Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TEORI MODEL KEPERAWATAN

ADAPTATION THEORY (CALISTA ROY)

DISUSUN OLEH :

Ika Tyas Adi S. (1611021)

Ratna Setyaningsih (1611028)

Shella Elselina P. (1611030)

Via Arantika (1611031)

Pendidikan Ners

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Maksud akan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai sarana pembahasan
dan pemahaman dalam mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar, materi yang kami bahas
mengenai teori adaptasi keperawatan Calista Roy. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa STIKES.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erni Setyorini, M.Kep.,Ns dan Ibu
Nawang Wulandari, M.Kep.,Ns selaku dosen pengampu dalam mata kuliah IKD. Dalam
penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka
kepada para pembaca kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Blitar, 10 Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………….i

Kata Pengantar …………………………………………………………………ii

Daftar Isi ………………………………………………………………………..iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………...………..1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………...………….1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...1

BAB II. TINJAUAN TEORI

2.1 Biografi Callista Roy ………………………………….………………….2


2.2 Konsep Dasar Teori Calista Roy …………………………………..…....3

BAB III. APLIKASI TEORI


3.1 Pengkajian Perilaku ………………………………………………………6
3.2 Pengkajian Stimulus ……………………………………………………...7
3.3 Diagnosa Keperawatan …………………………………………………..7
3.4 Rencana Tindakan ……………………………………………………….8
3.5 Implementasi/Intervensi Keperawatan ………………………………….9
3.6 Evaluasi …………………………………………………………………..11
3.7 Role Play………………………………………………………………….12
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Konsep adaptasi Roy…………………………………………………….16
4.2 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy….…...……………...…..23

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………...………………24
5.2 Saran ……………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….…….....25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya
perawatan yang baik dalam menjaga kesehatan hidup. Salah satu penunjang tersebut dapat
dilihat dari tujuan keperawatan yaitu meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan
dengan adaptasi mode, informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal,
konstektual dan residual.
Penerapan konsep model praktek bagi para perawat dapat diambil atau diadaptasi dari
berbagai sumber model yang telah berkembang sejak dahulu, yang sudah dikembangkan dan
dikombinasikan oleh para pakar keperawatan. Konsep dan teori dari pakar keperawatan ini
bisa dimanfaatkan sebagai panduan dan acuan dalam dunia keperawatan serta untuk
mengetahui bagaimana batasan dan kewenangan yang diperbolehkan bagi perawat.
Menjadi seorang perawat tidak hanya terampil dalam edukatif dan promosi kesehatan
saja tetapi perlu adanya 4 macam elemen penting, seperti yang diungkapkan oleh Sister
Callista Roy dalam teori dan model keperawatan yaitu : keperawatan, manusia, kesehatan dan
lingkungan. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori dan model keperawatan menurut
Roy akan dibahas pada bab berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar teori Calista Roy?
2. Bagaimana aplikasi teori Calista Roy?
3. Apa kelebihan dan kelemahan teori Calista Roy?

1.3Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui konsep dasar teori Calista Roy
2. Mengetahui aplikasi teori Calista Roy
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori Calista Roy

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Biografi Callista Roy


Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in
nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar
perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan
ph.D tahun 1977 di universitas California.
Pada saat bekerja ditingkat magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Roy
bekerja sebagai staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan
menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis. Konsep adaptasi mempengaruhi
Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Konsep pokok dan model
ini dikembangkan saat Roy lulus dari universitas di California Los Angeles dari tahun 1964
sampai tahun 1966. Roy mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount
Saint Marys College menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol
dari kurikulum keperawatan. Roy menyesuaikan model pertama yang di hadirkan dari
literatur dalam artikel yang diterbitkan in nursing outlook pada tahun 1970.
Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di Mount
Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai Robert wood Johnson
Post Doctoral Fellow di universitas California San Fransisco sebagai sarjana perawat di
Neuroscience. Selama ini Roy melakukan pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka
dan pengalamannya dari perawat model pada klinik. Pada tahun 1988 Roy baru memulai
menyusun lulusan teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.

Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak kuliah
dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi pekerti dan uraian
yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan di buku The Roy Adaptoin
Model merupakan ungkapan yang pasti.
Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun menerima
hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional Nurshing Standars.
Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan dokter dari Humane Letters oleh
Alverno College. Pada tahun 1985 mendapat kehormatan dokter dari timur Michigan
University dan pada tahun 1986 A.J.N menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy.
Roy dinobatkan sebagai Follow of the American Academy of Nurshing. Menerima

5
penghargaan Fulbright Senior Scholar dari Yayasan Edukasi Australia-Amerika (1989) dan
penghargaan MarthaRogers untuk ilmu tentang perawatan dari Nasional League for
Nurses(1991). Roy menerima penghargaan lulusan terbaik dan medali Carondelet dari
almamaternya, Mount Saint Mary.

2.3 Konsep Dasar Teori Calista Roy

Konsep Model Keperawatan Sister Calista Roy

1. Asumsi dari Teori Sistem


a. Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan dari satu bagian ke
bagian lain
b. Sistem adalah bagian dari yang berfungsi bagian yang satu dengan yang lain
saling ketergantungan
c. Sistem mempunyai input, output, control, proses, dan umpan balik
d. Skema Konsep

e. Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi


f. Sistem kehidupan lebih kompleks dari system mekanik, mempunyai standart dan
umpan balik langsung terhadap fungsinya
2. Asumsi dari Teori Melson
a. Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organism

6
b. Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat
berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.
c. Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan.
d. Respon merupakan refleksi keadaan organism terhadap stimulus.
3. Asumsi dari Humanism
a. Individu mempunya kekuatan kreatif.
b. Perilaku individu mempunyai tujuan dan tidak selalu dalam lingkaran sebab
akibat.
c. Manusia merupakan makhluk holistik
d. Opini manusia dan nilai yang akan datang.
e. Mobilisasi antar manusia bermakna.

Sumber Teori

Awal mula teori Roy dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi
dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
o Focal stimuli : Individu segera menghadap
o Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek Dari focal stimuli.
o Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan
stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori
Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan
memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik,
D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis
besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli
sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan
J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan
mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih

7
dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model.Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk menyaring model. Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya.Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan
nilai kemanusiaan.Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh
manusia dan spiritnya.

8
BAB III
APLIKASI TEORI
Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan.
Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian
stimulus, Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.

A. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk
mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh
perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang
mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi sosial,
mekanisme koping dan gaya hidup, stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik.
1). Pengakajian Fisiologis.
Fungsi biologis/fisiologis. Komponen system adaptasi ini antara lain kebutuhann
oksigenasi (oksigen demand), nutrisi (nutrition), eliminasi (elimination), aktivasi dan istirahat
(activity and rest), integritas kulit (skin integrity), indra, cairan, dan elektrolit, fungsi
neiurologis, serta fungsi endokrin.
2). Pengkajian Konsep diri.
3). Pengkajian Fungsi Peran.
4). Pengkajian Interdependensi.

Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptif dilaksanakan dengan pendekatan
sistimatis dan holistik. Pengkajian itu diklarifikasikan, difokuskan oleh perawat atau tim
keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Secara
ideal, keseluruhan data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian keperawatan
dicatat dalam format empat model adaptif keperawatan dan dapat dimengerti sebagai
masukan data bagi tim asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan Keahlian
dalam praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan
membandingkan kriteria evaluasi spesifik respon perilaku manusia bahwa adaptif atau
inefektif (maladaptif). Data dikelompokkan dalam: data subjektif, objektif dan data
pengukuran/pemeriksaan fisik. Perilaku yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang
diharapkan, mewakili semua respon baik efektif maupun maladaptif. Roy sudah

9
mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator
dan Subsistem Kognator yang tidak efektif, seperti pada tabel berikut :

Table 1: Indikasi Kesulitan Adaptasi


Gejala berat dari aktivitas Regulator :
• Peningkatan deyut jantung dan tekanan darah.
• Tegang.
• Hilang nafsu makan.
• Peningkatan kortisol serum
Gejala Inefektiv dari Kognator :
• Gangguan persepsi/ proses informasi.
• Pembelajaran inefektif.
• Tidak mampu membuat justifikasi.
• Afektive tidak sesuai.

B. Pengkajian Stimulus
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam
pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon
inefektif atau respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk
dipertahankan.Ketika perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan
perawat, perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin
mempengaruhi perilaku.Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang
stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi
penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan
residual (factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Berikut beberapa
identifikasi stimulus yaitu :

a. Identifikasi stimulus fokal


b. Identifikasi stimulus kontekstual
c. Identifikasi stimulus residual

C. Diagnosa Keperawatan

10
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/karakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa
keperawatan.
1) Metode Pertama
Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara
penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi
perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi
respon adaptasi. Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau
beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi
(masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola
BAB, Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadang-kadang menangis, kegagalan
peran (masalah fungsi peran).
2) Metode Kedua
Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara
penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini
caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respon perilaku tersebut
dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus.Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang
disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.
3) Metode Ketiga
Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada
saat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam.Sebagai
pesenam pasien tidak mampu melakukan senam.Keadaan ini disimpulkan diagnosa
keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik.Pasien
tidak mampu untuk bekerja melaksanakan perannya.

D. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus
pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya
seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi.Perawat merencanakan
tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami.Tujuan

11
intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan
koping yang konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningkatan kemampuan koping secara
luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator
(proses pikir. Misalnya: persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

E. Implementasi/Intervensi Keperawatan
Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontekstual,
residual.Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan
koping secara luas, supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat
merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan
masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan
dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses
adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup,
tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien
setelah manajemen stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi
koping dari sub sistim regulator dan kognator.
Tabel 2: Kriteria Standar Intervensi Keperawatan Menurut Teori Adaptasi Roy
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen.
Kriteria:
1. menyiapkan tabung oksigen dan flow meter.
2. menyiapkan hemodifier berisi air.
3. menyiapkan slang nasal dan masker.
4. memberikan penjelasan pada pasien.
5. mengatur posisi pasien.
6. memasang slang nasal dan masker.
7. memperhatikan reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Nutrisi:


Kriteria
1. menyiapkan peralatan dalam dressing car.
2. menyiapkan cairan infus/makanan/darah.
3. memberikan penjelasan pada pasien.

12
4. mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan
5. mengatur posisi pasien.
6. melakukan pemasangan infus/darah/makana
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
Kriteria:
1. menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter
3. menutup dan memasang selimut.
4. mengobservasi keadaan feses dan uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.
Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur.
Kriteria:
1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar.
2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi.
3. mengatur posisi yang nyaman pada pasien.
4. menjaga kebersihan lingkungan.
5. Mengopservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik) :
Kriteria
1. memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya lemah.
2. mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor.
3. Merapikan alat-alat pasien.

Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi


Kriteria:
1. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
2. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru.
3. Mengobservasi reaksi pasien.
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria:
1. Melaksanakan Orientasi pada pasien baru.
2. Memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. Memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.

13
4. Memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN
1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi
keluarga dan msayarakat.
2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5. Bersifat terbuka dan komunikatif pada pasien.
6. Mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara
benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari
klien.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI


1. Membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. Membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

F. Evaluasi
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
Perilaku tujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan
bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan.Perawat
memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan. Penilaian terakhir proses
keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

14
SKENARIO ROLE PLAY

Pemeran :
Pasien
Bapak
Dokter
Perawat

Alat : tempat tidur, bantal, stetoskop, tensimeter, masker, termometer, buku status
pasien.
Setting tempat : Rumah Sakit ( poliklinik bedah dan ruang bedah )
Kasus : pasien dengan suspek abses inguinalis

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN/SISTEMATIKA

A. proses keperawatan
1. kondisi pasien
a) Klien nampak lemah
b) Klien merasa cemas
c) Klien merasa nyeri pada paha sebelah kanan
2. masalah/ diagnosis keperawatan
“ suspek abses inguinalis ‘’
3.identitas pasien
1) Nama : Tn. “ I “
2) Umur : 19 tahun
3) Jenis kelamin : laki-laki
4) Pekerjaan : pelajar
5) Agama : islam
B.Strategi Komunikasi
1.fase orientasi

“ perawat menghampiri pasien yang bersama keluarganya kemudian menyapanya “

Perawat : selamat pagi pak ( tersenyum )


Bapak : pagi juga suster
Perawat : silahkan adek berbaring diatas tempat tidur
Pasien : oh iya sus
Perawat : oh iya dek, nama saya karmila .saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini.
Kalau nama adek siapa ?
Pasien : nama saya ibnu.

“ perawat mengambil tensi untuk mengukur tekanan darah pasien “

Perawat : baiklah dek, saya akan mengukur tekanan darah adek. Apakah adek bersedia ?
Pasien : iya sus saya bersedia.

2. fase kerja

15
Perawat : permisi ya dek, saya buka lengan bajunya
Pasien : iya suster

“perawat mengukur tekanan darah pasien kemudian memberikan hasilnya “


Pasien : berapa tekanan darah saya suster ?
Perawat : tekanan darah adek 110/70 mmhg
Pasien : terima kasih suster.
Dokter : sus silahkan panggil pasiennya
Perawat : iya dok.

“pasien masuk ke ruang periksa dokter “


Pasien : assalamu alaikum dok
Dokter : waalaikum salam, silahkan duduk, adek kenapa ?
Pasien : begini dok, saya merasa sakit di daerah kaki kanan dan bengkak
Dokter : maaf ya dek saya liat dulu. ( membaringkan pasien ditempat tidur sambil
(memeriksa ) sakitnya ini sudah berapa lama ?
Pasien : sudah 1 minggu dok
Dokter : oh sudah lama ya dek, kenapa baru dibawa sekarang ?
Pasien : awalnya dok saya kira Cuma bengkak biasa jadi saya biarkan.
Dokter : begini dek, setelah saya lihat adek ini terinfeksi jadi harus segera dioperasi
Pasien : apa dok saya mau di operasi ? ( merasa cemas )
Dokter : iya dek, karna jika tidak di operasi adek bisa terus merasa sakit dan tidak sembuh.
Maaf suster bisa panggilkan orang tua adek ini

“perawat memanggil orang tua pasien yang ada di ruang tunggu dan orang tua
pasien masuk keruang dokter “
Bapak : permisi dok, dokter memanggil saya ?
Dokter : Begini pak anak bapak ini ada infeksi didaerah pahanya jadi anak bapak ini harus
dioperasi untuk mengeluarkan nanahnya
Bapak : iya dok,apakah operasinya tidak berbahaya?
Dokter : tidak apa-apa pak.
Bapak : iya dok, kalau memang begitu lebih baik dioperasi demi kesembuhan anak saya
Dokter : kalau memang bapak setuju anak bapak dioperasi ,...anak bapak akan dirawat
diruangan sambil menunggu rencana operasinya.
Bapak : iya dok, terima kasih.

dokter membuatkan surat pengantar lab untuk pemeriksaan darah pasien .pasien
dan keluarganya menuju ke rungan lab untuk periksa darah.setelah melakukan
pemeriksaan lab pasien kembali ke rungan dokter dan dokter membaca hasil labnya,
ternyata pasien terdiagnosa abses inguinalis . oleh karnanya pasien harus dilakukan
tindakan perawatan.pasien dan keluarganya menuju ruang bedah untuk persiapan
operasi sebentar sore untuk operasi”
Tak lama kemudian sampailah diruangan
Perawat : kak ini buku status dan obatnya
Perawat bedah : iya dek, biar saya antar keruangannya
Perawat : iya kak
Bapak : suster, makasi ya sudah mengantar
Perawat : iya pak sama-sama ( tersenyum)

16
Disini pasien akan mengalami perawatan lanjutan untuk operasi sebentar sore.namun
dilain pihak keluarga merasa takut akan hal tersebut begitun dengan pasien. Oleh
karnanya pasien membutuhkan proses adaptasi dan dukungan dari perawat dan
keluarga......setelah keluarga menandatangani surat persetujuan perawatan ,pasien
diantar keruangan untuk beristirahat.
Setelah beberapa menit menunggu perawat yang bertugas diruangan tersebut datang
untuk berbincang dengan pasien tentang keluhan yang dialami oleh pasien dan
mempersiapkan tindakan perawatan.

Perawat : assalamu alaikum pak,adek


Pasien dan Bapak : waalaikum salam suster.
Perawat : maaf pak....perkenalkan nama saya Iwan, saya perawat yang dinas pagi
hari ini, baiklah dek hari ini saya akan mengukur tekanan darah adek,
apakah adek bersedia ?
Pasien : iya suster.

Perawat mengukur tekanan darah pasien ,setelah mengukur perawat


menyampaikan hasilnya kepada pasien dan keluarga

Perwat : tekanan darah adek 110/70 mmhg


Pasien : iya suster
Perawat : oh iya dek, di daerah mana kita rasakan sakit ?
Pasien : disini sus ,dekat paha kanan rasanya sakit sekali saya susah jalan
Perwat : iya dek. Sebelum adek di operasi sebentar sore , sebentar saya akan memasang
infus pada adek, apakah adek bersedia ?
Pasien : iya suster
Perawat : baiklah dek saya tinggal sebentar, saya akan kembali kesini setelah beberapa
menit untuk memsangkan adek infus.

Perawat meninggalkan ruangan untuk mempersiapkan tindakan keperawatan


..............setelah beberapa menit perawat masuk ke ruangan pasien

Perawat : assalamu alaikum adek


Pasien ; waalaikum salam suster
Perawat : baiklah dek, saya akan memasangkan infus pada tngan kanannya, adek rileks
saja tidak perlu tegang.
Pasien : iya suster.

Perawat memasang infus.......setelah memasang infus perawat berbincang-bincang


dengan pasien dan keluarga tentang tindakan operasi yng akan dilakukan untuk
sebentar sore

Bapak : suster kira-kira jam berapa ya anak saya dioperasi soalnya kami khawatir dengan
keadaan kami
Perawat : kalau menurut instruksi dokter jam 4 pak, oleh karnanya anak bapak harus
puasa, bisa diberikan minum tapi sedikit saja.
Pasien : suster saya agak cemas dengan operasi saya , apakah tidak membahayakan ?
Perawat : tidak apa-apa dek, operasi ini Cuma operasi kecil , cuman di belah
kemudian nanahnya dikeluarkan. Jadi adek tidak usah khawatir
Pasien : bagaimana jika saya meninggal ?

17
Perawat : dek yang namanya ajal itu ditangan tuhan , adek berdoa saja mohon kesembuhan
, banyak-banyak mengingat yang diatas . Adek harus kuatkan diri menghadapi operasi ini.
Bapak : betul apa yang dikatakan suster tidak perlu takut

Setelah mendengar perawat memberikan support, pasien merasa dia sudah siap untuk
menjalani operasi dan bisa menyesuaikan kondisi sekarang.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep adaptasi Roy


Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi
roy adalah:
1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan
residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus
fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan
konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,
nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung.

19
Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai
support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik
dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk dalam model
adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan; keperawatan.
Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.

1. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan
balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari

20
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.) Model Fungsi Fisiologi.
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).

21
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b.) Model Konsep Diri


Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual
diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat
dalam area ini.
c.) Model fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya
d.) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk

22
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social.
Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
2. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya
lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan
menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan
didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan,
perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.
3.Kesehatan.
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan
secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan
atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas
adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini
lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon
terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep
adaptasi dan kesehatan.

23
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses
koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi
holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses
adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian
pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal
yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus
fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor
menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping
yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi
yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi
mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
4.Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai
ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang
secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang.
Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu
keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.

24
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan
eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping
mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak
efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan
ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai
proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Dorongan
terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia,
kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal
berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut
berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon
efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat
mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat
ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang
digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan,
intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang
dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang
dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data
tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari
data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada

25
pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama
yang mempengaruhi perilaku.

4.2 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

Kelebihan
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat
mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para
perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam
penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktek
Dan dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode
fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang
dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang
dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya
individu untuk mengatasi stress.

Kelemahan
Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model
adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana
sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Melalui model adaptasi ini, individu sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual
serta sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan, sehingga individu selalu berinteraksi terhadap perubahan
lingkungan. Untuk dapat beradaptasi setiap individu akan berespon terhadap kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri, serta
kemampuan akan berperan dan berfungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri.
Individu selalu berada dalam rentang sehat sakit yang berhubungan dengan koping yang
efektif dalam mempertahankan proses adaptasi.

5.2 Saran

Konsep yang dicetuskan oleh Calista Roy tentang teori adaptasi ini dapat digunakan
dalam ilmu keperawatan dan pengaplikasiannya dalam bidang keperawatan pula.

27
DAFTAR PUSTAKA

WahitIqbalMubarakdanNurulChayatin.2009.IlmuKeperawatan Komunitas Pengantar


dan Teori. Jakarta : Salemba Medika

TomeyAlligood.2006.Nursing Theorist and Their Work. Jakarta : Mosby

www.elmanbillonx.blogspot.co.id/2012/01/teori-keperawatan-menurut-sister.html?m=1

www.dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-keperawatan.html

www.nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-callista-roy-adaptation-theory.html

28

Anda mungkin juga menyukai