iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bangsa. Selain itu, ada banyak alasan mengapa pendidikan karkter merupakan
hal penting yang harus diimplementasikan. Pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 perihal tujuan pendidikan menyatakan bahwa pendidikan berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal membuat pendidikan karakter
merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan selain pendidikan dalam hal
penanaman IPTEK.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter ?
2. Bagaimana startegi dalam pendidikan karakter ?
3. Bagaimana peran pendidikan sejarah sebagai pendidikan karkater ?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan yang
terdapat pada latar belakang dan memaparkannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dengan ajaran agama yang dianut sehingga nilai – nilai pendidikan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai – nilai dan kaidah yang berdasarkan agama.
Landasan kedua yaitu nilai – nilai Pancasila, prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang diterapkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah Pancasila. Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan
dipaparkan dalam pasal – pasal yang terdapat pada UUD 1945. Jadi, nilai –
nilai pancasila telah mengatur kehidupan masyarakat dalam bernegara,
ekonomi, kehidupan politik, hukum, sosial dan budaya yang terkandung dalam
pasal – pasal UUD 1945. Oleh karena itu masyarakat dalam berkehidupan harus
sesuai dengan nilai – nilai Pancasila. Landasan ketiga yaitu nilai – nilai budaya,
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Masyarakat – masyarakat Indonesia menjadikan nilai – nilai budaya sebagai
landasan dalam menilai atau memberi makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi yang dilakukan oleh anggota pada masyarakat. Wawasan
akan budaya menjadi hal yang penting dalam bersikap. Dengan wawasan
budaya yang luas disertai dengan pemaknaan yang dalam, seseorang dapat
menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap masyarakat beserta
kebudayaannya. Landasan keempat yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional adalah standar kualitas dan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh warga. Nilai karakter yang terdapat pada tujuan pendidikan
nasional telah disesuaikan dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya sehingga
tujuan pendidikan nasional bisa menjadi landasan dalam pendidikan karakter.
membentuk karakter pada seseorang diperlukan usaha untuk
menginternalisasikan kebajikan yaitu melalui melaui pendidikan karakter.
5
baik dan mengasah kemampuan atau keterampilan orang yang di didik.
Berlandaskan pada Undang – Undang Dasar nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa “ pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Jika pendidikan pengertiannya adalah usaha untuk mewujudkan proses
pembelajaran sedangkan karakter adalah watak, tabiat, dan akhlak yang
dibentuk dari hasil internalisasi. Maka pendidikan karakter adalah usaha
menciptakan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan
watak, tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada
peserta didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Menurut Rizki
Afandi (2011 : 88) Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan dengan
penanaman nilai-nilai sesuai dengan budaya bangsa dengan komponen aspek
pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection felling), dan tindakan, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) baik untuk diri sendiri, masyarakan
dan bangsanya. Dalam pendidikan karakter, diperlukan adanya tentang
pengetahuan dalam mengetahui hal – hal yang baik maupun tidak. Hal – hal
yang baik dan buruk merupakan sesuatu yang relatif artinya dalam
membedakan hal yang baik maupun tidak tergantung pada landasan mendasar
yang tertanam pada diri seseorang. Akan tetapi anak – anak masih belum
memiliki landasan dasar dalam bersikap, mereka cenderung meniru perbuatan
– perbuatan yang dilakukan oleh orang lain berdasarkan hasil pengamatan
mereka . Hal ini sesuai dengan pendapat Bandhura bahwa menurut Bandura
yang dikutip oleh Kard.S lalu dikutip lagi oleh Fithri (2014 : 103) pada
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. Untuk itu dalam mendidik anak dalam hal
6
karakter seorang pengajar seperti orang tua atau guru sebaikanya memberikan
contoh baik kepada anak dalam berperilaku.
7
f) Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi persatuan.
8
kegiatan yang nyata (1), membangun hubungan yang kuat dalam upaya penguatan
nilai – nilai karakter pada siswa (2), menyiapkan pendidik yang berjiwa pendidik
sehingga mereka dapat mengutamakan tanggung jawab dalam kesuksesan
pendidikan karakter pada siswa (3), dan mengkondusikan sekolah yang dapat
mendukung pendidikan karakter (4). Berdasarkan hasil penelitian, dengan
memaksimalkan peran orang tua, terdapat perkembangan dalam perilaku siswa
sebagai hasil maksimalnya peran orang tua dalam mendidik karakter seperti siswa
terbiasa mengucap salam kepada sesama teman, guru, dan kepala sekolah, siswa
memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan, siswa bersikap jujur, siswa
bersikap sopan, dan sebagainya. Berdasarkan penelitian membuktikan bahwa
dengan memaksimalkan peran orang tua sebagai strategi dalam mendidik karakter
pada siswa memberikan pengaruh yang efektif dalam membentuk karakter pada
siswa.
Selain memaksimalkan peran orang tua dalam pendidikan karakter, strategi lain
dalam membentuk karakter pada siswa adalah mengintegrasikan nilai pendidikan
karakter kedalam kurikulum. Menurut Hasan (2012 : 92) langkah – langkah dalam
mengintegrasikan nilai pendidikan karakter kedalam kurikulum yaitu :
1. Memasukkan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan kedalam
silabus pelajaran IPS dan sejarah;
2. Memasukkan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru sejarah;
3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan memperhatikan proses
pembelajaran untuk penguasan keterampilan dan internalisasi nilai;
4. Melaksanakan penilaian hasil belajar.
Guru harus berinovasi dan kreatif dalam merancang model pembelajaran yang
bernilai karakter didalamnya. Hal ini ditekankan agar pembentukan karakter dapat
terjadi selama kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pembahasan tentang strategi pendidikan karakter dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya usaha maksimal peran orang tua dan guru dalam
9
melaksanakan pendidikan karakter sehingga terjadi penanaman dan peningkatan
nilai karakter pada siswa.
10
siswa dalam bersikap sehingga terdapat perkembangan pada siswa dalam bersikap
/ berkarakter yang sesuai dengan karakter bangsa. Guru harus menggunakan
sumber dan media tepat untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Menurut Kemp
dalam Susanto (2014 : 90) bahwa sumber dan media belajar harus disiapkan untuk
memenuhi tujuan belajar antara lain ; memotivasi siswa, melibatkan siswa,
menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberikan kesempatan
menganalisis sendiri kinerja individual. Sumber dan media belajar yang menarik
dapat memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara antusias.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilatar belakangi oleh motivasi yang
kuat dapat mencapai tujuan pembelajaran yangtg diharapkan. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dan adanya arahan dalam
kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki (Kiswoyowati,
2011 : 123). Menurut Kiswoyowati (2011) motivasi belajar pada siswa
menimbulkan ciri – ciri pada siswa dalam kegiatan belajar yaitu siswa tersebut
tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat
mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Jika sumber dan media dirancang menarik dan dilakasanakan
kegiatan belajar yang dapat memotivasi siswa, maka karakter yang dibentuk
selama kegiatan pembelajaran adalah tekun dan ulet dalam melaksanakan
tanggung jawab, mandiri, berani bertanggung jawab, tulus dalam
mempertahankan sesuatu yang menurut mereka penting, dan bisa memecahkan
masalah.
Model pembelajaran sejarah yang digunakan dalam pembentukan karakter
adalah model bukan hanya melatih dalam ranah kognitif dan psikomotorik tetapi
model ini ditekankan dapat melatih ranah afektif pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang disebutkan oleh Susanto (2014) yang dapat digunakan untuk
menanamkam nilai dan dipahami oleh siswa yaitu Model Bermain Peran (Role
Playing). Pada model ini, siswa memerankan tokoh – tokoh yang terlibat pada
11
peristiwa sejarah dalam bentuk sebuah drama. Menurut Susanto (2014:109) bahwa
tujuan dari model ini adalah siswa memahami nilai dan memahami konteks
peristiwa yang terjadi dalam sejarah. Penelitian tentang model Bermain Peran
(Role Playing) sebagai pendidikan karakter telah dilakukan oleh Kiromim Baroroh
(2011) terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi – Universitas Negeri Yogyakarta pada mata kuliah Ekonomi
Kerakyatan. Hasil dari penelitiannya yaitu terjadi peningkatan pada nilai kreatif,
kemampuan berkomunikasi, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini membuktikan
bahwa model Bermain Peran (Role Playing) dapat menigkatkan atau menanamkan
nilai karakter pada peserta didik. Jika model ini diterapkan pada model
pembelajaran sejarah diharapkan dapat menjadikan siswa berkarakter bangsa.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, maka disimpulkan :
1. Pengertian karakter adalah watak atau perilaku yang diimplementasikan
berlandaskan pada nilai – nilai yang telah tertanam sedangkan pengertian
pendidikan karakter yaitu pendidikan karakter adalah usaha menciptakan
proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan watak,
tabiat dan akhlak secara aktif dengan menanamkan kebajikan pada peserta
didik agar mendasari peserta didik dalam cara bersikap. Tujuan dari
pendidikan karakter adalah adalah pembentukan karakter yang sesuai
dengan landasan dasar Pancasila yang terkandung pada UUD 1945 .
karakter yang dibentuk yaitu (a) Taat pada keyakinan (agama) masing –
masing, (b) Memiliki jiwa nasionalis dan patriotis, (c) Memiliki sikap
jujur, toleran, kreatif, bertanggung jawab, dan adaptif terhadap perubahan
sosial dan budaya, (d)Memiliki wawasan yang luas, dan (e) Memiliki jiwa
yang peka terhadap lingkungan sekitar.
2. Terdapat dua strategi pendidikan karakter yang telah dijelaskan pada bab
sebelummnya yaitu dengan memaksimalkan peran orang tua pada peserta
didik dan mengintegrasikan nilai karakter dengan kurikulum.
3. Pendidikan sejarah bisa dijadikan sebagai pendidikan karakter. Model
pembelajaran yang diperlukan untuk mewujudkan hal ini adalah model
yang menekankan pada aspek afektif. Contoh modelnya yaitu model
Bermain Peran (Role Playing).
13
Daftar Pustaka
14
Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan
Karakter, 1(1).
Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi Sekolah dalam Penguatan
Pendidikan Karakter Bagi Siswa dengan Memaksimalkan Peran Orang
Tua. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan), 2(2).
15