsional dari masyarakat, diartikan sebagai seperangkat
harapan mengenai bagaimana seseorang dengan posisi tertentu berperilaku terhadap orang lain
dengan posisinya masing-masing.

Peran Primer
Peran primer menentukan perilaku utama yang dimiliki seseorang dalam periode tertentu di
kehidupannya. Peran primer ini bergantung pada umur; jenis kelamin, dan tahap perkembangan.
Peran sekunder adalah peran yang perlu dilakukan untuk melengkapi tugas tahap perkembangan
seseorang serta tugas dari peran primer (Andrews, 1991).
Peran tersier terutama berhubungan dengan peran sekunder dan mewakili cara seorang individu
untuk dapat memenuhi kewajiban yang berhubungan dengan perannya. Peran tersier biasanya
bersifat sementara, dapat dipilih dengan bebas oleh individu, dan bisa mencakup aktivitas seperti
hobi atau klub (Andrews, 1991).

2.1.3 Aplikasi Teori Model Keperawatan Sister Callista Roy


Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan. Element
Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa
keperawatan, Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.
 Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk mengatahui
respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui
proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alkohol,
merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi sosial, mekanisme koping dan
gaya hidup, stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip oleh
Nursalam, 2003). Sistem adaptasi memiliki 4 mode adaptasi:
1. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang
dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan
fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,
pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991)
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme (
Howard & Valentine dalam Roy,1991)
2. Pengkajian Konsep diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
3. Pengkajian Fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada
bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
4. Pengkajian Interdependent
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.

 Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola perilaku
pasien (empat model respon perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon inefektif atau
respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku
inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat
pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam
fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual
yang dimiliki pasien.
A. Identifikasi stimulus fokal
Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat dapat
melakukan pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan
melakukan observasi, pengukuran dan wawancara.
B .Identifikasi stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau
presipitasi oleh stimulus fokal. Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui
observasi, pengukuran, wawancara dan validasi. Faktor kontekstual yang mempengaruhi mode
adaptif adalah genetik, seks, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran
fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan
lingkungan fisik.
C. Identifikasi stimulus residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Beberapa faktor dalam
pengalaman masa lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.

 Diagnosa Keperawatan
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E), Sinthom/karakteristik data
(S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan.
1) Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri
(adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model
adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi. Respon
tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukuran
gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan
bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut,
nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB, Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam,
kadang-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2) Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara penyesuaian
diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai
perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respon perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang stimulus. Stimulus
tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh
kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.
3) Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive) berhubungan
dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada saat beraktivitas
(olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam pasien tidak mampu
melakukan senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah
Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksanakan perannya.

 Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk mengatasi/memanipulasi
stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya
ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus
dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan
spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Tujuan intervensi keperawatan adalah
pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Intervensi
ditujukan pada peningkatan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim
regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: persepesi,
pengetahuan, pembelajaran).

 Implementasi/Intervensi Keperawatan
Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontekstual, residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara
luas, supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan indikasi
perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk
tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen stimulus fokal dan kontektual. Juga
keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.

Visi Dasar bagi Konsep untuk Abad ke-21


ASUMSI ILMIAH
 Sistem materi dan energi semakin berkembang menuju tingkat yang lebih tinggi pada
organisasf diri yang kompleks .
 Kesadaran dan makna membangun integrasi manusia dan lingkungan.
 Kesadaran terhadap diri dan lingkungan berakar dari pildran dan perasaan.
 Manusia, melalui keputusannya, bertanggungjawab terhadap integrasi proses kreatif
 Pikiran dan perasaan bertindak sebagai perantara tindakan manusia.

ASUMSI FILOSOFIS
 Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan dunia dan Tuhan.
 Makna manusia berakar dari titik omega yang bertemu pada satu tempat di alam
semesta.
 Tuhan pada akhirnya mengungkapkan keragaman penciptaan dan merupakan takdir yang
lazim dari penciptaan.

Berkaitan dengan sistem sosial manusia, Roy secara luas mengkategorikan proses kontrak
menjadi subsistem penstabil dan inovator. Subsistem penstabil dapat dianalogika sebagai
regulator individu da berhubungan dengan kestabilitas . untuk mempertahankan suatu sistem

SISTEM MANUSIA
KONSEP DIRI-
FISIOLOGI- FISIK IDENTITAS
KELOMPOK

PROSES
STIMULUS KOPING
PERILAKU

FUNGSI
INTERDEPENDENSI ADAPTASI PERILAKU
PERAN

BENTUK LOGIS

Model Keperawatan Adaptasi Roy bersifat deduktif dan induktif. Model ini bersifat
induktif dalam banyak hal di teori Roy yang diturunkan dari teori psikofisik Helson.
Helson mengembangkan konsep stimulus fokal, kontekstual, dan residual, yang Roy ( 1971
) definisikan kembali dalam keperawatan untuk membentuk tipologi faktor – faktor yang
berhubungan dengan tingkat adaptasi seseorang . Roy juga menggunakan konsep daan teori
lain di luar disiplin keperawatan. Pada saat menggunakan proses keperawatan enam
langkah Roy, perawat menampilkan enam fungsi berikutnya :

1. Mengkaji perilaku yang terwujud dalam empat mode adaptif


2. Mengkaji stimulus dari perilaku tersebut dan mengkategorikannya menjadi
stimulus fokal, kontekstual, atau residual
3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan dari status adaptif pasien
4. Menetapkan tujuan untuk meningkatkan adaptasi
5. Menerapkan intervensi yang bertujuan mengelola stimulus untuk
meningkatkan adaptasi
6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptif telah terpenuhi.

Roy dan sejawatnya telah mengembangkan tipo-logi diagnosis keperawatan dari


sudut pandang Model Adaptasi Roy ( Roy, 1984; Roy & Roberts, 1981 ). Dalam tipologi
ini, masalah yang sering terjadi adalah berhubungan dengan kebutuhan dasar dari keempat
model adaptif (Andrews & Roy, 1999 ).
Model adaptasi Roy berguna untuk membantu praktek keperawatan dalam tatanan
institusional. Model ini telah diterapkan di unit perawatan intensif neonatal, ruang bedah
akut, unit rehabilitas, dua rumah sakit umum.

Menurut Roy untuk memandu asuhan keperawatan bagi perempuan berusia dua puluhan
tahun ini yang sebelumnya merokok dan kemudian menjadi anggota kelompok
pendukung berhenti merokok. Peneliti ini melakukan pengkajian dua tahap. Pada tahap
pertama, stimulus pada keempat mode adaptasi diidentifikasi. Sedangkan pada tahap
kedua, perawat membuat penilaian mengenai stimulus fokal. Perawatnya bersama – sama
membangun tujuan yang lebih bersifat jangka pendek yaitu untuk mengubah perilaku,
dibandingkan dengan tujuan jangka panjang berhenti merokok. Intervensi keperawatannya
berfokus pada diskusi tentang efek merokok bagi tubuh, alasan dan keyakinan mengenai
merokok dan behenti merokok, manajemen stres, nutrisi, aktivitas fisik, dan kepercayaan
diri.

Model Adaptasi Roy telah diterapkan pada pasien dewasa dengan berbagai kondisi
mendis, termasuk di antara pasien dengan gangguan stres Model Adaptasi Roy telah
digunakan untuk mengevaluasi asuhan yang dibutuhkan oleh remaja dengan kanker
pengetahuan akan respons adaptif setelah bedah jantung memiliki implikasi penting untuk
rencana dan pengajaran pemulangan.

 Pendidikan
Model Adaptasi Roy mendefinisikan manfaat keperawatan secara khusus untuk
siswa keperawatan, yaitu manfaat keperawatan adalah untuk meningkatkan adaptasi
manusia pada masing- masing mode adaptif pada situasi sehat dan sakit.
Kedokteran dengan adanya muatan area yang diajarkan pada bagian ajar yang
terpisah. Roy menekankan perlunya kolaborasi, tetapi membedakan tujuan antara
perawat dan dokter. Menurut Roy ( 1971 ), tujuan perawat adalah untuk membantu
pasien menempatkan energinya sendiri untuk menjadi baik, sementara siswa
kedokteran berfokus pada posisi pasien dalam rentang sehat sakit dengan tujuan
memindahkan posisi pasien dalam rentang tersebut.

 Penelitian
Jika suatu penelitian ingin mempengaruhi perilaku para praktisi, maka penelitian
tersebut harus langsung ditujukan untuk menguji dan menguji kembali teori yang
diturunkan dari model konseptual praktik keperawatan . Roy ( 1984 )
Model ini terus- menerus menghasilkan hipotesis yang dapat diteliti.
Teori Roy telah menghasilkan sejumlah proposis umum. Dari proposis umum ini,
hipotesis umum dapat dikembangkan dan diuji. Hill dan Roberts ( 1981 ) telah
menunjukkan pengembangan hipotesis yang dapat diuji dari model seperti model
Roy.
 Penelitian Berbasis – praktik
DiMattio dan Tulman ( 2003 ) menjabarkan tentang perbuhan status fungsional dan
hubungan dari status fungsional pada 61 perempuan selama masa enam minggu
pascabedah bypass arteri koroner. Status fungsional diukur pada minggu ke- 2, 4, dan
6 setalah operasi, menggunakan Inventori status Fungsional pada profil Dampak
Menua dan penyakit. Namun, tak satupun dari dimensi status fungsional kembali ke
nilai dasarnya pada pengukuran di minggu ke enam.
Pola tidur, dan kualitas hidup pada pasien dengan kanker dari sudut pandangan
Model Adaptasi Roy. Subjek penelitian berlatih selama 20. Menit , dua kali
seminggu , selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan peningkatkan bermakna
pada toleransi latihan.

Model Adaptif Roy untuk mempelajari adaptasi pada ibu post partum dengan
bedah sesar. Temuan studi ini menunjukkan respons adaptif yang lebih sedikit pada
wanita dengan bedah sesar yang tidak direncanakan.

Tim Penelitian Ilmu Keperawatan terhadap berbagai stimulus empat kelompok individu
dilibatkan dalam penelitian ini, di antara : ( 1) pemberi asuhan informal dalam keluarga
dengan anggota keluarga demensia di rumah, ( 2 ) pemberi asuhan informal dalam
keluarga dengan anggota keluarga dengan masalah psikiatri di rumah, ( 3 ) perawat
sebagai pemberi asuhan profesional di institusi geriatri, ( 4 ) pasangan lansia di komunitas.
Menggunakan hubungan struktural

Aspek stres yang dirasakan ( Stimulus fokal ), dukungan sosial ( stimulus kontekstual ) ,
koping pasif dan menghindar ( mekanisme koping ) dihubungkan secara langsung
ataupun tidak langsung dengan distres psikologis. Mengkaji adaptis pada individu dengan
cedera tulang belakang dan anggota keluarganya menggunakan Model Adaptasi Roy. Pada
penelitian ini, lima belas pasien dan anggota keluarganya diikutsertakan. Dari 15 pasangan
ini, 7 pasangan berada pada masa satu tahun pasca cedera, dan 8 pasangan berada pada
masa 3 tahun pasca cedera. Ketiga. Temukan ini berimplikasi penting bagi perawat yang
harus merawat pasien dengan cedera tulang belakang pada tatanan akut maupun rawat
jalan.

AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS


1. Karena , seorang lulusan baru dari program sarjana keperawatan yang menggunakan
dasar model Adaptasi Roy sedangkan melakukan pengkajian pagi.
2. Walaupun akan mudah untuk menganggap bahwa kebutuhan asuhan keperawatan.
1. Mode adaptif fisiologis
2. Mode adaptif konsep diri
3. Mode adaptif fungsi peran
4. Mode adaptif interdependensi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.1 Kesimpulan
Model Adaptasi Roy telah berpengaruh besar terhadap profesi keperawatan. Model
ini adalah salah satu model yang paling banyak digunakan untuk memandu
penelitian, pendidikan, dan praktik keperawatan. Diajarkan sebagai bagian dari
kurikulum program sarjana , magister, dan dokter keperawatan . pengaruh dari Model
Adaptasi Roy pada penelitian pendidikan , dan praktik keperawatan

3.1.2 Mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang
penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Callista Roy di lapangan atau
rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik
dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta:EGC

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto

Andrews, H. ( 1991 ). Overview of the role function mode. In C.

Roy & H. Andrews ( Eds. ), The Roy adaptation model : The

Definitive statement ( pp. 347 – 361 ). Norwalk, ( CT ) : Appleton & Lange.

Sumber Primer Buku – Buku

Andrews, H. & Roy, C. ( 1986 ) . Essentials of the Roy adaptation model. Norwalk, (
CT ): Appleton- Century- Crofts .

Boston – Based Adaptation Research in Nursing Society. ( 1999 ). Roy adaptation model-
based research : 25 years of contributions to nursing science. Indianapolis : sigma Theta
Tau international.

Anda mungkin juga menyukai