Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN AYAH DAN ANAK DALAM

LINGKUP KELUARGA

Disusun oleh :
Umar Muhtar Al-Ghozali
NIM G000220048

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Setiap anak membutuhkan ayah mereka, yang merupakan panutan penting.
Seorang ayah tidak hanya harus memenuhi kebutuhan finansial keluarganya, tetapi
juga menjadi teladan yang positif bagi anak-anaknya. Ayah seharusnya menanamkan
karakter yang kuat pada anak laki-laki mereka sekaligus mencontohkan perilaku yang
baik untuk anak perempuan mereka. Perlu diingat juga bahwa setiap hubungan ayah-
anak itu unik dan dapat bervariasi. Beberapa hubungan mungkin memiliki dinamika
yang kompleks, sementara yang lain dapat lebih sederhana. Namun, dengan
komitmen, komunikasi, dan keterlibatan yang baik, hubungan ayah dan anak
memiliki potensi untuk menjadi kuat, saling mendukung, dan bermakna bagi kedua
belah pihak.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana teori fungsionalis struktural melihat peran ayah sebagai figur otoritas
dan penentu aturan dalam hubungannya dengan anak?
b. Apa saja peranan ayah dan anak dalam menjalin hubungan di lingkup keluarga?
c. Apa penyebab hubungan ayah dan anak kurang baik?
d. Bagaimana upaya agar hubungan ayah dan anak terjalin dengan baik?

3. Tujuan Pembahasan
Menjelaskan teori struktural fungsional antara hubungan ayah dengan anak menurut
Emile Durkheim dalam lingkup keluarga

4. Metode Penelitian
Metode yang saya gunakan dalam penyususunan tugas sosiologi Pendidikan
ini adalah dengan mengidentifikasi website dan jurnal yang relevan dengan subjek
yang sesuai dengan topik penelitian dan melakukan Pengamatan Partisipatif atau
melakukan pengamatan secara langsung dan aktif terhadap hubungan ayah dan anak.
Dalam pengamatan ini saya dapat menghabiskan waktu bersama keluarga untuk
memahami dinamika hubungan ayah dan anak secara langsung.
5. Tinjauan Pustaka

Emile Durkheim, seorang sosiolog Prancis abad ke-19 dan awal abad ke-
20, terkenal karena kontribusinya terhadap pemahaman tentang hubungan sosial dan
masyarakat. Namun, Durkheim tidak secara khusus membahas hubungan antara ayah
dan anak dalam teorinya. Oleh karena itu, tidak ada teori khusus yang dikemukakan
oleh Durkheim mengenai hubungan ayah dan anak. Namun, konsep Durkheim
tentang solidaritas sosial mungkin dapat memberikan wawasan tentang bagaimana
hubungan ayah dan anak dapat dipahami dalam kerangka teorinya. Durkheim
mengidentifikasi dua jenis solidaritas sosial: solidaritas mekanis dan solidaritas
organik.

Solidaritas mekanis terjadi dalam masyarakat tradisional yang


didasarkan pada keseragaman nilai-nilai, norma, dan peran yang kuat. Dalam konteks
ini, hubungan antara ayah dan anak mungkin didasarkan pada peran yang ditetapkan
secara tradisional, dengan ayah berperan sebagai otoritas yang kuat dan memiliki
peran yang ditentukan secara jelas dalam keluarga. Anak-anak mungkin diharapkan
untuk mengikuti norma-norma dan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh ayah dan
masyarakat secara umum.

Di sisi lain, solidaritas organik terjadi dalam masyarakat modern yang


didasarkan pada keragaman tugas dan ketergantungan fungsional antarindividu.
Dalam konteks ini, hubungan antara ayah dan anak mungkin lebih terfokus pada
ketergantungan fungsional, di mana ayah berperan dalam menyediakan kebutuhan
material dan memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam menghadapi
kompleksitas masyarakat modern. Namun, penting untuk diingat bahwa teori
Durkheim tidak secara khusus membahas hubungan ayah dan anak. Pemahaman
tentang hubungan ini akan lebih baik dipelajari melalui pendekatan dan teori lain
yang lebih terkait dengan hubungan keluarga dan interaksi sosial, seperti teori sistem
keluarga atau teori ikatan sosial dalam sosiologi keluarga.

B. PEMBAHASAN
ayah dianggap sebagai figur otoritas yang penting dalam keluarga. Ayah
diharapkan berperan sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam
mengambil keputusan penting dan menetapkan aturan-aturan bagi anggota keluarga
lainnya. Peran ini mencakup fungsi sebagai pendukung dan pelindung keluarga serta
sebagai sumber stabilitas dan kepastian. Ayah sebagai figur otoritas diharapkan
memberikan arahan dan bimbingan kepada anak-anak dalam hal moralitas, perilaku,
dan tanggung jawab. Mereka juga dianggap memiliki peran penting dalam
mengajarkan nilai-nilai budaya, norma, dan tradisi kepada anak-anak. Ayah dapat
memberikan pengarahan yang kuat terkait dengan ekspektasi masyarakat terhadap
anak-anak, baik dalam hal kedisiplinan, pendidikan, maupun pemilihan karir di masa
depan. Selain itu, ayah juga diharapkan memberikan dukungan emosional dan sosial
kepada anak-anak, meskipun dalam pandangan fungsionalis struktural, peran ini lebih
sering ditempati oleh ibu. Ayah dilihat sebagai sumber kekuatan dan inspirasi, yang
dapat membantu anak-anak mengembangkan kepercayaan diri, rasa tanggung jawab,
dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dalam kehidupan. Namun, peran ayah
sebagai figur otoritas dalam keluarga tidak berarti bahwa ia harus bersikap otoriter
atau memaksakan kehendaknya. Dalam pandangan fungsionalis struktural, peran ayah
sebagai penentu aturan juga harus disesuaikan dengan peran ibu dan peran lain dalam
keluarga. Kolaborasi dan kerjasama antara ayah dan ibu dalam menetapkan aturan dan
memberikan pengarahan kepada anak-anak dianggap penting untuk mencapai
stabilitas dan harmoni dalam keluarga. Meskipun teori fungsionalis struktural
menekankan peran ayah sebagai figur otoritas, peran ini juga terus berubah seiring
perkembangan masyarakat. Pengakuan akan pentingnya peran ibu sebagai otoritas dan
perubahan dalam dinamika keluarga telah menggeser pandangan tradisional tentang
peran ayah. Banyak keluarga saat ini mengadopsi pola-pola yang lebih fleksibel dan
kolaboratif dalam menentukan aturan dan pembagian tugas di antara orang tua.
Penting untuk diingat bahwa teori fungsionalis struktural hanya mewakili satu
perspektif dalam memahami peran ayah dalam keluarga. Terdapat pendekatan lain
yang memberikan penekanan pada aspek-aspek yang berbeda, seperti pendekatan
feminis atau konstruktivis.

Hubungan antara seorang ayah dan anak adalah salah satu hubungan yang
paling istimewa dan penting dalam kehidupan seseorang. Ayah adalah sosok yang
bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan, dukungan, dan panduan kepada
anak-anaknya. Deskripsi tentang hubungan ayah dan anak dapat beragam tergantung
pada dinamika, budaya, dan latar belakang keluarga tertentu. Namun, ada beberapa
aspek umum yang sering terlihat dalam hubungan ini. Salah satu aspek penting dalam
hubungan ayah dan anak adalah kasih sayang. Ayah sering kali menjadi sosok yang
kuat dan melindungi anak-anaknya dengan penuh cinta. Kasih sayang ini dapat
terlihat dalam cara ayah berinteraksi dengan anak-anaknya, memberikan perhatian,
dan mendukung mereka dalam segala hal. Ayah juga menjadi sumber inspirasi dan
teladan bagi anak-anaknya, memotivasi mereka untuk tumbuh dan berkembang
menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Selain itu, hubungan ayah dan anak
juga mencakup komunikasi yang baik. Ayah berperan penting dalam mendengarkan
dan berbicara dengan anak-anaknya. Komunikasi yang efektif memungkinkan anak-
anak untuk berbagi pikiran, perasaan, dan masalah mereka kepada ayah mereka. Ayah
juga dapat memberikan nasihat, arahan, dan bimbingan kepada anak-anaknya melalui
komunikasi yang terbuka dan jujur.
Dalam banyak keluarga, ayah juga bertanggung jawab dalam memberikan
keamanan dan stabilitas. Ayah sering menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga,
menyediakan kebutuhan materi, seperti pangan, tempat tinggal, pendidikan, dan lain
sebagainya. Ayah juga membantu membangun lingkungan yang stabil dan harmonis
di rumah, menciptakan iklim yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Selain itu,
hubungan ayah dan anak juga melibatkan kegiatan bersama. Ayah sering terlibat
dalam kegiatan bermain, olahraga, atau hobi bersama anak-anaknya. Ini memperkuat
ikatan antara mereka dan memberikan kesempatan untuk saling mengenal,
menghabiskan waktu bersama, dan menciptakan kenangan yang berharga. Tentu saja,
setiap hubungan ayah dan anak unik dan dapat berbeda-beda. Beberapa anak mungkin
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ayah mereka, sementara yang lain
mungkin menghadapi tantangan atau kesulitan dalam membangun hubungan yang
erat. Namun, pada dasarnya, hubungan ayah dan anak adalah hubungan yang sangat
berarti, mempengaruhi perkembangan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak
dalam kehidupan mereka.

Ikatan ayah-anak dipandang sebagai komponen kerangka sosial yang lebih


besar. Menurut fungsionalisme struktural, masyarakat terdiri dari berbagai institusi
dan organisasi yang berinteraksi satu sama lain untuk menjaga keberlanjutan sosial.
Keluarga adalah lembaga sosial yang signifikan dalam pengaturan ini. Hubungan
antara ayah dan anak sangat penting untuk menjaga stabilitas keluarga dan
kemampuan masyarakat untuk bereproduksi, menurut sudut pandang fungsionalisme
struktural. Dalam sebuah keluarga, ayah dianggap melayani tujuan fungsional yang
berbeda dari ibu. Ayah dipandang sebagai sosok berwibawa yang bertugas menjaga,
membimbing, dan melindungi anak.

Dalam hubungan ayah dan anak, ayah memiliki peran dalam


mentransmisikan nilai-nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anak. Ayah juga
dianggap sebagai contoh atau model bagi anak-anak, yang dapat mempengaruhi
perkembangan mereka secara sosial dan moral. Kehadiran ayah yang konsisten dalam
kehidupan yang diyakini anak dapat memberikan stabilitas dan pengaruh positif bagi
perkembangan anak. Namun, penting juga dicatat bahwa teori fungsionalisme
struktural mungkin memiliki batasan dalam memahami keragaman hubungan ayah
dan anak dalam konteks masyarakat yang lebih kompleks. Setiap keluarga dan
individu memiliki dinamika dan keunikan tersendiri dalam hubungan ayah dan anak,
yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang beragam.

Dalam konteks transmisi nilai dan norma keluarga, teori fungsionalis struktural
mengasumsikan bahwa ayah memiliki peran yang khusus dalam memberikan
pengaruh dan mengarahkan anak-anak terhadap norma dan nilai-nilai yang diterima
dalam masyarakat. Ayah dianggap sebagai figur otoritas yang menunjukkan perilaku
yang diharapkan dan mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab, kedisiplinan,
dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat. Menurut perspektif ini, ayah
sebagai figur otoritas dalam keluarga bertindak sebagai model peran bagi anak-anak.
Anak-anak mengamati perilaku ayah dan belajar mengenai nilai-nilai, norma, dan
harapan sosial melalui interaksi dengan ayah mereka. Ayah juga berperan dalam
memberikan dorongan, pujian, dan hukuman yang membentuk perilaku anak-anak
dan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Peran ayah dalam pengasuhan anak adalah peran seorang ayah yang
memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga
termasuk pada anak-anaknya, sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang
sesuai usia dan kebutuhannya. Ayah menjadi panutan bagi anak-anaknya, karena
mereka akan belajar bagaimana seharusnya teladan seorang pria. Anak laki-laki akan
meniru perilaku ayahnya dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Selain itu, ayah
juga berperan dalam membentuk identitas gender anak laki-laki. Dalam teori
fungsionalis struktural, ayah dianggap sebagai model maskulinitas yang mengajarkan
anak laki-laki tentang peran gender dan nilai-nilai yang terkait dengan menjadi
seorang pria dalam masyarakat.
Sedangkan peranan anak terhadap ayah dilihat sebagai interaksi saling
ketergantungan antara anggota keluarga yang penting untuk menjaga keseimbangan
dan keharmonisan keluarga secara keseluruhan. Dalam konteks ini, peranan anak
terhadap ayah melibatkan beberapa aspek. Berikut adalah beberapa peranan anak
terhadap ayah dalam teori fungsional struktural:

1. Mendorong peran ayah sebagai kepala keluarga: Anak-anak dapat memainkan


peran penting dalam membantu ayah dalam menjalankan peran sebagai kepala
keluarga. Mereka dapat memberikan dukungan emosional dan membantu dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan keluarga.

2. Membantu menjaga stabilitas keluarga: Anak-anak dapat membantu ayah dalam


menjaga stabilitas keluarga dengan mematuhi aturan dan norma yang telah
ditetapkan. Mereka juga dapat membantu dalam menjaga komunikasi yang baik
antara ayah dan ibu, serta antara anggota keluarga lainnya.

3. Memberikan dukungan emosional: Anak-anak dapat memberikan dukungan


emosional kepada ayah, yang dapat membantu mengurangi stres dan tekanan yang
mungkin dialami oleh ayah dalam menjalankan peran sebagai anggota keluarga
yang bertanggung jawab.

4. Mengembangkan identitas ayah: Anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan


identitas ayah melalui interaksi dan hubungan mereka. Hubungan yang positif
antara anak-anak dan ayah dapat membantu ayah mengembangkan peran dan
tanggung jawabnya sebagai ayah.
5. Meningkatkan interaksi sosial ayah: Anak-anak juga dapat meningkatkan interaksi
sosial ayah dengan melibatkan ayah dalam kegiatan keluarga, seperti bermain,
belajar bersama, atau berbagi waktu berkualitas. Ini dapat memperkuat ikatan
keluarga dan membantu ayah merasa lebih terlibat dalam kehidupan keluarga.

Permasalahan dalam hubungan ayah dan anak yang tidak baik dapat
melibatkan sejumlah masalah dan konflik yang mempengaruhi kedekatan dan
kualitas hubungan mereka. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang sering
terjadi:

1. Kurangnya komunikasi: Komunikasi yang buruk atau terbatas antara ayah dan
anak dapat menghambat pemahaman dan saling mendukung satu sama lain.
2. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dapat
menciptakan kesenjangan emosional antara keduanya.

3. Ketidakcocokan nilai-nilai: Perbedaan nilai-nilai yang kuat antara ayah dan


anak dapat menyebabkan gesekan dan konflik. Ketika mereka memiliki
pandangan yang berbeda tentang hal-hal penting dalam kehidupan, seperti
agama, moral, atau tujuan hidup, hal ini bisa membuat hubungan mereka
tegang dan sulit dipahami satu sama lain.

4. Kurangnya dukungan emosional: Jika seorang ayah tidak memberikan


dukungan emosional yang cukup kepada anaknya, itu dapat menghasilkan rasa
tidak dihargai atau tidak dicintai. Dukungan emosional melibatkan
menyediakan dukungan, pengertian, dan kasih sayang, dan ketiadaannya dapat
menyebabkan ketegangan dan distansi dalam hubungan.

5. Kehadiran fisik yang terbatas: Jika ayah jarang hadir atau kurang terlibat
dalam kehidupan anaknya, itu dapat menyebabkan hubungan yang jauh dan
kurangnya ikatan emosional yang kuat antara keduanya. Kurangnya waktu
yang dihabiskan bersama dapat menghambat pengembangan hubungan yang
dalam dan memperkuat kesenjangan antara mereka.

6. Pengaruh negatif: Jika seorang ayah memiliki perilaku yang buruk, seperti
agresi fisik atau verbal, penyalahgunaan zat, atau ketidakstabilan emosional,
itu dapat merusak hubungan dengan anaknya. Pengaruh negatif semacam ini
dapat menyebabkan trauma, rasa takut, atau ketidakpercayaan dalam
hubungan, dan mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan.
7. Harapan yang tidak realistis: Jika ayah memiliki harapan yang tidak realistis
terhadap anaknya, seperti memaksa mereka untuk mencapai tujuan tertentu
atau mengikuti jalur karier yang tidak sesuai dengan minat mereka, itu dapat
menciptakan ketegangan dan konflik dalam hubungan. Ayah yang terlalu kritis
atau mengharapkan kesempurnaan juga dapat menghambat ikatan yang sehat
antara mereka.

Membina hubungan yang baik antara seorang ayah dan anak membutuhkan
upaya dan komitmen dari kedua belah pihak. Berikut adalah beberapa langkah
yang dapat membantu memperkuat ikatan antara ayah dan anak:

1. Komunikasi yang terbuka: Penting bagi ayah dan anak untuk memiliki
komunikasi yang terbuka dan jujur. Ayah harus menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung di mana anak merasa nyaman berbicara tentang
perasaan, masalah, dan kekhawatiran mereka. Mendengarkan dengan penuh
perhatian dan menghargai pandangan anak juga penting.

2. Menghabiskan waktu bersama: Meluangkan waktu berkualitas bersama adalah


kunci dalam memperkuat hubungan ayah dan anak. Carilah kegiatan yang
dapat dinikmati bersama, seperti olahraga, bermain game, berkemah, atau
berbagi hobi yang sama. Hal ini memungkinkan ikatan emosional untuk
tumbuh dan memberikan kesempatan untuk saling mengenal lebih baik.

3. Terlibat dalam kehidupan anak: Ayah sebaiknya terlibat secara aktif dalam
kehidupan anak, termasuk di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan acara
keluarga. Menunjukkan minat dan dukungan terhadap kegiatan anak dapat
memperkuat hubungan dan memberikan rasa bangga dan dukungan kepada
anak.

4. Menunjukkan kasih sayang dan perhatian: Ayah perlu mengekspresikan kasih


sayang dan perhatian mereka kepada anak secara teratur. Hal ini bisa
dilakukan melalui kata-kata pujian, pelukan, sentuhan, atau bahkan membuat
kejutan kecil. Menunjukkan bahwa mereka peduli dan mendukung anak akan
memperkuat ikatan antara keduanya.

5. Memiliki peran dalam pembentukan nilai-nilai: Ayah memainkan peran


penting dalam membentuk nilai-nilai dan perilaku anak. Menunjukkan sikap
dan tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai yang dihargai dapat membantu
anak mengembangkan pandangan yang sehat tentang dunia. Diskusi tentang
moralitas, etika, dan tanggung jawab juga bisa membantu memperkuat
hubungan ini.

6. Meminta maaf dan memaafkan: Konflik dan kesalahan adalah bagian dari
setiap hubungan. Penting bagi ayah untuk mengakui kesalahannya dan
meminta maaf jika perlu. Demikian pula, anak juga perlu diajarkan tentang
pentingnya memaafkan. Mengatasi konflik dengan cara yang sehat dan
memperbaiki hubungan setelahnya dapat memperkuat ikatan antara ayah dan
anak.
7. Memberikan dukungan emosional: Ayah harus menjadi sumber dukungan
emosional yang kuat bagi anak. Mendukung anak saat menghadapi tantangan
atau kesulitan, mengajarkan kepercayaan diri, dan memberikan dorongan
positif adalah hal-hal yang penting. Ayah juga harus mengajarkan cara
mengelola emosi dengan baik dan memperlihatkan pemecahan masalah yang
konstruktif.

C. KESIMPULAN
Meskipun peran ayah sebagai figur otoritas berubah seiring perkembangan
masyarakat, hubungan antara seorang ayah dan anak memiliki banyak aspek penting
yang mempengaruhi perkembangan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak. Ayah
berperan dalam memberikan kasih sayang, perlindungan, dukungan, dan panduan
kepada anak-anaknya. Mereka juga menjadi sumber inspirasi, teladan, dan pendukung
dalam tumbuh dan berkembangnya anak-anak menjadi versi terbaik dari diri mereka
sendiri. Komunikasi yang baik antara ayah dan anak juga menjadi faktor penting
dalam hubungan ini. Ayah berperan dalam mendengarkan, berbicara, dan memberikan
nasihat kepada anak-anaknya melalui komunikasi yang terbuka dan jujur. Selain itu,
ayah juga bertanggung jawab dalam memberikan keamanan, stabilitas, dan kebutuhan
materi bagi keluarga. Mereka membantu menciptakan lingkungan yang stabil dan
harmonis di rumah, serta terlibat dalam kegiatan bersama anak-anak untuk
memperkuat ikatan dan menciptakan kenangan berharga.

Dalam perspektif fungsionalisme struktural, hubungan ayah dan anak dilihat


sebagai komponen penting dalam kerangka sosial yang lebih besar. Ayah memiliki
peran dalam mentransmisikan nilai-nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anak,
serta menjadi contoh atau model bagi mereka. Kehadiran ayah yang konsisten dalam
kehidupan anak memberikan stabilitas dan pengaruh positif dalam perkembangan
mereka. Namun, penting juga untuk diingat bahwa setiap hubungan ayah dan anak
adalah unik dan dapat berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya,
dan ekonomi yang beragam. Teori fungsionalisme struktural mungkin memiliki
batasan dalam memahami keragaman hubungan ayah dan anak dalam konteks
masyarakat yang lebih kompleks. Secara keseluruhan, hubungan ayah dan anak
adalah hubungan yang sangat berarti dan mempengaruhi perkembangan serta
kesejahteraan anak-anak dalam kehidupan mereka. Ayah memiliki peran penting
dalam memberikan kasih sayang, perlindungan, bimbingan, dan teladan bagi anak-
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai