PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini agar mengetahui bagaimana sistem
kekerabatan dan hubungan sosial dalam budaya Minangkabau.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalam kekerabatan Matrilineal terdapat tiga unsur yang paling dominan,
yaitu (Amir, 2011:9):
Dalam sistem matrilineal, satu rumah gadang dihuni oleh satu keluarga.
Rumah ini berfungsi untuk kegiatan adat dan tempat tinggal. Keluarga
mendiami rumah gadang adalah orang-orang yang seketurunan yang
dinamakan separuik (dari satu perut) atau setali dasar menurut ibu. Menurut
sistem matrilineal, perempuan memiliki hak penuh di rumah gadang dan
kaum laki-laki hanya menumpang. Anak perempuan yang berkeluarga atau
kawin tinggal pada kamar-kamar di rumah gadang bersama suami mereka,
sedangkan anak perempuan dewasa tidur bersama perempuan lainnya di ruang
tengah. Anak laki-laki yang sudah berumur 7 tahun belajar mengaji dan
menginap di surau. (Amir, MS, 1999:26).
Dalam sistem matrelinial, yang berperan adalah mamak, yaitu saudara ibu
yang laki-laki. Ayah merupakan urang sumando atau orang yang datang,
Sumando dalam masyarakat Minangkabau ada beberapa kategori yaitu (1)
Sumando Ninik Mamak (yang dapat memberikan ketentraman pada isterinya
3
dan kaumnya sendiri), (2) Sumando Kacang Miang (yang membuat istrinya
gelisah karena dia memunculkan persoalan yang seharusnya tidak muncul),
(3) Sumando Lapik buruk (hanya memikirkan anak istrnya saja tanpa peduli
persoalan lain). Perkawinan di Minangkabau tidaklah menciptakan keluarga
inti yang baru. Suami dan istri tetap menjadi anggota dari garis keturunannya
masing-masing (Navis, 1984:20).
4
B. Hubungan Sosial Dalam Minangkabau
Kekerabatan di minangkabau tumbuh karena rasa kekeluargaan dan
rasa malu. Seseorang akan dihargai sukunya / keluarganya apabila ia berhasil
menyatu dengan kaumnya dan tidak membuat malu kaumnya.
Nilai-nilai ideal dalam kehidupan yang mesti dihidupkan terus dalam menata
kehidupan bernagari antara lain:
1. Rasa memiliki bersama
2. Kesadaran terhadap hak milik
3. Kesadaran terhadap suatu ikatan
4. Kesadaran untuk pengabdian.
1. Golongan Bangsawan
Memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat dan sering
mendapat kemudahan dalam segala urusan. memperolah uang jemputan
yang tinggi jika menikah, boleh tidak memberi belanja kepada isterinya
dan anaknya, memperoleh gelar kebangsawanan juga. Ia boleh kawin
dengan/dari kelas mana saja.
Sebaliknya seorang wanita bangsawan dilarang kawin dengan seorang
laki-laki biasa, apalagi kelas terendah. Yang termasuk golongan
bangsawan ialah orang-orang yang mula-mula datang dan mendirikan
desa-desa di daerah Minangkabau. Karena itu mereka disebut sebagai
urang asa (orang asal).
2. Golongan Orang Biasa
Orang-orang yang datang kemudian dan tidak terikat dangan orang
asal tetapi mereka bisa memiliki tanah dan rumah sendiri dengan cara
membeli.
5
3. Golongan Terendah
Orang-orang yang datang kemudian dan numpang pada keluarga-
keluarga yang lebih dulu datang dengan jalan menghambakan diri. Oleh
karena itu golongan ini menduduki kelas yang terbawah.
1. Kamanakan tali pariuk, yaitu keturunan langsung dari keluarga urang asa.
2. Kamanakan tali budi, yaitu para pendatang tetapi kedudukan ekonomi dan
sosialnya sudah baik, sehingga dianggap sederajad dengan urang asa.
3. Kamanakan tali ameh, yaitu para pendatang baru yang mencari hubungan
keluarga dengan urang asa, tetapi telah dapat hidup mandiri.
4. Kamanakan bawah lutuik yaitu orang yang menghamba pada orang asa.
C. Layanan BK
1. Konselor dapat menggunakan layanan informasi agar dapat memahami
bagaimana hubungan sosial dan sistem kekerabatan yang ada di
minangkabau.
2. Konselor harus bisa memahami bagaimana hubungan sosial yang ada di
minangkabau dan membantu klien agar dapat bergabung dalam hubungan
tersebut.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem kekerabatan yang ada di Minangkabau adalah matrilineal yang
mengikuti garis keturunan ibu. Adapun kekerabatan di minangkabau tumbuh
karena rasa kekeluargaan dan rasa malu. Seseorang akan dihargai sukunya /
keluarganya apabila ia berhasil menyatu dengan kaumnya dan tidak membuat
malu kaumnya.
Peranan dalam layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor
memamahi klien sesuai dengan latar budaya kliennya.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini , masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak.