Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan Sepanjang Hayat
yang diampu oleh Bapak Dr. Heryanto Susilo, S.Pd., M.Pd. MCE. Dan Ibu Desika Putri
Mardiani, M.Pd.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Permasalahan ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Pendidikan Sepanjang Hayat adalah untuk memperdalam
pengetahuan kami tentang Pendidikan Sepanjang Hayat yang akan selalu berguna
selama kami hidup.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu keinginan untuk memiliki reputasi
dan pretise tertentu (penghormatan atau penghargaan dari orang lain). Kebutuhan
ini akan memiliki dampak secara psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat
dan sebagainya. Dan yang terakhir, Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization).
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian manusia setelah
kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian aktualisasi diri ini berdampak
pada kondisi psikologi yang meninggi pula seperti perubahan persepsi, dan motivasi
untuk selalu tumbuh dan berkembang.
Suatu hal dapat disebut sebagai kebutuhan dasar apabila memenuhi beberapa
syarat berikut yaitu: Bila tidak terpenuhi dapat menimbulkan penyakit,
Memenuhinya dapat mencegah timbulnya penyakit, Pemulihannya dapat
menyembuhkan penyakit, Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks,
orang bebas memilih (seseorang yang sedang kekurangan, akan cenderung memilih
kebutuhan dibanding kepuasan lainnya), Kebutuhan itu tidak aktif lemah atau secara
fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Konsep
Konsep kebutuhan belajar adalah pemahaman tentang apa yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk dapat belajar dengan efektif. Konsep ini penting bagi guru
dalam merancang pembelajaran yang baik, yang dapat membantu siswa
membangun pemahaman secara bermakna, konsep kebutuhan belajar mencakup
berbagai aspek, seperti kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan intelektual.
Kebutuhan fisik mencakup kebutuhan akan makanan, minuman, istirahat, dan
kesehatan. Kebutuhan psikologis mencakup kebutuhan akan rasa aman, kasih
sayang, penghargaan, dan pengakuan. Kebutuhan sosial mencakup kebutuhan
akan interaksi sosial, persahabatan, dan kebersamaan. Kebutuhan intelektual
mencakup kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar.
Berikut adalah beberapa karakteristik pembelajaran yang dapat membantu
memenuhi kebutuhan belajar siswa , Menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran
5
dianggap lebih bermakna. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarnya. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan perilaku melalui
pengalaman. Mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak
akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah.
Dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti karakteristik siswa,
materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan"
6
Pendidikan sepanjang hayat memiliki alasan-alasan kejuruan yang akan
menghantarkan peningkatan kualitas hidup individu, baik dalam aspek ekonomi,
sosial, maupun pribadi.
Horizontal
7
Integrasi Horizontal (atau interaksi) mengacu pada kebutuhan untuk
mendorong pendidikan di non-formal maupun pengaturan formal. Para
pendukung pendidikan sepanjang hayat percaya bahwa itu adalah
tertahankan untuk memiliki situasi di mana pendidikan dijamin dalam hasil
pengaturan formal dalam status yang lebih baik daripada yang diperoleh dalam
non-formal, apalagi pengaturan informal dimana salah satu mengamankan
beberapa kredensial dan tidak ada status.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran sepanjang hayat merupakan suatu konsep, ide, gagasan
proses belajar yang berlangsung secara terus menerus dalam diri individu,
kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Budaya belajar sepanjang hayat amat
fleksibel, kreatif, dan responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan
masyarakat dalam kehidupannya. Dengan demikian, belajar sepanjang hayat
dalam implementasinya membentuk suatu kesatuan pentahapan pendidikan,
sebagai suatu totalitas dari berbagai kegiatan pendidikan dan belajar yang
berlangsung dilingkungan keluarga, pendidikan disekolah dan semua kegiatan
yang berlangsung di tengah kehidupan masyarakat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal/Artikel
Muazaroh, Siti. (2019). “Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham Maslow”. E-
Journal UIN Suka, 22-24. https://core.ac.uk/download/pdf/287230072.pdf Diakses pada
tanggal 21 September 2023.
Internet
Harvin, Muhammad. 2020. Pendidikan Sepanjang Hayat & Tidak Memandang Bulu.
Diakses pada tanggal 24 September 2023 dari
https://tarbiyah.iainpare.ac.id/2020/05/pendidikan-sepanjang-hayat-tidak.html?m=1
Farida, Suci Ayu. 2015. Pembelajaran Sepanjang Hayat. Diakses pada tanggal 24
September 2023 dari http://suciayufarida.blogspot.com/2015/04/pembelajaran-sepanjang-
hayat.html?m=1
https://repositori.kemdikbud.go.id/17898/1/03.15%20Modul%20Pelatihan%20TFM%20b
agi%20Pamong%20Belajar%2001.%20Identifikasi%20Kebutuhan%20Belajar.pdf
10