Anda di halaman 1dari 10

HAKIKAT PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan Sepanjang Hayat
yang diampu oleh Bapak Dr. Heryanto Susilo, S.Pd., M.Pd. MCE. Dan Ibu Desika Putri
Mardiani, M.Pd.

Nama Anggota Kelompok:


1. Amelia Indah Pramesty 23010034057
2. Shaskia Olivia Rakhman 23010034071
3. Fadila Nurhamidah 23010034119
4. Putri Syifa 23010034152

MATA KULIAH PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4


2.1 Konsep Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow ........................................... 4-5
2.2 Pengertian dan Konsep Kebutuhan Belajar ............................................................... 5
2.3 Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat ............................................................... 6
2.4 Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat ......................................................................... 6
2.5 Ruang Lingkup Pendidikan Sepanjang Hayat ........................................................... 7
2.6 Pendidikan Sepanjang Hayat Secara Vertikal dan Horizontal ................................... 7-
8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 3


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 3

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di
dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-
keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat dari
generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25, dalam Sugianto, 2013). Dari
pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan
manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah
melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain
adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas,
terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan, dan ketakwaan.
Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat
melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial, dan beragama

1.2 Rumusan Permasalahan


1. Konsep Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow.
2. Pengertian dan Konsep Kebutuhan Belajar.
3. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat.
4. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Sepanjang Hayat.
6. Pendidikan Sepanjang Hayat Secara Vertikal dan Horizontal.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Pendidikan Sepanjang Hayat adalah untuk memperdalam
pengetahuan kami tentang Pendidikan Sepanjang Hayat yang akan selalu berguna
selama kami hidup.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow


Membaca pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan, tidak bisa lepas dari
teori motivasi yang menjadi landasannya. Ada tujuh belas konsep dasar yang
digunakan Maslow dalam memahami manusia secara menyeluruh di antaranya
adalah: Pertama, manusia adalah individu yang terintegrasi penuh. Kedua,
karakteristik dorongan atau kebutuhan yang muncul tidak bisa dilokasikan pada satu
jenis kebutuhan tertentu. Ketiga, kajian tentang motivasi harus menjadi bagian dari
studi tentang puncak tujuan manusia. Keempat, teori motivasi tidak dapat
mengabaikan tentang kehidupan bawah sadar. Kelima, keinginan yang mutlak dan
fundamental manusia adalah tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya. Keenam,
keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus dari tujuan lain
yang tersembunyi. Ketujuh, teori motivasi harus mengasumsikan bahwa motivasi
adalah konstan dan tidak pernah berakhir, dan masih ada beberapa konsep dasar
lainnya.

Abraham Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat dasar


kebutuhan yaitu: Kebutuhan fisik (Physiological needs), Kebutuhan fisik adalah
yang paling mendasar dan paling mendominasi kebutuhan manusia. kebutuhan ini
lebih bersifat biologis seperti oksigen, makanan, air dan sebagainya. Pemikiran
Maslow akan kebutuhan fisik ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pasca Perang
Dunia II. Saat itu, manusia berada dalam kondisi yang begitu memilukan. Salah
satunya adalah dilandanya kelaparan. Oleh karena itu, Maslow menganggap
kebutuhan fisik adalah yang utama melebihi apapun. Selanjutnya, Kebutuhan akan
rasa aman (Safety needs), Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari rasa aman, bisa berupa kebutuhan akan perlindungan, kebebasan
dari rasa takut, kekacauan dan sebagainya. Kebutuhan ini bertujuan untuk
mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih baik. Selanjutnya,
Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The belongingness and love needs), Setelah
kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan cenderung mencari cinta
orang lain supaya bisa dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Jadi, Kebutuhan
akan cinta tidak sama dengan kebutuhan akan seks. Sebaliknya, Maslow
menegaskan, kebutuhan akan seks justru dikategorikan sebagai kebutuhan fisik.
Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam hidup, manusia tidak bisa
terlepas dari sesama. Selanjutnya, Kebutuhan untuk dihargai (The esteem needs),
Setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, maka sudah menjadi naluri manusia
untuk bisa dihargai oleh sesama bahkan masyarakat. Maslow mengklasifikasikan
kebutuhan ini menjadi dua bagian yaitu, Pertama lebih mengarah pada harga diri.
Kebutuhan ini dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu yang memadai, memiliki
keahlian tertentu menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan kebutuhan yang

4
lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk memiliki reputasi
dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan dari orang lain). Kebutuhan
ini akan memiliki dampak secara psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat
dan sebagainya. Dan yang terakhir, Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia setelah
kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini berdampak
pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan persepsi, dan motivasi
untuk selalu tumbuh dan berkembang.

Suatu hal dapat disebut sebagai kebutuhan dasar apabila memenuhi beberapa
syarat berikut yaitu: Bila tidak terpenuhi dapat menimbulkan penyakit,
Memenuhinya dapat mencegah timbulnya penyakit, Pemulihannya dapat
menyembuhkan penyakit, Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks,
orang bebas memilih (seseorang yang sedang kekurangan, akan cenderung memilih
kebutuhan dibanding kepuasan lainnya), Kebutuhan itu tidak aktif lemah atau secara
fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.

2.2 Pengertian dan Konsep Kebutuhan Pelajaran


 Pengertian
Kebutuhan belajar adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh peserta didik agar
dapat belajar dengan optimal, Dalam konteks pendidikan, kebutuhan belajar
harus dipenuhi agar peserta didik dapat belajar dengan optimal dan mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai
suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang
dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau
sikap yang ingin diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat
yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan belajar.

 Konsep
Konsep kebutuhan belajar adalah pemahaman tentang apa yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk dapat belajar dengan efektif. Konsep ini penting bagi guru
dalam merancang pembelajaran yang baik, yang dapat membantu siswa
membangun pemahaman secara bermakna, konsep kebutuhan belajar mencakup
berbagai aspek, seperti kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan intelektual.
Kebutuhan fisik mencakup kebutuhan akan makanan, minuman, istirahat, dan
kesehatan. Kebutuhan psikologis mencakup kebutuhan akan rasa aman, kasih
sayang, penghargaan, dan pengakuan. Kebutuhan sosial mencakup kebutuhan
akan interaksi sosial, persahabatan, dan kebersamaan. Kebutuhan intelektual
mencakup kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar.
Berikut adalah beberapa karakteristik pembelajaran yang dapat membantu
memenuhi kebutuhan belajar siswa , Menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran

5
dianggap lebih bermakna. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarnya. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan perilaku melalui
pengalaman. Mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak
akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah.
Dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti karakteristik siswa,
materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan"

2.3 Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat


 Pendidikan sepanjang hayat memiliki sifat yang fleksibel dan bermacam ragam
isi, alat dan teknik belajar dan juga dalam waktu belajar.
 Pendidikan sepanjang hayat tidaklah hanya terbatas pada pendidikan orang
dewasa, akan tetapi dia mencakup dan membentuk satu kesatuan dari seluruh
tahap pendidikan, pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
seterusnya, dengan demikian pendidikan sepanjang hayat memandang
pendidikan sebagai totalitas.
 Masyarakat memainkan peranan yang penting dalam pendidikan sepanjang
hayat, mulai dari saat anak mulai berinteraksi dengan masyarakat itu dan terus
berlangsung sementara dia melakukan fungsi-fungsi pendidikan sepanjang
hayat, yang menyangkut lapangan profesional dan lapangan-lapangan
kehidupan lainnya.
 Rumah tangga atau keluarga memainkan peranan pertama yang penting namun
tersulit dan paling kritis di dalam pemrakarsaan proses belajar sepanjang hayat.
Peranan ini akan berkesinambungan sepanjang keseluruhan kurun waktu
kehidupan individu melalui suatu proses belajar dalam keluarga.

2.4 Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat


 Mengembangkan potensi manusia secara optimal.
Pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk membantu individu
mengembangkan potensi mereka secara maksimal, baik dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, maupun spiritual.
 Meningkatkan persamaan distribusi pelayanan Pendidikan.
Pendidikan sepanjang hayat juga diperlukan untuk meningkatkan
kesetaraan akses terhadap pelayanan pendidikan, sehingga semua individu
memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri mereka.
 Meningkatkan kualitas hidup.

6
Pendidikan sepanjang hayat memiliki alasan-alasan kejuruan yang akan
menghantarkan peningkatan kualitas hidup individu, baik dalam aspek ekonomi,
sosial, maupun pribadi.

2.5 Ruang Lingkup Pendidikan Sepanjang Hayat


 Proses pendidikan yang berkelanjutan.
Pendidikan sepanjang hayat melibatkan proses pembelajaran yang
berlangsung sepanjang hidup seseorang, dimulai dari saat lahir hingga
meninggal dunia. Proses ini tidak terbatas oleh usia dan dapat dilakukan kapan
saja dan di mana saja.
 Pendidikan formal, informal, dan nonformal
Proses pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan melalui pendidikan
formal (seperti sekolah dan perguruan tinggi), pendidikan informal (seperti
pembelajaran melalui pengalaman sehari-hari), dan pendidikan nonformal
(seperti kursus dan pelatihan).
 Lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, dan masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat berlangsung di berbagai
lingkungan, termasuk lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap tempat dianggap sebagai
sekolah, dan setiap orang dianggap sebagai guru
 Tujuan pengembangan pribadi, sosial, dan professional
Pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk mengembangkan individu
secara menyeluruh, termasuk dalam aspek fisik, emosional, intelektual, dan
spiritual. Selain itu, pendidikan sepanjang hayat juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup individu dalam aspek ekonomi, sosial, dan pribadi

2.6 Pendidikan Sepanjang Hayat Secara Vertikal dan Horizontal


 Vertikal
Dimensi vertikal mengacu pada aspek kehidupan-rentang pendidikan
sepanjang hayat gagasan bahwa pendidikan harus terjadi sepanjang hidup
seseorang. Ada yang mengalami hambatan psikososial dan struktural yang
mempengaruhi kemampuan orang untuk memilih dan keluar dari
pendidikansepanjang hidup mereka.

Dalam sistem yang terintegrasi secara vertikal, hambatan struktural


dapat dihapus dengan mengadopsi undang-undang yang sesuai. Tapi
kesempatan yang sama tidak secara otomatis memberikan partisipasi yang sama.
Untuk alasan ini, adalah wajar untuk berpikir bahwa hanya memfasilitasi akses
akan mengatasi kecenderungan bersejarah bagi pendidikan formal untuk
menghasilkan hubungan kekuasaan yang tidak setara.

 Horizontal

7
Integrasi Horizontal (atau interaksi) mengacu pada kebutuhan untuk
mendorong pendidikan di non-formal maupun pengaturan formal. Para
pendukung pendidikan sepanjang hayat percaya bahwa itu adalah
tertahankan untuk memiliki situasi di mana pendidikan dijamin dalam hasil
pengaturan formal dalam status yang lebih baik daripada yang diperoleh dalam
non-formal, apalagi pengaturan informal dimana salah satu mengamankan
beberapa kredensial dan tidak ada status.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran sepanjang hayat merupakan suatu konsep, ide, gagasan
proses belajar yang berlangsung secara terus menerus dalam diri individu,
kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Budaya belajar sepanjang hayat amat
fleksibel, kreatif, dan responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan
masyarakat dalam kehidupannya. Dengan demikian, belajar sepanjang hayat
dalam implementasinya membentuk suatu kesatuan pentahapan pendidikan,
sebagai suatu totalitas dari berbagai kegiatan pendidikan dan belajar yang
berlangsung dilingkungan keluarga, pendidikan disekolah dan semua kegiatan
yang berlangsung di tengah kehidupan masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal/Artikel
Muazaroh, Siti. (2019). “Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham Maslow”. E-
Journal UIN Suka, 22-24. https://core.ac.uk/download/pdf/287230072.pdf Diakses pada
tanggal 21 September 2023.

Ramadeni, Farhan Perdana. “Pendidikan Sepanjang Hayat”. Diakses pada tanggal 24


September 2023.

Wahyuni, Fitri. (2016). “Eksistensi Pendidikan Sepanjang Hayat Dalam Konteks


Pendidikan Untuk Semua”. 5.
https://www.researchgate.net/publication/326928592_EKSISTENSI_PENDIDIKAN_SE
PANJANG_HAYAT_DALAM_KONTEKS_PENDIDIKAN_UNTUK_SEMUA Diakses
pada tanggal 24 September 2023.

Pusdiklat pegawai kemendikbud, 2016


https://repositori.kemdikbud.go.id/17898/1/03.15%20Modul%20Pelatihan%20TFM%20b
agi%20Pamong%20Belajar%2001.%20Identifikasi%20Kebutuhan%20Belajar.pdf
diakases pada tanggal 24 septemer 2023

Internet
Harvin, Muhammad. 2020. Pendidikan Sepanjang Hayat & Tidak Memandang Bulu.
Diakses pada tanggal 24 September 2023 dari
https://tarbiyah.iainpare.ac.id/2020/05/pendidikan-sepanjang-hayat-tidak.html?m=1

Farida, Suci Ayu. 2015. Pembelajaran Sepanjang Hayat. Diakses pada tanggal 24
September 2023 dari http://suciayufarida.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-sepanjang-
hayat.html?m=1

https://repositori.kemdikbud.go.id/17898/1/03.15%20Modul%20Pelatihan%20TFM%20b
agi%20Pamong%20Belajar%2001.%20Identifikasi%20Kebutuhan%20Belajar.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai