Anda di halaman 1dari 15

Selasa, 5-6

PERAN PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN BELA


NEGARA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
yang dibina oleh Bapak Drs. Gatot Isnaini, M.Si

Oleh:
Muh. Rizki Irwanto
(30)
No.HP 089675462616
NIM 120533430983

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
APRIL 2015

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Indonesia ........................................................ 3
B. Pengertian Bela Negara ..................................................................... 7
C. Peran Pendidikan dalam Upaya Menumbuhkan Kesadaran Bela Negara
............................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran ................................................................................................... 11
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mencapai kemerdekaan,bangsa Indonesia harus mengalami perjuangan
yang sangat panjang dan luar biasa beratnya. Paling sedikit tiga setengah abad lamanya
bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Banyak
korban yang berjatuhan dalam peristiwa itu. Itulah pengorbanan yang harus dilakukan
dalam suatu perju-angan yang pada akhirnya berhasil membawa bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaan.
Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak hanya sampai sebatas itu.
Kemerdekaan yang telah kita miliki harus dijaga dan dipertahankan jika tidak ingin
direbut kembali. Meskipun bangsa Indonesia telah merdeka, bukan berarti sudah
terlepas dari segala bentuk ancaman atau gangguan. Baik gangguan yang berupa
tindakan militer para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia ataupun
tindakan sekelompok orang yang ingin mendirikan negara sendiri.
Usaha bela negara dapat dilakukan dalam berbagai bidang dan bentuk. Salah
satu usaha untuk menumbuhkan kesadaran bela negara dapat dilakukan melalui
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (berdasarkan Undang-undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1). Untuk itu perlu
dilakukan inovasi-inovasi pendidikan untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
Tujuan pendidikan sebagian adalah untuk membentuk mental dan moral serta sebagian
lagi untuk membentuk pengetahuan dan ketrampilan.

Salah satu pendidikan yaitu Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan


Kewarganegaraan juga merupakan pendidikan dasar bela negara, dimana pendidikan
dasar bela negara ini bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara Indonesia, kerelaan berkorban untuk negara serta
memberikan kemampuan awal bela negara. Sebagaimana yang telah tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37
ayat 1, yang menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.
Rasa cinta tanah air dan kerelaan bela negara sangat diperlukan demi tetap
utuhnya dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud
dengan bela negara dan rasa cinta tanah air adalah serangkain sikap warga negara yang
senantiasa merasa memiliki dan bangga terhadap bangsa yang membias pada tekad,
sikap dan tindakan warga negara yang rela berkorban guna meniadakan sikap ancaman
baik dari luar maupun / dalam negara yang membahayakan kemerdekaan dan
kedaulatan negara kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yuridiksi
nasional serta nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang penulisan karya ilmiah diatas, penulis
menyimpulkan beberapa rumusan masalah berikut yang dapat menguatkan kajian
penulisan karya ilmiah ini.
(1) Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Indonesia?
(2) Apa pengertian bela negara?
(3) Bagaimana peran pendidikan dalam upaya menumbuhkan kesadaran bela
negara?
Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang (UM, 2010)

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pendidikan di Indonesia


Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan bernegara.
Pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pembangunan pendidikan di Indonesia banyak mengalami tantangan
seperti memberikan bantuan kepada seluruh anak dari keluarga kurang mampu untuk
menyelesaikan sekolah sampai pendidikan menengah tanpa biaya. Merujuk Perpres
No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20152019 Buku I (19-20) menyatakan dalam pendidikan tantangan dalam pembangunan
pendidikan antara lain adalah meningkatkan akses pendidikan menengah melalui
program Wajib Belajar 12 Tahun, dan memberikan pemihakan bagi seluruh anak dari
keluarga yang kurang mampu untuk tetap dapat menyelesaikan sekolah sampai jenjang
pendidikan menengah tanpa dipungut biaya. Dalam rangka melakukan revolusi
karakter bangsa, tantangan yang dihadapi adalah menjadikan proses pendidikan
sebagai sarana pembentukan watak dan kepribadian siswa yang matang dengan

internalisasi dan pengintegrasian pendidikan karakter dalam kurikulum, sistem


pembelajaran dan sistem penilaian dalam pendidikan.
Pendapat tersebut sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 (8) bahwa
tantangan yang dihadapi pembangunan pendidikan adalah meningkatkan proporsi
penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar ke jenjang-jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan menurunkan penduduk buta aksara. Kesenjangan tingkat pendidikan
yang cukup tinggi antarkelompok masyarakat termasuk antara penduduk kaya dan
penduduk miskin, antara penduduk perkotaan dan perdesaan, antara penduduk di
wilayah maju dan tertinggal, dan antar jenis kelamin yang harus dapat diturunkan
secara signifikan.
Tirtarahardja (2005:264) menyatakan di Indonesia terdapat beberapa jalur
pendidikan, diantaranya :

1.

Jalur Pendidikan

(1) Jalur Pendidikan Sekolah


Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan
(pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi). Sifatnya formal,
diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah, dan mempunyai keseragaman
pola yang bersifat nasional.
(2) Jalur Pendidikan Luar Sekolah
Jalur Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang di selenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar
mengajar

yang tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan, seperti

kepramukaan, berbagai kursus, dan lain-lain. PLS memberikan kemungkinan


perkembangan sosial, kultural seperti bahasa dan kesenian, keagamaan dan
keterampilan yang dapat dimanfaatkan oleh anggota msyarakat untuk
mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat-nya. Dalam hubungan ini

pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga yang fungsi utamanya menanamkan keyakinan
agama, nilai budaya dan moral, serta keterampilan praktis.

2.

Jenjang Pendidikan

(1) Pendidikan Formal


(a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang
berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
(b) Pendidikan Menengah,
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan.
(c) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan
tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan vokasi.
(2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta


pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi:
(a) pendidikan kecakapan hidup,
(b) pendidikan anak usia dini,
(c) pendidikan kepemudaan,
(d) pendidikan pemberdayaan perempuan,
(e) pendidikan keaksaraan,
(f) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
(g) pendidikan kesetaraan, serta
(h) pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.
(3) Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan. Berikut adalah jenis pendidikan informal.
(a) Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal.
(b) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedina-san berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan me-lalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
(c) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur


pendidikan formal, nonformal, dan informal.
(d) Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti
pendidikan secara tatap muka atau regular. Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung
oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu
lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi. Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan
pen-didikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. Pengertian Bela Negara


Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9
ayat 1 menyatakan bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh

kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang
paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara
sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di
dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
C. Peran Pendidikan dalam Upaya Menumbuhkan Kesadaran Bela Negara
Kaelan & Zubaidi (2010:3) menyatakan setiap warga negara dituntut untuk dapat
hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan,
nilai-nilai moral, nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar
tersebut berperan sebagai panduan dan pandangan hidup setiap warga negara dalam
kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa,

dan

bernegara.

Bahasan

pendidikan

kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga negara dan negara, serta pendidikan
pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar
filosofi bangsa. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku
cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
Rasa cinta tanah air dan tuntutan bela negara masih sangat diperlukan khusunya
bagi para generasi penerus yang tengah diharapkan mampu menjawab tantangan
global. Generasi penerus merupakan aset berharga bangsa, di tangan mereka terdapat
amanah besar, mereka adalah penerus peradaban dan perjuangan bangsa serta rasa
nasionalisme berikutnya. Sehingga merupakan suatu keharusan bagi mereka untuk
mengetahui sejarah nasionalisme Indonesia. Selain itu penanaman serta penguatan rasa
cinta tanah air menjadi hal yang sangat urgen untuk diberikan kepada para generasi
penerus. Disinilah letak peranan pendidikan kewarganegaraan dalam rangka
menumbuhkan kesadaran bela negara dan meningkatkan rasa cinta tanah air bagi

generasi penerus. Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan salah satu cara untuk
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan kehidupan generasi penerus sebagai warga
negara.
Peranan pendidikan kewarganegaraan adalah membina warga negara khususnya
generasi penerus yang baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan bagi generasi penerus sangat penting dalam rangka menumbuhkan
kesadaran bela negara dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air. Hal ini
mengingat bahwa para generasi peneruslah yang akan menjadi pemimpin bangsa
dimasa yang akan datang.
Dalam pendidikan kewarganegaraan, peserta didik (generasi penerus) senantisa
dibekali dengan hal-hal yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme. Pemahaman serta
peningkatan sikap dan tingkah laku yang berdasar pada nilai-nilai pancasila serta
budaya bangsa merupakan hal yang diprioritaskan dalam pendidikan kewarganegaraan.
Sebagaimana tujuan utama pendidikan kewarganegaraan, hal itu semua guna
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah
air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional
dalam diri para generasi penerus bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan pendidikan dasar bela negara,
dimana pendidikan dasar bela negara ini bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, kerelaan berkorban untuk
negara serta memberikan kemampuan awal bela negara. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, yang
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sumarsono (2001:6) menyatakan pendidikan kewarganegaraan yang berhasil
akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta
didik. Sikap ini tentunya disertai dengan perilaku yang:

10

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan
kemanusiaan.
Dengan demikian, terciptalah para generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkepribadian luhur Pancasila, yang senantiasa cinta tanah air dan rela berjuang dan
berkorban dalam rangka bela negara. Merekalah para generasi penerus bangsa yang
akan membawa Indonesia pada gerbang kemajuan dan siap menjawab tantangan
global.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
(1) Pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila
dan UUD 1945. Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
(3) Peranan pendidikan dalam rangka menumbuhkan kesadaran bela negara dapat
dilakukan dengan penanaman serta penguatan rasa cinta tanah air kepada para
generasi penerus. Hal itu penting dilakukan karena para peneruslah yang akan
menjadi para pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Dengan demikian,
melalui pendidikan diharapkan para generasi penerus bangsa Indonesia mampu
memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negaranya.

B. Saran
(1) Bagi Pemerintah
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia lebih ditekankan pada hal yang bisa
memberikan pengaruh kepada peserta didik dalam kesadaran bela negara.
Upaya yang dapat dilakukan adalah membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan hubungan antara warga,
negara dan bangsa.

11

12

(2) Bagi Peserta Didik


Sebagai peserta didik harus bisa aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
dimiliki untuk kepentingan berbangsa dan bernegara, bersifat profesional
dengan didasari kesadaran bela negara, berfikir rasional dan sadar akan hak dan
kewajiban sebagai warga negara.

DAFTAR RUJUKAN

Kaelan & Zubaidi, A. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019. Kementrian PPN/ Bappenas. (Online),
(http:// bappenas.go.id) diakses 16 Maret 2015.
Sumarsono. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Tirtarahardja, U. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Undang-Undang RI No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara . Hukum Online.
(Online), (http:// hukumonline.com/pusatdata/detail/331/node/6/uu-no-3tah un-2002-pertahanan-negara), diakses 16 Maret 2015.
Undang-Undang RI No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional . Inspektorat Jendral Kemkes RI. (Online), (http:// www.
itjen.depkes.go.id/
public/upload/.../Undang-undang/uu17_2007.pdf),
diakses 16 Maret 2015.
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional .
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia. (Online), (http://www.jdih.bpk.go.id), diakses 16
Maret 2015.
Universitas Negeri Malang.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:
Artikel,Makalah, Tugas Akhir dan Laporan Penelitian.Malang:Universitas
Negeri Malang

13

Anda mungkin juga menyukai