Karakteristik Demografi
Hal menjelaskan tentang fitur demografis penduduk Arab Saudi, termasuk
kepadatan penduduk, etnis, tingkat pendidikan, kesehatan rakyat, status ekonomi, afiliasi
keagamaan dan aspek lain dari populasi. Demografi Arab Saudi, data FAO, tahun 2005;
Jumlah penduduk dalam ribuan.
Saudi Arabia berpenduduk sebanyak 4 juta jiwa dan 1,6 juta jiwa yang bukan
warga negara dengan 50% datang dari Asia Selatan. Kebanyakan masyarakat pribumi
datang dari keturunan Persia. Hampir semua rakyat di Uni Emirat Arab adalah Muslim.
Sekitar 80% penduduknya bisa membaca dan menulis. Sensus penduduk Arab Saudi sejak
April 2010 adalah 27.136.977, terdiri dari 18.707.576 warga Saudi dan 8.429.401 warga
negara asing.
Sampai tahun 1960, sebagian besar penduduk Arab Saudi adalah nomaden atau
seminomadic karena pertumbuhan ekonomi dan perkotaan yang cepat.Beberapa kota dan
oasis memiliki kepadatan lebih dari 1.000 orang per kilometer persegi (2.600 / mil ).
Penduduk Arab Saudi dicirikan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat.Arab Saudi
dikenal sebagai tempat kelahiran Islam yang mewajibkan semua muslim untuk
menggunakannya sebagai tempat haji, atau ziarah ke Mekah, setidaknya sekali selama
hidup jika mereka mampu melakukannya. Lingkungan budaya di Arab Saudi sangat
konservatif, negara menganut interpretasi yang ketat hukum agama Islam
(syariat).Budaya presentasi harus sesuai dengan standar etika yang didefinisikan secara
sempit. Pria dan wanita tidak diizinkan untuk menghadiri acara publik bersama-sama dan
dipisahkan di tempat kerja.
Saudi kebanyakan didominasi oleh etnis Arab. Beberapa berasal dari etnis
campuran dan keturunan dari Turki, Iran, Somalia Indonesia, India, Rusia, Afrika yang
sebagian besar bermigrasi sebagai peziarah dan berada di wilayah Hijaz di sepanjang
pantai Laut Merah seperti Jeddah, Mekkah dan Madinah. Menurut survei acak, sebagian
besar calon Saudi berasal dari benua dan negara-negara Arab.Banyak orang-orang Arab
dari negara-negara terdekat bekerja di kerajaan. Ada juga sejumlah besar ekspatriat
Asia yang sebagian besar berasal dari India, Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, Indonesia
dan Filipina.Pada 1970-an dan 1980-an, ada juga komunitas signifikan buruh migran
Korea Selatan yang berjumlah ratusan ribu. Tetapi pemerintah Korea Selatan hanya
menunjukkan 1.200 warga negara mereka yang tinggal di kerajaan tersebut. Pada tahun
2005,ada lebih dari 100.000 orang barat di Arab Saudi yang sebagian besar tinggal di
senyawa swasta di kota-kota besar seperti Riyadh, Jeddah dan Dhahran. Pemerintah
melarang non-Muslim untuk tinggal di kota Mekah.
Karakteristik Sosiologis Cultures
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa seseorang itu benar-benar
orang Arab. Salah satu karakteristik yang pasti adalah rasa bangga menjadi orang Arab.
Semua aspek fisik, geografis, dan agama mereka sangat beraneka ragam.Namun
demikian, kefasihan dalam berbicara Arabic (atau dialek Arab) dan kecintaan terhadap
budaya warisan Arab mungkin adalah dua hal paling penting.
Di dunia Arab modern, nilai-nilai tradisional sudah berubah. Hal ini disebabkan
oleh urbanisasi, industrialisasi, dan berkurangnya suku-suku yang ada. Kini, hanya 5%
dari orang Arab modern yang tinggal di gurun sebagai penggembala dan beberapa
komunitas orang Arab yang cukup besar bisa ditemukan di hampir semua dunia barat.
Sekitar 40% orang Arab tinggal di kota-kota besar. Hal ini telah menyebabkan ikatan
tradisional keluarga dan suku putus. Kini, para wanita dan pria memiliki pendidikan yang
lebih tinggi dan kesempatan kerja yang lebih besar. Banyak juga perubahan-perubahan
lain yang menciptakan "kelas menengah" baru dalam masyarakat mereka. Komunitas
imigran Arab (orang Arab yang tinggal di negara-negara bukan Arab) masuk dalam
ketegori "kelas menengah". Karena para imigran Arab sangat terbuka terhadap budaya
barat, budaya dan gaya hidup tradisional mereka telah mengalami banyak perubahan.
Akibatnya, ikatan budaya mereka merenggang.
Ada berbagai jenis pekerjaan bagi sebagian besar imigran Arab. Hal ini sangat
membantu kehidupan miskin mereka. Namun di sisi lain, hal tersebut mengendorkan
ikatan tradisional keluarga mereka. Para wanita diberi kebebasan untuk meninggalkan
rumah. Perjodohan dan tekanan sosial untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan agama
tradisional pun semakin sedikit.
Dibanding struktur sosial di gurun atau desa Arab, struktur sosial para imigran
Arab lebih rumit. Sekarang ini, kebanyakan imigran Arab mengakui jati diri mereka
berdasar kebangsaan, bukan kesukuan.
Meskipun persatuan politik masih merupakan mimpi bagi masyarakat Arab,
bahasa Arab masih menjadi pemersatu paling utama. Dalam upayanya melestarikan
bahasa ibu mereka, Arab telah mempertahankan dua jenis bahasa Arabic. Jenis bahasa
yang pertama adalah bahasa Arab klasik (classical Arabic) yaitu bahasa religius dan
sastra yang diucapkan dan dituliskan secara seragam di dunia Arab. Jenis bahasa yang
kedua adalah bahasa Arab untuk percakapan sehari-hari (colloquial Arabic) yaitubahasa
lisan informal yang berbeda-beda, tergantung dialek masing-masing daerah. Kedua jenis
bahasa tersebut digunakan oleh orang-orang Arab yang berpendidikan.
Beberapa upaya untuk memelihara tradisi budaya, seperti penamaan anak, telah
dilakukan. Umumnya, nama seorang anak Arab mencerminkan tiga elemen penting
dalam kehidupan Arab: sanak keluarga, rumah, dan agama. Jadi, seorang bocah lelaki
mungkin saja bernama Muhammad bin Ibrahim al Hamza. "Muhammad" merupakan
nama religiusnya. Lalu "bin Ibrahim" adalah nama ayahnya. Dan "Al Hamza" berarti dia
berasal dari desa Hamza. Para gadis juga diberi nama yang mirip, yang tetap digunakan
meski setelah mereka menikah. Hal ini menunjukkan tradisi Arab Muslim, meskipun
para wanita tunduk pada para pria, mereka tetap mempertahankan identitas, hak, dan
ikatan keluarga mereka.
Penyunatan bagi laki-laki masih merupakan sebuah tradisi dalam masyarakat
Arab. Acara ini digelar pada sekitar tahun ketujuh, dan diadakan sebagai pertanda
masuknya anak laki-laki ke dalam masyarakat religius. Para gadis jarang disunat, kecuali
di beberapa daerah yang terisolasi.
Awal mula masa Islam adalah saat "identitas Arab" mempunyai arti bahwa semua
orang Arab adalah keturunan dari seorang pria biasa. Oleh karena itu, menjadi orang
Arab akan dihargai, dihormati, dan mendapat hak istimewa. Muhammad adalah orang
yang pertama kali mengajar ajaran Islam pada orang Arab di awal abad ketujuh.
Hubungan sejarah antara orang Arab dan agama Islam masih sangat kuat. Sekarang ini,
sekitar 93% orang Arab adalah Muslim, yang termasuk dalam sejumlah sekte: Shia
("Ithna Ashari" atau "Ismaeli"), Alawi, Zaidi, dan Sunni. Muslim Sunni adalah sekte
paling besar.
medames (pasta kacang Fava, bawang putih dan lemon). kedai kopi tradisional
digunakan untuk mana-mana, namun saat ini sedang mengungsi karena gaya kafe
makanan-lorong. teh Arab juga merupakan adat yang terkenal, yang digunakan dalam
kedua pertemuan kasual dan formal antara teman-teman, keluarga dan bahkan orang
asing. Teh hitam (tanpa susu) dan memiliki aroma herbal yang datang dalam banyak
variasi.
4) Film dan teater
Teater umum dan bioskop telah dilarang selama lebih dari tiga dekade,
sebagai tradisi Sunni dianggap lembaga-lembaga tersebut tidak sesuai dengan Islam.
Namun, pada Juni 2009, warga akhirnya mendapat kesempatan untuk pergi ke
bioskop ketika Menahi, sebuah film yang diproduksi oleh Rotana, milik Pangeran
Arab Saudi Al-Waleed bin Talal, mulai muncul di pusat budaya Raja Fahd di Riyadh.
Namun, teater IMAX tersedia, dan dalam senyawa swasta seperti Dhahran dan Ras
Tanura teater publik dapat ditemukan, tetapi sering lebih populer untuk musik lokal,
seni, dan produksi teater daripada pameran gambar gerak. DVD penjualan ritel,
termasuk bahasa Arab, bahasa Inggris dan film India, secara hukum dan banyak
tersedia.
5) Agama
Kerajaan Saudi Arabia adalah sebuah monarki teokratis Islam di mana Islam
adalah agama resmi, hukum mengharuskan bahwa semua warga negara Saudi adalah
Muslim. Tidak ada kebebasan beragama. Pemerintah tidak memberikan pengakuan
hukum atau perlindungan bagi kebebasan beragama, dan ini sangat terbatas dalam
praktek. Selain itu, praktek umum agama-agama non-Muslim dilarang Mutaween
Saudi (Arab: ), atau Komite Propaganda Kebajikan dan Pencegahan Wakil
(yaitu, polisi agama), memberlakukan larangan tersebut. Untuk alasan inilah, budaya
Saudi tidak memiliki keragaman ekspresi keagamaan, bangunan, festival tahunan dan
acara-acara publik yang terlihat di negara-negara di mana kebebasan beragama
diperbolehkan.
GAMBARAN POLA KOMUNIKASI BUDAYA SAUDI ARABIA
1. Komunikasi verbal
Sastra Arab adalah bahasa resmi dari 22 negara dan merupakan bahasa liturgi
Islam karena merupakan bahasa Al Qur'an , yang berasal dari Kitab Suci umat
Islam. Bahasa Arab sastra adalah kendaraan besar budaya di Eropa, khususnya dalam
sains, matematika dan filsafat. Arab juga meminjam kata-kata dari banyak bahasa,
termasuk bahasa Ibrani , Yunani ,Persia dan Syria di abad-abad awal, Turki di abad
pertengahan dan bahasa Eropa kontemporer di zaman modern. Bahasa Arab ditulis
dengan huruf Arab , yang merupakan abjad script, dan ditulis dari kanan-ke-kiri .
Kualifikasi vokal (volume, pitch, irama, tempo, dan nada). Dalam budaya Saudi
Arabia, kenyaringan kualifikasi vokal menunjukkan kekuatan dan kelembutan
menunjukkan kelemahan.
Penggunaan bahasa Arab secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
1. Bahasa Arab amiyah yaitu bahasa Arab yang digunakan dalam percakapan
sehari-hari, bahasa ini terdiri dari :
Kelompok dialek Hedzjaz-Nejd yang mencakup dialek Hejaz, Nedj dan
Yaman.
Kelompok dialek Suriah yang mencakup dialek-dialek Arab yang
digunakan di Suriah,Libanon,Palesyina,dan Yordania timur
Kelompok dialek Irak yang mencakup dialek-dialek Arab yang digunakan
di negeri-negeri Irak
Kelompok dialek Mesir yang mencakup dialek-dialek Arab yang
digunakan di Mesir dan Sudan
Kelompok dialek Maroko yang mencakup dialek-dialek Arab yang
digunakan di Afrika utara
2. Bahasa Arab fusha (fasih) yaitu bahasa Al Quran dan hadits. Bahasa ini
digunakan sebagai bahasa tulisan atau bahasa sastra dalam buku,surat
kabar,majalah,hukum,administrasi,sastra,ceramah
ilmiah,pengajaran
dan
khotbah. Secara umum ,bahasa Arab merupakan bahasa yang terlengkap di
antara bahasa-bahasa Semit. Kelengkapan bahasa ini dapat dilihat dari
beberapa ciri berikut.
Bahasa Arab tidak hanya mencakup bunyi-bunyi yang terdapat dalam
bahasa Semit lain, tetapi juga bunyi-bunyi lain yang tidak ada
persamaannya dalam bahasa Semit seperti bunyi sa, zal, gain, dan da
Bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah nahwu (gramatika) dan saraf
(morfologi) yang lebih luas dan rinci
Bahasa Arab mempunyai akar kata yang lebih banyak dan lebih luas
daripada bahasa-bahasa Semit lain.
2. Komunikasi Non Verbal
Pada dasarnya komunikasi non verbal adalah mengirim dan menerima pesan
dalam berbagai cara tanpa menggunakan kode verbal (kata). Secara umum, ada dua
kategori dasar-bahasa nonverbal,yaitu :
a. Pesan nonverbal yang diproduksi oleh tubuh;
b. Pesan nonverbal yang dihasilkan oleh pengaturan yang luas (waktu, ruang,
diam)
Pada dasarnya,komunikasi non verbal adalah salah satu aspek kunci komunikasi
(dan khususnya penting dalam konteks-budaya tinggi). Fungsi komunikasi non verbal
adalah :
Digunakan untuk mengulangi pesan verbal
Sering digunakan untuk aksen pesan verbal (Misalnya nada verbal menunjukkan arti
sebenarnya dari kata-kata tertentu).
Mengatur interaksi (isyarat non verbal sekumpulan ketika orang lain harus berbicara
atau tidak berbicara).
Kedua adalah "kendala perilaku." Setiap kebudayaan memiliki aturan sendiri tentang
perilaku yang tepat yang mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal. Apakah
kita melihat orang lain dengan mata atau tidak ,apakah seseorang mengatakan apa
yang berarti terang-terangan atau berbicara di sekitar masalah ini, bagaimana orangorang yang berdiri dekat satu sama lain ketika mereka berbicara dan masih banyak
lagi aturan kesopanan yang berbeda dari budaya ke budaya.
Faktor ketiga Ting-Toomey adalah "kendala emosional." Beberapa budaya menjadi
sangat emosional ketika mereka berdebat masalah. Mereka berteriak, mereka
menangis, mereka menunjukkan kemarahan mereka, takut, frustrasi, dan perasaan
lainnya secara terbuka. Budaya lain mencoba untuk menjaga emosi mereka
tersembunyi, memamerkan atau berbagi hanya "rasional" atau aspek faktual situasi.
Semua perbedaan ini cenderung menyebabkan masalah komunikasi. Jika orang
yang terlibat tidak menyadari potensi masalah seperti itu, mereka lebih cenderung
menjadi korban. Dibutuhkan kesadaran yang lebih untuk mengatasi masalah dan
berkomunikasi secara efektif di seluruh budaya.
Cara mengeliminasi hambatan komunikasi dalam budaya Saudi Arabia
Banyak orang kurang memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hambatanhambatan dalam komunikasi lintas budaya seringkali terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan
beberapa cara untuk mengeliminasi hambatan tersebut, diantaranya adalah:
Niat
Sebelum memulai komunikasi, yang perlu diputuskan adalah niat. Semua
orang harus memiliki niat ketika akan melakukan komunikasi.Hal ini dapat
mempengaruhi dasar dari suatu komunikasi. Sebelum memulai komunikasi, luangkan
waktu untuk mengingatkan diri sendiri tentang tujuan komunikasi tersebut. Ini akan
membantu untuk
tetap fokusnya
komunikasi dan
akhirnya
membuat
pembicaraan yang memuaskan bagi semua pihak.
Underlying Concerns
Pikirkan tentang segala keprihatinan yang mungkin kita pegang dalam suatu
percakapan. Kita mungkin khawatir bahwa orang lain tidak bersedia untuk diajak
berdiskusi , atau membuat hal-hal yang lebih buruk dengan mengusung masalah ini.
Sangat penting untuk kita benar-benar mengerti apa yang mendasari kekhawatiran
tersebut.
Get on the same page
Mengidentifikasi alasan yang mendasari komunikasi merupakan hal yang
penting untuk dilakukan di bagian paling awal percakapan. Menguraikan hasil-hasil
spesifik yang kita harapkan dapat membantu menjaga komunikasi dan membuatnya
lebih mudah untuk mengatasi masalah apapun yang kita tangani. Berbicara tentang
fakta, daripada hipotesis atau generalisasi sangat penting untuk komunikasi yang
efektif. Perawat harus menghindari menghakimi orang lain, menyebut nama psien
sembarangan, atau menggunakan label negatif untuk menggambarkan klien.
Economy of Words
Selama berkomunikasi, sangat penting untuk menggunakan kata-kata cukup
jelas, tidak berkata kata yang mengaburkan makna dan mempersulit masalah.
Mencoba untuk tetap berpegang pada satu subjek, atau satu aspek dalam situasi
tersebut sampai kita bisa mendapatkan beberapa solusi. Setelah itu baru beranjak ke
point yang lain. Terlalu banyak bicara juga dapat mengakibatkan kebuntuan makna
dan dapat menghambat apapun dari apa yang akan dicapai.
Negosiasi
Setelah permasalahan telah dibahas secara menyeluruh dan kita yakin dengan
hasil yang diinginkan, tindakan selanjutnya adalah menggunakan ide-ide
brainstorming yang akan membantu perawat dan klien menemukan solusi dalam
situasi tersebut.Perlu juga untuk mempertimbangkan semua sudut pandang, dan
memaastikan bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan tentang solusi yang
akan diberikan.
Perjanjian
When you reach this point in the conversation, both parties need to decide who
is prepared to take the specific actions needed to implement the strategies you have
identified as solutions. ketika perawat telah mencapai titik ini dalam komunikasi,
perlu diputuskan siapa yang siap untuk mengambil tindakan khusus yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan strategi yang telah kita identifikasikan sebagai
solusi.Kedua belah pihak (perawat dan klien) harus puas dengan kesimpulan yang
telah kita capai, tindakan yang perlu diambil, dan bahwa strategi keseluruhan pada
kenyataannya telah disediakan dan solusi yang memuaskan. Perjanjian tersebut harus
disertakan kerangka waktu tertentu, yaitu kapan tindakan akan selesai dan siapa yang
akan menyelesaikannya.
Akuntabilitas
Arrange a future time to follow up on the discussion, memastikan juga bahwa
perawat dan klien bertemu untuk melihat bagaimana perkembangan kesehatan
berikutnya. Wait until there is a problem and you've waited too long. Bila perawat ada
urusan dengan klien lainnya, pastikan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan
untuk menjaga perjanjian sebelumnya tetap berjalan dengan baik.
Kesimpulan
Dalam upaya memahami komunikasi lintas budaya di kalangan pembaca
khususnya budaya Arab, maka penulis membuat makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat mengerti bahwa:
Komunikasi lintas budaya sangat diperlukan sebagai dasar perawat dalam
melakukan transfer informasi kepada klien. Komunikasi lintas budaya itu sendiri
adalah proses dimana dialihkannya ide atau gagasan suatu budaya yang satu
kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua
kebudayaan yang terkait ataupun lebih.
Gambaran budaya Arab meliputi karakteristik demografi, sosiologis, biologis dan
psikologis yang beraneka ragam menjadikan negara ini memiliki hal yang unik
untuk
dipelajari.
Penduduk
Arab
Saudi
dicirikan
oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, juga tradisi masyarakat arab, kehidupan
sosial yang dipengaruhi oleh banyak faktor, ciri fisik dan psikologi masyarakat
Arab yang berbeda dari bangsa lain.
Gambaran pola komunikasi budaya Arab perbedaannya sangat menonjol
dibandingkan dengan bangsa lain. Arab terkenal dengan tulisannya yang memiliki
kaidah bahasa tersendiri. Komunikasi personal dan interpersonal pun memiliki
aksen tersendiri.
Hambatan implementasi dalam berkomunikasi lintas budaya antara lain dibagi
menjadi 3 bagian yaitu kendala kognitif, kendala perilaku, dan kendala
emosional.
Peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi hambatan komunikasi
dalam pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik apabila perawat
memahami cara bekomunikasi yang efektif dengan klien dan mengarah pada
komunikasi terapeutik agar dapat menghasilkan status kesehatan yang
diinginkan.
Saran-saran
Penulisan makalah ini ditujukan bagi perawat dan mahasiswa perawat pada
khususnya yang berkepentingan terhadap pemahaman komunikasi lintas budaya di
kalangan profesi perawat di Indonesia, terutama mahasiswa program studi D-III
keperawatan di Poltekkes Kemenkes Malang.
Selain itu makalah ini berfungsi untuk :
Agar pembaca dapat lebih memahami gambaran kebudayaan Saudi Arabia
Agar pembaca mengetahui gambaran pola komunikasi kebudayaan Saudi Arabia
Agar pembaca mengetahui hambatan implementasi komunikasi pada budaya
Saudi Arabia
Agar pembaca mengetahui peran perawat sebagai komunikator dalam mengatasi
hambatan komunikasi dalam pelayanan asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Khoirul. 2009. Bahasa Arab dalam khazanah budaya nusantara. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi pembelajaran bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
Lippincott Williams & Wilkins. Nurses Role in Communication and Patient Safety. J Nurs
Care Qual 2009;24(3):184-188. Wolters Kluwer Health.
http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_arab, di akses pada tanggal 2 April 2011
http://www.joshuaproject.net/masyarakat arab. di akses tanggal 2 April 2011
http://google terjemahan.com/non verbal- communication. Di akses pada tanggal 2 April
2011
http://id.wikipedia.org/wiki/culture of saudi arabia, di akses pada tanggal 27 April 2011
http://encyclopediaegypt.com/e-race. di akses 27 April 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/demografi arab saudi, di akses pada tanggal 29 April 2011
http://kajiantimurtengah.wordpress.com, di akses pada tanggal 1 Mei 2011