Anda di halaman 1dari 12

Disusun Untuk memenuhi Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampu: Bapak Mulyadi,S.Pd,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Rizki Rizqullah anggara
855727499

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ–UT
BANDAR LAMPUNG POKJAR NATAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Pendidikan Karakter”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah inisesuai ketentuan yang ada.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini untuk dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Natar, 05 Desember 2023

Rizky Rizqullah Anggara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Makalah...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Konsep Pendidikan Karakter..........................................................................4
1. Pengertian Karakter.....................................................................................4
2. Pengertian Pendidikan Karakter.................................................................5
3. Tujuan Pendidikan Karakter.......................................................................7
4. Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter..............................8
B. Strategi dalam Pendidikan Karakter..............................................................8
C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter.....................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................13a
A. Kesimpulan........................................................................................................13
Daftar Pustaka...........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era sekarang kita mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Salah satu
buktinya adalah adanya penemuan internet yang mempengaruhi dalam berbagai aspek seperti kegiatan ekonomi,
kegiatan pendidikan, penyebaran informasi, dan lain – lain. Banyak kegiatan – kegiatan yang telah dipermudah
dengan adanya internet sehingga teknologi telah mempermudah kehidupan manusia. Hal ini menjadi salah satu
bukti bahwa manusia adalah makhluk yang sangat istimewa dibandingkan dengan makhluk – makhluk hidup
lainnya. Meskipun menjadi makhluk yang istimewa karena dianugerahi kemampuan berpikir sehingga maju dalam
IPTEK, apakah manusia pada era sekarang maju dalam hal berkarakter ?.

Bercermin pada peristiwa masa lalu yang diwarnai dengan beberapa peristiwa perang seperti Perang Dunia I dan
Perang Dunia II yang menimbulkan banyak korban jiwa dan disintegrasi masyarakat dunia. Pada peristiwa perang,
terdapat banyak tindakan yang dilakukan tanpa dilandasi nilai moral seperti penjatuhan bom atom yang
dijatuhkaqn oleh pihak sekutu kepada pihak Jepang di kota Hiroshima dan Nagasaki yang memakan banyak
korban jiwa. Peristiwa penjatuhan bom atom merupakan bukti bahwa manusia telah maju dalam IPTEK tanpa
melibatkan nilai karakter. Perihal persoalan karakter, bagaimana karakter di Indonesia ?.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman suku, ras, agama, dan kebudayaan. Hal ini membuat
Indonesia rentan terjadinya disintegrasi jika tidak ditanamkan salah satu nilai karakter yaitu toleransi. Berdasarkan
hal ini, pendidikan karakter diperlukan untuk menjaga integraasi

bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter merupakan hal penting yang harus
diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal
membuat pendidikan karakter merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan selain pendidikan dalam hal
penanaman IPTEK.

Meskipun menjadi hal yang urgen, pendidikan karakter tidak sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya kasus – kasus penyimpangan seperti kasus kekerasan, tindakan intoleran yang mengarah pada
disintegrasi, merajalelanya korupsi, dan kasus – kasus penyimpangan lainnya sehingga pendidikan karakter tidak
sepenuhnya terlaksana sesuai harapan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Hal ini
menimbulkan pertanyaan yaitu nilai – nilai karakter apa yang harus ditanamkan untuk mengurangi terjadinya lebih
banyak kasus penyimpangan dan bagaimana strateginya ?.
Dibutuhkan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah memanfaatkan pendidikan
sejarah sebagai pendidikan karakter. Menurut Susanto (2014: 28) pendidikan karakter menjadi relevan untuk
setiap bidang studi tidak terkecuali pendidikan sejarah. Sehingga bagaimana pendidikan sejarah dapat menjadi
sebagai pendidikan karakter ?

