Anda di halaman 1dari 5

Resume Pertemuan ke 6

KEWENANGAN PEMERINTAH
Nama : Muhammad Rifqy Dwi Saputra

NPM : 202010115258 Kelas: 3/C2

MK : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dosen : Rahmat Ferdian Andi Rosidi., SHI., MH

Resume Kuliah Online Tanggal 21 Oktober 2021

Pengertian Kewenangan

Logemann: Negara adalah organisasi yang berkenaan dengan berbagai fungsi. Fungsi =
lingkungan kerja yang terperinci. Fungsi-fungsi tersebut dinamakan sebagai jabatan. Negara =
organisasi jabatan.
Utrecht: kewenangan diartikan kekuataan dan kekuasaan.
Indorharto: wewenang tidak sekadar perbuatan yang menimbulkan akibat hukum, tetapi
wewenang juga untuk dapat berbuat atau melakukan sesuatu.
Soerjono Soekanto: kewenangan merupakan kekuasaan dan wewenang (authority).
Kekuasaan : kemampuan untuk memengaruhi orang lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan. Wewenang : kekuasaan yang ada pada seseorang atau kelompok yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat.
Prajudi Atmosudirdjo: Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari kekuasaan
legislatif (UU) atau dari kekuasaaneksekutif (administrasi). Wewenang : kekuasaan untuk
melakukan tindakan hukum publik. Misalnya wewenang menandatangani surat izin dari seorang
pejabat atas nama menteri. Sedangkan kewenangan tetap berada di tangan Menteri (delegasi
wewenang)
H.D Stout: keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.
Goorden: keseluruhan hak dan kewajiban yang secara eksplisit diberikan oleh pembuat UU
kepada subjek hukum publik.
F.P.C.L Tonnaer: kemampuan untuk melaksanakan hukum positif sehingga dapat diciptakan
hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara.
P. Nicolai: kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu yang menimbulkan akibat
hukum dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi kebebasan
untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat
keharusan untuk melakukan tindakan tertentu.
Bagir Manan: membedakan antara wewenang dan kekuasaan (macth). Kekuasaaan hanya
menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan wewenang berarti hak dan
kewajiban. Dalam otda, hak berarti kekuasaan untuk mengatur dan mengelola sendiri, kewajiban
merupakan kekuasaan untuk menyelenggaran pemerintahan

Asas Legalitas dan Wewenang Pemerintah


 Asas legalitas mulanya diperuntukkan untuk penarikan pajak. Di Inggris populer dengan
sebutan no taxtaion without representation, tidak ada pajak tanpa persetujuan parlemen.
 Di hukum pidana dikenal dengan asas legalitas nullum delictum sine prevoa legepoenali,
tidak ada hukum tanpa UU.
 Di Hukum Administrasi Negara, asas legalitas menentukan bahwa semuaketentuan yang
mengikat warga negara harus didasarkan UU. Asas ini merupakan perwujudan prinsip
negara hukum yang sering diungkapkan prinsip keabsahan pemerintahan
 Substansi asas legalitas yakni kemampuan untuk melakukan tindakan- tindakan hukum.
 Asas legalitas merupakan dasar dalam setiap penyelenggaraan kenegaraan dan
pemerintahan. Setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerinatahan harus memiliki
legitimasi.
 H.D Stout mengutip Verhey menyebutkan “prinsip keabsahan pemerintahan” memiliki
tiga aspek: (i) aspek negatif (het negatieve aspect) = tindakan pemerintah tidak boleh
bertentangan dengan UU. (ii) aspek formal positif (hetformeel-positieve aspect) =
pemerintah hanya memiliki kewenangan tertentu sepanjang diberikan atau berdasarkan
UU. (iii) aspek material positif Y UU memuat aturan UMUM yang mengikat tindakan
pemerintahan
 Negara hukum secara normatif merupakan setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau berdasarkan kewenangan.
 Secara historis asas pemerintahan berdasar UU muncul dari pemikiran abad ke-19
berjalan seiring pelaksanaan negara hukum klasik atau negara hukum liberal. Paham ini
dipengaruhi oleh pemikiran hukum legalistik-positivistik, terutama paham hukum
legisme: hukum hanya apa yang tertulis dalam UU.
 Asas legalitas terkait erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum.
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk UU dan berbagai keputusan
mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan sebanyak mungkin memerhatikan
kepentingan rakyat.
 Prajudi Atmosudirdjo menyebut persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan
pemerintahan: (i) efektivitas (ii) legimitas (kegiatan administrasi harus diterima
masyarakat setempat) (iii) yuridkitas (perbuatan pejabat administrasi negara tidak boleh
melanggar hukum) (iv) legalitas (v) moralitas (vi) efisiensi (vii) tehnik dan tekhnologi.

Sumber dan Cara Memperoleh Wewenang


 Secara teoritik sumber kewenangan berasal dari peraturan perundang-undangan. Ini
seiring dengan pilar utama negara hukum yakni asas legalitas.
 Indroharto, Prajudi Atmosudirdjo dan Willem Koninjnenbelt menyebut ada tiga cara
memperoleh kewenangan yakni: atribusi, delegasi dan mandat.
 Philipus M. Hadjon, Stroink dan Steenbeek menyebut hanya dua cara memperoleh
kewenangan yakni: atribusi dan delegasi. Mandat bagi Hadjon, merupakan sekadar
penugasan.
 Atribusi, pembentukan wewenang yang bersumber dari peraturan perundang- Undangan
(dari UU ke pemangku jabatan). Dibagi menjadi dua original legislator dan delegated
legislator.
 Delegasi, pelimpahan wewenang dari satu pemangku jabatan secara atributif ke pihak
lain (pejabat lain, organ lain) kewenangan yang telah diserahkan mengakibatkan pemberi
kewenangan tidak mempunyai lagi wewenangnya. Delegasi selalu didahului adanya
atribusi wewenang.
 Ten Berge: Delegasi = (i) Delegans (pemberi wewenang X Delegataris/penerima
wewenang) tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan
Berdasarkan UU, delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan untuk itu di UU-nya.
(ii) Tidak kepada bawahan, dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak boleh adanya
delegasi (iii) Delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan
wewenang tersebut. (iv) Adanya peraturan kebijakan (beleidsregel) untuk memberikan
instruksi tentang penggunaan wewenang tersebut.
 Mandat: penugasan yang dilakukan oleh atasan (yang memperoleh wewenangnya dari
atribusi atau delegasi) kepada bawahan. Pihak yang memberi mandat disebut mandans,
pihak yang diberi mandat disebut mandataris. Mandans tetap bertanggungjawab terhadap
tindakan mandataris. Mandataris tidak dapat dijadikan tergugat dalam sengketa TUN.
 Stroink dan Steenbeek: Pada mandat tidak dibicarakan penyerahan wewenang, tidak
pula pelimpahan wewenang. Dalam mandat tidak tidak terjadi perubahan wewenang apa
pun (dalam arti yuridis formal), hanya hubungan internal. Contoh menteri dengan
pegawai, menteri memiliki wewenang untuk memberi kewenangan dan melimpahkan
kepada pegawai untuk mengambil keputusan atas nama menteri. Secara yuridis,
wewenang dan tanggungjawab tetap di organ kementerian. Pegawai memutuskan secara
faktual, menteri secara yuridis.
 Dalam kajian HAN, mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang organ
pemerintahan penting karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalam
penggunaan wewenang tersebut sebagaimana prinsip dalam negara hukum “tidak ada
kewenangan tanpa pertanggungjawaban”.
 Wewenang yang diperoleh secara atribusi itu sifatnya asli dari peraturan per-UU- an.
Organ pemerintahan mendapat kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu
dalam suatu peraturan perundang-undangan. Penerima wewenang melalui atribusi dapat
menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada. Tanggung
jawab intern dan ekstern sepenuhnya berada pada penerima wewenang melalui atribusi.
 Delegasi tidak ada menciptakan wewenang, namun hanya pelipahan wewenang dari
pejabat satu ke pejabat lainnya. Tanggungjawa yuridis tidak lagi berada pada pemberi
delegasi (delegans) tetapi beralih pada penerima delegasi (delegaris).
 Sementara mandat, penerima mandat (mandataris) hanya bertindak untuk dan atas nama
pemberi mandat (mandans), tanggungjawab akhir keputusan yang diambil mandataris
tetap berada pada mandans

Perbedaan Antara Delegasi dan Mandat (Algemeen Bestuurrecht)

Perbedaan Delegasi dan Mandat (Philipus M. Hadjon)


Sifat Wewenang (Indroharto)

Pertama, wewenang terikat. Apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan
yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak
menentukan tentang isi dari keputusan yang diambil. Dengan kata lain, peraturan dasar yang
menentukan isi dari keputusan yang harus diambil secara terinci.
Kedua, wewenang fakultatif. Badan atau pejabat TUN tidak wajib menerapkan wewenangnya
atau memiliki pilihan, meskipun pilihan itu hanya dilakukan dalam hal keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.
Ketiga, wewenang bebas. Peraturan dasar memberi kebebasan kepada badan atau Pejabat TUN
untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya.
Philipus M Hadjon membagai kekuasaan bebas atau kekuasaan diskresi (i) kewenangan untuk
memutus secara mandiri (ii) kewenangan interpretasi terhadap norma samar (vage norm).

Anda mungkin juga menyukai