Anda di halaman 1dari 23

Makalah

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN


SEKOLAH DAN KELUARGA

NAMA: A. IRMA EKA RAHAYU

NIM: 119070

PRODI: TEKNOLOGI PENDIDIKAN

SEMESTER PENDEK (SP)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE KAMPUS III KAHU

2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Bahasa
Indonesia ini dengan baik dan tepat waktu. Seperti yang telah kita ketahui “Pendidikan
Karakter” itu sangat penting bagi anak bangsa dari mulai dini. Semua akan dibahas pada
makalah ini kenapa Pendidikan Karakter itu sangat dibutuhkan dan layak dijadikan
sebagai materi pelajaran.
Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan tentang keberadaan
Pendidikan Karakter bagi kemajuan bangsa. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
membantu menambah wawasan kita menjadi lebih luas lagi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Talabangi, 17 April 2023

Andi Irma Eka Rahayu


119070

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan.....................................................................................................................2

C. Rumusan Masalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Pendidikan Karakter.............................................................................3

B. Pengertian Karakter dan Kepribadian....................................................................6

C. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga....................................................................9

D. Peran pendidikan dalam keluarga berkrater.........................................................11

E. Lingkungan Keluarga...........................................................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................17

A. Kesimpulan...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya
manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai
tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar,
2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan
dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan
sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-
orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan
soft skill daripada hard skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat
penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga lemah sekali
dalam penguasaan soft skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini, agar pembaca tahu
betapa pentingnya pendidikan karakter bagi semua orang, khususnya bangsa Indonesia
sendiri. Teori pendidikan karakter sebenarnya merupakan teori pendidikan yang sudah
sejak lama mengakar dalam sejarah umat manusia. Bahkan sebelum adanya lembaga

1
pendidikan formal yang bernama sekolah, orang tua dengan berbagai cara telah
berusaha mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang baik, menurut normanorma
yang berlaku dalam budaya mereka masing-masing
B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter untuk mengetahui apa itu beda karakter
dan kepribadian, untuk mengetahui contoh program pendidikan karakter.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa.
Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningktakan mutu dari pendidikan karakter.
Untuk mengetahui bagaiamana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?
2. Apa pengertian dari beda karakter dan kepribadian?
3. Bagaimana contoh program pendidikan karakter?
4. Bagaimana peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa?
5. Bagaimana hubungan pendidikan karakter dengan keberadaban bangsa?
6. Bagaimana gambaran dari pendidikan karakter yang sudah berhasil?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter.
Pada dasarnya istilah ‘pendidikan karakter’ ini berasal dari dua buah kata yang
terpisah, yaitu “pendidikan” dan “karakter”. Untuk memahaminya, perlu diterjemahkan
satu persatu agar tidak terjadi ambigu dalam memaknai istilah tersebut. Sebab
pendidikan sendiri bisa dimaknai sebagai suatu proses pembentukan rambil dari
beberapa kata, yaitu tarbiyah, ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah, dan tadzkirah. Kata-kata
tersebut menghimpun makna kegiatan membina, memelihara, mengajarkan,
menyucikan jiwa, dan mengingatkan seseorang terhadap hal-hal yang baik
(Abdusshomad, 2020: 107-115). Sedangkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
juga kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
yang diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang
tersebut. Kebajikan tersebut terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, hormat kepada orang lain (Silfiyasari dan Zhafi,
2020: 127-135).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan penanaman nilai-nilai
sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek pengetahuan (cognitive), sikap
perasaan (affection felling), dan tindakan). Dalam kebijakan nasional pembangunan
karakter bangsa tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa karakter merupakan hasil
keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan
karsa. Olah hati terkait dengan perasaan sikap dan keyakinan atau keimanan, olah pikir
berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara
kritis, kreatif, dan inovatif, olah raga terkait dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan,
manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas, serta olah rasa dan karsa
berhubungan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian,
pencitraan, dan penciptaan kebaruan (Putri, 2020: 16-24).
Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik
didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

3
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,budaya,dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler,
pemberdayaan sarana, prasarana pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah (Ainia, 2020: 95-101)
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-
anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka
menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan
menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil,
baik, dan manusiawi. Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan
yang bertujuan untuk membangun karakter dari anak didik. Seperti yang kita ketahui
bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya untuk memberikan anak ilmu pengetahuan
tetapi juga untuk menanamkan dan mensosialisasikan nilai -nilai dan norma -norama
yang ada dalam masyarakat (Djuanda, 2020: 37-53).
Pendidikan karakter mengacu pada proses penanaman nilai, berupa pemahaman-
pemahaman, tata cara merawat dan menghidupi nilai-nilai itu, serta bagaimana seorang
siswa memiliki kesempatan untuk dapat melatihkan nilai-nilai tersebut secara nyata.
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang
sehingga dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai- nilai etika yang
sebenarnya. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk
karakter bangsa yaitu pancasila, meliputi mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; membangun bangsa
yang berkarakter pancasila; mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia (Giri,
2020: 59-66).

4
Selain itu pendidikan karakter juga bertujuan membentuk kepribadian seseorang
agar berperilaku jujur, baik dan bertanggungjawab, menghormati dan menghargai orang
lain, adil, tidak diskriminatif, egaliter, pekerja keras dan karakter-karakter unggul
lainnya. Membiasakan dan mempratikkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
akan sangat membantu tercapainya tujuan dari pendidikan karakter. Dari uraian tersebut
bisa disimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti, pendidikan watak, pendidikan moral,
pendidikan nilai, yang dilakukan secara sadar, sitematis dan ditujukan agar kemampuan
seseorang atau peserta didik berkembang sehingga bisa memutuskan dan
mempraktikkan kebaikan dalam keseharianya seperti bertanggung jawab, jujur, bekerja
keras dan menghormati orang lain adalah pengertian dan tujuan dari pendidikan
karakter (Mansir, Parinduri dan Abas, 2020: 29-37).
Pendidikan karakter secara tersirat sebenarnya telah ada pada konsep pendidikan
Islam. Pendidikan karakter merupakan ruh daripada pendidikan Islam. Pendidikan Islam
hakikatnya adalah kegiatan untuk membentuk anak didik menjadi manusia yang
berkarakter atau bernilai, memiliki akhlak yang mulia sehingga menjadi manusia yang
diridoi oleh Allah Swt. Ruang lingkup ajaran Islam adalah Aqidah, Syari’ah, dan
Akhlaq. Jika diibaratkan sebuah pohon Akar dari pohon adalah Aqidah, daun-daun dari
pohon adalah Syari’ah dan buah dari pohon adalah Akhlaq. Demikian halnya
pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan karakter, jika diibaratkan
sebuah senjata pendidikan Islam adalah senapan dan pendidikan karakter adalah
pelurunya. Sebelum karakter bisa dikatakan baik atau buruk maka harus didasarkan
pada pengajaran pendidikan Islam terlebih dahulu (Mulia, 2020: 118-129).
Pengertian pendidikan menurut para ahli di anataranya yaitu:
Nama ahli Definisi
Thomas Lickona Thomas Lickona menyebutkan bahwa pengertian
pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja
untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
karakter inti.
John W. Santrock Pendidikan karakter menurut John W. Santrock adalah
pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan

5
langsung kepada peserta didik untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan memberikan pelajaran kepada
peserta didik mengenai pengetahuan moral dan upaya
untuk mencegah perbuatan atau perilaku yang
dilarang.
Samani dan Hariyanto Menurut Samani dan Hariyanto, pengertian pendidikan
karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada
peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa dan
karsa.
Wibowo Pendidikan karakter menurut Wibowo adalah suatu
pendidikan yang digunakan untuk menanamkan dan
mengembangkan karakter kepada peserta didik. Hal ini
bertujuan agar peserta didik memiliki karakter yang
luhur dan dapat mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari baik di sekolah, di rumah,
maupun di lingkungan masyarakat.
Zubaedi pendidikan karakter adalah segala perencanaan usaha
yang dilakukan oleh guru yang dapat mempengaruhi
pembentukan karakter peserta didik untuk memahami,
membentuk dan memupuk nilai-nilai etika secara
keseluruhan.

B. Pengertian Karakter dan Kepribadian


Karakter dimaknai sebagai kualitas kepribadian yang baik, dalam arti tahu
kebaikan, mau berbuat baik dan nyata berperilaku baik, yang secara koheren akan
memancar sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa atau karsa.
Kepribadian adalah totalitas psychophysis yang kompleks dari individu sehingga
nampak dalam tingkah lakunya yang unik. karakter memiliki makna substantif dan
proses psikologis yang sangat mendasar. Merujuk pada konsep good character yang
dikemukakan oleh Aristoteles sebagai …”the life of right conduct-rignt in relation to

6
other persons and in relation to oneself. Pengertian dimaknai bahwa karakter dapat
diartikan sebagai suatu kehidupan berprilaku baik atau penuh kebajikan yakni
berprilaku baik terhadap pihak lain (Mulia, 2020: 74-81). Pihak adalah yang terhadap
dirinya sendiri. Selanjutnya cenderung melupakan the virtous life (kehidupan yang
penuh kebajikan, termasuk didalamnya self oriented virtous atau kebajikan terhadap diri
sendiri, seperti self control and moderation atau pengendalian diri dan kesabaran, dan
other oriented virtous atau kebajikan terhadap orang lain, seperti generously and
compassion (kesadaran berbagi dan merasakan kebaikan) (enjaya, Andika dan
Purwanto, 2020: 22-39).
Penanaman nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan kedalam proses belajar
mengajar di setiap mata pelajaran. Materi yang diajarkan dimasukkan unsurunsur yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang kemudian
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat. Menanamkan sifat disiplin bagi anak tentu bukanlah hal yang mudah,
membutuhkan sebuah pembiasaan dan ketekunan, dan tentunya perlu keteladanan dari
orang tua (Akhmad, 2020: 79).
Lingkungan satuan pendidikan, dapat dilakukan dengan dengan dikondisikan agar
lingkungan fisik, sosial dan kultural satuan pendidikan yang memungkinkan para siswa
bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan
kesehariannya mencerminkan perwujudan nilai/karakter, misalnya menjaga kebersihan
sekolah, dengan menyediakan tempat-tempat sampah; dan lain-lain. Keadaan
lingkungan keluarga dan masyarakat sebisa mungkin dapat memberikan konstribusi
terhadap terbentuk nilai-nilai karakter serta diupayakan agar terjadi proses penguatan
dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia
yang di kembangkan dalam satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian siswa ketika
berada di rumah maupun dalam lingkungan masyarakat (Wibowo, 2020: 10-19).
Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan
setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di

7
aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum
ada 4, yaitu :
1. Koleris  yaitu tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas,
berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri;
2. Sanguinis yaitu tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan
ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan
bersenang-senang;
3. Phlegmatis yaitu tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari
konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak,
menyukai hal yang pasti; dan
4. Melankolis  yaitu tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan
kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat
disukai.
Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya,
serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut
dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian yang sangat suka bercanda dan
terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk
bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus,
itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai
jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu,
adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina,
sejak usia dini (idealnya) (Fitriani dan Sari, 2020: 68-79).
Karakter tidak bisa diwariskan atau pun karakter tidak bisa dibeli dan karakter
tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi
hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan
sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa
orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka.
Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan
keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti
sekarang yang mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter,
upayakan. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan seorang pribadi yang

8
memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang hargai dalam
kehidupan.Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya (Hamidah, Warisno dan
Hidayah, 2021: 1-15).
Memiliki kontrol penuh atas karakter artinya tidak dapat menyalahkan orang lain
atas karakter yang buruk karena yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan
karakter adalah tanggung jawab pribadi seseorang. Etika Pendidikan bisa diartikan
sebagai ilmu atau pelajaran etika, mengenai teori bagaimana seharusnya berperilaku
atau berbuat dan tidak berbuat terhadap orang lain, khususnya dalam praktik
pendidikan. Etika pendidikan itu sendiri berisi aturan perilaku yang diterima secara
sosial yang memberi tekanan pejabat-pejabat pendidikan untuk memelihara kesadaran
nilai yang tinggi dan jujur serta adil dalam memberi layanan kepada publik. Jika
pendidikan yang dimaksudkan di institusi secara formal, maka Guru, siswa, dan semua
personil lainnya harus memiliki etika yang baik dalam bertingkah laku sehari-hari
(Hidayati, Khotimah dan Hilyana, 2021: 76-82).
Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-
dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya,
tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku”. Dan pada praktiknya, pendidikan moral cenderung memiliki
cakupan lebih sempit, yaitu hanya pada perkembangan keilmuan kognitif, sedangkan
pendidikan karakter memilik cakupan lebih luas dan komprehensif (Zamathoriq, 2021:
20).
C. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan untuk membangun karakter dari anak didik. Seperti yang kita ketahui
bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya untuk memberikan anak ilmu
pengetahuan tetapi juga untuk menanamkan dan mensosialisasikan nilai -nilai

9
dan norma -norama yang ada dalam masyarakat agar bisa tumbuh dengan
memahami nilai dan norma tersebut dan bisa membaur dalam kehidupan
bermasyarakat di kemudian hari maka dari itu perlu adanya sesuatu yang
membuat anak tidak sekedar memahami nilai dan norma secara tekstual tetapi
juga dalam praktek di kehidupannya dapat mengamalkan apa yang peroleh dari
pendidikan tersebut dan untuk itu pendidikan karakter dibutuhkan untuk
membangun citra diri pada anak (Rony, 2021: 98-121).
2. Pengertian Keluarga
Secara etimologis keluarga berasal dari bahasa Sanskerta: "kulawarga";
"ras" dan "warga" yang berarti "anggota”, keluarga adalah kelompok manusia
yang terdiri dari anggota-anggota keluarga, anggota tersebut dapat pula banyak
atau berasal dari lingkungan keluarga terdekat yang masih memiliki hubungan
darah. Keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari sejumlah
individu, memiliki hubungan darah antar individu, terdapat ikatan, kewajiban,
tanggung jawab di antara individu tersebut (Syarifuddin, Munir dan Haddade,
2021: 30-43).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. keluarga terdapat dua
atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Nst, Kurniati dan
Wibawa, 2021: 26-33).
3. Pengertian kepribadian
kehidupannya manusia adalah sebagai makhluk individu dan sebagai
makhluk sosial yang dalam kehidupan saling berhubungan individu yang satu
dengan individu lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan mau tidak mau
mereka harus saling bergantung untuk kelangsungan hidup mereka. Dalam
kehidupan tersebut manusia bisa mengenal manusia lain tidak hanya berdasar
dari ciri-ciri fisik tetapi juga dari kepribadian mereka.

10
Kepribadian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial
manusia karena hal tersebut tidak hanya merupakan sebagai penentu seseorang
berperilaku tetapi juga merupakan identitas untuk membedakan antara orang
yang satu dengan yang lain karena dalam hidupnya manusia tidak bisa sama
dengan orang lain karena mereka merupakan individu yang bisa berpikir secara
mandiri tentang diri mereka dan ada yang membedakan mereka secara psikis
yang kemudian berpengaruh pada cara mereka berperilaku dalam masyarakat
(Meilani, Dewi dan Furnamasari, 2021: 47-92).
Kepribadian adalah keseluruhan wujud aktivitas seorang individu yang
berbeda dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam
istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu
kepribadian sering diwujudkan dengan perilaku yang menonjol pada diri
individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian
clingus (bahasa Jawa)”. Orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel”
dan kepada orang yang plinplan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut
“tidak punya kepribadian (Insani, Dewi dan Furnamasari, 2021: 53-60).
D. Peran pendidikan dalam keluarga berkrater
Dalam menerapkan pola asuh yang bertujuan untuk membentuk karakter pada diri
anak masing-masing keluarga dari subjek penelitian ini telah melakukan yang menurut
mereka harus dilakukan. Dalam prakteknya mereka berusaha menerapkan perilaku baik
pada anak karena itu mereka mendidik anak sedemikian rupa dengan cara yang mereka
ciptakan agar tujuan tersebut tercapai. Penentuan cara dalam mendidik karakter ini pun
berbedabeda dari setiap orangtua berdasar dari apa yang menurut merekasekiranya tepat
jika diterapkan untuk mendidik karakter anak-anak mereka. Tetapi meski terlihat
berbeda, prinsip mereka cenderung sama, yaitu dengan menggunakan cara memahami
anak terlebih dulu sebelum menciptakan sauatu cara dalam mendidik karakter anak-
anak mereka (Ulfah dan Arifudin, 2022: 11-19).
Mengarahkan perilaku remaja untuk membentuk karakter yang positif dan dapat
mengarahkan remaja agar bisa berpikir dan berperilaku secara dewasa tidaklah mudah.
Perlu adanya pantauan dan pengawasan dari orang tua secara efektif. Efektif di sini
berarti dilakukan secara tepat yaitu sesuai dengan sifat dasar anak. Jangan sampai usaha

11
yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak tersebut malah menjadi hal yang
sifatnya menekan anak karena hanya terdiri dari berbagai perintah dan larangan dalam
melakukan sesuatu yang akibatnya anak malah merasa terkekang dengan hal ini (Ulfah
dan Arifudin, 2022: 32-51).
Maka dari itu mendidik karakter anak tidak cukup hanya dengan menggunakan
larangan dan perintah yang sifatnya mengatur remaja sedemikian rupa agar bertindak
atau berperilaku sama persis seperti yang diinginkan orang tua, malah justru para remaja
seharusnya lebih dipahami dan dimengerti perilakunya. Perlu dimengerti bahwa
perintah dan larangan adalah bagian yang sangat kecil dalam upaya pembentukkan
karakater karena hal tersebut hanya bantuan sederhana dalam menolong anak untuk
melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan (Humam, Sulistiya dan Rahman, 2022:
177-158)
Menerapkan pendidikan karakter bukanlah menjadikan perintah atau larangan
sebagai senajata utama dalam mendidik karakter remaja, tetapi lebih kepada bagaimana
orang tua seharusnya dalam melakukan panduan dan bimbingan kepada remaja,
perintah dan larangan memang diperlukan dalam membentuk karakter pada remaja yang
dewasa dalam berpikir dan berperilaku tetapi bukan sebagai pokok atau sesuatu yang
diandalkan. Terlalu banyak larangan dan perintah yang diberikan malah tidak akan
mendidik remaja agar memiliki kepribadian yang dewasa dalam berpikir dan
berperilaku tetapi malah menjadikannya memiliki kepribadian yang merasa sebagai
individu yang selalu dibatasi dan terkurung dan berusaha mencari kebebasan sehingga
menjadi seorang pemberontak (Jannah dan Mauizdati, 2022: 89-97).
E. Lingkungan Keluarga
1. Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami
setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri
(intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan
dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan
pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara
anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan
dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan

12
pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk
itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan
cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya
sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu
untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau
secara halus, dan seterusnya (Mustopa, Maulida dan Sarifudin, 2022: 1-16).
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat
pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti
kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan
penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan
menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa
diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan
penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial (Arifin, 2022:
39-47).
2. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi
perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan
sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di
masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting,
ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu
itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat
menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan
dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi
peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap:
kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner dan kemandirian (Utami dan
Faddila, 2023: 76-81).
Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan,
pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke
gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana

13
toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan
berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa
kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas
kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.
Karena itu, pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan
konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928,
ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia.
Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini
menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak
pluralisme tersebut (Khairani, 2023: 29-30).
Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti
simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan
informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal.
Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan
karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi
pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
membangun bangsa (Dahmiri dan Khalik, 2023: 33).
Dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial,  dan,budayabangsa
“pendidikan karakter untuk membangun keberadaban bangsa” adalah kearifan dari
keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul,
jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat
realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu, pendidikan harus diletakan pada posisi yang
tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan.
Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan
hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak
yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa indonesia. Pembiasaan berperilaku
santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka.
3. Pendidikan Karakter yang Berhasil.

14
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian
indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi lulusan
smp, yang antara lain meliputi sebagai berikut mengamalkan ajaran agama yang dianut
sesuai dengan tahap perkembangan remaja. Memahami kekurangan dan kelebihan
dirisendiri, mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas, menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
dalam lingkup nasional. Menunjukkan sikap percaya diri. Mencari dan menerapkan
informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis,dankreatif.
Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.
Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari (Ramadhan dan Alfiandra, 2023: 69-71).
Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan republik indonesia.
Menghargai karyaseni dan budayanasional, menghargai tugas pekerjaan dan memiliki
kemampuan untuk berkarya dengan menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang dengan baik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan santun hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
menghargai adanyaperbedaanpendapat. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis
naskah pendek sederhana, menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris sederhana.
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Memilikijiwakewirausahaan. Menunjukkan sikap percaya diri pada tataran sekolah,
kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai
tersebut (Islamiati dan Armida, 2023: 69-78).
Dalam menerapkan pola asuh dan cara didik untuk membentuk kepribadian
remaja yang dewasa dalam berpikir dan berperilaku pendidikan karakter sangat penting
bagi para orang tua. Para orang tua secara sadar memahami serta menerapakan
pendidikan karakter tersebut dalam mendidik anak remaja mereka agar harapan mereka

15
bisa memiliki anak yang nantinya memiliki kepribadian yang positif dalam kehidupan
bermasyarakat terwujud. Para orang tua juga memiliki cara masing-masing dalam
menerapkan pendidikan karakter tersebut kepada anak-anak remaja mereka.
Kebanyakan cara yang mereka pakai adalah pemahaman mendalam terhadap anak-anak
remaja mereka yang dimaksudkan untuk dapat memahami sifat dasar anak dalam
menentukan cara yang tepat dalam melakukan pendidikan karakter pada anak tersebut,
Adanya perlawanan dari anak karena adanya ketidak cocokan dengan metode orang tua
dalam menerapkan cara pendidikan karakter pada anak tersebut. Selain dengan
memahami anak secara mendalam, keterbukaan dalam berkomunikasi menjadi cara
lainnya bagi para orang tua tersebut dalam mendidik karakter anak-anak remaja mereka.
Menurut mereka komunikasi sangat penting dalam menerapkan pendidikan karakter
kepada anak-anak mereka, tanpa adanya komunikasi yang terbuka maka pendidikan
karakter tidak akan memiliki peran dalam usaha orang tua untuk mendidik perilaku
anaknya menjadi pribadi yang diharapkan (Rostina dan Aransyah, 2023: 76-87).
Meskipun para orang tua tidak terlalu memahami pendidikan karakter secara
teori tetapi dalam prakteknya mendidik anak mereka telah memahami dengan
sendirinya pendidikan karakter tersebut. Dalam menerapkan pendidikan karakter
mereka dapat menentukan cara-cara agar mereka dapat membina diri anak-anak remaja
mereka untuk memiliki kepribadian yang baik. Dalam menerapkan cara tersebut mereka
juga dapat mempertimbangkan baik dan buruknya cara yang akan mereka terapkan
tersebut. Para orang tua tersebut menyadari perlunya pendidikan karakter untuk
mendidik etika dan moral anak-anak remaja mereka tidak sekedar pendidikan akademis
di sekolah (Nurmaliza dan Safrul, 2023: 90-93).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan pendidikan yang di dalamnya
terdapat suatu tindakan yang mendidik untuk membentuk atau melatih kemampuan diri
demi menuju kearah hidup yang lebih baik, sedangkan etika pendidikan adalah suatu
poses pendidikan berjalan sesuai etika di masyarakat dan teori terapan dalam
masyarakat. Keduanya memiliki hubungan yang erat pendidikan karakter dapat
menanamkan etika pendidikan yang baik dan dapat disebut berpendidikan dengan etika
pendidikan akan mewujudkan pribadi yang pancasilais yang berkualitas yang akan
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, beradab dan
beradat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdusshomad, A. (2020). Pengaruh Covid-19 terhadap penerapan pendidikan karakter


dan pendidikan Islam. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan
Agama, 12(2), 107-115.
Silfiyasari, M., & Zhafi, A. A. (2020). Peran Pesantren dalam Pendidikan Karakter di
Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5(1), 127-135.
Putri, F. N. (2020). Pendidikan Karakter Siswa Melalui Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 8(1), 16-24.
Ainia, D. K. (2020). Merdeka belajar dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara dan
relevansinya bagi pengembanagan pendidikan karakter. Jurnal Filsafat
Indonesia, 3(3), 95-101.
Djuanda, I. (2020). Implementasi evaluasi program pendidikan karakter model cipp
(context, input, process dan output). Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya
Islam, 3(01), 37-53.
Giri, I. M. A. (2020). Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sebagai Solusi Degradasi
Bangsa. Purwadita: Jurnal Agama Dan Budaya, 4(1), 59-66.
Mansir, F., Parinduri, M. A., & Abas, S. (2020). Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Kegiatan Pembinaan Peserta Didik Dalam Membentuk Watak Kuat-
Positif. Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 4(1), 29-37.
Mulia, H. R. (2020). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak. TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 15(1), 118-129.
Soraya, Z. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban
Bangsa. Southeast Asian Journal of Islamic Education Management, 1(1), 74-
81.
Senjaya, P. F., Andika, C. B., & Purwanto, A. (2020). Studi Kasus: Pengaruh
Pendidikan Karakter dan Tata Nilai terhadap Kecerdasan Emosi dan
Kemandirian Siswa Sekolah Dasar di Serpong. EduPsyCouns: Journal of
Education, Psychology and Counseling, 2(1), 22-39.
Akhmad, F. (2020). Implementasi pendidikan karakter dalam konsep pendidikan
Muhammadiyah. Al-Misbah (Jurnal Islamic Studies), 8(2), 79.
Wibowo, B. A. (2020). Pancasila sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Karakter
Kurikulum 2013. Biormatika: Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, 6(1), 10-19.
Fitriani, B., & Sari, E. R. (2020). Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ERA
4.0 Pada Pembelajaran Berbasis Tematik Integratif Di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(2), 68-79.
Hamidah, A. Z., Warisno, A., & Hidayah, N. (2021). Manajemen Kurikulum dalam
Meningkatkan Karakter Religius Peserta Didik. JURNAL AN-NUR: Kajian
Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 7(02), 1-15.
Hidayati, H., Khotimah, T., & Hilyana, F. S. (2021). Pembentukan Karakter Religius,
Gemar Membaca, dan Tanggung Jawab pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Glasser, 5(2), 76-82.
Zamathoriq, D. (2021). Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk
Karakter Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 7(4), 20.

18
Rony, R. (2021). Urgensi Manajemen Budaya Organisasi Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Peserta Didik: The Urgency of School Organizational
Culture Management Against Character Building Students. Tafkir:
Interdisciplinary Journal of Islamic Education, 2(1), 98-121.
Syarifuddin, U. H., Munir, M., & Haddade, H. (2021). Implementasi Literasi Al-Qur’an
dalam Pembinaan Karakter Religiusitas Peserta Didik pada SMA/SMK di
Kabupaten Sidenreng Rappang. TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 6(01), 30-43.
Nst, F. N. A., Kurniati, I., & Wibawa, E. M. R. A. (2021). Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Islami Peserta Didik. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 26-33.
Insani, G. N., Dewi, D., & Furnamasari, Y. F. (2021). Integrasi Pendidikan Karakter
dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mengembangkan
Karakter Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 53-60.
Meilani, E., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Penerapan Pendidikan Karakter
Pancasila dalam Lingkungan Sekolah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 47-92.
Ulfah, U., & Arifudin, O. (2022). Peran Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter
Anak Dalam Menyikapi Bullying. Jurnal Tahsinia, 3(1), 11-19.
Suganda, D. (2022). Pengertian, Hubungan, dan Implementasi Soft Skills, Pembelajaran
Afektif, dan Pendidikan Karakter dalam Proses Belajar
Mengajar. Paraguna, 4(1), 32-51.
Humam, A. N. F., Sulistiya, E., & Rahman, A. Y. (2022). Penguatan Pendidikan
Karakter Guna Memperbaiki Pola Karakter Peserta Didik Di Kelas III Madrasah
Ibtidaiyah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(2), 177-185.
Jannah, M., & Mauizdati, N. (2022). Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Peserta
Didik Sekolah Dasar Setelah Masa Pandemi Civid-19. Journal. stitaf, ac.
ad/index. php/ibtida, 87-97.
Mustopa, A., Maulida, A., & Sarifudin, A. (2022). Implementasi Metode Pembiasaan
dalam Membentuk Karakter Islami pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti di SDN Sirnagalih 02 Desa Sukamantri Kecamatan Tamansari
Kabupaten Bogor Tahun Ajaran 2019/2020. Cendikia Muda Islam: Jurnal
Ilmiah, 2(1), 1-16.
Arifin, B. S. (2022). Nilai-Nilai Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia. Edumaspul:
Jurnal Pendidikan, 6(1), 39-47.
Utami, A. A., & Faddila, S. P. (2023). Peran Orang Tua Dalam Menanamkan
Kedisiplinan Anak Usia Dini Pada Lingkungan Keluarga. ABDIMA JURNAL
PENGABDIAN MAHASISWA, 2(1), 76-81.
Khairani, K. (2023). Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap
Hasil Belajar PPKn Siswa. Jurnal Basicedu, 7(1), 29-30.
Dahmiri, D., & Khalik, I. (2023). Pengaruh Lingkungan Keluarga, Karakteristik
Wirausaha dan Inovasi Produk Terhadap Keberhasilan Usaha. Ekonomis:
Journal of Economics and Business, 7(1), 33.
Ramadhan, A. R., & Alfiandra, A. (2023). Persepsi Remaja tentang Pengaruh
Lingkungan Keluarga dan Sosial terhadap Kenakalan Remaja. Jurnal
Pendidikan dan Konseling (JPDK), 5(1), 61-72.

19
Nurmaliza, S. K., & Safrul, S. (2023). Pengaruh Kondisi Lingkungan Keluarga
Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Pionir: Jurnal
Pendidikan, 11(3), 90-93.
Rostina, R., & Aransyah, M. F. (2023). Pengaruh Literasi Kewirausahaan Lingkungan
Keluarga dan Locus of Control terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa
Universitas Mulawarman. Jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan, 11(1), 76-87.
Islamiati, D., & Armida, S. (2023). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat
Menjadi Guru Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri
Padang. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(1), 69-78.

20

Anda mungkin juga menyukai