Anda di halaman 1dari 7

PRANATA KELUARGA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT ETNIS ARAB

Khalishafa Qinthara Nurjannah


Program Studi Sastra Arab
Khalishafa.qinthara@ui.ac.id

Abstrak
Sejak dahulu, nenek moyang bangsa Arab dikenal hidup berkabilah-kabilah dan
bersuku-suku. Hal itu, memperkuat hubungan antar anggota keluarga dan menjadi
alasan mengapa masyarakat Arab memiliki ikatan keluarga yang amat erat. Melihat
pranata sosial keluarga yang terjadi di Arab menarik untuk diulik, tulisan berjudul
Pranata Keluarga Etnis Arab ini dibuat dengan tujuan memberikan dan memperluas
pemahaman bagi pembaca mengenai pranata keluarga Arab. Tulisan ini
dikembangkan dengan metode deskriptif yang diperoleh dari penulis dan peniliti yang
sudah pakarnya agar materi yang dikaji dapat dipertanggungjawabkan
kekonkretannya.

Kata kunci : Keluarga Arab, Pranata Keluarga Arab, Masyarakat etnis Arab.

A. PENDAHULUAN

Keluarga adalah salah satu saluran utama yang mengajarkan suatu individu
kepada suatu budaya, keluarga merawat individu tersebut sejalan dengan
paradigma budaya di mana dia akan bersosialisasi (Poortinga dan Georgas, 2006).
Hal ini terutama menonjol dalam masyarakat Arab di mana posisi sosial keluarga
(termasuk peran, pengaruh, dan aset keuangan) melindungi anggotanya untuk
mendapatkan kekuasaan negara dan membantu mereka memperoleh pekerjaan dan
posisi (Barakat, 2008).1

Bagi masyarakat Arab, keluarga meletakan dasar-dasar cara menjalani hidup


dan memberikan fondasi bagi anggotanya. Kehidupan keluarga bangsa Arab
dikenal dengan ikatan keluarganya yang amat erat. Ikatan keluarga tersebut
dilatarbelakangi oleh kehidupan nya yang keras dan mengharuskan mereka untuk
saling tetap erat. Latar belakang etnis Arab ini melahirkan pranata-pranata yang
mengatur kehidupan sosial dan keluarga mereka.

1
Harb, Charles. The Arab Region: Cultures, Values, and Identities, Handbook Of Arab American Psychology,
hlm. 13
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan :
a. Apa arti keluarga bagi orang Arab?
b. Apa pentingnya marga dalam keluarga Arab?
c. Bagaimana bentuk dari keluarga Arab?
d. Bagaimana relasi antara anggota keluarga Arab?

B. PEMBAHASAN

1. Arti Keluarga bagi Orang Arab

Bagi masyarakat Arab, Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam


masyarakat dan dapat memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan sosial.
(Lestari, 2014). Keluarga menjadi model yang struktural bagi setiap kelompok
masyarakat karena keluarga tidak dapat dipisahkan. Keluarga meletakan dasar-dasar
cara menjalani hidup dan memberikan fondasi bagi anggotanya.2

Di dalam kehidupan etnis Arab, keluarga merupakan elemen paling penting,


krusial, dan selalu diutamakan dibanding kepentingan teman atau pekerjaan. Hal ini
disebabkan status orang Arab ditentukan dari struktur keluarganya yang erat. Maka
dari itu, orang Arab sangat menghormati harkat dan martabat keluarganya.3

Orang Arab mempercayakan segala urusannya ke keluarganya, termasuk


urusan ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Sudah tidak asing lagi
jika menemukan bisnis orang Arab turun temurun selalu diwarisi kepada keluarganya,
begitupun dengan perusahaan yang cenderung mempekerjakan hanya keluarganya.
Hal itu dikarenakan orang Arab selalu memprioritaskan keluarganya.4

2. Marga dalam Keluarga Arab

2
Elizabeth Warnock Fernea, “Keluarga”, John L. Esposito (ed.), Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, edisi
Terjemah Bahasa Indonesia, Bandung: Mizan, 2001, hlm. 154.
3
Aziz Kaddan, “10 Things You Should Know About Arabs” Mar 31, 2017,
https://medium.com/@azizkaddan/10-things-you-didnt-know-about-arabs-fdea9c6fe9
4
Loc. cit.
Kehidupan keluarga bangsa Arab dikenal dengan ikatan keluarganya yang
amat erat. Jika ditarik ke zaman awal peradaban bangsa Arab, lekat hubungannya
bangsa Arab dengan kesukuan dan kehidupan nomaden di padang pasir. Pengaruh
geografis ini mengakar pada jati diri bangsa Arab untuk hidup berkabilah-kabilah dan
bersuku-suku. Pada zaman itu, sistem kekeluargaan yang digunakan masyarakat Arab
adalah sistem kesukuan (nizam al-qabail) yang bersandar pada “kerabat keluarga” (al-
qarabah al-usriyyah). Sistem ini pada umumnya menyebut sebuah keluarga dengan
nama kepala sukunya.5

Masyarakat etnis Arab mencantumkan marganya di akhir namanya. Nama


marga ini berasal dari garis keturunan ayah (patrilineal) yang selanjutnya diteruskan
kepada keturunannya secara turun-temurun. Nama marga merupakan suatu rujukan
yang penting dikalangan masyarakat etnis Arab untuk menentukan asal-usul garis
keluarga. Nama suku tersebut menjadi identitas bagi seorang individu untuk
mengetahui siapa leluhurnya dan posisinya dalam hirarki lokal. 6

Relasi kesukuan ini dianggap penting dan krusial guna menjaga kehormatan
suku, sejarah suku, dan kekayaan suku tersebut. Untuk menjaga identitas tersebut,
nama marga dikalangan masyarakat etnis Arab merupakan suatu penanda identitas
yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena budaya masyarakat Arab
sangat menjunjung konsep nasab. Mereka berkeyakinan bahwa masyarakat etnis Arab
adalah keturunan yang terhormat, sehingga tak heran jika mereka sangat menjaga
sistem pemargaan yang ada. 7

3. Bentuk Keluarga Arab

Selain budaya nomaden nya, letak geografis Jazirah Arab juga mempengaruhi
bentuk dan model keluarga Arab. Keluarga Arab umumnya berbentuk keluarga besar,
alasannya yaitu (1) Etnis Arab gemar memiliki banyak anak, dan (2) Tinggal bersama
keluarga besar suami (patrilocal) menjadi suatu hal yang lazim bagi etnis Arab,

5
Faradilla Ratna Sari, “Sistem Keluarga Arab.” 9 Februari 2015 http://faradillars.blogspot.com/2015/02/sistem-
keluarga-arab.html
6
Loc. cit.
7
Dita Kafaabillah, “Nama Marga Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Etnis Arab,” Jurnal LITERA, Volume 17,
Nomor 2, Juli 2018, hlm. 180
khususnya di wilayah pedalaman dan pedesaan. Keluarga besar marak ditemukan di
negara-negara seperti Saudi Arabia, Iraq, Transjordan dan Yaman. Di negara lain,
seperti Lebanon dan Syria, dapat ditemukan keluarga besar di wilayah pedalaman dan
pedesaan. Namun, di perkotaan yang marak dijumpai adalah keluarga konjugal.8

Keluarga besar, terdiri dari pasangan anak-anaknya yang sudah menikah serta
anak-anak mereka, tinggal bersama orang tua dan kakek-nenek di rumah besar. Kerap
ditemukan keluarga besar Arab menempati sederet rumah dalam satu jalan. Keluarga
Arab cenderung tinggal berdekatan dan menghabiskan banyak waktu bersama
anggota keluarga. Hal ini memperkuat hubungan keluarga masyarakat Arab dan
menumbuhkan kesetiaaan yang besar terhadap keluarga.9

Menurut Rafic Boustani, dan Philippe Fargues, 1990, letak geografis Jazirah Arab
mempengaruhi model keluarga dalam sistem kehidupan sosial bangsa Arab, terdapat
3 (tiga) model keluarga Arab, yaitu :

1.) Keluarga Nomaden,


Jenis keluarga ini dominan dalam masyarakat yang berkabilah dan berpindah-
pindah dengan tujuan merumput dan menggembala, mengingat sulitnya kehidupan
dalam masyarakat ini dan jauhnya dari perkotaan. Karena itu, keluarga ini
dipandang sebagai tanggung jawab yang bertanggung jawab penuh dalam
mengawasi dan mendidik anak-anaknya.
Di masa kini, kebijakan administrative yang sudah memadai akhirnya tradisi
nomaden perlahan-lahan berubah menjadi tinggal menetap.

2.) Keluarga pedesaan


Jenis keluarga ini tersebar di masyarkat-masyarakat pertanian; yaitu jenis
keluarga yang tidak tampak jelas pada masyarakat Kuwait. Jenis keluarga ini
tampak di pelesok-pelosok daerah pertanian di negara Arab, seperti di Mesir,
Syam, dan Irak. Keluarga ini mirip nomaden namun pendidikan sudah mulai
disalurkan ke pelosok-pelosok.

8
Nahas, M. Kamel. “The Family in the Arab World.” Marriage and Family Living, vol. 16, no. 4, 1954, hlm. 296
9
Ibid, hlm. 298
3.) Keluarga perkotaan
Keluarga perkotaan adalah keluarga yang bertempat tinggal di kota-kota, jenis
keluarga ini lebih kecil kadarnya daripada jenis keluarga nomaden dan pedesaan.
Keluarga ini didominasi oleh berbagai lembaga sosial dalam merawat anak-anak
seperti sekolah dan club, juga dalam keluarga ini kebebasan individu semakin
bertambah.10

4. Relasi antar Anggota Keluarga Arab

Di dalam keluarga Arab, kepala keluarga biasanya adalah lelaki yang paling
berpengaruh. Kepala keluarga bisa seorang ayah, atau kakek, atau paman (saudara
laki-laki dari ayah). Jika seorang ayah meninggal, maka bisa pula digantikan oleh
anak laki-laki yang paling tua. Biasanya anggota keluarga lainnya mendengarkan
nasihatnya dan mematuhi hamper seluruh hal-hal penting dalam kehidupan mereka.
Itu adalah hal yang biasa bagi suku tersebut dan sebagian besar keluarga pedesaan,
antara mereka patrilocal atau konjugal. Dorongan untuk menjadi generasi yang
independan dan meningkatkan pendidikan bagi perempuan di beberapa negara mulai
mecegat otoritas patriarki ini. Namun secara keluruhan, ikatan antar keluarga cukup
kuat.11

Bagi seluruh masyarakat Arab di perdesaan maupun perkotaan, keluarga memiliki


fungsi yang mendasar. Keluarga menyediakan tempat tinggal, makanan, pakaian,
perlindungan, identitas, reputasi dan kehormatan bagi para anggotanya. Keluarga juga
menjadi penengah antara individu dan dunia luar dengan memfasilitasi akses dan
mendefinisikan status sosial mereka di masyarakat.

Dalam pekerjaan dan karir di kehidupan publik, keluarga akan selalu memberikan
dukungan pada saat-saat kebutuhan maupun krisis yang dialami setiap individu.
Akibat dari itu semua, kesetiaan, komitmen, dan pengabdian individu cenderung
menjadi yang pertama dan utama untuk keluarganya masing-masing.12

C. PENUTUP

10
M. Huda Nur Taufik, Nurul Isnaini dan Riza Khumairoh, “Urgensi Keluarga Dalam Masyarakat Arab,” Jurnal
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018, hlm. 417-418
11
Op. Cit, hlm. 297
12
Sania Hamady, Temperament and Character of the Arabs, New York, Twayne, 1960, hlm.88
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan etnis Arab memiliki
hubungan yang sangat era tantara anggota keluarganya karena dilatarbelakangi oleh
kehidupan nomaden di padang pasir dan sistem kekeluargaan yang menganut sistem
kesukuan sehingga penting bagi mereka untuk mencantumkan marga di belakang
nama mereka sebagai asal-usul garis keluarga. Selain itu, letak geografis Jazirah Arab
juga mempengaruhi bentuk keluarga Arab yang berbentuk keluarga besar dan
bermodel (1) Keluarga Nomaden, (2) Keluarga pedesaan (3) Keluarga perkotaan.

Di dalam keluarga Arab, kepala keluarga biasanya adalah lelaki yang paling
berpengaruh dan bertanggung jawab untuk kesejahteraan dan keamanan bagi anggota
keluarga nya. Anggota keluarga lainnya mendengarkan nasihatnya dan mematuhi
hampir seluruh hal-hal penting dalam kehidupan mereka: pernikahan, perceraian,
bisnis, pendidikan, dsb. Selain itu, peran keluarga adalah menyediakan tempat tinggal,
makanan, pakaian, perlindungan, identitas, reputasi dan kehormatan bagi para
anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

Harb, Charles. The Arab Region: Cultures, Values, and Identities, Handbook Of Arab
American Psychology, 2016

Faradilla Ratna Sari, “Sistem Keluarga Arab.” 9 Februari 2015


http://faradillars.blogspot.com/2015/02/sistem-keluarga arab.html

Dita Kafaabillah, “Nama Marga Sebagai Identitas Budaya Masyarakat Etnis Arab,”
Jurnal LITERA, Volume 17, Nomor 2, Juli 2018

Nahas, M. Kamel. “The Family in the Arab World.” Marriage and Family Living,
vol. 16, no. 4, 1954

Sania Hamady, Temperament and Character of the Arabs, New York, Twayne, 1960

Jon B. Alterman, Ties that Bind: Family, Tribe, Nation, and the Rise of Arab
Individualism, 2019

M. Huda Nur Taufik, Nurul Isnaini dan Riza Khumairoh, “Urgensi Keluarga Dalam
Masyarakat Arab,” Jurnal Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II
Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai