Anda di halaman 1dari 17

KETUBAN PECAH DINI ( KPD )

Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Dosen Pengampuh : FIFI RIA NINGSIH SAFARI,SSTM.Kes

Disusun Oleh :

1. FILZA CANDRA UTAMI ( 20140543004 )


2. IKA DWI SYAHPUTRI ( 20140543006 )
3. NURAINUN LUBIS ( 20140543010 )

AKADEMI KEBIDANAN KHOLISATURAHMI BINJAI


T.A 2022/202
KATA PENGANTAR

Puji syukr kita panjatkan kehadirat Allah Swt karena dengan rahamat dan
hidayahnya kami daat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KETUBAN PECAH DINI
( KPD )” Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “
kegawatdaruratan maternal dan neonatal ”. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini
kami menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing Fifi Ria Ningsih Safari
SST,M.Kes. Penyususn menyadari bahwa dalam proses makalah inimasih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun caa membuatnya. Namun demikian, penyusun telqh
berupaya engan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima
masukan, saran, dan usul untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kisaran, 07 April 2022

Penyusun
Daftar isi
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda –
tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5
cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu,
pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum
usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ketuban pecah dini merupakan salah satu
kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu
obstetri, karena berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan
kesejahteraan maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin, sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia
(Soewarto, 2010).

Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua


kehamilan.Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %,
sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan
(Sualman,2009).KejadianketubanpecahdinidiAmerikaSerikatterjadipada 120.000
kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan
keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian besar ketuban pecah dini
pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu
minggu setelah selaput ketuban pecah.

Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas.


Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 %
sampai dengan 40 % (Sualman,2009). Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab
pastinya, namun terdapat beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait
dengan ketuban pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu,
paritas, polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu. Infeksi dapat mengakibatkan
ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi tersebut akan melepaskan mediator
inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dan
pembukaan serviks, serta pecahnya selaput ketuban (Sualman,2009).Selain infeksi yang
terjadi terutama pada genitalia wanita, status gizi juga diduga mempengaruhi selaput
ketuban, karena penurunan asupan zat gizi terutama protein akan menganggu proses
metabolisme yang membutuhkan asam amino, salah satunya pembentukan selaput
amnion yang tersusun dari kolagen tipe IV. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya
kekuatan selaput amnion dan meningkatkan resiko ruptur (Funai,2008).

Selanjutnya, faktor internal yang mungkin berpern pada kejadian ketuban pecah
dini, diantaranya usia ibu, paritas, dan polihidramnion, inkompetensi serviks dan
presentasi janin (Funai, 2008). Dalam penelitian terdahulu, diketahui bahwa terdapat
peningkatan resiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu dengan usia lebih dari 30 tahun
(Newburn-cook, 2005). Pada sumber laindijelaskan bahwa, usia ibu saat hamil yang
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan usia beresiko (Rochjati, 2010).

Paritas diartikan sebagai jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan tidak
terkait dengan jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan (Taber, 2012).
Semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Hal ini akan
meningkatkan resiko komplikasi pada kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

Faktor obstetri berupa distensi uterus seperti polihadramnion dan inkompetensi


serviks (Susilowati, 2010). Polihidramnion merupakan cairan amnion yang berlebihan,
yaitu lebih dari 2000 ml (Gant, 2011). Komplikasi yang dapat timbul oleh polihidramnion
salah satunya adalah ketuban pecah dini. Hal ini terjadi karena terjadinya peregangan
berlebihan pada selaput ketuban (Taber, 2012).

Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang inkompeten.
Serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan sehingga selaput ketuban menonjol
keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor presentasi dan letak janin juga
diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini, hal ini terjadi karena tekanan
terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata jika janin tidak dalam presentasi kepala
(Maryunani,2013).

Ketuban pecah dini pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) berada
pada level kompetensi 3A, yaitu lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik,
memberi terapi pendahuluan pada keadaan bukan gawat darurat, menentukan rujukan
yang tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti setelah
kembali dari rujukan.

Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama,
perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul
komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio
plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir, perdarahan intraventrikular, serta sepsis
neonatorum (Caughey, 2008). Lebih lanjut Mitayani (2009) menyatakan bahwa resiko
infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi, disebabkan oleh organisme yang ada di
vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B hemolitikus, Proteus sp, Klebsiella,
Pseudomonas sp, dan Stafilococcus sp.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa Pengertian dari Ketubn Pecah ini ?


2) Apa Mekanisme dari Ketuban Pecah Dini?
3) Apa Saja Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini ?
4) Apa Saja Gejala Ketuban Pecah Dini ?
5) Bagaimana Cara Mendiagnosis Ketuban Pecah Dini ?
6) Apa Saja Komplikasi yang Timbul Akibat Ketuban Pecah Dini ?
7) Bagaimana Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini ?
8) Bagaimana Cara Mencegah Ketuban Pecah Dini ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ketuban pecah dini


2) Untuk mengetahui mekanisme ketuban pecah dini
3) Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengauhi ketuban pecah dini
4) Untuk mengetahui apasaja gejala ketuban pecah dini
5) Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis ketuban pecah dini
6) Untuk mengetahu apa saja komplikasi yang timbulakibat ketuban pecah dini
7) Untuk mengetahu bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah dini
8) Untuk mengetahui cara mencegah ketuban pecah dini

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Manuaba, 2009).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan
kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul
setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunyamelahirkan.
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan
sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya
1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila
periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada
ibu dan juga bayi (Fujiyarti,2016).

2.2 Mekanisme Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen yang menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya
ketuban pecah dini adalah berkurangannya asam askorbik sebagai komponen kolagen,
berkurangnya tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antaralain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Mendekati proses persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.
Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit
periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan
aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.

2.3 Faktor-Faktor yang menyebabkan Ketuban Pecah Dini

Kejadian Ketuban Pecah Dini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan.Usia untuk reproduksi yang
optimal/bagus seorang ibu adalah umu 20 – 35 tahun. Wanita yang telah melahirkan
beberpa kali ( lebih dari 5 kali ) dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang telah terlampau dekat lebih berisiko akan
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.

2) Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat
besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan
akhirnya akan menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah
ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan 30-40 % yang
puncaknya pada kehamilan 32 minggu sampai 40 minggu. Dampak anemia pada janin
antara lain abortus, kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat
bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis, dan ketuban pecah dini. Pada
saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan
post partum karena atonia uteri.

3) Serviks yang inkompetensik


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau
leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-
tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi.

4) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya:
a) Trauma: pemeriksaan dalam, dan amniosintesis
b) Gemeli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemeli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
2.4 Gejala Ketuban Pecah Dini

Gejala KPD sama seperti ketuban pecah sebagai tanda melahirkan, yaitu
kebocoran cairan dari vagina. Air ketuban bisa keluar menetes bocor, mengalir, atau
menyembur kuat seperti air kencing. Semakin besar robekan pada kantungnya, semakin
banyak air ketuban yang keluar dari vagina. Cairan ketuban akan terus mengalir keluar
sebanyak 600-800 mililiter (sekitar 2-3 gelas) dari robekan awal.Namun, tanda khas KPD
adalah waktu kejadiannya. Ketuban yang pecah dini kurang bulan (di bawah minggu ke-
37) termasuk komplikasi preterm premature rupture of membrane (PPROM). Jika usia
kehamilan masih terlalu muda, misalnya di pertengahan trimester dua kehamilan dan
ketuban sudah pecah, ini tidak normal dan harus segera ke dokter untuk penanganan lebih
lanjut.

Jika disertai dengan infeksi, ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa gejala
lain, yaitu:

 Demam
 Nyeri perut
 Keputihan yang terjadi terus-menerus dan berbau tidak sedap atau menyengat
 Detak jantung janin cepat

2.5 Diagnosis Ketuban Pecah Dini

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat itu sangat penting. Diagnosa yang positif
palsu dapat melakukan intervensi seperti melahirkan bayi yang terlalu awal atau
melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya, diagnosa negatif
palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai risiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin dan ibu. Diagnosa KPD dapat ditegakkan dengan cara:

1) Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-
tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lendir darah.
2) Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban
baru pecah dan jumlah air ketuban masih banykaa pemeriksaan ini masih jelas.

3) Pemeriksaan dengan spekulum


Pemeriksaan dengan spekukulm pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium
uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus ditekan, penderita
diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah
digoyangkan, akan tampak keluar cairan, dan ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior.

4) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak
ada lagi. Mengenai pemeriksaaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan
flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat mejadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD sudah dalam proses persalinan
atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.

5) Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dalam mendiagnosa KPD
yaitu5:
 Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret
vagina. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan
air

ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan
gambaran daun pakis.
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam cavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion

2.6 Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini (KPD)

1) Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

2) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi
lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah
dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

3) Hipoksia dan Asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

4) Sindrom deformitas janin


Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

1) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)


Lama periode laten dan durasi KPD berhubungan dengan peningkatan kejadian infeksi
dan komplikasi lain dari KPD. Apabila dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah
belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal
dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada
ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan setelah diagnosis KPD
ditegakkan dengan pertimbangan lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi.
Induksi persalinan segera diberikan atau ditunggu 6-8 jam. Pelaksanaan induksi
persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan ibu, janin dan jalannya
proses persalinan. Induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop skor jika >5,
induksi

dilakukan, sebaliknya jika bishop skor <5 dilakukan pematangan serviks dan jika tidak
berhasil akhiri persalainan dengan seksiosesaria.

2) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)


Jika umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tanda- tanda infeksi pengelolaannya
bersifat konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi.
Penderita perlu dirawat dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa
mencapai 37 minggu. Obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga
dengan tujuan menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikostreroid agar tercapainya
pematangan paru. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan
secara pasti dapat menurunkan kejaidan RDS. The National Institutes of Health (NIH)
telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan
30-32 mingggu yang tidak ada infeksi intraamnion. Sediaan terdiri atas betametason 2
dosis masing- masing 12 mg tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing- masing 6 mg
tiap 12 jam.
2.8 Cara Mencegah Ketuban Pecah Dini

Untuk mencegah ketuban pecah sebelum waktunya, ada beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan, yaitu:
 Mengonsumsi vitamin C
Dalam beberapa laporan yang diterbitkan dalam Iranian Red Crescent Medical Journal
pada tahun 2013, konsumsi vitamin C dapat mencegah ketuban pecah dini.
Artinya, mengonsumsi cukup vitamin C juga bisa mengurangi risiko kelahiran prematur
akibat kantung ketuban yang pecah sebelum waktunya.
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa salah satu faktor risiko KPD adalah metabolisme
kolagen.
Peneliti menemukan konsumsi vitamin C selama kehamilan dapat mengubah
metabolisme kolagen yang menguatkan selaput amnion dan chorion ketuban ibu hamil.
Rajin mengonsumsi vitamin C juga meningkatkan hasil skor Apgar bayi dan
meningkatkan berat bayi. Asupan vitamin C sebanyak 100 mg setelah usia kehamilan 20
minggu dapat sangat mengurangi risiko ketuban pecah sebelum waktunya.
Temuan-temuan ini masih perlu diteliti lebih lanjut hubungannya antara vitamin C dan
manfaatnya untuk mencegah KPD.

 Menghindari rokok
Beberapa kasus ketuban pecah sebelum waktunya tidak diketahui penyebab pasti. Namun,
tidak ada salahnya untuk menjaga kehamilan dengan menerapkan pola hidup sehat.
Salah satu hal yang perlu dihindari agar kehamilan terhindar dari komplikasi adalah asap
rokok. Hindari merokok atau menghirup asap rokok saat hamil karena dapat
membahayakan janin di dalam kandungan dan memicu ketuban pecah dini.

 Rutin cek ke dokter

Selain itu, tidak lupa untuk selalu periksa ke dokter kandungan rutin setiap bulannya.
Periksa kandungan dapat memberikan tanda-tanda peringatan bahaya kehamilan,
termasuk masalah pada air ketuban.
Jika dokter mencurigai adanya masalah, mereka juga dapat untuk merencanakan
perawatan serta penanganan. Dokter dapat meresepkan beberapa vitamin prenatal yang
dapat menjaga kesehatan ibu dan janin di dalam kandungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

1. https://herminahospitals.com/id/articles/mengenal-lebih-jauh-tentang-ketuban-pecah-
dini.html.
2. https://www.alodokter.com/ketuban-pecah-dini
3. https://m.klikdokter.com/penyakit/ketuban-pecah-dini
4. https://www.google.com/url?sa=http://repository.poltekes-denpasar.ac.id/2373/4/BAB
%2520ll
%2520pdf.pdf&ved=2ahUKEwig_ainoYz3AhVbRmwGHeQfC34QFnoECEYQAQ&usg
=AOvVaw1R1vclDbE8D7vF538XoBa4
5. https://www.google.com/url/?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
eprints.poltekkesjogja.ac.id/2210/3/BAB
%2520ll.pdf&ved=2ahUKEwiwrqLG04z3AhV7RWwGHd4IAN4QFnoECDQQAQ
%usg=AOvVaw0mddM20vqowMk9TDuiExrZ

Anda mungkin juga menyukai