Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

USM

PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pendidikan Karakter

Amanda Ika A F.131.19.0013

Nadya Elsa P F.131.19.0029

Candra Kirana A.P.N F.131.19.0041

Tarisa Zulfika A F.131.19.0031

Wahyu Widiani F.131.19.0046

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMESTER GASAL 2019/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 4
1.4. Manfaat .................................................................................................... 5

BAB II ISI
2.1. Pengertian Karakter dan Pembentukan Karakter ..................................... 6
2.2. Tujuan Pembentukan Karakter ................................................................ 7
2.3. Proses Pembentukan Karakter ................................................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-NYA penyusun dapat menyelesaikan makalah
Pendidikan Karakter tentang "Proses Pemebentukan Karakter" ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Shalawat serta salam slalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi besar kita Muhammad SAW dan tak lupa saya ucapkan terimakasih atas semua
pihak yang ikut membantu penyusunan makalah tentang Proses Pembentuka Karakter.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang proses pembentukan


karakter baik itu sisi pengertian maupun keberadaan serta peran Proses Pembentukan
Karakter dalam membangun kemajuan sebuah bangsa .

kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semarang, 4 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal
ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah masyarakat
maupun dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam Kriminalitas,
ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa telah
terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia, Budi pekerti luhur, kesantunan,
dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia selama ini
seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini
akan menjadi lebih parah lagi jika pemerintah tidak segera mengupayakan program-program
perbaikan baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Pendidikan karakter
menjadi sebuah jawaban yang tepat atas permasalahan-permasalahan yang telah disebut di
atas dan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat
yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut. Salah satu alternatif yang
dapat dilakukan dalammelaksanakan pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan
pembelajaran materi pendidikan agama Islam (PAI).
Peran pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam sangatlah strategis
dalam mewujudkan pembentukan karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana
transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan
(aspek kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk sikap
(aspek afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik) sehingga
tercipta kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu
menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan
berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
hambatan, danperubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam
lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian karakter dan pembentukan karakter ?
2. Apa pengertian pendidikan karakter?
3. Apa tujuan pembentukan karakter?
4. Bagaimana cara dan proses pembentukan karakter?
5. Bagaiamana cara pembentukan karakter berbasis islami?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian karakter dalam proses pembentukan karakter?
2. Untuk mengetahui pendidikan karakter dalam proses pembentukan karakter ?
3. Untuk mengetahui tujuandalam proses pembentukan karakter?
4. Untuk mengetahui dan menganalisis proses pembentukan karakter
5. Bagaiamana cara pembentukan karakter berbasis islami ?.

D. Manfaat
1. Makalah ini diharapkan mampu memberi tambahan wawasan dan pengetahuan
tentang proses pembentukan karakter
BAB II
ISI

2.1 Pengertian karakter dan pembentukan karakter


Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein,
dan kharax yang maknanya “tools for making”, “to engrave”, dan “pointed stake”.
Kata ini dimulai banyak digunakan pada abad ke 14 dalam bahasa Perancis caractere,
kemudian masuk dalam bahasa inggris menjadi character dan akhirnya menjadi
bahasa indonesia karakter.
Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Dalam hal ini harakter merupakan istilah yang menunjuk kepada aplikasi nilai-nilai
kebaikan dalam bentuk tingkah laku. Walaupun istilah karakter dapat menunjuk
kepada karakter baik atau karakter buruk, namun dalam aplikasinya orang dikatakan
berkarakter jika mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam perilakunya
Orang yang disebut berkarakter ialah orang yang dapat merespon segala
sesuatu secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui
tingkah laku yang baik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakter merupakan
nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan dan pengalaman
yang menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilakunya.

Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai nilai karakter kepada
wrga sekolah yang mengikuti komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri
sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kami
Pendidikan karakter menurut lickona, adalah upaya sunggung sungguh untuk
membantu, peduli untuk bertindak dengan landasan inti nilai nilai atis
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses penanaman dan
pengarahan agar mampu menjadi manusia seutuhnya dan karakter dalam berbagai
dimensi.
2.2 Tujuan Pembentukan karakter

Berdasarkan Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Kepribadian mengarahkan perhatian pada moral yang
diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan takwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan
agama, kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan
yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan
sehingga perbedaan pemikiran, diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pendidikan diartikan sebagai
seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang profesi
tertentu. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus menjadi upaya
untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945.

Menurut Kabul Budiyono (2007) Pendidikan Kepribadian atau Pendidikan


Karakater bertujuan untuk menghasilkan peserta didik dengan sikap dan perilaku, yaitu:

 Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


 Berperi- kemanusiaan yang adil dan beradap.
 Mendukung persatuan bangsa.
 Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan individu dan golongan.

1. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.


Melalui Pendidikan Kepribadian, warga Negara Republik Indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan
tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945.
2.3 Proses Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai usia,
yaitu:

A. Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan ini meliputi
jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal antara yang baik dan yang buruk
serta mengenal mana yang diperintahkan, misalnya dalam agama.
B. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri antara usia 7 sampai 8 tahun. Tahapan ini
meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang berkaitan
dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk selalu tertib dan disiplin
sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan shalat mereka.
C. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian antara usia 9sampai 10 tahun. Tahapan ini
meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman sebaya, dididik
untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu bekerjasama serta mau
membantu orang lain.
D. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun. Tahapan ini
melatih anak untuk belajar menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila tidak mematuhi
perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang buruk.
E. Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke atas. Tahapan
ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman sebelumnya. Bila
mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia yang selanjutnya hanya diperlukan
penyempurnaan dan pengembangan secukupnya. (Miya Nur Andina dalam Chacha.blog:
2013):

Pendidikan yang diajarkan oleh guru di sekolah merupakan proses untuk membentuk
karakter anak yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Sehingga diusia sekolah anak harus
selalu dikontrol dan diawasi dengan baik. Sehingga pendidikan yang ia peroleh tidak
disalahgunakan dan bisa diterapkan serta diaplikasikan dengan baik dan benar. Unsur
terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikirankarena pikiran/i9, yang di dalamnya
terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya (Rhonda Byrne,
2007:17). Program ini kemudian membentuk system kepercayaan yang akhirnya dapat
membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika program yang
tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya
berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan
kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
universal, maka perilkaunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh
karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.

Menurut Muslich, (2011: 6) beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk
membangun karakter bangsa, yaitu

pertama menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan


semenjak tingkat dini atau kanak-kanak. Pendidikan karakter yang dilakukan di instansi
pendidikan dapat dilakukan dengan selalu memberikan arahan mengenai konsep baik dan
buruk sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Sebagai contoh, penerapan pendidikan
karakter di instansi pendidikan dapat mengikuti pilot project SBB dan TK Karakter milik
Indonesia Heritage Foundation.

Kedua, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama


generasi muda, yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa
terhadap upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia.
Upaya ini memerlukan andil generasi muda sebagaai subjek program karena para generasi
muda adalah penerus bangsa yang akan menetukan masa depan dan integritas bangsa
Indonesia.

Ketiga, Meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan IPTEK. Menurut
Porter (dalam Rajasa, 2007 dalam Muslich, 2011), pemahaman daya saing sebagai salah satu
keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya, bukanlah baru
muncul diera ke-21 sekarang ini. Peran daya saing dalam mewujudkan suatu entitas lebih
unggul dibandingkan lainnya yang sebenarnya suatu keniscayaan semenjak masa lampau.
Daya saing di sini tentunya harus dipahami dalam arti yang sangat luas. Peran teknologi
informasi dan telekomunikasi menurut Porter, hanya sebatas mempercepat sekaligus
memperbesar peran daya saing dalam menentukan keunggulan suatu entitas dibandingkan
dengan entitas lainnya.

Keempat, menggunakan media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter


bangsa. Menurut Oetama, 2006 peran media ada tiga, yaitu sebagai penyampai informasi,
edukasi dan hiburan. Peran strategis ini hendaknya dapat diberdayakan pemerintah
bekerjasama dengan pemilik media dalam penayangan informasi yang positif dan mendukung
terciptanya karakter bangsa yang kompetitif.
Untuk membentuk karakter pada anak memerlukan waktu dan proses yang tepat, agar anak
mampu memahami dan mengimplementasikan dengan tepat juga. Untuk membentuk karakter
seseorang juga melalui proses yang panjang. Segala sesuatu memang memerlukan proses dan
tata cara yang tepat dan benar. Anak-anak bukanlah komputer yang apabila kita klik dan kita
perintah langsung mengikuti apa yang kita perintahkan. Anak-anak ibarat masakan yang
apabila kita memasak dan mengolahnya dengan baik dan benar serta kita bisa mengukur
kematangannya, masakan itu akan menjadi makanan yang enak dan lezat. Proses
pembentukan karakter pada anak bukanlah suatu proses sehari dua hari, namun bisa berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Misalnya, seorang anak asal Indonesia yang mempunyai
karakter buruk tinggal di Malaysia menyusul orang tuanya selama tiga tahun dengan harapan
apabila ia kembali pulang ke Indonesia karakternya berubah menjadi anak yang baik, tetapi
ternyata setelah tiga tahun dan kembali ke Indonesia karakter buruknya belum berubah. Hal
ini membuktikan bahwa untuk merubah atau membentuk karakter baik pada anak
membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

a. Pengenalan

Pengenalan merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untuk


seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga,
karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentuk
kepribadiannya sejak kecil. Apabila anggota keluarga memberi contoh yang baik, maka anak
juga akan meniru perbuatan yang baik pula. Akan tetapi, apabila keluarga memberi contoh
yang tidak baik maka anak juga akan meniru yang tidak baik pula. Misalnya, orang tua
memberi contoh selalu disiplin dan tepat waktu dalam segala hal, maka secara tidak langsung
si anak akan meniru dan melakukan hal yang sama seperti orang tuanya, selalu tepat waktu
dan bersikap disiplin dalam segala hal. Akan tetapi apabila orang tua memberi contoh kepada
anak untuk selalu menunda-nunda pekerjaan, maka anak juga akan selalu menunda-nunda
apa yang akan ia kerjakan. Maka dari itu keluarga mempunyai peran penting dalam
perkembangan kepribadian anak. Melalui tahap inilah seorang anak akan mengenal
kebiasaan.

b. Pemahaman

Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal dan
melihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapan
setiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat
waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan sebagainya, maka anak
akan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan semuanya dengan baik
dan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orang
tuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kita
menghargai waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat
diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain. Misalnya kalau ayah biasanya pulang
kerja pukul empat dan ayah sebelumnya sudah berjanji setelah ayah pulang kerja kita akan
diajak jalan-jalan, tetapi pada saat itu ayah pulang kerja tidak seperti biasanya pukul empat
melainkan pukul tujuh malam dan kita tidak jadi jalan-jalan bersama, perasaan adik
bagaimana? Sedih dan kecewa kan! Maka dari itu kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu.”
Dengan penjelasan yang baik dan pelan-pelan maka si anak akan berpikir apabila dia pulang
sekolah terlambat akan membuat orang tuanya khawatir dan panik, sehingga ia akan berusaha
tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan begitu pemahaman telah ia dapatkan melalui penjelasan
orang tuanya.

c. Penerapan

Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akan mencoba
menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Pada
awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum
menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia terapkan.

d. Pengulangan/Pembiasaan

Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secara tidak
langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orang tuanya..Setelah
setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yang sudah biasa ia
lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi
kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan pembiasaan,
maka anak juga akan melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa,
maka hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu maka dalam hatinya ia akan
merasakan kegelisahan.
e. Pembudayaan

Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akan membudaya
menjadi karakter. Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut sertanya lingkungan dalam
melakukan hal yang sama. Kedisiplinan seakan sudah menjadi kesepakatan yang hidup di
lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan sekolah. Ada orang yang senantiasa
mengingatkan apabila seseorang telah melanggar peraturan. Sama halnya dengan masalah
kedisiplinan di dalam keluarga, apabila salah satu anggota keluarga tidak disiplin sesuai
peraturan yang ditetapkan, maka anggota keluarga lain mengingatkan dan saling menegur.
Tidak jauh berbeda di lingkungan sekolah, misalnya seorang siswa datang terlambat ketika
guru sudah menerangkan pelajaran panjang lebar, kemudian siswa tersebut masuk kelas
dengan keadaan gugup dan takut apabila dimarahi oleh gurunya, belum lagi disorakin oleh
teman-temannya. Setelah itu gurunya mengingatkan dan memberi peringatan kepada siswa
agar tidak datang terlambat lagi. Akhirnya dia akan berusaha agar ia tidak datang terlambat
lagi.

f. Internalisasi

Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukan
respon adalah dari dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung oleh
suatu ideology atau believe. Si anak percaya bahwa hal yang ia lakukan adalah baik. Apabila
ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak yang tidak bisa menghargai waktu dan susah di
control

3 Cara Pembentukan Karakter Berbasis Islami Pada Anak Usia Dini


Anak yang berkarakter tentunya memiliki parameter dan nilai standarisasi meskipun
pointnya bisa saja berbeda tergantung dari kemampuan yang dimiliki anak. Hal yang terbaik
untuk digunakan sebagai parameter adalah tentunya pembentukan karakter anak yang
berwawasan Islam. Dalam Islam sendiri mengatur tentang bagaimana cara membentuk
karakter anak. Banyak acuan dan kisah-kisah yang bisa dijadikan media pembelajaran untuk
membentuk karakter anak.
Dalam Al-Quran ataupun Sunnah Nabi banyak di jabarkan bagaimana cara
membentuk dan mendidik anak sehingga anak bisa menjadi anak yang berkarakter. Karena
pembentukan anak yang berkarakter mustahil dilakukan jika tidak ada contoh riil yang bisa
dijadikan uswah atau teladan bagi anak. Teladan ini menjadi penting karena anak juga
memerlukan figur sehingga ia akan mengikuti jalan yang pernah dilakukan oleh figur
tersebut. Cara pembentukan karakter berbasis islami pada anak usia dini adalah dengan
membentuk:
1. Pola Pengasuhan (Hadanah)
Karakter anak bisa dibentuk jika menggunakan pola pengasuhan yang benar. Anak-
anak memiliki tahap-tahapan usia dan dalam tahapan usia tersebut tentunya anak juga
memerlukan perlakuan yang berbeda. Cara mendidik anak ini akan bisa optimal jika
disesuaikan dengan usia anak. Anak usia dini tentunya memerlukan kasih sayang yang cukup
bila dibandingkan mendidik anak yang sudah memasuki usia dewasa. Penerapan ketegasan
antara anak-anak akan berbeda dengan anak usia dewasa.
2. Suri Tauladan
Teladan sangat penting dalam proses pendidikan anak. Karena memang biasanya anak
hanya akan meniru apa yang ada disekitarnya dan apa yang diajarkan kepadanya.
Pembentukan karakter ini akan menjadi berat manakala tidak ada figur yang bisa dijadikan
contoh terutama orang tua. Orang tua merupakan contoh teladan terdekat anak. Sedangkan
orang tua hendaknya mengikuti teladan terbaik yaitu Nabi Muhammad. Maka untuk
membantu keberhasilan dalam pembentukan karakter anak hendaknya orang tua tidak
memberikan teladan yang buruk di depan anak.
3. Rangsangan dan Ancaman
Rangsangan dan ancaman hendaknya diajarkan kepada anak sehingga anak akan
memiliki motivasi ketika beraktivitas. Pengenalan ancaman dan rangsangan ini bisa diajarkan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Dengan pemberian rangsangan
maka anak akan termotivasi untuk berbuat kebaikan. Sedangkan pendidikan ancaman maka
anak akan belajar untuk menjauhi dan tidak melakukan perbuatan buruk.
4. Kisah Teladan
Cerita merupakan kisah yang bisa memberikan nilai pendidikan untuk anak. Anak
akan bisa menangkap maksud dari cerita yang di sampaikan tanpa ada kesan menggurui
kepada anak. Agar nilai pendidikan bisa diserap anak maka sempatkanlah mendidik anak
dengan membacakan kisah-kisah inspiratif untuk anak. Banyak cerita yang bisa kita
sampaikan kepada anak baik itu kisah yang ada dalam Al-Qur’an ataupun cerita tentang Nabi
dan sahabat-sahabatnya.
5. Dialog
Komunikasi antara orang tua dengan anak sangat penting untuk dilakukan. Untuk
anak usia dini, dialog yang baik akan bisa merangsang kemampuan bahasa anak. Dengan
dialog dan komunikasi yang baik kepada anak juga akan mendekatkan hubungan orang tua
dengan anak. Dialog yang baik akan menuntun anak dalam memahami karakter yang akan
menjadi kepribadiannya. Maka tak heran dengan bahasa dialog kita akan bisa menebak
seseorang darimana dia berasal. Dialog orang jawa tentunya juga akan berbeda dengan cara
dialog orang batak.
6. Latihan Pengamalan
Sebuah teori ataupun pendidikan yang diberikan kepada anak juga harus
diberikan contoh dalam pengamalan. Dengan melakukan aktivitas riil maka akan bisa
membekas dalam ingatan anak sehingga tidak hanya sekedar retorika belaka yang tidak akan
melekat dalam ingatan anak. Banyak contoh-contoh pengamalan sederhana yang bisa
berikan. Misalnya tentang sedekah kepada pengemis, mencuci baju sendiri, menengok orang
atau teman sakit dan masih banyak lagi contoh yang lain.
7. Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan merupakan pembentuk karakter anak yang cukup ampuh. Karakter anak
sangat bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Teman bermain adalah magnet yang
sangat kuat untuk anak meniru. Oleh karena itu agar anak memiliki karakter yang baik
dibutuhkan lingkungan yang baik pula.
Selain itu sekolah juga memiliki peran yang penting sebagai pendidikan formal yang diterima
oleh anak, sekolah mengajarkan segala bentuk pendidikan akademik maupun non akademik
melalui guru. Disini peran guru bukan sekedar memberikan pelajaran kepada peserta didik.
Tapi lebih dari itu guru bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sehingga
menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Apalagi
sekarang ini kehadiran guru semakin nyata menggantikan sebagian besar peran orang tua
yang notabene adalah pengemban utama amanah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berbagai
sebab dan alasan, orang tua telah menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggung jawabnya
kepada guru disekolah dengan berbagai keterbatasannya.
Pada prinsipnya pembentukan karakter anak berhasil dan berjalan dengan lancar jika
dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat. Pendidikan karakter dilakukan
setidaknya melalui berbagai media, yang diantaranya mencakup keluarga, satuan pendidikan,
serta lingkungan yang baik. Dan untuk membantu suksesnya pembentuan karakter anak maka
doa merupakan senjata yang ampuh yang wajib digunakan.
BAB II
Kesimpulan

Setiap diri individu memiliki karakter yang khas, namun lingkungan pun sangat
berperan dalam pembentukan karakter. karakter merupakan kekuatan karakter kita. Sebab,
kekhasan dan keunikan itulah yang membedakan kita dengan individu lainnya dalam
menentukan kesuksesan, cara menjalani hidup, meraih obsesi dan menyelesaikan masalah.
Kekuatan karakter seseorang akan dibutuhkan dalam setiap pergaulan, baik lingkungan kerja,
organisasi atau masyarakat. Alam terbuka dengan segala dinamikanya merupakan salah
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Al Ulum volum ,13 nomor 1 juni 2013

Permendiknas No 22 Tahun, 2006. Standar Isi Untuk Satuan


Pendidikan Tingkat Dasar Dan Menengah

Harapan, Agung, Kamus Cerdas Bahasa Indonesia Terbaru,Surabaya: CV Agung Harapan,


2003.
Sunarti, Euis, Menggali Kekuatan Cerita, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005.
Ulwan, Nasih, Pendidikan Anak dalam Islam, Terjemahan Jamaludin Miri, Cet. III, Jakarta:
Pustaka Amani, 2007.
Seto Mulyadi, Seto, Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, Cet. I,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
http:www.al-maghribicendekia.com/2013/05/pendidikan-karakter-anak-dalam-
islam.html?m=1

Aat Syafaat dan Sohari Sahrani. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja. Serang: Rajawali Pers.

Sain, Syahrial. 2001. Samudera Rahmat. (Jakarta: Karya Dunia Pikir).

Miya Nur Andina. Peran Pendidikan Agama Islam Sebagai Pembentukan Karakter Anak.
(http://miyanurandinaperdanaputra.blogspot.com). Diunduh pada Senin,3
Oktober 2019 11.35.

Chacha. Pendidikan Agama Dalam Pembentukan Karakter (http://chacha.blogspot.com).


Diunduh pada hari Senin,3 Oktober 2019, 11:46.

Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak


di Zaman Global. Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia

Baden-Powell, Robert. (2008). Berkelana menuju Keberhasilan,


Bandung, Puslit KP2W Lemlit Unpad.

Anda mungkin juga menyukai