Anda di halaman 1dari 43

DETEKSI DINI HEPATITIS B C

PENDAHULUAN
 Deteksi dini merupakan  suatu upaya
pencegahan penularan baru dan upaya
untuk melakukan upaya – upaya lanjut
bagi yg terinfeksi
DETEKSI DINI HEPATITIS B & C

 Deteksi dini merupakan  suatu upaya


pencegahan penularan baru dan upaya
untuk melakukan upaya – upaya lanjut bagi
yg terinfeksi
 Pada tahun 2017 secara nasional target
akan dilaksanakan di 34 propinsi, minimal
30% Jumlah kab/kota
DETEKSI DINI HEPATITIS B & C
 TUJUAN JANGKA PENDEK:
 Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Hepatitis B dan atau C
 Untuk mencegah terjadinya penularan
 Terlaksananya layanan lanjutan sedini mungkin untuk peningkatan kualitas hidup,
rawatan lanjutan
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C (DDHBC)
 Tujuan jangka pendek:
 Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Hep B dan atau C
 Mencegah terjadinya penularan Hepatitis
 Terlaksananya layanan lanjutan sedini mungkin untuk
peningkatan kualitas hidup dan rawatan lanjutan.

 Tujuan jangka panjang


 Menurunnya kasus / infeksi baru
 Menurunnya besaran masalah Hepatitis
 Menurunnya angka kesakitan dan kematian; serta
meningkatnya kualitas hidup orang dg Hepatitis
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C (DDHBC
 DDHBC perlu dilakukan pada kelompok berisiko tinggi yaitu:
 Ibu hamil
 Petugas dan mahasiswa/pelajar Kesehatan
 Orang dengan riwayat keluarga pengidap Hep/kontak erat
dg pengidap
 Orang yg belum mendapatkan imunisasi
 Orang yg karena perilaku berisikonya (WBP, penasun,
waria, pekerja seks, gay, mereka yang melakukan
hubungan seks berisiko tinggi)
 Penderita IMS
 Penerima donor berulang, pasien hemodialisis
 dll
DDHBC DILAKUKAN PADA:

Pasien bedah
umum/tindakan Bayi dari
Hemodialisis Ibu Hep C
gigi Ibu
Hamil
ODHA
Petugas Kes

POPULASI
Penderita BERISIKO
IMS DDHBC Mahasiswa
Kesehatan

Keluarga
penderita
Hepatitis WPS

WBP
Napza
LSL/Gay Waria Suntik
TAHAPAN PELAKSANAAN
 Tim Pelaksana Deteksi Dini :
 Dokter Puskes
 Petugas KIA
 Petugas pengambil darah
 Petugas KT HIV
TAHAPAN PELAKSANAAN
 Pelaksanaan Deteksi dini:
 Untuk Bumil  dilakukan untuk Hep B, HIV dan Syphilis; saat
bumil datang untuk memeriksakan kandungan; diberikan
konseling lalu ditawarkan untuk dilakukan deteksi dini hep B,
Sifilis dan HIV (bagi puskesmas yg sdh melakukan Konseling
dan Tes HIV, maka bumil yg datang untuk melakukan KT HIV
sekaligus ditawarkan untuk det dini Hep B)
 Untuk populasi berisiko (B dan atau C) dipilih  yg paling
beresiko
 Apabila bersedia maka  ttd persetujuan, konseling,
diwawancara utk pengisian kuesioner
 Lalu dilakukan pengambilan darah, dan dilakukan
pemeriksaan di puskes/faskes, apabila positif dirujuk di
RS yg mampu ttl Hepatitis untuk pemeriksaan lanjutan,
TAHAPAN PELAKSANAAN
 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan:
 Bumil  pada kunjungan berikutnya perlu diinformasikan
dg baik ttg hasil pemeriksaan tsb.
 Bayi yg dilahirkan dari ibu dg HBSAg Pos HARUS
diberikan HBIG dan HBO segera setelah bayi lahir < 24
jam, pada saat bayi berumur 9 – 12 bulan perlu dilakukan
pemeriksaan kembali status HBSAg bayi tsb
 Bumil, nakes dan Risti pos (konfirmasi)  perlu
pemeriksaan lanjutan; perlu diidentifikasi RS yg mampu
melakukan Tatalaksana Hepatitis Virus
 negatif  dianjurkan untuk dilakukan imunisasi
TAHAPAN PELAKSANAAN

 BIMTEK
 Pencatatan dan Pelaporan
 Perlu disiapkan RR dg baik, dg kode yg dapat dikaitkan
antara kuesioner, bayi, HIV dan Hep dan tindak lanjut hasil
pemeriksaan tsb
 Bahwa dalam deteksi dini ini paket data adalah data yg
didapat dari kuesioner, dan darah
PELAKSANAAN DETEKSI DINI HEPATITIS B & C
A. DDHBC aktif
B. DDHBC pasif

• DDHBC aktif : dilaksanakan di luar gedung di wilayah


kerja puskesmas (petugas aktif menjangkau)
• DDHBC pasip : dilaksanakan di puskes/faskes,
masyarakat datang untuk melakukan DDHBC
• Pelaksana : Puskesmas
• Lokasi : Di wilayah kerja masing-masing puskesmas
• .
DDHBC AKTIF

 Prosedur: lakukan penjangkauan pada kelompok risti,


melalui kontak person, dan dapat dilibatkan dalam
penggerakan masyarakat untuk melakukan DDHBC
 Tahapan Kegiatan:
 Persiapan,
 Pelaksanaan
 RR
 Monev
DDHBC PASIP
 Dapat dilakukan pada layanan KTHIV, KIA, Klinik IMS,
PTRM, dll
 Pelaksana: Puskesmas, RS, Klinik
 Lokasi : di Faskes
 Jumlah : seluruh masyarakat yang datang
berkunjung/ada indikasi dan bersedia melakukan DDHBC
 Prosedur : Ibu hamil, nakes dan klpok risti datang ke
layanan, ditawarkan untuk mengikuti DDH, bila bersedia
lalu ttd IC, dilakukan wawancara dan pengambilan darah,
diperiksa dg rapid tes, bila hasil reaktif, dilakukan
pemeriksaan lanjutan
 Hasil pemeriksaan reaktif, dirujuk ke RS untuk
pemeriksaan lanjutan
ALUR DETEKSI DINI AKTIF - HEPATITIS B, HIV dan SYPHILIS PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN LAPANGAN
(Di Ruangan yang Bisa Digunakan Untuk Konseling)
Tawarkan Pemeriksaan Hepatitis B, HIV dan Syphilis

BERSEDIA TIDAK BERSEDIA


1. Diberikan Konseling dan Penandatangan Informed Concent (Tawarkan Kembali pada Saat
2. Pengambilan dan Pemisahan Darah di Lokasi Kunjungan
Kunjungan Ulang)

LABORATORIUM PUSKESMAS TETAP TIDAK BERSEDIA PERKENALKAN KTS


1. Data Dicatat dalam Form 9B dan 9F
2. Pemeriksaan Hepatitis B, HIV dan Syphilis

Hasil Pemeriksaan Hepatitis B Reaktif,


Konfirmasi

TINDAK LANJUT
1. Bila hasil konfirmasi hepatitis B reaktif, pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan untuk penanganan lebih lanjut.
2. Penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan.
3. Pembiayaan menggunakan BPJS/asuransi lainnya atau mandiri.
4. Hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit rujukan dikirim ke puskesmas yang merujuk untuk umpan balik (feedback).
5. Bila hasil pemeriksaan hepatitis B non-reaktif, maka ibu hamil tersebut dianjurkan pemeriksaan anti-HBs untuk mengetahui ada tidaknya antibodi.
6. Bila hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs non-reakif, maka dianjurkan vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali, dan diberikan penyuluhan (KIE).
7. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hepatitis B reaktif, diberikan HBIg, vitamin K, dan vaksinasi HB 0 kurang dari 24 jam setelah kelahiran, dan vaksinasi hepatitis B
berikutnya sesuai program imunisasi nasional.
8. Setelah bayi berusia di atas 9 bulan, dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs.
9. Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan hepatitis non-reaktif, diberikan vitamin K dan HB 0 kurang 24 jam setelah kelahiran dan vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai program imunisasi nasional.
10. Tindak lanjut hasil pemeriksaan HIV dan syphilis sesuai ketentuan Kementerian Kesehatan RI (Subdit AIDS dan PMS, Direktorat P2ML, Ditjen PP dan PLP).
ALUR DETEKSI DINI AKTIF - HEPATITIS B&C PADA POP RISTI
KUNJUNGAN LAPANGAN
(tersedia ruangan yang bisa digunakan untuk konseling)
Tawarkan Pemeriksaan Hepatitis B dan atau C, HIV dan Syphilis

BERSEDIA TIDAK BERSEDIA TETAP TIDAK PERKENAL


1. Diberikan Konseling dan Penandatangan Informed Concent (Tawarkan Kembali pada Saat BERSEDIA KAN KTS
2. Pengambilan dan Pemisahan Darah di Lokasi Kunjungan
Kunjungan Ulang)

LABORATORIUM PUSKESMAS
1. Data Dicatat dalam Form 10B dan 10F NON REAKTIF KONSELING
2. Pemeriksaan Hepatitis B dan atau C, HIV dan Syphilis

Hasil Pemeriksaan Hepatitis B dan atau C


Reaktif, Konfirmasi

TINDAK LANJUT
1. Bila hasil konfirmasi hepatitis B atau C reaktif, pasien dirujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan
tatalaksana untuk penanganan lebih lanjut.
2. Penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit .
3. Pembiayaan menggunakan BPJS/asuransi lainnya atau mandiri.
4. Hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah sakit rujukan dikirim ke puskesmas
yang merujuk untuk umpan balik (feedback).
5. RISTI hamil  spt pada DDHB bumil
6. Tindak lanjut hasil pemeriksaan HIV dan syphilis sesuai ketentuan Kementerian Kesehatan RI (Subdit
AIDS dan PMS, Direktorat P2ML, Ditjen PP dan PLP).
ALUR DETEKSI DINI PASIF – HEPATITIS B, HIV&SYPHILIS PADA BUMIL
ALUR DETEKSI DINI PASIP – HEPATITIS B&C PADA RISTI
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C (DDHBC)
 DDHB Pada Bumil:
 Reaktif  bayi yg dilahirkan diberikan HBIG dan HBO
<24 jam setelah kelahirannya; Pada ibunya dirujuk untuk
pemeriksaan lanjutan
 Non reaktifditawarkan untuk imunisasi mandiri setelah
melakukan pemeriksaan anti HBS
 DDHB pada kelompok lainnya:
 Reaktif  dirujuk untuk pem lanjutan
 Non reaktif  ditawarkan untuk imunissai mandiri, stlh
melakukan pemeriksaan anti HBS
 DDHC  reaktif dirujuk
KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI (KIE)
Informasi yang diberikan kepada masyarakat
sebelum pemeriksaan laboratorium (Tes):
• Risiko penularan hepatitis
• Kerahasiaan (tes bersifat rahasia)
• Masy mempunyai hak untuk menolak menjalani
Tes
• Penolakan menjalani Tes, tidak mempengaruhi
layanan selanjutnya
• Beri kesempatan kepada masyarakat/klien untuk
mengajukan pertanyaan kepada petugas.
KEGIATAN DETEKSI DINI HEPATITIS B
PADA BUMIL DALAM ANC TERPADU
Penularan Hepatitis B
Cara Penularan Hepatitis B

Vertikal

Horizontal
SECARA VERTIKAL
Dari ibu pengidap virus Hepatitis B
ke bayi yang dikandung/dilahirkan

Vertikal  95% terjadi perinatal (saat persalinan)


dan 5 % intra uterina
Jalur penularan
Melalui Transmisi Seksual

Jarum suntik yang tercemar

Dari ibu ke anak

Transfusi darah yang


mengandung virus
Pengertian PPIA
 Pencegahan Penularan penyakit dari ibu ke
anak (PPIA) adalah upaya yang ditujukan
untuk mencegah penularan penyakit dari
ibu ke anak yang dilakukan secara
terintegrasi dan komprehensif dengan
program-program lainnya yang berkaitan
dengan pengendalian Penyakit.
Peraturan Terkait PPIA
 Permenkes nomor 25 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pemeriksaan
laboratorium untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas di fasilitas pelayanan
kesehatan dan jaringan pelayanannya
 Permenkes RI Nomor 53 tahun 2015 tentang Penanggulangan
Hepatitis virus
 SE Menkes No GK/ Menkes/001/1/2013 tentang layanan PPIA
 SE Menkes No 129 tahun 2013 tentang pelaksanaan Pengendalian HIV-
AIDS dan IMS
 Permenkes No 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS
 Permenkes No 51 tahun 2013 tentang Pedoman Pencegahan HIV dari Ibu
ke Anak
 SE Menkes No. HK.02.01/Menkes/37/2017 tentang Pelaksanaan
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak di
Indonesia
KERUGIAN NEGARA AKIBAT HEPATITIS B pada
BUMIL
 Setiap tahun terdapat 5 juta Bumil,
 Rata rata terdapat HBsAg reaktif pada Bumil tsb 3%
 maka setiap tahun terdapat sebanyak 150.000 Bumil
yang HBsAg positif
 Dari yang positif tsb 95% akan ber potensial mengalami
Hepatitis kronis
INTEGRASI PPIA PADA ANTENATAL TERPADU
• IMS (Sifilis)
– Deteksi dini pada ibu hamil dengan keluhan IMS
– Pengobatan dini Ibu hamil IMS (Benzatin Penicillin G, tes dulu)
– Penapisan dan pengobatan pada pasangan (dual protection)
– Eliminasi kongenital sifilis
• HIV
– Deteksi dan Pengobatan Dini HIV pada Ibu Hamil
– Penapisan dan pengobatan pada pasangan (dual protection)
– Eliminasi HIV dari Ibu ke Bayi/Anak
• Hepatitis B
– Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil
– Pengobatan Ibu hamil Hepatitis B bila perlu
– Penapisan Hepatitis B pada pasangan (dual protection)
– Eliminasi Hepatitis B pada Bayi (dgn Hb0 dan HBIg)
Pencegahan &
Pengendalian HIV Permenkes
Permenkes 97 thn 2014 59/2014 ttg
PIMS &Hep B
Bag Kedua : pelayanan standar tarif
pada
masa kehamilan JKN
KEHAMILAN
Pasal 12 ayat 3
ANC Terpadu
PMK 51/2013
(10 T)
tentang
Pedoman
5 Juta Ibu 1. Timbang Badan dan Ukur Tinggi RUMAH PPIA
Hamil Badan
2. Ukur Tekanan Darah SAKIT
3. Nilai Status Gizi (ukur LiLA)

4. (ukur) Tinggi Fundus Uteri


Hb
5. Tentukan Presentasi Janin dan DJJ
Golongan Darah
6. Skrining Status Imunisasi TT (dan
Pusk ; Klinik Pemberian Imunisasi TT) Glukoprotein
;Bidan ;RS 7. Pemberian Tablet Besi urine
8. Pemeriksaan laboratorium HIV
Fasyankes yang 9. Tata Laksana Kasus Sifilis
memiliki
layanan:
10. Temu Wicara Hep B
• HIV/PPIA
• IMS
PUSKESMAS
• ARV
3jk 12/3/2018
STRATEGI PPIA (HEPATITIS B)

DETEKSI
DINI IBU
HAMIL
Bayi IBU Bayi
Ibu

HB0<24 jam Tatalaksana


sesuai HB 1,2,3
HBIG<24 jam
Indikasi KIE
Vit K Medis
HBsAg
(+)
Pencegahan transmisi vertikal
 Lakukan uji HBsAg pada semua ibu hamil dan dilanjutkan dengan
DNA VHB pada ibu dengan HBsAg (+)
 Ibu dengan HBsAg (+) dan DNA VHB > 106 IU/mL harus
Ibu diberikan antiviral pada trimester 3, untuk menurunkan
muatan virus
 Bayi yang lahir tanpa diketahui status HBsAg ibunya, diberikan
vaksinansi dalam 24 jam pertama kehidupan setelah vit. K
 Bayi yang lahir dengan ibu HBsAg positif, diberikan
vaksinasi Hep B dan HBIg (0.5 mL) pada paha yang
berbeda dalam 12 jam pertama kehidupan
 HBsAg dan anti-HBs bayi dari ibu HBsAg positif harus
diperiksa pada usia antara 9 – 12 bulan
Bayi  Belum ada bukti untuk melarang pasien hepatitis B
menyusui bayinya
1. Liaw YF, Kao JH, Piratvisuth T, Chan HLY, Chien RN, Liu CJ, et al. Asian-Pacific
consensus statement on the management of chronic hepatitis B: a 2012 update.
Hepatol Int. (2012). DOI 10.1007/s12072-012-9365-4.
2. Xu M, Cui Y, Wang L, Yang Z, Liang X, Li S, et al. Lamovudine in late pregnancy
to prevent perinatal transmission of hepatitis B virus infection: a multicenter, PERHIMPUNAN PENELITI HATI INDONESIA
randomized, double-blind, placebo-controlled study. J Vir Hepatol 2008;16(2):94-
103.
PPHI INA-ASL
RENCANA KEGIATAN DETEKSI DINI HEPATITS

33
D D H B C 2017
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C
SASARAN SASARAN
PRIORITAS : KELOMPOK BERISIKO :
• Ibu Hamil (Semua Umur Bayi dari ibu dengan Hepatitis B
Kehamilan) Petugas kesehatan
Mahasiswa kesehatan
Dan lainnya (lihat Juknis)
SKEMA LAYANAN

Poli
Pendaftaran Tes Reaktif
KIA/Poli Rujuk
FKTP Hep B Hep
lainnya RS
dan/ C

PKM, • INFORMED “METODE • Bayi lahir beri MAMPU


BPM, BP, CONSENT RAPID” HB0+HBIG < 24 jam TTL HEP
DPS • WAWANCARA
Kekuatan
 Masuk dalam SPM 1 dan 3
 Integrasi KIA, HIV, Keluarga Sehat
 SE Menkes untuk triple eliminasi
36
37
RENCANA TINDAK LANJUT

 Menghitung kebutuhan Riil sesuai target yg ditetapkan


oleh masing2 Puskes (target minimal)
 Tambahan 10% untuk cadangan jika ada pemeriksaan
ulang dll,
 Berikan skala prioritas (antisipasi rasionalisasi)
TARGET DDH B DI PUSKESMAS ...............
KAB ..............TAHUN 2017 RENCANA TH 2018
SASARAN TARGET
BUMIL
NAKES
Keluarga Pos Hepatits
Mahasiswa Kes
Penasun
Waria
Pasien Klinik IMS
WPSL
WBP
LSL
ODHA
Ibu Selamat Anak Sehat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai