Anda di halaman 1dari 76

SURVEILANS KESEHATAN

MASYARAKAT II
Statistik Vital
 

Melakukan regiatrasi (pencatatan) merupakan salah satu cara untuk


mendokumentasikan alur peristiwa kejadian atau perorangan
dalanm sutu periode waktu tertentu.
Sejumlah registrasi diwajibkan menurut undang-undang (seperti
registrasi peristiwa vital termasuk kematian, kelahiran perkawinan
dll).
Walaupun registrasi ini mirip dengan pemberitahuan, namun
registrasi registrasi lebih spesifik karena lebih bersifat arsip
yang legal dari seseorang atau suatu kejadian.
Umpamanya surat keterangan kematian dan akte kelahiran
merupakan arsip legal dan juga mengandung informasi
penting yang berhubungan dengan kesehatan.
Statistik Vital
 

Pencatatan kejadian vital atau kelahiran dan kematian yang secara


umum agak kurang digunakan sebagai sumber surveilans.
Catatan tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk
memperkirakan besarnya penyakit tertentu atau kejadian luka,
untuk menjelaskan distribusi (umpamanya penyebaran
menurut umur atau geografi), mengikuti kecenderungan, dan
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat lainnya.
Namun demikian, dengan hanya mengumpulkan keterangan tanpa
dilakukan analisis dan penyebarluasan informasi untuk
digunakan dalam usaha pencegahan, tidak memenuhi syarat
sebagai surveilans kesehatan masyarakat.
Statistik Vital
 

Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian


Ibu (AKI) merupakan dua target pencapaian pembangunan
millennium (MDGs) dimana sistim surveilans dilaksanakan
terutama dengan menggunakan pencatatan vital.
Efektifitas surveilans AKB dan AKI pada tingkat lokal dapat
dengan mudah untuk intervensi yang lebih tepat dalam
pencegahan angka kematian tersebut.
Adanya sisatim elektronik untuk pelaporan data vital
menyebabkan bentuk surveilans ini lebih tepat waktu dan
lebih efektif.
Statistik Vital
 

Registrasi kejadian penyakit (umpamanya registrasi kanker) dapat


memperkirakan jumlah arang dengan penyakit tersebut
sepanjang waktu tertentu dan umumny termasuk diagnosis,
pengobatan dan informasi dampaknya.
Walaupun sebagian besar registrasi penyakit membutuhkan
fasilitas kesehatan untuk melaporkan informasi pada
seseorang yang menderita penyakit, pada bagian yang aktif
dapat diadakan dimana registrasi berkala dengn membaharui
informasi penderita melaui peeriksaan berkala terhadap
kesehatannya, keadaan vital dan laporan lainnya.
Analisis sekunder dari pengumpulan set data untuk kepentingan lain
 

Surveilans untuk masalah kesehatan dapat pula menggunakan data


asli yang dikumpulkan untuk kepentingan lain, yang sering disebut
dengan analisis data ulang atau penggunaan data sekunder.
Bentuk pendekatan ini cukup efisien namun dapat mengalami
masalah tidak dapat tepat waktu, atau kurang cukup rinci untuk
digunakan pada masalah dibawah surveilans.
Oleh karena pengumpulan data primer pada surveilans
membutuhkan waktu yang tepat dan sumber yang intensif bila
dilakykan dengan baik, maka cara ini hanya dilakukan apabila
menghadapi masalah kesehatan dengan perioritas tinggi dan
tidak ada data lain yang tersedia
Analisis sekunder dari pengumpulan set data untuk kepentingan lain
 

Data yang dikumpulkan oleh badan diluar kesehatan masyarakat


dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,.
Sebagai contoh, industri lokal akan mengumpulkan data tentang
absentisme dan termasuk apa yang menjadi penyebab
absentisme.
Departemen perhubungan dan instansi kepolisian juga
mengumpulkan data tentang berbagai keselakaan lalulintas dan
jenis lukanya.
Berbagai informasi tersebut kemudian dapat berkontribusi pada
keseluruhan sistim surveilans.
Surveilans dan sistim informasi kesehatan
semua jenis sistim
pengumpulan data yang
memungkinkan untuk termasuk semua
kepentingan informasi dari rumah
departemen kesehatan sakit, klinik, serta
petugas pelayanan
kesehatan
serta berbagai sistim
jumlah penderita, pendataan, data
diagnosis, program khusus
penatalaksanaan, dan seperti vaknisasi,
dampak personal yang pelayanan prenatal,
berkaitan dengan hasil pengobatan
farmasi penyakit,
Surveilans dan sistim informasi
kesehatan
Sistim pengawasan mengumpulkan sejumlah informasi pokok sebagai
petunjuk bagi pengambilan keputusan di berbagai tingkat sektor
kesehatan yang menyangkut rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
pencegahan penyakit serta kegiatan pengawasan.
Pengambilan keputusan berdasarkan data yang efektif berdasarkan pada
integrasi sistim pengawasan yang lebih kecil yang dikembangkan untuk
dipakai secara lokal, yang didukung oleh pengumpulan terpusat dan
kegiatan proses yang memberikan pemakai umpan balik yang
memudahkan pengambilan keputusan lokal yang layak.
Pengumpulan data harus memberikan dua macam informasi utama yang
diperlukan bagi pengambilan keputusan di semua tingkat:
Surveilans dan sistim informasi
kesehatan
Informasi manajemen termasuk namun tidak terbatas pada
tersedianya informasi untuk pengambilan keputusan yang
efektif, alokasi dan penggunaan sumber daya, pengawasan
dan kontrol, keuangan, proses pembelian, dan administrasi
kegiatan serta sistim pelaporan
Informasi epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit,
wabah yang bersifat gawat darurat, siaga bencana, dan
makanan, nutrisi serta risiko dan kelakuan yang berhubungan
dengan kesehatan yang terutama dilaksanakan melalui sistim
surveilans epidemiologi.

 
Surveilans dan sistim informasi
kesehatan
Dengan demikian maka surveilans kesehatan masyarakat
merupakan salah satu komponen dari sistim informasi
kesehatan.
Sistim informasi kesehatan menyeluruh di mana-mana, namun
khusus pada Negara pendapatan rendah, harus menghindari
pengumpulan terlalu banyak informasi yang kemungkinannya
tidak pernah digunakan, biasanya karena tujuannya tidak
diterangkan secara jelas, atau terfokus pada berbagai
kebutuhan khusus.
Akibatnya, data yang dikumpulkan terlalu banyak namun tingkat
kebenarannya rendah sehingga tidak banyak bernanfaat untuk
digunakan.
Sistim surveilans vertikal dan sistim terpadu

Sistim surveilans vertikal memfokuskan diri pada satu penyakit


atau gangguan kesehtan khusus lainnya. Informasi kemudian
dikirimkan melalui umpan balik ke program penanggulangan
penyakit tertentu.
Informasi tersebut dikumpulkan dari satu atau lebih elemen pada
jaringan penyebab dan pencegahan penyakit dan gangguan
kesehatan lainnya.
Umpamanya berhubung sedang dilaksanakan program
pemberantasan polio secara global, maka informasi dari sistim
surveilans dikirimkan langsung kembali ke Expanded Program on
Immunization (EPI) program polio.
Sistim surveilans vertikal dan sistim terpadu

Disini mereka segera menyusun respon cepat apabila dijumpai


adanya kasus paralisis akut (case of acute flaccid paralysis
AFP).
Sistim surveilans ini akan lebih mahal namun sangat efektif.
Pada kasus polio, biaya biasanya sebagian besar berasal dari
donor internasional yang mendukung kampanye global untuk
memberantas penyakit tersebut.
Sebaliknya, suatu pendekatan yang terintegrasi dengan
mempertimbangkannya sebagai suatu sistim yang umum
untuk berbagai penyakit dengan menggunakan struktur
organisasi, proses dan personal yang sama.
Sistim surveilans vertikal dan sistim terpadu

Hal ini membutuhkan kordinasi tertentu namun lebih efisien dan


lebih murah, karena cara ini memungkinkan untuk dilaksanakan
deangn kapasitas dan sumberdaya yang srdah ada dan
meningkatkan penggunaan sumberdaya kesehatan secara lebih
efektif.
WHO dewasa ini merekomendasikan pengembangan unit pada
tingkat nasional untuk mengkordinasikan berbagai kegiatan sistim
surceilans pada penyakit menular.
Kordinator dapat menyediakan program indifidual atau tersendiri
(seperti progranm untuk TB, vaksin, pencegahan kelukaan) yang
membutuhkan informasi.
Sistim surveilans vertikal dan sistim terpadu

Suatu sistim surveilan terintegrasi mengumpulkan informasi tentang


prilaku yang berhubungan dengan penyakit tidak menular dan
penyakit menular (umpamanya dengan penggunaan kondom
untuk mencegah HIV, kebiasaan mencuci tangan untuk penyakit
diare dan hepatitis) dan secara ideal membutuhkan pendekatan
yang terintegrasi
Pada tingkat lokal, sistim integrasi lebih sering merupakan norma dan
memberikan pengertian khusus karena jumlah kasus untuk
berbagai jenis penyakit cukup kecil dan tidak membutuhkan sistim
vertical yang terpisah.
Pada tingkat lokal, orang yang sama umumnya juga yang melaporkan
dan melakukan investigasi semua jenis penyakit yang harus
dilaoporkan.
Surveilans aktif dan pasif
 

Surveilans pasif adalah data penyakit yang secara sadar dilaporkan


oleh petugas pelayanan kesehatan termasuk dokter, laboratorium
dan petugas kesehatan profesional lainnya, yang diharuskan
mengirim laoporan tersebut yang telah ditetapkan melalui
peraturan kesehatan masyarakat.
Bentuk ini merupakan dasar dari setiap sistim surveilans.
Surveilans aktif juga didasarkan pada ketentuan kesehatan masyarakat
yang dikirimkan secara khusus oleh petugas pelayanan surveilans
yang secara aktif mencari kasus / penderita penyskit tertentu.
Bentuk aktif surveilans termasuk pencarian penderita secara aktif dari
rumah ke rumah pada suatu keadaan wabah seperti pada wabah
Ebola.
Surveilans aktif dan pasif
 
Surveilans penyakit menular seksual (PMS) seperti gonoro atau sifilis dan
jenis lainnya juga merupakan suatu surveilans aktif, dengan melakukan
pemantauan (follow up) terhadap kasus yang telah dikonfirmasi oleh
laboratorium untuk memastikan bahwa semua penderita telah
mendapatkan pengobatan yang adeguat.
Surveilans aktif terhadap PMS umumnya melibatkan pencarian secara
aktif mereka yang pernah melakukan kontak seksual dengan seseorang
yang terinfeksi untuk memastikan pengobatan mereka.
Hanya sebagian kecil surveilans seperti ini dilakukan pada Negara yang
pendapatan rendah atau menengah oleh karena hal ini merupakan
penggunaan sumberdaya yang intensif, kecuali termasuk pancarian
penderita pada suatu wabah serta investigasi kontak pada PMS dan
pada Tuberkulosis.
Mempertimbangkan sumberdaya untuk data surveilans
 

Ada tiga hal utama dalam mempertimbangkan alternative


sumberdaya untuk data surveilans. Pertama adalah isu biaya.
Sistim surveilans yang berbasis pada, atau yang saling
mendukung satu dengan yang lainnya, dalam sistim yang
sekarang ini termasuk tidak mahal.
Sistim seperti ini juga tampaknya lebih dapat bertahan
walaupun dalam waktu yang kurang menguntungkan, sejak
alasan untuk tetap memelihara program, dimana surveilans
sebagai dasar yang mungkin lebih memaksa bagi penentu
kebijakan dari pada mendukung sistim surveilans yang berdiri
sendiri.
Mempertimbangkan sumberdaya untuk data surveilans
 

Umpamanya pelaporan rutin penyakit menular oleh petugas


pelayanan kesehatan merupakan suistin surveilans dengan
biaya yang rendah.
Isu yang kedua adalah seleksi terhadap data surveilans bersifat
berkesinambungan.
Apakah suatu sistim surveilans dapat berkesinambungan dan tetap
terpelihara efektifitasnya sepanjang waktu tergantung pada
banyak faktor, termasuk kompleksitasnya sistim, besarnya beban
bagi pelapor, persepsi dari pelapor tentang nilai sistim bagi
mereka, biaya dari sistim, serta dukungan program dalam
penilaian sistim terhadap kontribusinya terhadap pencegahan.
Mempertimbangkan sumberdaya untuk data surveilans
 

Isu ketuiga sebagai faktor yang cukup penting ialah apakah sistim
tersebut dapat mencapai tujuan. Ada banyak sekali tujuan dari
sistim surveilans, termasuk mendeteksi wabah, merespon
terhadap masalah kesehatan dengan tindakan kesehatan
masyarakat yang sesuai, serta menilai besarnya masalah kesehatan
untuk waktu yang akan datang.
Tujuan dari masing-masing sistim surveilans harus ditetapkan secara
jelas.
Oleh karena tidak setiap sistim surveilans mencapai semua tujuan
surveilans, maka sistim surveilans yang tidak mencapai tujuan
khusus harus dikoreksi atau dihentikan.
Pertimbangan merencanakan surveilans kesmas
 

Dalam merencanakan suatu sistin surveilans kesehatan


masyarakat, beberapa hal harus dipertimbangkan antara
lain
• penentuan perioritas,
• menentukan tujuan dan sasaran,
• definisi kasus serta
• penentuan kasus suspek atau kasus konfirmasi.
Penentuan prioritas
Prioritas harus dikembangkan berdasarkan daftar panjang penyakit
dan kelukaan yang mempengaruhi umat manusia.
Masalah yang lebih sering adalah pendekatan yang melampaui
ambisi dalam menetapkan daftar penyakit dan kelukaan yang
wajib dilaporkan.
Daftar dari faktor yang berhubungan dengan risiko dan faktor
pencegahan juga cukup panjang.
Prioritas harus berdasarkan kepentingan kesehatan masyarakat
termasuk tingkat keseriusan penyakit bagi setiap orang,
sedang merupakan beban masyarakat, berpotensi
menimbulkan beban bagi masyarakat (berdasarkan isu
tingkat kemampuan wabah) serta tingkat pencegahannya.
Penentuan prioritas
Tingkat prioritas ditentukan pula oleh kemampuan Negara
merenspon dengan kebutuhan tindakan kesehatan
masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit.
Pada Negara berpendapatan sedang akan mampu
meningkatkan daftar dari prioritas kesehatan bila
dibandingkan dengan Negara yang berpendapatan
rendah.
Parameter untuk mengukur tingkat kepentingan kesehatan
masyarakat sehingga dibutuhkan sistim surveilan untuk
memonnitornya termasuk beberapa hal.
Parameter untuk mengukur tingkat kepentingan

1. Jumlah kasus, baik insidensinya maupun prevalansinya,.

2. Indeks beratnya penyakit seperti angka sebab kematian (case fatality rate)

3. Angka kematian
4. Indeks kehilangan produktivitas seperti jumlah hari rawat inap

5. Indeks kematian dini seperti YPLL


6. Efektivitas biaya intervensi
7. Memiliki kemungkinan pencegahan
8. Memiliki potensi menjadi epidemi.
PenentuanTujuan Surveilans

1. Memperkirakan besarnya insidens penyakit

2. menilai kecenderungan

3. melakukan identifikasi kasus untuk intervensi,

4. mengembangkan pencegahan dan progranm penanggulangan yang efektif

5. melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan intervensi.


Penentuan tujuan dan sasaran

Tidak setiap projek surveilans dapat mencapai setiap


tujuan tersebut, namun sistim yang dibangun harus
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Data harus dikumpulkan sesuai dengan tujuan, bukan
hanya dalam bentuk rutin atau sistim akan menjadi
kaku dan para peserta terutama para pelapor akan
kehilangan minat.
Definisi kasus

Definisi tentang apa yang merupaksan kasus dalam terminologi


surveilans akan tergantung pada diagnosa klinik, hasil
laboratorium, informasi demografi, atau hal lainnya yang
disepakati secara khusus.
Kasus dapat didefinisikan dengan perbedaan derajat tertentu.
Umpamanya, penyakitcampak dapat ditentukan secara gejala
klinik, atau dengan takelola laboratorium yang canggih.
Definisi kasus untuk surveilans harus distandarisasi.
Definisi tersebut dapat sangat dibatasi atau lebih longgar dari pada
kriteria yang digunakan untuk diagnosa klinik.
Difinisi kasus juga beda pada berbagai Negara tergantung pada
sumberdaya yang tersedia (terutama sumberdaya laboratorium).
Kasus yang konfirmasi dan kasus yang suspek
 

Adalah hal yang cukup penting untuk mempertahankan tingkat


kecurigaan yang tinggi dan awalnya membuat jaringan yang luas
dalam usaha untuk tidak kehilangan kasus.
Dengan demikian, definisi untuk kasus suspek ditetapkan dan
kemudian kasus dikonfirmasi melalui tes laboratorium atau dengan
tindak lanjut (follow up) klinik.
Banyak kasus suspek yang dilaporkan dengan informasi yang minimal
serta hal ini perlu untuk ditindak lanjuti dengan investigasi yang
saksama untuk konfirmasi penyakit, dan menentukan sumber
penyakit yang potensial dan kemungkinan kontaknya sehingga
mereka juga akan mendapatkan pengobatan apabila
membutuhkan.
Kriteria menseleksi penyakit

1. Apakah penyakit 2. Apakah penyakit tersebut


mempunyai dampak mempunyai potensi
cukup tinggi (angka epidemi yang bermakna
morbiditas, mortalitas (termasuk cholera,
dan kecacatan) meningitis atau campak)

3. Apakah merupakan target


4. Apakah informasi program khusus penanggulangan
yang dikumpulkan pada tingkat nasional, regional
akan memberikan atau internasional (program
kemaknaan pada penanggulangan oleh badan
tindakan kesehatan interbasional seperti WHO)
masyarakat
Keberhasilan suatu program surveilans
 

Salah satu komponen yang cukup penting pada perencanaan


surveilans tingkat nasional adalah daftar perioritas penyakit
untuk surveilans.
Daftar tersebut sependek mungkin, yang harus disusun dengan
kerjasama pejabat departemen kesehatan. Pertanyaan harus
diarahkan tidak hanya dari pandangan secara nasional namun
harus juga dari tingkat regional serta kemungkinan pandangan
dari tingkat internasinal, karena penyakit dapat menyebar
secara cepat, tampa mengenal batas Negara.
Apa yang tercantum tentang kriteria mendeteksi penyakit dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk seleksi penyakit.
Keberhasilan suatu program surveilans
 

Selanjutnya untuk sindroma penyakit khusus (termasuk hemorrhagic


fever syndrome) dan juga sama dengan beberapa isu kesehatan
masyarakat (seperti kerentanan antibiotik pada beberapa penyebab
penyakit infeksi) harus dipertimbangkan untuk surveilans.
Menyusul, atau mungkin mendahului, daftar perioritas penyakit,
inventarisasi kegiatan surveilans yang sedang berjalan harus
dilaksanakan.
Hal ini harus didasarkan pada hasil kunjungan langsung dan dengan
meninjau semua komponen kunci dari sistim kesehatan, termasuk
sektor pemerintah dan swasta yang menyediakan, serta melakukan
peninjauan terhadap setiap organisasi non pemerintah (NGO) yang
terlibat dalam kegiatan jangka panjang negeri tersebut.
Jenis data yang dikumpulkan
 

Sumber data dan metode surveilans harus dipilih secara hati-hati


untuk dapat sesuai degan tujuan khusus surveilans dan
memaksimalkan sifat surveilans (seperti ketepatan waktu,
sensitivitas, nilai ramal positif, kesederhanaan dan fleksibilitas)
yang merupakan hal yang sangat penting pada setiap tingkatan
sistim kesehatan masyarakat pada setiap determinan atau kejadian
kesehatan.
Data yang tidak dibutuhkan sebaiknya tidak dikumpulkan, kecuali
apabila hal tersebut cukup efisien untuk pengumpulan suatu
kumpulan standard dari data yang sudah tersedia dengan mudah
untuk suatu kumpulan kejadian kesehatan.
Jenis data yang dikumpulkan
 

Umpamanya, suatu hal yang lebih mudah untuk mengumpulkan


salinan lembaran kunjungan rumah sakit dan memisahkan
informasi yang dibutuhkan kemudian, dari pada mengumpulkan
hanya keterangan yang dibutuhkan untuk surveilans, sementara
sudah berada di rumah sakit.
Sistim surveilans bervariasi pada kebutuhannya untuk khusus
keterangan identifikasi perorangan.
Hal ini apabila adanya kebutuhan untuk diarahkan kasus indifidual
atau untuk mengidentifikasi comunitas asal kasus, atau mungkin
sering menenrukan pendirian dari kasus, maka hal tersebut
membutuhkan untuk identifukasi perorangan.
Jenis data yang dikumpulkan
 

Pada tingkat nasional, dimana perhatian lebih banyak terfokus


pada besarnya dan kecenderungan dari pada keadaan, dan
identifikasi personel jarang dibutuhkan.
Untuk beberapa penyakit (seperti meningitis, rabies, atau gonoro)
sangat perlu untuk mengumpulkan nama dari penderita, dan
waktu serta tempat kejadian infeksi.
Pada setiap hal umpamanya tindakan langsung ke indifidu
dilakukan dalam merespons terhadap kasus, apakah tindakan
tersebut berupa antibiotik untuk pencegahan, vaksinasi, atau
pengobatan terhadap mereka yang baru saja melakukan kontak
seksual.
Jenis data yang dikumpulkan
 

Namun demikian, pada kondisis seperti demam dengge, tidak ada


tindakan lansung dengan intervensi indifidu, tetapi lebih kearah
intervensi pada tingkat komunitas.
Oleh sebab itu perhitungan jumlah kasus secara sederhana sangat
penting dan tidak terlalu membebani sistim.
Data sebaiknya dikumpulkan dengan tenaga yang minim. sedapat
mungkin dengan cara yang intensif dan konsisten dengan
kualitas, cakupan serta terinci sesuai kebutuhan.
Suatu sistim surveilans yang efisien adalah yang terlaksana dengan
seminimum mungkin sumberdaya kesehatan baik tenaga kerja
serta biaya local maupun provinsi yang digunakan untuk
pengumpulan informasi.
Tingkat pengembangan sistim surveilans kesmas

Sistim surveilans kesehatan masyarakat terentang pada suatu


keadaan yang komplek dari tingkat yang paling dasar (hanya
degan alat jarum penunjuk mengikuti kasus) ke tingkat yang
sangat komplek (dengan menggunakan digital untuk mengikuti
data serta geografi GIS)
Beberapa yang melibatkan tehnik laboratorium yang sangat
sederhana (sediaan hapus untuk malaria), sedangkan yang
lainnya dengan alat yang sangat canggih (penentuan HIV yang
memerlukan tes DNA).
Pengelolaan data dapat berentang dari kotak kartu indeks ke set
data yang sagat besar di komputer.
Tingkat pengembangan sistim surveilans kesmas

Namun demikian, untuk seluruh sistim pertama-tama dibutuhkan


menentukasn tujuan atai beberapa tujuan dari sistim surveilans,
data apa yang harus dicari dan batasnys sampai kapan, serta
memilih sistim yang paling sederhana yang memungkinkan
pengumpulan data tersebut.
Karena kecanggihan sistim surveilans terus berkembang, maka biaya
suatu sustim termasuk sumberdaya yang dibutuhkan (seperti
untuk penentuan HIV di laboratorium jauh lebih banyak
dibutuhkan bila dibandingkan dengan yang dibutuhkan pada
sediaan darah hapus malaria di lapangan).
Tingkat pengembangan sistim surveilans kesmas

Dewasa ini, hampir semua Negara memiliki bentuk surveilans yang


sama untuk polio dan TB walaupun memiliki tingkat keberhasilan
yang berbeda beda.
Sejumlah Negara juga mengembangkan sistim surveilans untuk
campak, malaria dan cholera dan sistim tersebut kemudian
menjadi bentuk dasar unntuk mengembangkan fungsi sistim
surveilans kesehatan masyarakat.
Pengembangan suatu surveilans dibangun diatas keberhasilan.
Melakukan suatu demonstrasi efektifitas pada awal dari suatu sistim
surveilans dapat membangun dukungan diantara para pelapor
dan bagi mereka yang harus menyiapkan sumberdaya.
Tingkat pengembangan sistim surveilans kesmas

Hal ini akan menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya


informasi untuk menangani suatu epidemik, memantau kejadian
penyakit, serta secara umum mengenai kesehatan yang baik.
Pada saat tingkat keberhasilan surveilans telah dimengerti dengan
baik maka akan sulit membangun sistim surveilans yang kecil,
membatasi susunan dari pada keadaan.
Akan tetapi apabila pada awalnya sangat ambisius kemungkinan
akan mengilangkan antusiasme untuk kegiatan selanjutnya dan
akan lebih sulit bila dibandingkan memulai secara perlahan.
Tingkat pengembangan sistim surveilans kesmas

Serdangkan kemajuan di komputer dan tehnologi infirmasi


memberikan banyak kesempatan untuk meningkatkan surveilans,
mereka juga dewasa ini menimbulkan ancaman untuk
mengembangkan surveilans yang efektif.
Lebih mudah untuk membeli peralatan (menyiapkan dana bila
memungkinkan) daripada melatih dan mengembangkan tenaga staf
yang memadai serta membangun partnership dengan pelapor
penyakit dan lainnya. dimana tanpa mereka surveilans tidak akan
berfungsi.
Surveilans yang efektif dapat terlaksana dengan tehnologi yang belum
sempurnah, tehnologi tidak akan mengambil alih yang berhubungan
dengan pemahaman, kemampuan pengelolaan, serta
pengembangan dengan partnership yang sangat perlu.
Sistim pengiriman data
Sistim pengiriman data harus merupakan bentuk pilihan yang
mudah dilaksanakan dan sesuai dengan situasi.
Terdapat satu kesatuan dari kemungkinan suatu laporan untuk
dapat dipertimbangkan, termasuk petugas pelaksana, klinisi,
rumah sakit, dan petugas kesehatan komunitas.
Disamping itu kemungkinan cukup banyak media komunikasi dapat
dilibatkan, termasuk kartu pos, telegram, telepon, faksimail, e-
mail, dan juga internet.
Demikian pula, database dapat berbasis pada catatan koran, dapat
pula dengan komputerisasi, atau dalam basis internet.
Metode pengiriman data harus untuk kepentingan Negara,.
Sistim pengiriman data
Dalam sejarahnya, efektifitas sistim surveilans telah digunakan dengan
cara komunikasi dasar, seperti dengan kartu pos.
Dalam merancang suatu surveilans, pertimbangan harus didahulukan
untuk pengembangan rencana analisais.
Data yang mana yang harus dianalisis untuk dapat diminati pengguna.
Anlisis dapat berbeda tingkat keruwetannya, tergantung pada
kapasitas tehnik serta kebutuhan untuk penentu kebijakan.
Keputusan harus dibuat mengenai frekuensi dari pengolahan dan
tingkat analisis (umpamanya lokal sebagai bagian dari provinsi, dan
provinsi sebagai bagian dari nasional).
Sistim pengiriman data
Pengolahan data yang sangat dasar sering cukup berguna
untuk kegiatan pencegahan penyakit.
Analisis yang lebih ruwet kadang-kadang mengungkapkan
peluang untuk pencegahan yang tidak tampak pada
analisis data yang sederhana.
Tingkat efektivitas dari analisis data sangat tergantung
pada suatu analisis yang dipikirkan secara logis dan
berguna untuk pencegahan, dan tidak didaasarkan pada
pendekatan otomatisasi atau yang diatur.
Hubungan surveilans dengan laboatorium
 

Laboratorium memegang peranan yang cukup menentukan dalam usaha


pencegahan dan merupakan pasangan yang sangat perlu bagi
surveilans.
Diagnosa klinik sering sekali membutuhkan konfirmasi laboratorium,
seperti pada diagnosa malaria dan TB.
Hasil kerja laboratorium juga menentukan, melalui tes kerentanan obat,
bagaimana baiknya mengobati penderita TB atau disentri.
Diluar diagnosa klinik untuk individu, tes laboratorium spesialis dapat
menunjukkan bahwa organisme biasa merupakan penyebab terjadinya
wabah ganda yang tersendiri pada tempat dan waktu yang tersendiri.,
Penelitian laboratorium dapat mengenal penyebab sebelum kondisinya
diketahui, seperti halnya pada kasus penyakit Legionnaire dan penyakit
sapi gila segera setelah dikenali sifat klinisnya
Hubungan surveilans dengan laboatorium
 

Sistim pelayanan kesehatan yang lengkap akan memiliki rangkaian


laboratorium pada tingkat lokal, propvinsi, nasional dan internasional
yang bekerja sama dalam satu kesatuan jaringan.
Jaringan laboratorium tersebut digolongkan berdasarkan kapasitas
diagnostik dan penelitiannya, dan dengan kemampuanya untuk
mencegah infeksi.
Sangat penting bagi setiap sistim tetap memelihara hubungan laboratorium
yang melakukan pemeriksaan sangat dasar dengan laboratorium yang
modern.
Namun tidak mungkin bahwa sumberdaya tersedia pada semua tingkatan
untuk melaksanakan semua kerjasama tersebut,.
Sejumlah Negara berpenghasilan rendah membutuhkan kerjasama lintas
Negara dan laboratorium rujukan regional untuk membantu mengatasi
beberapa kebutuhan laboratorium tertentu
Hubungan surveilans dengan laboatorium
 

Namun demikian kerjasama laboratorium tersebut tetap


membutuhkan sistim organisasi untuk pengiriman bahan
pemeriksaan, serta mengkomunikasikan hasil untuk dapat
berhasil dengan baik.
Sedangkan alat canggih pada laboratorium modern harus tersedia
pada laboratoruium rujukan, pelaksanaan laboratorium yang baik,
harus dilaksanakan secara universal.
Pelaksanaan laboratorium yng baik merupakan hal utama untuk
mencegah infeksi bagi petugas laboratorium dan bagi masyarakat,.
Evaluasi sistim surveilns harus mempertimbangkan penggunaan
sumberdaya kesehatan masyarakat secara baik degan menjamin
bahwa hanya masalah yang cukup penting yang berada dalam
surveilans dan sistim surveilans tersebut beroperasi secara efisien.
Evaluasi sistim surveilans
 

Selama ini evaluasi dari sistim surveilans termasuk rekomendasi untuk


meningkatkan kualitas dan efisiensi dengan menghindari duplikasi
yang tidak perlu.
Yang cukup penting, evaluasi harus menilai apakah sistim melayani
fungsi kesehatan masyarakat yang berguna serta memenuhi tujuan
dari pada sistim.
Berhubung karena sistim surveilans bervariasi secara luas pada
metodologi, cakupan dan tujuan, maka sifat karakteristik yang
penting bagi suatu sistim mungkin kurang penting pada yang lainnya.
Usaha untuk meningkatkan sifat tertentu seperti kemampuan suatu
sistim untuk mendeteksi kejadian / masalah kesehatan (sensitivitas)
dapat mengurangi sifat yang lainnya seperti kesederhanaan dan
ketepatan waktu.
Evaluasi sistim surveilans
 

Setiap pendekatan untuk evaluasi harus bersifat fleksibel,


agar dapat menyesuaikan dengan tujuan tersebut
Dengan demikian, keberhasilan suatu sistim surveilans tunggal
tergantung pada keseimbangan yang tepat dari sifat karakteristik
dan kekuatan dari evaluasi tergantung pada kemampuan dari
evaluator menilai semua sifat tersebut dengan respek pada
persyaratan sistim.
Dengan dasar pemikiran tersebut, petunjuk yang mengikuti penjelasan
penilaian dapat diterapkan pada sistim surveilans, dengan
pengertian bahwa semua penilaian tidak akan sesuai pada semua
sistim dan dengan memperhitungkan waktu yang terbatas dan
proses yang cukup rumit.
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans

1. Jelaskan kepentingan kesehatan masyarakat pada setiap


kejadian kesehatan di bawah surveilans.

•Jumlah kasus , besarnya insidens dan prevalens

• Indeks beratnya kejadian seperti angka


kematian dan rasio kematian kasus
• Kemungkinannya untuk dicegah
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
2a. Jelaskan sistim yang akan dievaluasi
 Buat daftar tujuan dari sistim
 Jelaskan kejadian kesehatan atau semua kejadian di bawah surveilans.
Kemukakan definisi kasus untuk setiap kejadian kesehatan.
 Gambarkan suatu arah kegiatan dari sistim
 Jelaskan semua komponen dan operasional dari sistim
 Kelompok populasi yang mana di bawah surveilans?
 Bagaimanakah ketepatan waktu dan lamanya waktu
pengumpulan data.
 Informasi apa yang dikumpulkan?
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans

2b. Jelaskan sistim yang akan dievaluasi


• Siapa yang menyiapkan informasi surveilans?
• Bagaimana data di transfer?
• Bagaimana cara penyimpanan data?
• Siapa yag melakukan analisis data?
• Bagaimana cara analisis data dan seberapa sering?
• Seberapa sering laporan disebar luaskan?
• Kepada siapa saja laporan disebarkan?
• Bagaimana cara menyebar luaskan laporan?
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans

3. Tunjukkan tingkat pemanfaatannya


• menggambarkan tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan hasil dari sistim surveilans.
• Identifikasikan semua kegiatan membuat keputusan dan
melaksanakan kegiatan yang berdasarkan data surveilans.

• Buat daftar semua kegiatan yang telah


disiapkan berdasar data yang ada.
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
4. Sifat tertentu yang dievaluasi pada sistim surveilans
a. Kesederhanaan (simplicity)
b. Kualitas data
c. Tingkat penerimaan (acceptability)
d. Kelenturan (flexibility).
e. Sensitivitas
f. Nilai ramal positif (Predictive value
positive)
g. Keterwakilan (representativeness)
h. Ketepatan waktu (timeliness)
j. Kegunaan (usefulness)
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
5. Jelaskan sumua sumberdaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan sistim (biaya langsung)
6. Buat daftar kesimpulan dan rekomendasi
• Melakukan modifikasi sistim surveilans atau keduanya
• Apa mengemukakan kebutuhannya untuk dilanjutkan
• Apa melakukan modifikasi sistim surveilans atau keduanya
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
a. Kesederhanaan (simplicity)
• jumlah dan jenis informasi yang dikumpulkan
• jumlah sumber pelaporan,
• cara melakukan komunikasi
• bentuk dan luasnya analisis data
• jumlah organisasi yang terlibat
• jumlah staf terlatih
• jumlah dan jenis pem
• cara penyebarluasan
• umpan balik
• waktu yang digunakan untuk kegiatan yang berbeda
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
b. Kualitas data
• Bagaimana kualitas data yang dikumpulkan?
• Apakah data dapat digunakan untuk analisis
masalah dan penentuan perioritas?

c. Tingkat penerimaan (acceptability)