BAB II

A. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Istilah Karakter pada awalnya berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang artinya mengukir sehingga
karakter seolah – olah menjadi hasil sebuah ukiran dari nilai. Pengertian karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) yaitu “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat kepada orang lain, dan sebagainya. Interaksi seseorang dengan
orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa“. Dan juga, Pengertian karakter menurut
Hasanah yang dikutip oleh Raharjo (2010 : 230) adalah standar – standar batin yang terimplementasi dalam bentuk
kualitas diri. Nilai nilai yang telah diinternalisasikan sebagai standar batin lalu diimplementasikan dalam
kehidupan sebagai kualitas diri.

Di Indonesia, nilai – nilai dalam pendidikan karakter dikembangkan berdasarkan dari berbagai sumber yaitu
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional (Hasan, 2012 : 85). Landasan pertama yaitu agama,
Indonesia memiliki masyarakat yang beragama. Hal ini bisa diketahui melalui banyaknya rumah ibadah seperti
masjid, gereja, kelenteng, pura, dan lain – lain selain itu kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai
beukti bahwa agama adalah sesuatu yang harus dianut di Indonesia. Hal ini karena ajaran agama menjadi landasan
bagi individu, masyarakat, dan bangsa dalam berkehidupan. Perilaku pada individu, masyarakat, dan bangsa harus
sesuai

dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai – nilai pendidikan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai –
nilai dan kaidah yang berdasarkan agama. Landasan kedua yaitu nilai – nilai Pancasila, prinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah Pancasila.
Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dipaparkan dalam pasal – pasal yang terdapat pada UUD
1945. Jadi, nilai – nilai pancasila telah mengatur kehidupan masyarakat dalam bernegara, ekonomi, kehidupan
politik, hukum, sosial dan budaya yang terkandung dalam pasal – pasal UUD 1945. Oleh karena itu masyarakat
dalam berkehidupan harus sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Landasan ketiga yaitu nilai – nilai budaya,
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Masyarakat – masyarakat Indonesia
menjadikan nilai – nilai budaya sebagai landasan dalam menilai atau memberi makna terhadap suatu konsep dan
arti dalam komunikasi yang dilakukan oleh anggota pada masyarakat. Wawasan akan budaya menjadi hal yang
penting dalam bersikap. Dengan wawasan budaya yang luas disertai dengan pemaknaan yang dalam, seseorang
dapat menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap masyarakat beserta kebudayaannya. Landasan keempat yaitu
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah standar kualitas dan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada tujuan pendidikan nasional telah disesuaikan dengan nilai
agama, Pancasila, dan budaya sehingga tujuan pendidikan nasional bisa menjadi landasan dalam pendidikan
karakter. membentuk karakter pada seseorang diperlukan usaha untuk menginternalisasikan kebajikan yaitu
melalui melaui pendidikan karakter.

Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengenal apa aitu pendidikan karakter, sebaiknya kita perlu ketahui apa itu pendidikan dan ap aitu
karakter. Secara umum, pendidikan adalah proses mendidik dengan tujuan untuk menanamkan nilai – nilai yang

baik dan mengasah kemampuan atau keterampilan orang yang di didik. Berlandaskan pada Undang – Undang
Dasar nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa “
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”.

Jika pendidikan pengertiannya adalah usaha untuk mewujudkan proses pembelajaran sedangkan karakter adalah
watak, tabiat, dan akhlak yang dibentuk dari hasil internalisasi. Maka pendidikan karakter adalah usaha
menciptakan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak, tabiat dan akhlak secara aktif
dengan menanamkan kebajikan pada peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Menurut
Rizki Afandi (2011 : 88) Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan penanaman nilai-nilai sesuai
dengan budaya bangsa dengan komponen aspek pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan
tindakan, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakan dan bangsanya. Dalam
pendidikan karakter, diperlukan adanya tentang pengetahuan dalam mengetahui hal – hal yang baik maupun tidak.
Hal – hal yang baik dan buruk merupakan sesuatu yang relatif artinya dalam membedakan hal yang baik maupun
tidak tergantung pada landasan mendasar yang tertanam pada diri seseorang. Akan tetapi anak – anak masih belum
memiliki landasan dasar dalam bersikap, mereka cenderung meniru perbuatan – perbuatan yang dilakukan oleh
orang lain berdasarkan hasil pengamatan mereka . Hal ini sesuai dengan pendapat Bandhura bahwa menurut
Bandura yang dikutip oleh Kard.S lalu dikutip lagi oleh Fithri (2014 : 103) pada sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Untuk itu dalam mendidik anak dalam
hal karakter seorang pengajar seperti orang tua atau guru sebaikanya memberikan contoh baik kepada anak dalam
berperilaku.

Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan dari penerapan pendidikan karakter adalah pembentukan karakter yang sesuai dengan landasan dasar
Pancasila yang terkandung pada UUD 1945. Menurut Rachmach (Rachmah, 2013) pendidikan karakter yang
diarahkan sesuai nilai dan prinsip UUD 1945 dengan tujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu,
tujuan dari pendidikan karakter adalah menanamkan dan menerapkan nilai - nilai karakter yang berdasarkan

18 (delapan belas) nilai karakter menurut kementerian pendidikan nasional (Kemdiknas) yaitu : Religius, Jujur,
toleransi,disiplin, kerja keras,kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab (Kemdiknas , 2011). Nilai – nilai karakter tersebut merupakan tanggung jawab kita semua (guru,
orang tua, dan masyarakat) dalam menanam dan membentuk karakter pada siswa.

Pentingnya Pendidikan dalam Membentuk Karakter

Pada pengertiannya pendidikan adalah tindakan yang disengaja atau secara sadar dalam menciptakan proses
pembelajaran yang efektif agar peserta didik dapat mengasah kemampuannya, mendapatkan keterampilan baru,
dan menanamkan nilai karakter. Penanaman nilai karakter pada anak melalui pendidikan harus dilakukan terus
menerus selama adanya eksistensi manusia didunia. Menurut Lickona dalam Sudrajat (2011 : 49) bahwa alasan
pendidikan karakter selalu diperlukan salah satunya adalah masih ada siswa yang tidak dapat membentuk karakter
yang kuat bagi dirinya di tempat lain. Berdasarkan pernyataan ini siswa bersifat pasif dalam membentuk karakter
pada diri mereka sehingga mereka memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa seperti guru, orang tua,
dan masyarakat.

B. Strategi dalam Pendidikan Karakter

Salah satu strategi dalam membentuk karakter anak adalah dengan memaksimalkan peran orang tua dalam
membentuk karakter anak. Hal ini dilakukan karena keluarga merupakan kelompok sosial primer yang
penanggung jawabnya adalah orang tua. Keterampilan dan karakter dipelajari oleh anak usia dini diajarkan oleh
orang tua.

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Wulandari dan Muhammad Kristiawan dalam meneliti tentang Strategi
Sekolah Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua (2017)
yang dilakukan pada SD Negeri 62 Palembang. Dalam penelitian ini pihak sekolah berupaya untuk
memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anaknya dalam hal karakter. Strategi sekolah dalam
menstimulasikan peran orang tua dalam memaksimalkan pembentukan karakter pada siswa yaitu mengangkat nilai
– nilai karakter sebagai bagian dari visi, misi, dan tujuan lembaga serta berusaha mewujudkannnya melalui

kegiatan yang nyata (1), membangun hubungan yang kuat dalam upaya penguatan nilai – nilai karakter pada siswa
(2), menyiapkan pendidik yang berjiwa pendidik sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung jawab dalam
kesuksesan pendidikan karakter pada siswa (3), dan mengkondusikan sekolah yang dapat mendukung pendidikan
karakter (4). Berdasarkan hasil penelitian, dengan memaksimalkan peran orang tua, terdapat perkembangan dalam
perilaku siswa sebagai hasil maksimalnya peran orang tua dalam mendidik karakter seperti siswa terbiasa
mengucap salam kepada sesama teman, guru, dan kepala sekolah, siswa memiliki sikap toleransi dan menghargai
perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa bersikap sopan, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian membuktikan
bahwa dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai strategi dalam mendidik karakter pada siswa memberikan
pengaruh yang efektif dalam membentuk karakter pada siswa.

Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi lain dalam membentuk karakter pada
siswa adalah mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah
– langkah dalam mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum yaitu :

1. Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan kedalam silabus pelajaran IPS dan
sejarah;

2. Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dikembangkan oleh guru sejarah;

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan proses pembelajaran untuk
penguasan keterampilan dan internalisasi nilai;

4. Melaksanakan penilaian hasil belajar.

Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang bernilai karakter didalamnya. Hal
ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat terjadi selama kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa perlu adanya usaha
maksimal peran orang tua dan guru dalam

melaksanakan pendidikan karakter sehingga terjadi penanaman dan peningkatan nilai karakter pada siswa.

C. Pendidikan Sejarah Sebagai Pendidikan Karakter

Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran dapat membentuk karakter pada siswa, menurut Hamid (Hasan,2012 :
86) bahwa proses pengembangan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa dapat dilakukan melalui mata pelajaran,
kegiatan kurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Contohnya pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dapat
membentuk karakteristik compassion (rasa terharu), fairness (berkeadillan), sport-personship (sikap sportif), dan
Integrity (integritas) (Harta, 2019: 2016). Nilai – nilai karakter ini bisa saja tertanam asalkan guru dapat
merancang model pembelajaran yang dapat melibatkan aspek afektif pada siswa dalam pembelajaran. Bagaimana
dengan pendidikan sejarah ?

Secara umum bahwa, sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lalu yang mempengaruhi masa sekarang
atau masa depan yang sebagian besar peristiwa melibatkan tokoh dan masyarakat sebagai penggerak dalam suatu
peristiwa. Keberadaan tokoh atau masyarakat menjadi hal yang penting dalam pendidikan karakter. Hal ini karena
kita dapat meneladani perilaku tokoh atau masyarakat yang pernah terlibat dalam suatu peristiwa dalam
membentuk karakter. Contohnya meneladani tokoh pejuang dalam perjuangan menghadapi bangsa Barat dalam
Perang Diponegoro. Nilai – nilai karakter yang dapat diteladani dari perjuangan tersebut adalah semangat dalam
menjaga tanah air mereka dari penjajah. Peristiwa – peristiwa sejarah yang telah tercatat dapat menjadi bahan
evaluasi untuk masa depan sehingga bukan hanya pengetahuan saja yang disampaikan tetapi nilai – nilainya harus
ditanamkan pada siswa untuk diterapkan dalam hidup mereka.

Untuk menanamkan nilai karakter melalui pendidikan sejarah, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang bukan hanya dapat menambah pengetahuan dan keterampilan tetapi dapat menstimulasikan
keaktifan siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa dalam bersikap/ berkarakter yang
sesuai dengan karakter bangsa.
Guru harus menggunakan sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Menurut Kemp dalam
Susanto (2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar harus disiapkan untuk memenuhi tujuan belajar antara lain ;
memotivasi siswa, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberikan kesempatan
menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan media belajar yang menarik dapat memotivasi siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran secara antusias. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi
oleh motivasi yang kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan. Motivasi belajar Motivasi belajar
merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan dan adanya arahan dalam kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki
(Kiswoyowati, 2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011) motivasi belajar pada siswa menimbulkan ciri – ciri
pada siswa dalam kegiatan belajar yaitu siswa tersebut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih
mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Jika sumber dan media dirancang menarik dan dilakasanakan kegiatan belajar yang dapat memotivasi siswa, maka
karakter yang dibentuk selama kegiatan pembelajaran adalah tekun dan ulet dalam melaksanakan tanggung jawab,
mandiri, berani bertanggung jawab, tulus dalam mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa
memecahkan masalah.

Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter adalah model bukan hanya melatih
dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi model ini ditekankan dapat melatih ranah afektif pada siswa. Salah
satu model pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto (2014) yang dapat digunakan untuk menanamkam nilai
dan dipahami oleh siswa yaitu Model Bermain Peran (Role Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh –
tokoh yang terlibat pada

peristiwa sejarah dalam bentuk sebuah drama. Menurut Susanto (2014:109) bahwa tujuan dari model ini adalah
siswa memahami nilai dan memahami konteks peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Penelitian tentang model
Bermain Peran (Role Playing) sebagai pendidikan karakter telah dilakukan oleh Kiromim Baroroh (2011) terhadap
mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi – Universitas Negeri Yogyakarta
pada mata kuliah Ekonomi Kerakyatan. Hasil dari penelitiannya yaitu terjadi peningkatan pada nilai kreatif,
kemampuan berkomunikasi, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini membuktikan bahwa model Bermain Peran
(Role Playing) dapat menigkatkan atau menanamkan nilai karakter pada peserta didik. Jika model ini diterapkan
pada model pembelajaran sejarah diharapkan dapat menjadikan siswa berkarakter bangsa.PEMBAHASAN
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka disimpulkan :

1. Pengertian karakter adalah watak atau perilaku yang diimplementasikan berlandaskan pada nilai – nilai yang telah
tertanam sedangkan pengertian pendidikan karakter yaitu pendidikan karakter adalah usaha menciptakan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak, tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan
pada peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Tujuan dari pendidikan karakter adalah adalah
pembentukan karakter yang sesuai dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945 . karakter yang
dibentuk yaitu (a) Taat pada keyakinan (agama) masing – masing, (b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis, (c) Memiliki
sikap jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan adaptif terhadap perubahan sosial dan budaya, (d)Memiliki wawasan
yang luas, dan (e) Memiliki jiwa yang peka terhadap lingkungan sekitar.

2. Terdapat dua strategi pendidikan karakter yang telah dijelaskan pada bab sebelummnya yaitu dengan memaksimalkan
peran orang tua pada peserta didik dan mengintegrasikan nilai karakter dengan kurikulum.

3. Pendidikan sejarah bisa dijadikan sebagai pendidikan karakter. Model pembelajaran yang diperlukan untuk mewujudkan
hal ini adalah model yang menekankan pada aspek afektif. Contoh modelnya yaitu model Bermain Peran (Role Playing).
Daftar Pustaka

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar. PEDAGOGIA: Jurnal
Pendidikan, 1(1), 85-98.

Baroroh, K. (2011). Upaya meningkatkan nilai-nilai karakter peserta didik melalui penerapan metode role playing.
Jurnal Ekonomi dan pendidikan, 8(2).

Fithri, Rizma. (2014). BUKU PERKULIAHAN PSIKOLOGI BELAJAR. UIN SUNAN AMPEL, SURABAYA.

Harta, L. I. (2019, May). Implementasi pendidikan karakter di Era 4.0 melalui pendidikan jasmani dan olahraga di
Sekolah. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan dan Sains (Vol. 1, No. 1).

Hasan, S. H. (2012). Pendidikan sejarah untuk memperkuat pendidikan karakter. Paramita: Historical Studies
Journal, 22(1).

Heri, S. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah; Isu, Gagasan Dan Strategi Pembelajaran. Aswaja Pressindo.

Kemdiknas, T. P. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendiknas.

Kiswoyowati, A. (2011). Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa.
Portal Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, 2(1), 12-16.

Rachmah, H. (2013). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang berasarkan Pancasila dan UUD 1945. E-
Journal WIDYA Non- Eksakta, 1(1).

Raharjo, S. B. (2010). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 16(3), 229-23
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter, 1(1).

Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi Sekolah dalam Penguatan Pendidikan Karakter Bagi
Siswa dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan
Supervisi Pendidikan), 2(2).

Anda mungkin juga menyukai