Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

OLEH

NAMA: VEMILIA ENJELINA NGGEHENG


NIM : 182251119
SEMESTER/KELAS : V/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUANG DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang “Pendidikan Karakter”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini sesuai ketentuan yang ada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini untuk dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... .1
A.Latar Belakang ................................................................................................. …...1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................ ……3
C.Tujuan Makalah ............................................................................................... ……3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
A.Konsep Pendidikan Karakter ......................................................................... …….4
1.Pengertian Karakter ........................................................................................... 4
2.Pengertian Pendidikan Karakter ....................................................................... .5
3.Tujuan Pendidikan Karakter ...................................................................... ……7
4.Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter .............................. …….8
B.Strategi dalam Pendidikan Karakter ........................................................................ 8
C.Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter .................................... ……….10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. …13
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era sekarang kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat. Salah satu buktinya adalah adanya penemuan internet yang
mempengaruhi dalam berbagai aspek seperti kegiatan ekonomi, kegiatan pendidikan, penyebaran
informasi, dan lain. Banyak kegiatan yang telah dipermudah dengan adanya internet sehingga
teknologi telah mempermudah kehidupan manusia. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa
manusia adalah makhluk yang sangat istimewa dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup
lainnya. Meskipun menjadi makhluk yang istimewa karena dianugerahi kemampuan berpikir
sehingga maju dalam IPTEK, apakah manusia pada era sekarang maju dalam hal berkarakter ?.

Bercermin pada peristiwa masa lalu yang diwarnai dengan beberapa peristiwa perang seperti
Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang menimbulkan banyak korban jiwa dan disintegrasi
masyarakat dunia. Pada peristiwa perang, terdapat banyak tindakan yang dilakukan tanpa
dilandasi nilai moral seperti penjatuhan bom atom yang dijatuhkaqn oleh pihak sekutu kepada
pihak Jepang di kota Hiroshima dan Nagasaki yang memakan banyak korban jiwa. Peristiwa
penjatuhan bom atom merupakan bukti bahwa manusia telah maju dalam IPTEK tanpa
melibatkan nilai karakter. Perihal persoalan karakter, bagaimana karakter di Indonesia ?

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku, ras, agama, dan
kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia rentan terjadinya disintegrasi jika tidak ditanamkan
salah satu nilai karakter yaitu toleransi. Berdasarkan hal ini, pendidikan karakter diperlukan
untuk menjaga integraasi bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter
merupakan hal penting yang harus diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal membuat pendidikan karakter merupakan sesuatu yang wajib
dilaksanakan selain pendidikan dalam hal penanaman IPTEK.

Meskipun menjadi hal yang urgen, pendidikan karakter tidak sepenuhnya terlaksana. Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya kasus-kasus penyimpangan seperti kasus kekerasan,
tindakan intoleran yang mengarah pada disintegrasi, merajalelanya korupsi, dan kasus-
kasus penyimpangan lainnya sehingga pendidikan karakter tidak sepenuhnya terlaksana
sesuai harapan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Hal ini
menimbulkan pertanyaan yaitu nilai-nilai karakter apa yang harus ditanamkan untuk
mengurangi terjadinya lebih banyak kasus penyimpangan dan bagaimana strateginya ?.

Dibutuhkan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah


memanfaatkan pendidikan sejarah sebagai pendidikan karakter. Menurut Susanto (2014: 28)
pendidikan karakter menjadi relevan untuk setiap bidang studi tidak terkecuali pendidikan
sejarah. Sehingga bagaimana pendidikan sejarah dapat menjadi sebagai pendidikan karakter?
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter ?
2. Bagaimana startegi dalam pendidikan karakter ?
3. Bagaimana peran pendidikan sejarah sebagai pendidikan karkater ?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan yang terdapat pada latar
belakang dan memaparkannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Karakter


1. Pengertian Karakter
Istilah Karakter pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang artinya
mengukir sehingga karakter seolaholah menjadi hasil sebuah ukiran dari nilai. Pengertian
karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) yaitu “watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, hormat kepada orang lain, dan sebagainya. Interaksi
seseorang dengan orang lain karakter menurut hasanah yang dikutip oleh Raharja(2010:230)
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa“. Dan juga, Pengertian adalah standar-
standar batin yang terimplementasi dalam bentuk kualitas diri. Nilai -nilai yang telah
diinternalisasi sebagai standar batin lalu diimplementasikan dalam kehidupan sebagai kualitas
diri.
Di Indonesia, nilai-nilai dalam pendidikan karakter dikembangkan berdasarkan dari
berbagai sumber yaitu agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional (Hasan,
2012:85). Landasan pertama yaitu agama, Indonesia memiliki masyarakat yang beragama. Hal
ini bisa diketahui melalui banyaknya rumah ibadah seperti masjid, gereja, kelenteng, pura, dan
lain-lain selain itu kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai beukti
bahwa agama adalah sesuatu yang harus dianut di Indonesia. Hal ini karena ajaran agama
menjadi landasan bagi individu, masyarakat, dan bangsa dalam berkehidupan. Perilaku pada
individu, masyarakat, dan bangsa harus sesua dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai-
nilai pendidikan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berdasarkan
agama. Landasan kedua yaitu nilai-nilai Pancasila, prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah
Pancasila. Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dipaparkan dalam pasal -
pasal yang terdapat pada UUD 1945. Jadi, nilai-nilai pancasila telah mengatur kehidupan
masyarakat dalam bernegara, ekonomi, kehidupan politik, hukum, sosial dan budaya yang
terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945. Oleh karena itu masyarakat dalam berkehidupan harus
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Landasan ketiga yaitu nilai-nilai budaya, Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya. masyarakat Indonesia menjadikan
nilan- nilai budaya sebagai landasan dalam menilai atau memberi makna terhadap suatu konsep
dan arti dalam komunikasi yang dilakukan oleh anggota pada masyarakat. Wawasan akan
budaya menjadi hal yang penting dalam bersikap. Dengan wawasan budaya yang luas
disertai dengan pemaknaan yang dalam, seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih terbuka
terhadap masyarakat beserta kebudayaannya. Landasan keempat yaitu tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah standar kualitas dan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada tujuan pendidikan nasional telah
disesuaikan dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya sehingga tujuan pendidikan nasional bisa
menjadi landasan dalam pendidikan karakter. membentuk karakter pada seseorang diperlukan
usaha untuk menginternalisasikan kebajikan yaitu melalui melaui pendidikan karakter.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Sebelum mengenal apa aitu pendidikan karakter, sebaiknya kita perlu ketahui apa itu
pendidikan dan ap aitu karakter. Secara umum, pendidikan adalah proses mendidik dengan
tujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan mengasah kemampuan atau keterampilan
orang yang di didik. Berlandaskan pada Undang-Undang Dasar nomor 20 Tahun 2003 tentang
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian kecerdasa, akhlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan Negara”.
sistem pendidikan nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa “ pendidikan pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diriny Jika pendidikan pengertiannya
adalah usaha untuk mewujudkan proses pembelajaran sedangkan karakter adalah watak,
tabiat, dan akhlak yang dibentuk dari hasil internalisasi. Maka pendidikan karakter adalah
usaha menciptakan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak,tabiat
dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebijakan pada peserta didik agar mendasari peserta
didik dalam cara bersikap. Menurut Rizki Afandi (2011 : 88) Pendidikan karakter adalah suatu
sistem pendidikan dengan penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen
aspek pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan tindakan, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakan dan bangsanya. Dalam
pendidikan karakter, diperlukan adanya tentang pengetahuan dalam mengetahui hal-hal yang
baik maupun tidak. Hal-hal yang baik dan buruk merupakan sesuatu yang relatif artinya
dalam membedakan hal yang baik maupun tidak tergantung pada landasan mendasar yang
tertanam pada diri seseorang. Akan tetapi anak-anak masih belum memiliki landasan dasar
dalam bersikap, mereka cenderung meniru perbuatan perbuatan yang dilakukan oleh orang lain
berdasarkan hasil pengamatan mereka . Hal ini sesuai dengan pendapat Bandhura bahwa
menurut Bandura yang dikutip oleh Kard.S lalu dikutip lagi oleh Fithri (2014 : 103) pada
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah
laku orang lain. Untuk itu dalam mendidik anak dalam hal karakter seorang pengajar seperti
orang tua atau guru sebaikanya memberikan contoh baik kepada anak dalam berperilaku.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dari penerapan pendidikan karakter adalah pembentukan karakter yang sesuai
dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945. Menurut Rachmach
(Rachmah, 2013) pendidikan karakter yang diarahkan sesuai nilai dan prinsip UUD 1945 dengan
tujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa. Selain itu, tujuan dari pendidikan karakter adalah menanamkan dan
menerapkan nilai - nilai karakter yang berdasarkan 18 (delapan belas) nilai karakter menurut
kementerian pendidikan nasional (Kemdiknas) yaitu :Religius,jujur,toleransi,displin,
kerja keras,kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab (Kemdiknas , 2011). Nilai-nilai karakter tersebut merupakan
tanggung jawab kita semua (guru,orang tua, dan masyarakat) dalam menanam dan membentuk
karakter pada siswa.
Berdasarkan pernyataan diatas, karakter yang harus dibentuk melalui pendidikan karakter yaitu
menjadikan siswa :
a) Taat pada keyakinan (agama) masing-masing;
b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis;
c) Memiliki sikap jujur,toleran,kreatif,bertanggung jawab,dan adaptif pada perubahan sosial
dan budaya.
d) Memiliki wawasan yang luas;
e) Memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar;
f) Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi persatuan.
4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter
Pada pengertiannya pendidikan adalah tindakan yang disengaja atausecara sadar dalam
menciptakan proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik dapat mengasah
kemampuannya, mendapatkan keterampilan baru, dan menanamkan nilai karakter. Penanaman
nilai karakter pada anak melalui pendidikan harus dilakukan terus menerus selama adanya
eksistensi manusia didunia. Menurut Lickona dalam Sudrajat (2011 : 49) bahwa alasan
pendidikan karakter selalu diperlukan salah satunya adalah masih ada siswa yang tidak dapat
membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain. Berdasarkan pernyataan ini siswa
bersifat pasif dalam membentuk karakter pada diri mereka sehingga mereka memerlukan
bimbingan dari orang yang lebih dewasa seperti guru, orang tua, dan masyarakat.
B. Strategi dalam Pendidikan Karakter
Salah satu strategi dalam membentuk karakter anak adalah dengan memaksimalkan peran
orang tua dalam membentuk karakter anak.Hal ini dilakukan karena keluarga merupakan
kelompok sosial primer yang penanggung jawabnya adalah orang tua. Keterampilan dan karakter
dipelajari oleh anak usia dini diajarkan oleh orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni
Wulandari dan Muhammad Kristiawan dalam meneliti tentang Strategi Sekolah Dalam
Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua (2017)
yang dilakukan pada SD Negeri 62 Palembang. Dalam penelitian ini pihak sekolah berupaya
untuk memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anaknya dalam hal karakter. Strategi
sekolah dalam menstimulasikan peran orang tua dalam memaksimalkan pembentukan karakter
pada siswa yaitu mengangkat nilai-nilai karakter sebagai bagian dari visi, misi, dan tujuan
lembaga serta berusaha mewujudkannnya melalui kegiatan yang nyata (1), membangun
hubungan yang kuat dalam upaya penguatan Nilai-nilai karakter pada siswa (2), menyiapkan
pendidik yang berjiwa pendidik sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung jawab
dalam kesuksesan pendidikan karakter pada siswa (3), dan mengkondusikan sekolah yang
dapat mendukung pendidikan karakter (4). Berdasarkan hasil penelitian, dengan
memaksimalkan peran orang tua, terdapat perkembangan dalam perilaku siswa sebagai hasil
maksimalnya peran orang tua dalam mendidik karakter seperti siswa terbiasa mengucap salam
kepada sesama teman, guru, dan kepala sekolah, siswa memiliki sikap toleransi dan menghargai
perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa bersikap sopan, dan sebagainya. Berdasarkan
penelitian membuktikan bahwa dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai strategi dalam
mendidik karakter pada siswa memberikan pengaruh yang efektif dalam membentuk karakter
pada siswa.
Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi lain dalam
membentuk karakter pada siswa adalah mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam
kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah-langkah dalam mengintegrasikan nilai
pendidikan karakter kedalam kurikulum yaitu :
1) Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan kedalam
silabus pelajaran IPS dan sejarah.
2) Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru sejarah.
3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan proses
pembelajaran untuk penguasan keterampilan dan internasiasi nilai.
4) Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang bernilai karakter
didalamnya. Hal ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat terjadi selama kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa
perlu adanya usaha maksimal peran orang tua dan guru dalam melaksanakan pendidikan
karakter sehingga terjadi penanaman dan peningkatan nilai karakter pada siswa.
C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter
Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran dapat membentuk karakter pada siswa,
menurut Hamid (Hasan,2012 : 86) bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa dapat dilakukan melalui mata pelajaran, kegiatan kurikuler, dan kegiatan
ekstrakurikuler. Contohnya pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dapat membentuk
karakteristik compassion (rasa terharu), fairness (berkeadillan), sport-personship (sikap sportif),
dan Integrity (integritas) (Harta, 2019: 2016). Nilai-nilai karakter ini bisa saja tertanam asalkan
guru dapat merancang model pembelajaran yang dapat melibatkan aspek afektif pada siswa
dalam pembelajaran. Bagaimana dengan pendidikan sejarah ?
Secara umum bahwa, sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang
mempengaruhi masa sekarang atau masa depan yang sebagian besar peristiwa melibatkan
tokoh dan masyarakat sebagai penggerak dalam suatu peristiwa. Keberadaan tokoh atau
masyarakat menjadi hal yang penting dalam pendidikan karakter. Hal ini karena kita dapat
meneladani perilaku tokoh atau masyarakat yang pernah terlibat dalam suatu peristiwa
dalam membentuk karakter. Contohnya meneladani tokoh pejuang dalam perjuangan
menghadapi bangsa Barat dalam Perang Diponegoro. Nilai- nilai karakter yang dapat
diteladani dari perjuangan tersebut adalah semangat dalam menjaga tanah air mereka dari
penjajah. Peristiwa-peristiwa sejarah yang telah tercatat dapat menjadi bahan evaluasi untuk
masa depan sehingga bukan hanya pengetahuan saja yang disampaikan tetapi nilai-nilainya
harus ditanamkan pada siswa untuk diterapkan dalam hidup mereka.Untuk menanamkan nilai
karakter melalui pendidikan sejarah, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang bukan hanya dapat menambah pengetahuan dan keterampilan tetapi dapat
menstimulasikan keaktifan siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa
dalam bersikap/berkarakter yang sesuai dengan karakter bangsa. Guru harus menggunakan
sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Menurut Kemp dalam Susanto
(2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar harus disiapkan untuk memenuhi tujuan belajar
antara lain ; memotivasi siswa, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi
subjek, dan memberikan kesempatan menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan
media belajar yang menarik dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
secara antusias. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi oleh motivasi
yang kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan. Motivasi belajar Motivasi
belajar merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan dan adanya arahan dalam kegiatan belajar sehingga dapat
mencapai tujuan yang dikehendaki (Kiswoyowati, 2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011)
motivasi belajar pada siswa menimbulkan cirri-ciri pada siswa dalam kegiatan belajar yaitu
siswa tersebut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan yang
dihadapinya. Jika sumber dan media dirancang menarik dan dilakasanakan kegiatan belajar
yang dapat memotivasi siswa, maka karakter yang dibentuk selama kegiatan pembelajaran
adalah tekun dan ulet dalam melaksanakan tanggung jawab, mandiri, berani bertanggung
jawab, tulus dalam mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa
memecahkan masalah.
Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter adalah model
bukan hanya melatih dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi model ini ditekankan dapat
melatih ranah afektif pada siswa. Salah satu model pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto
(2014) yang dapat digunakan untuk menanamkam nilai dan dipahami oleh siswa yaitu Model
Bermain Peran (Role Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh-tokoh yang terlibat
pada peristiwa sejarah dalam bentuk sebuah drama. Menurut Susanto (2014:109) bahwa tujuan
dari model ini adalah siswa memahami nilai dan memahami konteks peristiwa yang terjadi
dalam sejarah. Penelitian tentang model Bermain Peran (Role Playing) sebagai pendidikan
karakter telah dilakukan oleh Kiromim Baroroh (2011) terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi-Universitas Negeri Yogyakarta pada mata
kuliah Ekonomi Kerakyatan. Hasil dari penelitiannya yaitu terjadi peningkatan pada nilai
kreatif, kemampuan berkomunikasi, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini membuktikan bahwa
model Bermain Peran (Role Playing) dapat menigkatkan atau menanamkan nilai karakter pada
peserta didik. Jika model ini diterapkan pada model pembelajaran sejarah diharapkan dapat
menjadikan siswa berkarakter bangsa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya,maka disimpulkan:
1. Pengertian karakter adalah watak atau perilaku yang diimplementasikan
berlandaskan pada nilai-nilai yang telah tertanam sedangkan pengertian
pendidikan karakter yaitu pendidikan karakter adalah usaha menciptakan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak, tabiat dan
akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada peserta didik agar
mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Tujuan dari pendidikan
karakter adalah adalah pembentukan karakter yang sesuai dengan landasan
dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945 . karakter yang dibentuk
yaitu (a) Taat pada keyakinan (agama) masing-masing, (b) Memiliki jiwa
nasionalis dan patriotis, (c) Memiliki sikap jujur, toleran, kreatif, bertanggung
jawab, dan adaptif terhadap perubahan sosial dan budaya, (d)Memiliki wawasan
yang luas, dan (e) Memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar.
2. Terdapat dua strategi pendidikan karakter yang telah dijelaskan pada bab
sebelummnya yaitu dengan memaksimalkan peran orang tua pada peserta didik
dan mengintegrasikan nilai karakter dengan kurikulum.
3. Pendidikan sejarah bisa dijadikan sebagai pendidikan karakter. Model
pembelajaran yang diperlukan untuk mewujudkan hal ini adalah model yang
menekankan pada aspek afektif. Contoh modelnya yaitu model Bermain
Peran (Role Playing).

Anda mungkin juga menyukai