• kesediaan perorangan untuk berpartisipasi dalam sistim surveilans
• apakah laporan penduduk tepat pada titik pengamatan,
• bagaimana penerimaan format pencatatan dan pelaporan
• bagaimana penerimaan sistim pelaporan dan umpan balik
• Apakah penentu kebijakan benar-benar menggunakan imformasi
yang terkumpul?
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans
d. Kelenturan (flexibility),
• Mampukah sistim merespons perubahan dan tantangan yang baru?
• Apakah memungkinkan untuk menambah atau mengurangi peristiwa?
• Bagaimana kemampun sistim menangani suatu kejadian wabah?

e. Sensitivitas
• Kemampuan menetapkan kejadian secara benar dan tepat
• kemampuan klinisi mendiagnosis kejadian,
• peranan laboratorium untuk mendukung diagnosis
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans

f. Nilai ramal positif (Predictive value positive)


• tingkat probabilitas penyakit dari hasil suatu tes
• berapa besarkah kemungkinan hasil tes positif berarti menderita

• hasil tes negatif berarti tidak menderita?


• dipengaruhi prevalensi penyakit dalam masyarakat

g. Keterwakilan (representativeness)
• apakah cakupan sistim surveilans secara benar mewakili
kelompok masyarakat dalam populasi?
Uraian tugas evaluasi sistim surveilans

h. Ketepatan waktu (timeliness)


• Apakah sistim mempunyai target waktu tertentu untuk menyelesaikan
aktivitas regulernya?
• Apakah hal tersebut tercapai?
• Apabila tidak, apa hal penting yang berhubungan dengan keterlambatan?

• Apa alasannya sehingga terlambat?

j. Kegunaan (usefulness)
• Apakah tujuan dari sustin dapat tercapai?
• Kemungkinan dapat mengenali dampak dari sistim pada kebijakannya
• apakah ada intervensi atau peristiwa kejadian kesehatan dibawah surveilans?
Uraian tugas untuk evaluasi sistim surveilans

Kepentingan kesehatan masyarakat pada semua kejadian kesehatan


dan kebutuhan menempatkan kejadian tersebut dibawah
surveilans dapat dijelaskan dengan berbagai cara.
Kejadian kesehatan yang mengenai banyak orang atau membutuhkan
cukup banyak biaya atau sumberdaya jelas merupakan bagian
kesehatan masyarakat yang cukup penting.
Namun demikian, kejadian kesehatan yang secara relative hanya
mengenai sejumlah kecil orang juga akan menjadi penting,
terutama bila kejadian itu secara berkelompok pada waktu dan
tempat yang sama umpamanya kejadian wabah terbatas suatu
penyakit yang mematikan
Uraian tugas untuk evaluasi sistim surveilans

Pada waktu yang lain, perhatian masyarakat mungkin terpusat


pada kejadian kesehatan yang lainnya, menimbulkan
meningkatkan nilai kepentingannya.
Penyakit yang dewasa ini sudah jarang akibat keberhasilan
usaha penanggulangan dapat dianggap kurang penting,
namun tingkat kepentingannya harus diperhitungkan juga
terhadap kemampuannya menimbulkan masalah baru.
Akhirnya, kepentingan kesehatan m asyarakat pada kejadian
penyakit tergantung pada kemungkinan pencegahannya.
Tingkat kepentingan kejadian kesehatan yang
membutuhkan surveilans
 Jumlah kasus, insidens dan prevalens,
 Indeks beratnya penyakit seperti rasio kematian kasus.
 Angka kematian
 Indeks kehilangan produktivitas seperti lamanya rawat inap,
 Indeks kematiabn dini seperti YPLL (Year Person Live Lost)
 Efektivitas biaya intervensi
 Tingkat pencegahannya
 Potensinya untuk terjadi epidemi.
Uraian tugas untuk evaluasi sistim surveilans

Pentingnya tindakan tersebut tidak diperhitungkan pada nilai


efek dari penanggulangan yang sedang berjalan.
Umpamanya, jumlah penyakit yang dapat dicegah dengan
vaksinasi telah menurun setelah dilakukan penerapan
ketentuan imunisasi anak sekolah, dan kepentingan kesehatan
masyarakat dari penyakit tersebut akan dibawah perkiraan
dengan menghitung jumlah kasus saja.
Pada keadaan seperti ini kemungkinan untuk memperkirakan
jumlah kasus yang diharapkan apabila tidak dilakukan
penanggulangan.
Penilaian kegunaan dari sistim surveilans

Penilaian tingkat keberhasilan suatu sistim surveilans


harus dimulai dari tinjauan tujuan dari sistim dan harus
mempertimbangkan ketergantungan penentuan
kebijakan dan tindakan pengawasan pada surveilans.
Tergantung pada tujuan dari suatu sistim surveilans, sistim
dapat dipertimbangkan bermanfaat jika dapat
menjelaskan dengan memuaskan salah satu dari
pertanyaan berikut
Penilaian kegunaan sistim surveilans
 Dapat mendeteksi gejala perubahan kecenderungan pada peristiwa
kejadian penyakit?
 Mendeteksi dini kejadian luar biasa?
 Mengadakan perkiraan tingkat morbiditas dan mortalitas dan kematian
yang terkait masalah kesehatan yang berada dibawah surveilans?
 Mengembangkan bentuk penelitian epidemiologi untuk
menetapkan penanggulangan atau pencegahan?
 Menentukan factor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit?
 Memungkinkan penilaian tentang hasil dari kegiatan penanggulangan?
 Memastikan peningkatan pelaksanaan klinik yang merupakan unsur pokok
dari suatu sistim surveilans?
Penilaian kegunaan dari sistim surveilans

Suatu sistinm surveilans bermanfaat bila memberikan


kontribusi kepada usaha pencegahan dan penanggulangan
terhadap kejadian kesehatan yang mengganggu, termasuk
meningkatkan pengertian terhadap penerapan kesehatan
masyarakat pada kejadian yang serupa,
Sistim surveilans juga cukup bermanfaat bila mampu
membantu menentukan bahwa kejadian kesehatan yang
tidak diinginkan sebelumnya yang dianggap tidak penting
yang sebenarnya cukup penting.
Penilaian kegunaan dari sistim surveilans

Tidak setiap sistim surveilans akan mencapai semua tujuan


surveilans
Sistim surveilans dan sistim informasi yang mendukungnya
harus dirancang sedemikian rupa sehingga identifikasi
informasi personel hanya dapat diperoleh oleh professional
kesehatan masyarakat yang membutuhkan pengumpulan
tambahan informasi penting yang diperlukan
Kerahasiaan data dan kebebasan penggunaannya
 

Untuk melakukan pencegahan kejadian kesehatan masyarakat yang


tidak diharapkan ( penularan penyakit menular, pencegahan
kecelakaan pada tempat kerja, atau peningkatan keadaan dari ringan
ke berat pada penyakit bukan infeksi), atau untuk kejujuran pada
penelitian.
Masuknya data yang indiskriman dapat diperkecil dengan
menyediakan pelatihan pada kerahasiaan dan kerahasiaan
perorangan pada staf surveilans.
Menyediakan kerahasiaan pribadi pada telephon dinas, mengunci laci
simpanan untuk pengamanan bahan cetakan, memelihara
kerahasiaan computer untuk data elektronik, dan membatasi
pengiriman data melalui jalur komunikasi umum.
Kerahasiaan data dan kebebasan penggunaannya
 

Harus ditekankan bahwa kerahasiaan termasuk penyimpanan data yang


aman dari gangguan, termasuk mengurangi gossip dan kekurang hati-
hatian mengungkapkan tentang informasi pribadi.
Kekurang hati-hatian mengungkapkan informasi perorangan mungkin
timbul pada berbagai alasan tehnik seperti halnya akan timbul ketika
memetakan kasus melalui sistim informasi georafi (GIS) pada titik
dimana indifidual akan teridentifikasi.
Pada banyak kasus, identifikasi personal (seperti nama, alamat, dan
nomor identitas KTP atau SIM) tidak perlu dikemukakan pada
surveilans yang efektif.
Aturan legal untuk surveilans kesehatan masyarakat
 

Informasi medis yang dihasilkan oleh dokter dan petugas


pelayanan kesehatan lainnya pada umumnya bersifat
rahasia.
Sedangkan kewajiban melaporkan sejumlah penyakit
termasuk identifikasi personal seperti nama dan alamat
dari mereka yang menderita.
Hal ini memungkinkan penemuan kasus membutuhkan
untuk penanggulangan penyakit menular atau
menentukan intervensi untuk mencegah tambahan kasus
dari kejadian tersebut seperti pada surveilans kematian
bayi dan ibu.
Aturan legal untuk surveilans kesehatan masyarakat
 

Pada bagian ang berhubungan dengan komlik ini antara hak


individual dengan kebutuhan masyarakat, maka dibutuhkan
aturan legal pada berbagai Negara untuk efek kehidupan,
kewajiban melaporkan diterapkan
Surveilans dan kegiatan penanggulangan penyakit diberikan hak
pada tingkat otonomi daerah sebagai bagiabn dari kebijakan
kekuasaan dari daerah otonomi.
Peraturan ini umumnya termasuk pembatasan pada penggunaan
dan kemudahan mendapatkan informasi jadi mencoba membuat
keseimbangan antara kebutuhan masyarakat untuk memelihara
kesehatan masyarakat, dengan melindungi hak indifidual untuk
kerahasiaan.
Mengenal kejadian luar biasa

Kejadian luar biasa (epidemi) datang dalam berbagai tingkatan,


dari yang kecil dengan kejadian setempat (lokal) seperti pada
keracunan makanan, penyakit difteria, pes dan lainnya, ke
bentuk pandemi yang meluas seperti influensa dan HIV.
Pengenalan kejadian luar biasa dapat dilihat dari berbagai arah.
Kejadian luarbiasa yang bersifat lokal sering dikenal dan
dilaporkan oleh pengamat yang berpengalaman , berdasarkan
korban, departemen kesehatan, atau praktisi kesehatan.
Bentuk ini bersifat sistim informal yang terlaksana dengan baik
apabila petugas kesehatan masyarakat mudah menyesuaikan,
berusaha ingin tahu, mau menerima panggilan telepon dan
menanggapi.
Mengenal kejadian luar biasa

Walaupun kenyataannya tidak jarang laporan yang bersifat positif


palsu. Namun demikian, petugas harus senantiasa menanggapi
setiap laporan yang masuk.
Sebaliknya, sistim formal untuk penemuan epidemi, seperti mereka
yang bertugas untuk surveilans pneumonia dan influensa,
tergantung pada pengumpulan dan analisis data yang sistematik,
dan membandingkannya dengan jumlah kasus yang diharapkan.
Selisih jumlah kasus maksimum yang diharapkan (diperkirakan)
selama satu tahun dikembangkan.
Apabila jumlah kasus melampaui jumlah maksimum yang
diharapkan ambang batas epidemi, maka kejadian luarbiasa
diperkirakan akan terjadi,
Mengenal kejadian luar biasa

Dalam hal tersebut, maka kegiatan kesehatan masyarakat


yang melebihi kegiatan rutin sudah harus dipersiapkan.
Kemajuan terkini pada tehnik laboratorium meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan masyarakat untuk
mengenal dan memantau epidemi.
Diantara tenik terbaru tersebut adalam melihat gambaran
genetik mikroorganisme penyebab, yang memberi
kemungkinan hubungannya dengan kejadian luarbiasa
lain
Mengenal kejadian luar biasa

Salahsatu contoh penggunaan tehnik tersebut adalah


mengenal penularan resistensi obat TB pada satu
kelompok populasi tertentu (seperti penghuni penjara).
Suatu proses surveilans dianggap selesai apabila telah
diambil tindakan khusus.
Kemungkinan tindakan tersebut mulai dari kegiatan
penanggulangan penyakit ke kebijakan dan perencanaan
atau dengan adanya kegiatan alokasi sumberdaya.  
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai