NEURALGIA POSTHERPETIK
OLEH :
Thathmainnul Qulub C111 10 817
Michael D Salim C111 12 896
Fera M Patiung C111 12 918
Inzana C111 13 303
Erlangga Wana Arfaqiano C111 13 550
Pembimbing :
dr. Sri Parmani
Supervisor :
dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS
Pembimbing :
Supervisor :
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Daftar Tabel.............................................................................................................v
NEURALGIA POSTHERPETIK........................................................................1
A. Pendahuluan....................................................................................................1
B. Definisi...........................................................................................................2
C. Epidemiologi...................................................................................................2
D. Etiologi...........................................................................................................3
E. Patofisiologi....................................................................................................5
F. Faktor Risiko..................................................................................................7
G. Manifestasi Klinis.......................................................................................8
H. Diagnosis........................................................................................................9
I. Diagnosis Banding..............................................................................10
J. Pengobatan.....................................................................................11
K. Prognosis...............................................................................................13
L. Pencegahan...................................................................................................14
iii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
DAFTAR TABEL
iv
v
NEURALGIA POSTHERPETIK
A. Pendahuluan
Neuralgia postherpetik yang biasa dikenal dengan PHN (Postherpetic
sebagai nyeri persisten setelah nyeri akut pada herpes zoster sembuh. Hal ini
berkurang.(1)
Kejadian dan prevalensi neuralgia postherpetik bervariasi tergantung
pada definisi yang digunakan, namun sekitar seperlima pasien herpes zoster
melaporkan beberapa rasa sakit pada 3 bulan setelah timbulnya gejala, dan
tingkat keparahan pada gelaja prodromal, ruam, dan nyeri selama fase akut.
dirasakan dapat berupa rasa sakit yang sangat hebat dan dapat digambarkan
B. Definisi
1
Neuralgia postherpetik adalah kondisi nyeri neuropatik yang kompleks
kerusakan saraf perifer yang terjadi setelah serangan herpes zoster. (2)
Neuralgia postherpetik didefinisikan secara konvensional sebagai nyeri
zoster akut. Ambang batas minimal intensitas nyeri klinis yang signifikan,
biasanya skor 40 atau lebih tinggi (tapi kadang-kadang 30) pada skala Likert
mulai dari 0 (tanpa rasa sakit) hingga 100 (rasa sakit yang paling mungkin
terjadi).(2)
C. Epidemiologi
Dari data yang ada, insidensi PHN adalah 3-5 kasus per 1000 orang per
tahun. Dan dari penelitian yang dilakukan di United States 18% pasien dilaporkan
merasakan nyeri paling tidak selama 30 hari dan 10% merasakan nyeri selama 90
hari.(4)
Analisis data dari penelitian praktik umum inggris menunjukkan bahwa
kejadian PHN (seperti yang didefinisikan oleh rasa sakit pada 3 bulan) meningkat
dari 8% pada usia 50 sampai 54 tahun menjadi 21% pada usia 80 sampai 84 tahun.
(2)
adalah 9-14,3% dan pada 3 bulan sekitar 5%. Pada 1 tahun, 3% terus mengalami
dengan kelompok usia yang berbeda. Tidak ada pasien yang lebih muda dari 50
tahun yang menggambarkan nyeri parah setiap saat. Pasien yang berusia lebih dari
2
Sebuah studi menjelaskan pasien herpes zoster yang mengalami PHN adalah
D. Etiologi
varisella zoster merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang
virus terdiri dari sebuah icosahedral nucleocapsid yang dikelilingi oleh selubung
lipid. Ditengahnya terdapat DNA untai ganda. Virus varisella zoster memiliki
diameter sekitar 180-200 nm. Herpes Zooster adalah infeksi virus yang terjadi
senantiasa pada anak-anak yang biasa disebut dengan varicella (chicken pox).
Tipe Virus yang bersifat patogen pada manusia adalah herpes virus-3 (HHV-3),
biasa juga disebut dengan varisella zoster virus (VZV). Virus ini berdiam di
ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis terutama nervus
tubuh seseorang). Virus ini bersifat laten pada saraf sensorik atau pada saraf-saraf
wajah dan kepala (saraf kranialis) setelah serangan varicella (cacar air)
sebelumnya. Reaktivasi virus sering terjadi setelah infeksi primer, namun bila
sistem kekebalan tubuh mampu meredamnya maka tidak nampak gejala klinis.
sehingga menempatkan mereka pada kelompok resiko tinggi herpes zoster. Angka
3
insidens zoster dalam komunitas diperkirakan mencapai 1.2 hingga 3.4 per-1000
orang tiap tahunnya. Dari angka tersebut, diperkirakan insidennya bisa mencapai
lebih dari 500,000 kasus tiap tahun dan sekitar 9-24% pasien-pasien ini akan
perkembangan herpes zoster, insidensnya pada lanjut usia (diatas 60-70 tahun)
mencapai 10 kasus per-1000 orang pertahun, sementara NPH juga mencapai 50%
hitungan bulan bahkan tahun). NPH sendiri menimbulkan masalah baru akibat
disability, depresi dan terisolasi secara sosial serta menurunkan kualitas hidup.
Sekali NPH terjadi, akan sangat sulit melakukan penatalaksanaan secara efektif.
E. Patofisiologi
merupakan serabut saraf aferen pada akson distal dari neuron sensoris primer.
lambat. Serabut saraf C adalah serabut saraf polimodal dan mentransmisikan nyeri
tumpul atau seperti terbakar. Serabut saraf A bermyelin tipis dan mengalirkan
tekanan, serta nyeri bersifat tajam dan dapat meletupkan potensial aksi sesuai
4
dengan proporsi intensitas stimulus yang diterimanya. Neuralgia pascaherpetika
termasuk nyeri neuropatik, yakni nyeri yang disebabkan oleh kerusakan atau
disfungsi primer pada sistem saraf. Pada nyeri neuropatik terjadi kerusakan saraf
perifer dan perubahan sinyal sistem saraf pusat, sehingga terjadi letupan potensial
aksi spontan, ambang aktivasi saraf yang menurun, dan peningkatan respon
nekrosis dan kematian sel neuron. Kemudian virus akan menyebar secara
medula spinalis (mengenai area sensorik dan motorik) serta batang otak. Hal ini
Sensitisasi saraf perifer terutama terjadi pada nosiseptor serabut saraf C yang
halus dan tidak bermyelin. Sensitisasi ini menyebabkan ambang sensoris terhadap
Selain itu juga terjadi letupan ektopik dari nosiseptor C yang rusak sehingga
timbul alodinia, yakni rasa nyeri akibat stimulus yang pada keadaan normal tidak
menimbulkan rasa nyeri. Sebagai respon atas menghilangnya sebagian besar input
5
stimulus yang tidak menyebabkan nyeri (raba halus) dipersepsikan sebagai
nyeri.1,5,8 Selain sensitisasi perifer dapat juga terjadi sensitisasi sentral yang
alodinia dan hiperalgesia. Sensitisasi sentral disebabkan oleh aktivitas ektopik dari
diproduksi oleh serabut saraf aferen primer di kornu dorsalis. Pada keadaan
sehingga mencegah masuknya ion natrium dan kalsium yang akan terjadi saat
yang progresif. Hal ini menyebabkan reseptor NMDA terbebas dari blok ion
terjadi akibat proses deaferenisasi, yakni hilangnya serabut saraf aferen sensoris
baik yang berdiameter besar maupun kecil. Lesi pada serabut saraf perifer maupun
Lesi yang masih terhubung dengan badan sel akan membentuk tunas-tunas baru.
Tunastunas baru ini ada yang mencapai organ target, sedangkan yang tidak
6
terjadinya letupan ektopik, mekanosensitivitas abnormal, sensitivitas terhadap
suhu dan kimia. Letupan ektopik dan sensitisasi berbagai reseptor akan
F. Faktor Risiko
Faktor resiko utama Neuralgia pasca Herpetika adalah pertambahan usia.
Kondisi ini jarang terjadi pada seseorang dengan usia kurang dari 50 tahun, akan
tetapi, diantara orang yang telah terkena infeksi herpes akut, neuralgia pasca
herpetika berkembang 20 persen pada usia 60 sampai 65 tahun dan paling banyak
lebih dari 30 persen pada usia lebih dari 80 tahun . risiko lain. : distribusi. di.
dari seperempat pasien masih merasakan nyeri 6 bulan setelah lesi herpes zoster
muncul, bahkan ada yang masih merasakan nyeri setelah 1 tahun. Pasien
mengeluhkan nyeri seperti terbakar atau nyeri tumpul yang terus menerus dengan
atau tanpa nyeri tajam (seperti disayat) paroksismal. Keduanya dapat muncul
spontan dan dapat diperberat hanya dengan sentuhan ringan seperti kontak kulit
dengan pakaian atau seprai atau karena terkena hembusan angin (Allodynia).
Aktivitas fisik, perubahan suhu dan emosi dapat mengeksaserbasi nyeri. Kualitas
7
atrofi tersebut. Pada biopsi kulit, di tempat yang mengalami neuralgia
pascaherpetika.(6)
H. Diagnosis
a. Anamnesis
Nyeri erupsi vesikuler sesuai dengan area dermatom merupakan
erupsi kulit, nyeri yang timbul berlanjut hingga 3 bulan atau lebih, atau
yang dikenal sebagai nyeri post herpetik. Nyeri ini sering digambarkan
c. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dari anamnesis
8
adalah lebih dari 1 bulan setelah resolusi ruam kulit. Pemeriksaan
I. Diagosis Banding
Tabel 1. Diagnosis Banding Neuralgia Postherpetik(10)
b. Dada
9
J. Pengobatan
Saat ini tidak ada terapi modifikasi penyakit untuk neuralgia
Karena rasa sakit bisa bertahan bertahun-tahun atau seumur hidup, obat
Terapi topikal
Terapi topikal saja masuk akal untuk dipertimbangkan sebagai
dalam kombinasi dengan obat sistemik saat rasa sakit sedang atau parah,
walaupun data kurang dari uji coba secara acak yang membandingkan
kombinasi terapi topikal dan sistemik dengan terapi saja. Patch yang
kemanjurannya terbatas.
Krim Capsaicin 0.075% mungkin bisa membantu. Namun,
penggunaannya terbatas karena harus dioleskan empat kali sehari dan itu
menyebabkan rasa terbakar dan menyengat jangka pendek dan eritema saat
10
dengan konsentrasi tinggi (8%), bila diterapkan selama 30 sampai 90 menit
Terapi Sistemik
Ada bukti untuk mendukung penggunaan antidepresan trisiklik dan
atau nortriptyline.
Meskipun beberapa data percobaan klinis telah menyarankan bahwa
tinjauan Cochrane yang lebih baru menyimpulkan bahwa tidak ada bukti
yang tepat.
Obat-obatan antiinflamasi asetaminofen dan nonsteroid umumnya
secara komprehensif dalam uji coba terkontrol secara acak. Obat antiviral
11
Anti Depresan Trisiklik:
Amitriptilin 75 - 100 mg 3-6 minggu
Despiramin 160 250 mg 6 8 minggu
Nortriptilin 160 mg 8 minggu
K. Prognosis
Pasien harus diberi tahu tentang manfaat dan potensi efek samping
pengobatan, dan mereka harus memahami bahwa nyeri tidak akan segera
hilang dan penilaian ulang yang sering akan dibutuhkan. Jika pereda nyeri
praktek umum di AS mengalami rasa sakit selama lebih dari lima tahun.
persen orang akan mengalami rasa sakit yang signifikan, dan 50 persen akan
L. Pencegahan
Uji coba obat antiviral terkontrol plasebo untuk herpes zoster akut
12
ruam akut, resolusi ruam yang cepat, dan mengurangi durasi rasa sakit.
tapi sekarang disetujui untuk orang berusia 50 tahun atau lebih. Dalam uji
coba secara acak pada kelompok usia yang lebih tua, penggunaannya
postherpetik sebesar 66%. Pada pasien berusia 70 tahun atau lebih tua
13
59 tahun menunjukkan bahwa vaksinasi mengurangi kejadian herpes zoster
sebesar 70%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hong MJ, Kim YD, Cheong YK, Park SJ, Choi SW, Hong HJ. Epidemiology
Insurance System Based Study. Vol: 95. Iksan, South Korea: Wonkwang
2. Johnson RW, Andrew SC, Postherpetic Neuralgia. The New England Journal
4. International Association for the Study of Pain. Treating Herpes Zoster and
14
6. Regina, Wijaya L. Neuralgia Pascaherpetika.SMF Ilmu Kesehatan Kulit
kelamin.2012 : 39 (6).
Review. p102-111
Neurologi. 2015.
12. Wijaya L, Smf D, Kesehatan I. Neuralgia Pascaherpetika. 2012 :39 (6) : 416-
419.
Anaesthesia. 2012;12(4):181-185.
15
16. Rowland L, Louis E, Mayer S. Merritt's Neurology. 10th ed. Philadelphia:
16